• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kotoran Ayam Ras Petelur

Permasalahan Kotoran Ayam Ras Petelur

Pemeliharaan ayam ras petelur biasanya dilakukan dengan sistem baterai, yaitu ayam dipelihara dalam kandang terpisah dan ditempatkan agak tinggi dari permukaan tanah dengan dasar kandang yang berlubang, sehingga kotoran akan jatuh dan bertumpuk di bawah kandang. Jumlah kotoran ayam yang dikeluarkan setiap harinya cukup banyak, rata-rata per ekor ayam 0,15 kg (Fauziah, 2009).

Fauziah (2009) mengatakan kotoran ayam sering dianggap sebagai penyebab pencemaran pada lingkungan sekitar usaha peternakan ayam. Adanya usaha peternakan ayam mulai dirasakan mengganggu warga sekitar. Hal ini dikarenakan dekatnya usaha peternakan ayam dengan pemukiman masyarakat serta rendahnya kesadaran peternak untuk mengolah limbah yang dihasilkan. Permasalahan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat adalah timbulnya bau amoniak yang menyengat dan tingginya jumlah populasi lalat.

Komposisi Kotoran Ayam Petelur

Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak tercerna. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan senyawa organik lainnya. Protein pada kotoran ayam merupakan sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen anorganik lainnya. Komposisi kotoran ayam atau kotoran ternak pada umumnya sangat bervariasi bergantung pada jenis, keadaan individu, dan makanan yang dimakan ternak (Mackie et al., 1998). Komposisi N, P, K, Mg pada kotoran ayam dengan kotoran ternak lainya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Kotoran Ayam dengan Kotoran Ternak Lain

Jenis Ternak N P K Mg ... (%) ... Sapi 2-8 0,2-1 0,7-3 0,6-1,5 Ayam 5-8 1-2 1-2 0,6-3 Babi 3-5 0,2-1,1 0,5-1,1 0,98 Domba 3-5 0,4-0,8 2-3 0,2

Pengolahan Kotoran Ayam Ras Petelur

Pengolahan kotoran ayam yang sudah dilakukan adalah dengan menambahkan senyawa pada pakan atau kotoran untuk mengurangi bau yang ditimbulkan. Penambahan senyawa yang biasa digunakan adalah zeolit. Harjanto (1983), menyatakan bahwa mineral zeolit dalam bidang peternakan dapat digunakan untuk mengurangi bau kotoran, mencegah pencemaran udara, menciptakan lingkungan sehat bagi ternak dan masyarakat sekitar, mengatur derajat kekentalan kotoran ternak, meningkatkan mutu pupuk kandang, dan memurnikan gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan kotoran ternak yang dipelihara.

Pengolahan kotoran ayam yang sudah umum dilakukan adalah dengan menjadikannya pupuk. Kandungan pupuk kandang dari kotoran ayam baik padat maupun cair mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium yang cukup tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainya (Setyamidjaja, 1986).

Kumbang Kotoran

Kumbang kotoran termasuk pada kelompok jenis kumbang dalam famili

Scarabaeidae (Insekta : Coleoptera) hidupnya selalu membutuhkan tinja (Borror et al., 1992). Beberapa spesies kumbang kotoran dapat dilihat pada Gambar 1.

Indonesia memiliki keanekaragaman kumbang kotoran sebanyak 1.500 spesies (Hanski dan Krikken, 1991) dan hasil studi Kahono dan Setiadi (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa genus yang ditemukan pada hutan tropis basah

Gambar 1. Beberapa Spesies Kumbang Kotoran

5

pegunungan Taman Nasional Gede Pangrango yang termasuk kumbang kotoran yaitu pada genus Catarsius, Copris, Onthophagus, Paragymnopleurus, Phacosoma. Genus kumbang kotoran tersebut ditemukan pada karateristik ketinggian yang berbeda.

