• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase BLUD yang Kinerjanya Minimal Baik dari BLUD yang dibina

anggaran sebesar Rp33.551.000 dan SDM sebanyak 72 OH atau 100% dari rencana sebanyak 72 OH.

Dari sisi penggunaan dana dan SDM untuk pencapaian IKU “persentase BLUD yang

kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina” telah dilaksanakan secara cukup

efisien. Namun penggunaan dana dan SDM tersebut belum efektif meningkatkan capaian IKU Tahun 2017. Hal ini terlihat dari capaian IKU tahun 2017 sebesar 0,00%. PPK BLUD RSUD di wilayah Provinsi Maluku baru diterapkan mulai tahun anggaran 2015 (RSUD dr. M. Haulussy, Provinsi Maluku) dan tahun 2016 (RSUD Karel Sadsuitubun, Kabupaten Maluku Tenggara). Dalam rangka mendorong BLUD berkinerja baik, tidak cukup hanya melalui kegiatan assurance berupa evaluasi kinerja/tata kelola yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun, sebagaimana yang dilakukan dalam tahun 2017, tetapi harus melalui kegiatan yang bersifat consulting guna mengarahkan manajemen BLUD menerapkan prinsip-prinsip PPK BLUD secara intensif. Mengingat keterbatasan anggaran yang tersedia dalam DIPA, pada tahun 2017 kegiatan consulting belum dapat dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku.

SASARAN PROGRAM 7

Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah Daerah

Salah satu unsur penting SPIP adalah Lingkungan Pengendalian yang mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan budaya pengendalian ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif. Untuk mewujudkan peran APIP sebagai aparat pengawasan intern diperlukan kapabilitas APIP itu sendiri untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2008, fokus peningkatan kapabilitas APIP diarahkan pada peningkatan kapasitas organisasi APIP maupun peningkatan organisasi auditornya.

Terdapat enam elemen yang harus dipenuhi untuk peningkatan kapabilitas APIP yaitu (a) peran APIP dalam organisasi

Peran APIP dalam organisasi berkaitan dengan perannya sebagai assurance

dalam melakukan kegiatan pengawasan baik kegiatan assurance seperti audit ketaatan, audit kinerja dan consulting seperti reviu dan monitoring. Kualitas hasil pengawasan APIP sangat bergantung kepada kualitas SDM APIP dan pola pengembangan APIP.

(b) pola pengembangan auditor APIP

Pola pengembangan Auditor APIP mencakup proses rekrutmen APIP sesuai dengan kompetensi, sinergitas proses pengembangan APIP lewat diklat, seminar dan sertifikasi profesi Auditor, budaya transfer of knowledge APIP lewat Program Pelatihan Mandiri serta adanya mekanisme pemberian penghargaan bagi APIP yang berkinerja bagus.

(c) praktek profesionalisme pengawasan intern;

Kualitas pola pengembangan Auditor akan sangat mempengaruhi konsistensi dan sinergitas praktik profesionalisme Auditor. Sinergitas praktik profesionalisme Auditor telihat dari adanya perencanaan penugasan pengawasan dengan berbasis risiko, identifikasi alternatif penanganan risiko yang dilakukan oleh manajemen, serta adanya konsistensi dalam melakukan kegiatan program quality assurance dan perbaikannya (Quality Assurance and Improvement Program).

d) eksistensi manajemen kinerja dan akuntabilitas;

Eksistensi manajemen kinerja dan akuntabilitas di lingkungan APIP dapat dicapai melalui peningkatan kualitas sistem pelaporan APIP dalam memberikan rekomendasi strategis kepada pimpinan APIP/stakeholders

lainnya. Peningkatan validitas dan akurasi sistem informasi biaya APIP serta adanya sistem pengukuran kinerja yang mencakup analisis atas kontribusi kegiatan pengawasan terhadap pencapaian tujuan manajemen secara keseluruhan.

e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan/atasan dan pimpinan satuan kerja lainnya;

Wujud nyata dari kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan/atasan dan pimpinan satuan kerja lainnya terlihat dari usaha APIP untuk memahami prioritas manajemen dan senantiasa mengikuti perubahan terkait proses bisnis serta hal-hal baru dalam manajemen. APIP dapat menjadi liaison oficcer (LO) organisasi pemerintah daerah dalam berkoordinasi dengan auditor eksternal,

serta adanya pertukaran informasi pengawasan termasuk current issues

dengan APIP lainnya maupun Auditor eksternal dalam berbagai forum/media. f) struktur tata kelola APIP termasuk kualitas independensi APIP.

