• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (PERPANI)

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 60-72)

2011-2015 23 Perserikatan Base Ball & Softball Amatir Seluruh

Indonesia (PERBASASI)

2011-2014 24 Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia

(PERBASI)

2011-2015 25 Persatuan Bola Volly Seluruh Indonesia (PBVSI) 2011-2015 26 Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) 2011-2015 27 federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) 2011-2015 28 Persatuan Golf Indonesia (PGI) 2008-2012 29 Persatuan Bela Diri Kempo Indonesia

(PERKEMI)

2011-2015 30 Persatuan Squash Indonesia (PSI) 2012-2016 31 Persatuan Senam Indonesia (PERSANI) 2012-2016 32 Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) 2013-2018 33 Asosiasi futsal Kabupaten (AFK) 2013-2017 Sumber: Renja KONI Kabupaten Sukoharjo tahun 2015

Dari tabel 4.14. di atas, dapat dilihat bahwa masih adanya pengurus organisasi olahraga yang belum melaksanakan musyawarah pada Pengkabnya, sebagai contoh PODSI, PABBSI, GABSI dan PGI. Belum terlaksananya musyawarah tersebut menghambat jalannya koordinasi antara KONI Kabupaten Sukoharjo dan pengurus organisasi olahraga di bawahnya. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan KONI Kabupaten Sukoharjo untuk mengusulkan cabang olahraga tersebut pada partisipasi Porprov 2018 nantinya. Padahal, di sisi lain KONI Kabupaten Sukoharjo berupaya mengoptimalkan partisipasi atlet Sukoharjo pada seluruh cabang olahraga.

Selain itu, dari hasil observasi yang telah dilakukan, sistem koordinasi antara Pemda Kabupaten Sukoharjo, KONI, Cabor, dan Pengkab digambarkan dalam skema sebagai berikut.

commit to user

Gambar. 4.15. Sistem Koordinasi Organisasi Olahraga Kabupaten Sukoharjo Sumber : KONI Kabupaten Sukoharjo

Sistem koordinasi tersebut berlaku dalam manajemen kepengurusan olahraga di Kabupaten Sukoharjo, namun demikian pada implementasinya masih terdapat dualisme fungsi dan peran beberapa dinas kabupaten yang terlibat dalam mempersiapkan even olahraga terutama di tingkat pendidikan (SD/SMP/SMA). Pada pelaksanaan Popda tingkat kabupaten tahun 2016, Dinas Pendidikan Kabupaten menjadi penanggungjawab pelaksanaan, padahal jika disesuaikan dengan Skema yang ada, seharusnya tugas sebagai penanggungjawab dipegang oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan (POPK).

Dualisme peran tersebut juga diungkapkan oleh Kasie Olahraga Dinas POPK Kabupaten Sukoharjo, Bapak Bambang Haryono, S.Pd., MM. sebagai berikut:

“Koordinasi antara Pemda, KONI, dan Pengkab sudah berjalan dengan baik, namun pada pelaksanaan di lapangan terdapat tumpang tindih kepengurusan di saat penyelenggaraan even olahraga Popda kabupaten

commit to user

Sukoharjo dimana even olahraga tersebut dikelola oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo.” (w.2 ; p.3)

Pernyataan tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Ketua KONI Sukoharjo seperti di bawah ini.

“Sampai dengan saat ini, koordinasi tersebut sudah berjalan antara Pemda, KONI, dan Pengkab. Dikarenakan kami, para pengurus jajaran manajemen olahraga di kabupaten Sukoharjo baru dilantik, dalam hal ini kami mencoba untuk senantiasa memperbaiki kinerja untuk ke depannya.” (w.2 ; p.3)

Masih dalam kaitannya dengan koordinasi antar jajaran, Wardoyo Wijaya, SH.MH., selaku Bupati Sukoharjo juga mengemukakan bahwa implementasi sistem koordinasi akan lebih optimal apabila insan olahraga memegang peranan penting dalam kepengurusan. Pernyataan tersebut bersumber dari kutipan sebagai berikut ini.