Kumbang kotoran dapat diklasifikasi dan dibedakan berdasarkan cara kumbang mengolah kotoran. Klasifikasi kumbang kototan ini antara lain tipe roller,

tunneller dan dweller (Hanski dan Krikken, 1991). Pada tipe roller memiliki ciri membuat potongan pada kotoran dan membuatnya bulatan-bulatan serta menggelindingkannya pada suatu tempat. Tipe tunneller memiliki ciri membuat terowongan di bawah kotoran, terowongan tersebut digunakan untuk menyimpan kotoran dalam bentuk bola-bola, sehingga bola-bola kotoran digunakan oleh kumbang kotoran untuk menyimpan telur kumbang. Tipe dweller adalah gabungan dari tipe roller dan tunneller (Hanski dan Krikken, 1991). Jumlah bola-bola yang dibuat antara 13-25 bola dengan bentuk terowongan vertikal (Moniaga, 1991).

Morfologi

Kumbang kotoran termasuk dalam famili Scarabaeidae yaitu memiliki ciri berbentuk bulat telur yang memanjang, tubuhnya bertekstur kuat serta elitranya keras dan memiliki antena 8-11 ruas yang berbentuk lamelat yang merupakan ciri khusus dari kumbang kotoran. Antena ini berfungsi untuk mendeteksi lokasi kotoran (Borror

et al., 1992). Bentuk kepala kumbang baik jantan dan betina berbentuk pipih dan terdapat tonjolan berbentuk cula dimana antara jantan dan betina dibedakan dari ada tidaknya cula dibagian kepala tersebut. Bentuk kumbang secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2. Bentuk Kumbang (a) Jantan; (b) Betina Sumber : Koleksi Pribadi

Tanduk pada Jantan

Bagian torak pada serangga, pada umumnya menempel tiga pasang tungkai kaki dan dua pasang sayap. Bentuk tungkai kumbang kotoran adalah ambulatorial

yang dicirikan menurut fungsinya sebagai pejalan. Tungkai ambulatorial ini umum dimiliki oleh serangga (Borror et al., 1992). Tungkai depan pada kumbang kotoran pada spesies Onthopagus sp. berbentuk forosial dan bagian belakang terdapat duri metatibia, yang ujungnya terdapat kuku. Bentuk tungkai depan(1) dan belakang(2) serta antena Onthophagussp.(3) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk Tungkai Depan(1) dan Belakang(2) serta Antena Onthophagussp(3) (a. Koksa, b. Tibia, c. Femur, d. Tibia, e. Tarsus, f. Duri, g. Kuku, p. Skapus, q. Pedisel, y.Tergum akhir).

Sumber : Moniaga (1991)

Saluran pencernaan serangga secara umum berbentuk tabung yang dibagi menjadi tiga ruas. Ruas pertama atau ruas bagian depan terdapat esofagus, dan tembolok. Pada bagian ini dilengkapi juga semacam duri-duri yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menghancurkan makanan. Pada bagian tengah dan belakang setiap ruas dicirikan dengan adanya katup kardiak dan pilorik (Metcalf dan Flint, 1967). Kumbang kotoran mempunyai ciri mulut tipe mandibulata. Mandibulata ini dicirikan dengan adanya mandibel yaitu bentuk mulut yang menjajar secara horizontal, berbentuk segitiga yang berfungsi memotong dan menggigit makanan padat. Tipe ini merupakan tipe alat mulut serangga primitif yang kebanyakan dimiliki hampir pada serangga kumbang (Borror et al., 1992).

1 2

7

Tingkah Laku

Tingkah laku hewan pada dasarnya merupakan sikap dasar dari hewan untuk menyesuaikan terhadap lingkungan sekitar. Setiap hewan akan belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Stanley dan Andrykovitch (1987), tingkah laku maupun kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh gen dan dapat diwariskan pada keturunannya berupa tingkah laku dasar.

Mukhtar (1986) menyebutkan, tingkah laku hewan dapat dikelompokan ke dalam sembilan perilaku dasar. Tingkah laku dasar pada setiap hewan itu adalah tingkah laku makan dan minum (ingestive behaviour), agonistik (agonistic behavior), seksual (sexual behavior), membuang kotoran (eliminative behavior), beristirahat (resi behavior), memeriksa (investigative behavior), merawat tubuh (epimeletic behavior), meniru (allelomimetic behavior), dan tingkah laku membuat teritori (shelter seeking behavior).