Struktur tata kelola APIP mencakup sinergitas proses/mekanisme Penyusunan penganggaran dengan proses penyusunan PKPT. Adanya penegasan kualitas sinergitas dan peran APIP dalam Internal Audit Charter untuk mengurangi duplikasi pengawasan. APIP dapat memberikan rekomendasi strategis bagi Pimpinan Manajemen lewat penyampaian Ikhtisal Laporan Hasil Pengawasan. Hasil penilaian keenam elemen tersebut di atas akan mempengaruhi level kapabilitas APIP itu sendiri yaitu:

1. Initial (Level 1) yang menunjukan bahwa APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan dan mencegah korupsi.

2. Infrastucture (Level 2) yang terlihat dari kemampuan APIP untuk menjamin proses sesuai peraturan serta mampu mendeteksi terjadinya korupsi.

3. Integrated (Level 3) yang mengindikasikan bahwa APIP mampu memberikan

assurance atas efisiensi, efektivitas, ekonomis suatu kegiatan serta mampu memberikan consulting pada tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern.

4. Managed (Level 4) yang menunjukan bahwa APIP mampu memberikan assurance

secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern 5. Optimizing (Level 5) yang menunjukan bahwa APIP telah menjadi agen perubahan. Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP Pemda dengan

quality assurance dari BPKP menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP.

Perwakilan BPKP Provinsi Maluku telah melakukan assessment terhadap 10 APIP dari 12 APIP di wilayah Provinsi Maluku. Sebanyak tiga APIP atau sebesar 25,00% masih berada pada level 1, enam APIP atau sebesar 50% berada pada level 2 dengan perbaikan, dan tiga APIP yang mencapai pada level 3 dengan perbaikan. Sedangkan dua APIP belum dilakukan assessment yaitu Inspektorat Kabupaten Seram Bagian Barat dan Inspektorat Kabupaten Buru Selatan sehingga belum dapat dilakukan penilaian oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku.

Capaian empat indikator kinerja utama sasaran program 7 pada tahun 2017 dan 2016 disajikan dalam Tabel 3.9

Tabel 3.9

Capaian Sasaran Program 7

No Indikator Kinerja Utama Satuan Tahun 2017 Tahun

2016

Target 2019 Target Realisasi Capaian

1 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % 27,27 27,27 100 0 85 2 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % 100 100 100 0 0 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % 45,45 45,45 100 27,27 15 4 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % 27,27 27,27 100 63,64 0

Dari tabel 3.9, diketahui bahwa dari empat IKU yang mengindikasikan sasaran program “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Daerah”, seluruhnya memiliki nilai capaian outcome yang memenuhi target. Dengan demikian nilai capaian sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Daerah” adalah sebesar 100%.

Capaian sasaran Program “Meningkatnya

Kapabilitas Pengawasan Intern Daerah” = x100% = 100%

Uraian masing-masing capaian IKU “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern

Pemerintah Daerah” adalah sebagai berikut:

IKU 1 - Sasaran Program 7 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) IKU “Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)” diukur dengan menghitung jumlah APIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah mencapai kapabilitas level 3 dibandingkan jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Maluku yang menjadi mitra kerja Perwakilan BPKP Provinsi Maluku.

Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 3

= x100% = 27,27%

Berdasarkan hasil quality assurance yang dilakukan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku, tiga Inspektorat Kabupaten/Kota mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3 dengan catatan perbaikan, yaitu Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tenggara, dan Kabupaten Maluku Tengah. Hasil quality assurance untuk Kabupaten Maluku

Tenggara telah selesai dilakukan reviu oleh Direktorat Pengawasan PKD Wilayah 1. Dengan demikian, realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota level 3 adalah 27,27% atau mencapai 100% dari target yang ditetapkan sebesar 27,27%. Realisasi IKU “Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)” tahun 2017 sebesar 27,27% jika dibandingkan dengan realisasi IKU tahun 2016 sebesar 0% maka capaian tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 27,27%.

Perbandingan realisasi IKU dengan target akhir Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Maluku periode 2015-2019 disajikan pada bagan 3.8:

Bagan 3.8

Perbandingan Realisasi IKU 1 Sasaran Program 7 dengan Target Renstra periode 2015-2019

Jika dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 85%, maka realisasi IKU Tahun 2017 sebesar 27,27% atau masih terdapat APIP yang kapabilitasnya belum berada di level 3 sebesar sebesar 72,73%, sehingga masih memerlukan upaya keras dan terukur untuk guna mencapai target kapabilitas APIP level 3.

IKU 2 - Sasaran Program 7 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

IKU “Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)” diukur dengan menghitung jumlah APIP Pemerintah Pemerintah Provinsi Maluku yang telah mencapai kapabilitas level 2 dibandingkan jumlah Pemerintah Provinsi Maluku yang menjadi mitra kerja BPKP Perwakilan Provinsi Maluku.

0 0 27,27 60 85 0 0 27,27 0 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2015 2016 2017 2018 2019

Dokumen terkait