“Sebagai Bupati, saya mencoba mengarhkan kepada seluruh dinas, KONI, dan pengkab untuk dapat menentukan Ketua Umum KONI berdasarkan latar belakangnya di bidang olahraga, seperti halnya Drs. Sukono. Ketika semua jajaran kabupaten yang mengelola olahraga dipimpin oleh insan olahraga, maka koordinasi antar Pengkab akan berjalan dengan baik dan optimal karena setiap pihak merupakan orang-orang yang ahli dalam bidangnya dan paham benar bagaimana implementasinya di lapangan.” (w.1 ; p.3)

Manajemen pengurus olahraga yang baik dan memiliki kinerja optimal serta mampu mengelola potensi sekaligus mengembangkan sumber daya manusia olahraga dengan maksimal tentunya tidak dapat terlepas dari dukungan anggaran yang tercukupi. KONI Kabupaten Sukoharjo mendapatkan dana hibah dari Pemkab sebesar 700 juta rupiah yang dialokasi untuk operasional atlet dan pengkab. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Ketua KONI sebagai berikut:

“Anggaran yang diperoleh KONI pada tahun 2016 sebesar 700 juta. Anggara tersebut berasal dari dana hibah Pemkab Sukoharjo. Seluruh anggaran tersebut dialokasikan untuk keperluan administrasi kantor, bantuan atlet berprestasi, bantuan uang pembinaan, bantuan kejuaraan, dan bantuan operaisonal Pengkab sejumlah 33 cabang olahraga. Dan sampai dengan saat ini kami masih dituntut untuk menyelesaikan laporan

commit to user

keuangan 2015 dikarenakan Ketua Umum pada masa bakti sebelumnya meninggal dunia. Hal tersebut menghambat pencairan anggaran KONI pada tahun 2016.” (w.3; p.6)

Anggaran untuk pembinaan olahraga di kabupaten Sukoharjo masih tergolong sedikit dan kurang untuk sebanyak 33 Pengcab Olahraga. Seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan Olahraga, tercantum pada pasal 3 “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”. Dimana kabupaten Sukoharjo sudah mengalokasikan APBD untuk pembinaan olahraga di kabupaten Sukoharjo.

Berkaitan dengan manajemen anggaran, dikarenakan minimnya dana hibah yang dialokasikan oleh pemerintah, dan sebagian besar dana tersebut diserap KONI dan Dinas Pendidikan, maka Dinas POPK mendapatkan alokasi anggaran yang cukup minim untuk adminsitrasi maupun operasional. Hal tersebut diungkapkan oleh Kasie Olahraga Dinas POPK, Bambang Haryono, S.Pd., MM. dengan alasan sebagai berikut:

“Di Dinas POPK sendiri utamanya di bidang olahraga, anggaran yang dialokasikan sangat minim. Dikarenakan anggaran olahraga dibagi ke tiga Dinas, yakni KONI, Dinas Pendidikan, dan Dinas POPK sendiri. Anggaran di KONI dimaksimalkan untuk pembinaan atlet profesional, sedangkan di Dinas Pendidikan dimaksimalkan untuk penyelenggaraan even olahraga pada jenjang pendidikan.” (w.2; p.6)

Dalam implementasinya, anggaran yang dikelola KONI dialokasikan ke masing-masing Pengkab. Sebagai contohnya, untuk cabang olahraga pencak silat mendapatkan anggaran sebesar 20 juta rupiah setiap tahunnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua IPSI Sukoharjo yakni Haris Nugroho, M.Or. sebagai berikut.

“Pembinaan atlet di Kabupaten Sukoharjo diserahkan kepada masing-masing perguruan atau padepokan, selama ini kendala yang dihadapi adalah minimnya anggaran dari Pemda. Cabor pencak hanya mendapatkan subsidi sebesar 20 juta setiap tahunnya. Selain itu, karena

commit to user

minimnya perhatian dari Pemda, ada beberapa atlet yang berpindah ke daerah yang lebih menjanjikan masa depan bagi atlet.” (w.5; p.4)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen kepengurusan organisasi di Sukoharjo masih perlu banyak pembenahan dan pengembangan mengingat para pengurusnya, terutama pengurus KONI Kabupaten Sukoharjo baru dilantik bersamaan dengan dilantiknya jajaran pemerintah kabupaten. Dengan dikelolanya KONI Kabupaten Sukoharjo oleh pihak yang ahli dalam bidang olahraga, diharapkan manjemenen kepengurusan organisasi olahraga dapat segera dikelola dengan maksimal untuk mempersiapkan kaderisasi dan regenerasi atlet-atlet berprestasi ke depannya.