Kumbang kotoran dalam tingkah lakunya sangat tertarik pada kotoran. Di Afrika disebutkan kumbang kotoran akan segera menghampiri kotoran kerbau yang baru dan dalam beberapa hari tumpukan kotoran kerbau akan hilang dari permukaan tanah (Moniaga, 1991). Tingkah laku kumbang kotoran dalam mengurangi tumpukan kotoran diawali dengan membuat bola-bola pada kotoran dan terowongan di bawah kotoran. Terowongan-terowongan ini digunakan untuk menyimpan bola-bola dan bola-bola tersebut digunakan untuk menanamkan telur kumbang. Tingkah laku kumbang kotoran dalam mengurangi kotoran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kumbang Kotoran Membuat Liang-liang di Bawah Tinja Sumber: Waterhouse (1974)

Jumlah bola dan telur yang diletakan pada setiap liang dipengaruhi oleh perbedaan jenis, keadaan tanah, kanopi tumbuhan dimana kotoran dikeluarakan. Kumbang kotoran pada spesies tertentu akan menggelindingkan kotoran sampai ditemukan kondisi kanopi dan tanah yang ideal bagi kumbang (Waterhouse, 1974). Moniaga (1991), menyebutkan bahwa kondisi kadar air tanah mempengaruhi jumlah bola dan siklus hidup anak kumbang kotoran. Disebutkan kadar air tanah yang ideal untuk perkembangbiakan kumbang kotoran antara 40 sampai 60 persen.

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah adalah sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa yang bersifat kimia dan terjadi di dalam maupun di atas permukaan tanah sehingga akan menentukan sifat dan ciri tanah yang terbentuk. Sifat tanah yang sering dijadikan ciri kualitas tanah pada uji tanah adalah pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan mikro, serta kapasitas tukar kation (Abadi, 2009).

Komponen kimia tanah berperan dalam menentukan sifat, ciri, dan kesuburan tanah. Komponen kimia tanah ini akan menjelaskan reaksi kimia yang menyangkut masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Hakim et al., 1986).

Analisis tanah sangat konstektual dengan kondisi tanah. Penilaian hasil analisis tanah dapat merujuk pada hasil penelitian yang sudah ada (Balai Penelitian Tanah, 2005). Kriteria Penilaian analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Analisis Tanah

Parameter Satuan

Nilai Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi C-org % < 1 1-2 2-3 3-5 > 5 N-Total % < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75 P ppm < 4 5-7 8-10 11-15 > 15 Ca me/100g < 2 2-5 6-10 11-20 > 20 Mg me/100g < 0,3 0,4-1 1,1-2 2,1-8 > 8 K me/100g < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1 > 1 Na me/100g < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1 > 1 KTK me/100g < 5 5-16 17-24 25-40 > 40

9

Sumber : Balai Penelitian Tanah (2005)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH dalam tanah merupakan sifat kimia yang penting. Pentingnya nilai pH dikarenakan pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman dan sebagai indikator unsur beracun terutama pada pH tanah rendah, selain itu pH tanah juga mempengaruhi mikroorganisme berkembang (Hardjowigeno, 2003). Penilaian pH dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Penilaian pH Tanah

Satuan Nilai Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH - < 4,5 4,5-5,5 5,5-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5

Hardjowigeno (2003), mengklasifikasi unsur hara esensial bedasarakan keperluan unsur terhadap tanaman. Pembagian unsur hara esensial yaitu unsur hara makro dan mikro. Penilaian unsur hara mikro dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Unsur Mikro Tanah

Parameter Satuan Nilai

Defisiensi Marginal Cukup

Zn ppm 0,5 0,5-1,0 1,0

Fe ppm 2,5 2,5-4,5 4,5

Mn ppm 1,0 - 1,0

Cu ppm 0,2 - 0,2

Sumber: Balai Penelitian Tanah (2005)

Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah kecil, jika dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi racun bagi tanaman. Faktor utama yang menentukan unsur hara mikro adalah pH tanah, drainase tanah, jerapan liat dan ikatan kation terhadap bahan organik.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ruminansia Kecil, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang serta kemampuan kumbang dalam mengurangi berat kotoran ayam ras petelur. Pengujian sifat kimia tanah yang digunakan sebagai media kumbang dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian dilaksanakan selama 120 hari (Januari - April 2012).

Materi

Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumbang kotoran (Coleoptera : Scarabaeidae) dengan jumlah 30 ekor (15 ekor kumbang jantan dan 15 ekor kumbang betina). Kumbang diperoleh dari daerah perkebunan teh PT. Kapol, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.

Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan adalah kotoran segar ayam ras petelur. Kotoran diambil dari peternakan PT. Jaya Abadi, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Peralatan yang digunakan adalah wadah plastik dengan ukuran 60x35x20 cm untuk penangkapan, pengadaptasian, dan pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang serta wadah pemeliharaan kumbang dalam pengamatan perubahan sifat kimia tanah. Toples plastik dengan ukuran diameter 14 cm dan tinggi 26 cm digunakan untuk pengamatan pengurangan berat kotoran. Peralatan tambahan yaitu timbangan digital, termohigrometer, sarung tangan, kamera digital, jangka sorong, dan alat tulis.

Prosedur

Persiapan Hewan Percobaan

Penangkapan kumbang dilakukan selama 35 hari dengan menggunakan alat berupa jebakan wadah plastik yang diisi dengan media tanah dengan tebal 15 cm dan kotoran manusia yang didiamkan selama satu hari. Jumlah jebakan yang digunakan

11

sebanyak satu buah jebakan. Jebakan dilengkapi dengan alat penerang untuk memancing kumbang dan setiap 24 jam sekali jebakan diperiksa untuk dilihat ada tidaknya kumbang yang tertangkap. Proses penangkapan kumbang disajikan pada Gambar 5.

Kumbang yang telah ditangkap diadaptasikan di dalam wadah yang ukurannya sama dengan proses penangkapan. Kumbang dilepaskan di dalam wadah yang telah diisi tanah dan kotoran ayam ras petelur.

Setiap kumbang dilakukan pengukuran panjang dan lebar tubuh kumbang. Panjang tubuh diukur dari ujung kepala sampai ujung abdomen sedangkan lebar tubuh diukur dari lebar terluas dari tubuh kumbang (Dung Beetles for Landcare Farming, 2008). Proses pengukuran panjang dan lebar tubuh kumbang dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Proses Pengukuran Tubuh Kumbang (a) Pengukuran Panjang; (b) Pengukuran Lebar

(a) (b)

Gambar 5. Proses Penangkapan Kumbang (a) Perlengkapan Penangkapan Kumbang; (b) Pengumpulan Sebagian Kumbang yang Tertangkap

Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang

Pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang diamati dengan metode ad libitum sampling dan pencatatan one-zero. Ad libitum sampling digunakan untuk mengetahui keseluruhan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang dan pencatatan one-zero untuk aktivitas kumbang yang berhubungan dengan pengurangan kotoran. Pencatatan dilakukan selama 3 hari dengan selang 15 menit pengamatan dan 15 menit tidak dilakukan pengamatan. Jumlah kumbang yang diamati aktivitasnya sebanyak 5 ekor (2 ekor jantan dan 3 ekor betina) yang memiliki panjang tubuh 26 mm dan lebar 16 mm. Pengamatan digunakan wadah plastik berukuran 60x25x20 cm dengan pemberian tutup pada wadah. Pemberian warna pada tubuh kumbang diberikan untuk membedakan antar individu kumbang.