C. Pembahasan

Kebijakan tentang pembinaan atlet, pelatih dan pengurus organisasi prestasi di Kabupaten Sukoharjo merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini melalui DINAS POPK dan KONI Kabupaten Sukoharjo untuk mengembangkan olahraga prestasi agar bisa berkembang dan dapat menjadi kebanggaan daerah dengan jalan membuat suatu aturan baik itu dalam bentuk PERDA, Perbup, renstra, rencana kerja maupun instruksi langsung dari atasan kepada bawahannya. Dari hasil penelitian yang diperoleh Kabupaten Sukoharjo belum meiliki PERDA yang secara khusus mengatur tentang pembangunan olahraga terutama pembinaan sumber daya manusia bidang olahraga prestasi, namun ditemukan berbagai dokumen yang selama ini menjadi dasar bagi setiap pelaku olahraga untuk melakukan pembinaan. Dasar tersebut antara lainPeraturan Bupati Nomor 28 tahun 2008 tentang uraian tugas fungsi dan tata kerja Dinas POPK, rencana kerja KONI Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015, renstra Dinas POPK tahun 2011-2015. Kebijakan yang baik harus pula diimbangi dengan implementasi kebijakan yang tepat agar hasil yang didapat dapat sesuai dengan rencana awal dan tujuan kebijakan tersebut dibuat. Untuk memudahkan

commit to user

dalam mengambil kesimpulan maka hasil penelitian yang akan dibahas satu persatu di bawah ini:

1. Pembinaan Atlet

Pembinaan atlet tidak dapat lepas dari pembinaan olahraga unggulan, dimana proses pembinaan untuk olahraga unggulan harus melalui tahap sebagai berikut : (1) pemassalan, (2) pembibitan, (3) pembinaan prestasi. Disamping itu sudah dijalankan program latihan yang terukur, didukung pula adanya program penelitian dan pengembangan, kompetisi yang baik, dan uji coba tanding yang terprogram.

Keberadaan Klub Olahraga Sekolah, Klub Olahraga dan Sentra Olahraga yang dikelola oleh Pemda merupakan kekuatan tersendiri untuk membantu proses keberlangsungan pembinaan. Sebaiknya Klub Olahraga Sekolah, Klub Olahraga, atau Sentra Olahraga lainnya diarahkan membina berbagai macam cabang olahraga unggulan yang telah ditetapkan oleh KONI Kabupaten Sukoharjo.

Sistem pembinaan olahraga prestasi harus berjenjang. Panduan pembinaan atlet jangka panjang harus dilaksanakan secara cermat, secara garis besar sistem pembinaan atlet jangka panjang dapat dilihat pada gambar berikut ini :

commit to user

Pada gambar 4.16. diatas dapat dilihat secara jelas tentang jenjang dan kebutuhan pelatihan yang harus dilakukan dalam menciptakan seorang juara olahraga. Pola pembinaan atlet harus dimulai dari usia dini dengan kebutuhan gerak yang harus dipenuhi, misalnya pada usia 6-9 tahun diperlukan 300-400 jam per tahun, serta harus dimulai dengan pelatihan pola gerak yang benar, melalui pelatihan gerak multilateral. Demikian juga aturan untuk kompetisi sangat mempengaruhi proses pembinaan.

a. Pemassalan Atlet

Kebijakan mengenai pemassalan olahraga merupakan upaya yang dilakukan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam olahraga untuk memasyarakatkan olahraga kepada masyarakat umum dengan jalan membuat suatu aturan baik itu dalam bentuk PERDA, Perbup, renstra, rencana kerja maupun instruksi langsung dari atasan kepada bawahannya.Kebijakan yang baik harus pula diikuti dengan implementasi kebijakan yang tepat agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.Dari hasil penelitian yang telah diperoleh dalam hal kebijakan mengenai pembangunan olahraga prestasi sampai saat ini Kabupaten Sukoharjo belum ada PERDA yang mengaturnya namun Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mempunyai beberapa dokumen yang dasar menjadi untuk melakukan pemassalan olahraga prestasi.

Dalam pemassalan olahraga di Kabupaten Sukoharjo banyak strategi yang digunakan.Strategi pemassalan olahraga yang lazim digunakan antara lain dengan menyediakan sarana prasarana olahraga, menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang olahraga berupa guru olahraga dan pelatih, menyelenggarakan berbagai macam pertandingan olahraga untuk menarik minat masyarakat, dan menyebarluaskan acara-acara olahraga baik itu melalui media cetak maupun media elektronik. Hal tersebut sesuai dengan strategi pemassalan olahraga yang diungkapkanAdisasmita dan Syarifuddin (1996: 39):

commit to user

1). Menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang memadai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pemalasan olahraga ini akan diterapkan di sekolah-sekolah, maka di sekolah-sekolah itu perlu disediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kemampuan untuk masing-masing tingkatnya.

2). Menyiapkan pengadaan tenaga pengajar atau pelatih olahraga yang benar-benar memiliki kemampuan untuk menggerakkan olahraga pada anak-anak usia muda di sekolah-sekolah.

3). Mengadakan berbagai bentuk pertandingan cabang olahraga bagi anak-anak sekolah, baik dalam pertandingan antarklas, sekolah, maupun antar perkumpulan.

4). Mengadakan demontrasi pertandingan antar atlet-atlet yang berprestasi

5). Mengadakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa. 6). Memberikan motivasi kepada para siswa untuk mau

berolahraga.

7). Merangsang minat para siswa dengan melaui media masa, vidio, televisi, radio dan lain-lain.

Dalam pembangunan olahraga Kabupaten Sukoharjo, pemerintah daerah melimpahkan kewenangan tersebut kepada Dinas POPK maupun KONI yang bertugas untuk menyusun sebuah perencanan dibidang olahraga. Dalam implementasi kebijakan mengenai pemassalan olahraga di Kabupaten Sukoharjo dilakukan melalui tiga jalur antara lain melalui jalur olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Melalui jalur olahraga pendidikan dilakukan dengan pembelajaran penjaskes diajarkan disekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Sukoharjo baik dari tingkat SD sampai SMA maupun sederajat. Melalui jalur olahraga rekreasi dengan mengadakan acara car free day setiap hari minggu maupun kegiatan olahraga lainnya. Melalui jalur olahraga prestasi dengan menyediakan anggaran khusus yang dilakukan oleh pemerintah dan dihibahkan ke KONI agar KONI mendorong induk organisasi olahraga prestasi dibawah naungannya untuk terus meningkatkan pembinaan atletnya maupun membentuk klub-klub olahraga baru disetiap desa maupun kecamatan.

commit to user b. Pembibitan Atlet

Pembibitan atlet merupakan tahap untuk mencari bibit-bibit unggul yang dilaksanakan di kabupaten melalui sekolah-sekolah dan pertandingan antar klub ataupun POPDA. Juara I, II, dan III ataupun atlet perorangan yang sangat berbakat ditempa di daerah sebagai atlet daerah yang ditempatkan di klub ataupun pelatda untuk Porprov. Pendanaannya didapatkan dari APBD maupun Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan yang dialokasikan melalui KONI kabupaten atau kota maupun Pelatda yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya agar cakupan lebih luas dan penyelenggaraan pertandingannya lebih sering dilaksanakan,perlu diperbanyak kejuaraan-kejuaraan yang bersifat terbuka (open), terutama cabang olahraga unggulan daerah, misalnya atletik, tae kwondo do, balap sepeda, karate, tarung drajat dan pencak silat yang diselenggarakan pertandingannya melalui event Bupati Cup. Begitupun cabang olahraga lainnya, seperti bulutangkis, diadakan melalui Ketua KONI, Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan maupun DPRD Cup.Dengan semakin banyaknya pertandingan yang dilakukan secara terbuka (open), semakin besar kemungkinan menemukan bibit-bibit unggul. Sejalan dengan itu perlu dilakukan upaya pemanfaatan dan pengkolaborasian universitas, institut, atau akademi olahraga yang berdomisili di masing-masing daerah untuk melakukan penelitian dan pengembangan hasil temuan atlet-atlet berbakat tersebut agar dapat dibina menjadi atlet-atlet tangguh yang mampu bersaing di ajang pertandingan daerah, nasional, maupun internasional, yang bersama-sama KONI daerah melakukan upaya penyegaran dan peningkatan mutu SDM kepelatihan maupun bidang- bidang lain yang berhubungan dengan pembinaan dan permasalahan olahraga.