Pengurangan Berat Kotoran oleh Kumbang

Pengamatan pengurangan berat kotoran oleh kumbang kotoran dilakukan di dalam wadah toples yang telah diberi kode. Besarnya pengurangan berat kotoran diketahui melalui penimbangan toples yang berisi tanah dan kotoran sebanyak 100 g, dimana toples ditimbang pada awal pengamatan sampai hari ke-4. Proses penimbangan media kumbang dapat dilihat pada Gambar 7.

Jumlah kumbang yang digunakan sebanyak 19 ekor. Kumbang dikelompokkan bedasarkan ukuran dan komposisi jantan dan betina pada setiap toples. Jumlah toples yang digunakan sebanyak 6 buah. Pengelompokan kumbang disajikan pada Tabel 5.

13

Tabel 5. Pengelompokan Kumbang

Kode Toples Komposisi Kumbang Panjang (mm) Lebar (mm)

P1 1 jantan 28 18 P2 1 betina 28 18 P3 1 jantan 28 17 1 betina 28 17 P4 1 jantan 24 15 2 betina 25 14 25 15 P5 4 betina 26 16 26 16 26 16 26 16 P6 3 jantan 26 16 26 16 25 14 5 betina 27 16 27 17 27 18 27 18 27 18

Perubahan Sifat Kimia Tanah yang Digunakan Sebagai Media Kumbang

Pengamatan perubahan sifat kimia tanah yang digunakan sebagai media kumbang, digunakan 30 ekor kumbang yang terdiri dari 15 ekor jantan dan 15 ekor betina. Kumbang merupakan gabungan dari kumbang yang sudah digunakan dalam pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian serta pengurangan berat kotoran.

Persiapan sampel tanah yang akan dianalis sifat kimianya dibedakan bedasarkan sampel tanah sebelum dan sesudah dijadikan media pemeliharaan kumbang kotoran. Pemeliharaan kumbang kotoran digunakan wadah plastik berukuran 60x25x20 cm dengan tebal tanah 15 cm, dimana setiap tiga hari sekali media ditambahkan satu kilogram kotoran segar ayam ras petelur. Sampel tanah yang dianalisis dibedakan hari ke-0, ke-7 dan ke- 21.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Peubah yang Diamati

Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang Kotoran. Aktivitas dan tingkah laku harian kumbang kotoran adalah persentase seluruh aktivitas kumbang kotoran dalam 24 jam. Persentase aktivitas dan tingkah laku harian kumbang dihitung menggunakan rumus :

Persentase aktivitas dan tingkah laku (%) = Keterangan :

 = tingkah laku yang diamati

 = keseluruh tingkah laku yang diamati

Data yang diperoleh direkapitulasi per-jam dan dihitung persentase aktivitas dan tingkah laku harian kumbang antara jantan dan betina. Persentase aktivitas dan tingkah laku harian kumbang juga dikelompokan dari tertinggi sampai terendah dan ada tidaknya aktivitas yang berhubungan dengan pengurangan penumpukan kotoran.

Pengurangan Berat Kotoran. Pengurangan berat kotoran oleh kumbang adalah jumlah berat kotoran yang berkurang akibat adanya aktivitas kumbang kotoran dalam satu hari. Pengurangan berat kotoran merupakan selisih antara berat kotoran pada satu hari sebelumnya dikurangi berat kotoran saat diukur, seperti yang tercantum pada rumus berikut:

Pengurangan berat kotoran (g/hari)  - 

keterangan :

 : berat kotoran satu hari sebelumnya (g)  : berat kotoran saat diukur (g)

Jumlah pengurangan kotoran dibedakan bedasarkan pengelompokan komposisi kumbang (Tabel 5), yaitu:

1. P1 : kumbang 1 ekor jantan dengan jumlah kotoran 100 g 2. P2 : kumbang 1 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g

3. P3 : kumbang 1 ekor betina dan 1 ekor jantan dengan jumlah kotoran 100 g 4. P4 : kumbang 1 ekor jantan dan 2 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g 5. P5 : kumbang 4 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g