Pelaksanaan pertandingan antar siswa, antar kelas, dan sekolah dilakukan setelah ulangan maupun ujian selesai.Juara I, II, dan III dibebaskan dari ulangan mata pelajaran olahraga dan masing-masing

commit to user

mendapatkan bonus nilai olahraga 10, 9, dan 8. Bahkan untuk juara I, II, dan III se kabupaten atau kota harus diberi imbalan tambahan, bahwa yang bersangkutan mendapat ID Card dari Pemda dan KONI Kabupaten Sukoharjo bebas masuk ke gelanggang olahraga yang digeluti in door dan out door dalam kurun waktu satu semester. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan menjadi tepat sasaran dan prestasinya di lapangan bisa dijadikan bonus dalam pelajaran olahraga dengan tanpa mengikuti ulangan atau ujian mata pelajaran olahraga dan nilainya diberikan sesuai prestasi yang dicapai pada waktu pertandingan. Dengan demikian, konsentrasinya untuk mata pelajaran lebih bagus dan waktu luang untuk berlatih praktis akan lebih banyak

c. Pembinaan Prestasi

Peran pemerintah dalam pembinaan prestasi dapat dilakukan dengan berbagai jalan antara lain dengan sering mengadakan pelatihan untuk peningkatan SDM keolahragaan bagi para pelatih, penyediaan sarana prasarana olahraga yang berstandar nasional, pemberiaan bantuan dana bagi klub-klub olahraga dan pemberian hadiah bagi atlet berprestasi agar dapat menaikkan motivasinya serta memberikan jaminan kehidupan di masa depan bagi para mantan atlet yang berprestasi agar mereka tidak khawatir tentang masa depannya setelah tidak dapat bersinar lagi.

Sumber daya atlet memiliki peran yang sangat strategis dalam pola pembinaan olahraga,karena atlet merupakan objek yang menjadi faktor utama penentu keberhasilan cabang olahraga dalam melakukan pembinaan, sehingga dapat mencapai prestasi optimal. Atlet dunia telah mulai berlatih sejak usia dini yaitu umur 8 sampai umur 10 tahun dan mencapai prestasi puncak pada umur 18 sampai umur 20 tahun. Mekanisme pembinaan olahraga prestasi semestinya dimulai dari tahap pemassalan olahraga prestasi kemudian pemanduan bakat (talent

commit to user

dari kegiatan alami atau apa kegiatan sehari-hari yang dilakukan di daerah tersebut, kondisi alam, disamping kemauan atau keinginan calon atlet tersebut.

Keadaan kemampuan fisik, keterampilan, komposisi tubuh dan kemampuan taktik/strategi adalah suatu keadaan tingkat sumberdaya manusia yang dimilki atlet. Kemampuan keterampilan adalah suatu tingkatan keterampilan yang dimilki atlet sesuai cabang olahraganya, keadaan kondisi fisik adalah suatu tingkatan kondisi fisik yang dimilki atlet untuk dapat berprestasi atau mengikuti pertandingan tingkat daerah, nasional dan internasional.Komposisi tubuh adalah suatu kondisi antrophometrik tubuh dan bakat yang dimilki atlet untuk dapat berprestasi tinggi pada cabang olahraganya dan keadaan taktik/strategi adalah suatu kodisi tingkatan pengetahuan taktik/strategi yang dapat diterapkan atlet dalam suatu pertandingan untuk dapat meraih prestasi tinggi.

Kemampuan atlet yang baik dan didukung oleh sumber daya pelatih maupun sarana prasarana yang memadai menjadi pondasi dalam meningkatkan prestasi olahraga yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga dapat memperkuat pembangunan olahraga nasional. Tanpa keberadaan modal itu, kemungkinan besar akan terjadi kesulitan dalam melakukan pembinaan prestasi atlet di daerah, yang dapat memperpuruk kemajuan olahraga nasional. Olahraga nasional dapat diperkuat dengan pembinaan prestasi para olahragawan yang berada di daerah.

2. Pembinaan Pelatih Olahraga

Kabupaten Sukoharjo memiliki potensi SDM pelatih yang mumpuni, meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan berupa fasilitas dan anggaran, namun pembinaan pelatih di Sukoharjo dapat terus berjalan terutama dalam beberapa cabang olahraga unggulan. Besar harapan para pelatih ke depan, pemerintah kabupaten Sukoharjo dapat lebih memberikan

commit to user

apresiasi dan penghargaan kepada para pelatih berprestasi berupa jaminan kesejahteraan hidup agar para pelatih dapat fokus mengembangkan kepelatihan olahraga prestasi tanpa perlu merisaukan hal-hal yang berkaitan dengan dukungan materiil.

Pelatih profesional yang baik adalah pelatih yang mempunyai dedikasi, antusias yang tinggi, kematangan jiwa, etika yang baik, jujur, disiplin dan konsen terhadap pembinaan prestasi serta memahami konsep pembinaan prestasi yang baik. Konsep pembinaan prestasi yang baik harus memahami pertumbuhan dan perkembangan atlet, menguasai media dan metode latihan dengan pendekatan ilmiah yang efektif (menggunakan IPTEK) , memahami cara berkomunikasi yang baik, mampu menyampaikan materi-materi latihan dengan jelas dan dapat dipahami oleh semua atlet serta dapat menjadi contoh dan motivator bagi atletnya.

Pembinaan pelatih di kabupaten Sukoharjo dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mengalami progress yang cukup signifikan. Cabang olahraga unggulan memperoleh beberapa capaian yang cukup membanggakan di even daerah, nasional, bahkan internasional. Baik sebagai perwakilan kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, maupun Indonesia. Berbagai pencapaian tersebut tentunya tidak dapat terlepas dari peran pelatih pada setiap cabang olahraga. Pelatih memiliki peran yang sangat berpengaruh sejak proses penjaringan, pemassalan, pembibitan, dan pembinaan atlet di setiap cabang olahraga.

Kendala utama dalam pembinaan pelatih di kabupaten Sukoharjo dapat dikategorikan ke dalam dua kriteria yakni kendala materiil dan kendala non-materiil. Kendala materiil berupa infrastruktur, sarana prasarana, dan alokasi anggaran. Sedangkan kendala non-materiil berupa perhatian dari pemerintah khususnya terhadap kesejahteraan pelatih berprestasi yang telah mengharumkan nama baik kabupaten Sukoharjo di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional.

Meskipun pembinaan pelatih di Sukoharjo harus menghadapi berbagai kendala, namun kabupaten Sukoharjo juga memiliki peluang yang jika dioptimalkan dengan baik akan dapat menjadi salah satu modal untuk

commit to user

tetap mengembangkan pembinaan pelatih dan meningkatkan prestasi baik pelatih maupun atlet. Peluang tersebut berupa potensi SDM pelatih kabupaten Sukoharjo, terutama di cabang olahraga unggulan.

3. Pengurus Organisasi Olahraga

Untuk dapat mengembangkan prestasi, diperlukan organisasi yang ditata dengan baik dan profesional. Organisasi dan tata kerja pembinaan olahraga yang bekerja sama secara sinergi antar organisasi dan institusi merupakan kunci keberhasilan pembinaan olahraga prestasi. Di Kabupaten Sukoharjo sudah menjalankan tata kerja pembinaan olahraga masih perlu ditingkatkan.

Meskipun sudah memiliki skema kerja yang jelas, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada pelaksanaannya terdapat tumpang tindih fungsi dan dualisme peran terutama dalam pelaksanaan even olahraga di tingkat kabupaten antara Dinas Pendidikan yang membawahi sekolah-sekolah dimana pemassalan dan pembibitan atlet dikembangkan dan Dinas POPK sendiri yang menjaring atlet-atlet junior dengan memanfaatkan adanya kompetisi antar sekolah sekaligus pembelajaran penjaskes sebagai media. Tumpang tindih pernah tersebut amat dirasakan ketika pelaksanaan even olahraga tingkat Kabupaten, terutama dalam hal penanggungjawab kegiatan. Hal tersebut menjadi salah satu perhatian dan evaluasi tersendiri dalam implementasi tata kerja pembinaan olahraga di kabupaten Sukoharjo untuk senantiasa melakukan perbaikan ke depannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen kepengurusan organisasi di Sukoharjo masih perlu banyak pembenahan dan pembinaan mengingat para pengurusnya, terutama pengurus KONI Kabupaten Sukoharjo baru dilantik bersamaan dengan dilantiknya jajaran pemerintah kabupaten. Dengan dikelolanya KONI Kabupaten Sukoharjo oleh pihak yang ahli dalam bidang olahraga, diharapkan manajemen kepengurusan organisasi olahraga dapat segera dikelola dengan maksimal untuk mempersiapkan kaderisasi dan regenerasi atlet-atlet berprestasi ke depannya.

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 60-72)

Dokumen terkait