6. P6 : kumbang 3 ekor jantan dan 5 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g

100 %

15

Sifat Kimia Tanah yang Dijadikan Media Kumbang Kotoran. Sifat kimia tanah yang dijadikan media kumbang kotoran adalah gambaran perubahan sifat kimia tanah sebelum dan sesudah dijadikan media pemeliharaan kumbang. Sifat kimia yang diuji meliputi, pH, C-organik, N-total, P, Ca, Mg, K, Na, KTK, Fe, Cu, Zn, dan Mn. Sifat kimia tanah diukur melalui analisis laboratorium dan dibandingkan dengan kriteria penilaian analisis tanah Balai Penelitian Tanah tahun 2005. Sampel tanah yang dianalisis dapat dilihat pada Gambar 8.

Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Penyajian data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk diagram dan grafik untuk persentase aktivitas dan tingkah laku harian kumbang. Pengurangan berat kotoran dan hasil sifat kimia tanah yang digunakan sebagai media kumbang disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Suhu dan Kelembapan Lokasi Penelitian

Kondisi suhu dan kelembapan pada lokasi penelitian dicatat pada saat dilakukannya pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang. Kondisi suhu dan kelembapan lokasi penelitian selama pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang disajikan pada Gambar 9.

Kondisi suhu dan kelembapan selama pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang yaitu pada kisaran 21-29oC dan 75%-84%. Kondisi suhu pada lokasi penelitian merupakan kondisi ideal kumbang kotoran dalam mengurangi penumpukan kotoran. Bertone et al. (2005) menyatakan, pada kisaran suhu 19-27oC aktivitas kumbang kotoran dalam mengurangi kotoran sapi di pastura akan lebih meningkat dan mulai menurun pada kondisi lingkungan di atas 300C dan di bawah 10oC.

Kelembapan pada lokasi penelitian merupakan kondisi yang masih bisa ditolerir oleh kumbang. Jameson (1989) menyatakan bahwa kelembapan di bawah 51% akan menyebabkan penurunan aktivitas kumbang.

Gambar 9. Kondisi Suhu dan Kelembapan Lokasi Penelitian Selama Pengamatan Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang

17

Kondisi Kotoran yang Diberikan

Kondisi kotoran yang digunakan selama penelitian merupakan kotoran segar ayam ras petelur. Komposisi kotoran yang digunakan selama penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Kotoran Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi

Sumber Parameter

C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn

... (%) ... ... (ppm) ... Kotoran 39,92 2,83 1,04 3,44 9,94 0,64 1.294,99 133,04 536,20 455,70

Sumber : Hasil analisis Lab. Dep. Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB (2012)

Jumlah dan komposisi kotoran ternak dipengaruhi oleh umur, jenis ternak, bahan makanan yang diberikan (Esminger, 1971). Bahan makanan yang digunakan di PT. Jaya Abadi merupakan pakan pabrikan yang meliputi jagung kuning, bungkil kedelai, canola meal, dedak padi, pollard, tepung ikan, tepung daging, asam amino, vitamin, mineral, antioksidan, anti-jamur, dan antibiotik. Kandungan pakan ayam ras petelur PT. Jaya Abadi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan Pakan Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi

Parameter Jumlah Kandungan dalam Pakan (%)

Kadar Air Maksimal 13, 00 Protein kasar 16,00 - 18,00 Lemak kasar Maksimal 7,00

Serat kasar Maksimal 7,00

Abu Maksimal 14,00

Kalsium 3,25 - 4,25

Fosfor 0,60 - 1,00

Sumber : Blangko Pakan PT. Jaya Abadi (2012)

Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang Kotoran

Aktivitas dan tingkah laku harian kumbang kotoran dimulai pada dini hari yaitu pada pukul 02.00 WIB dan mulai menurun pada pukul 18.00 WIB. Aktivitas tertinggi antara jantan dan betina berbeda yaitu pukul 04.00 WIB dan 12.00 WIB.

Menurut Scholtz (1989) kumbang kotoran aktif pada pukul 9.00-18.00 dengan aktivitas terbanyak terjadi pada pukul 10.00-12.00 dan 15.00-17.00. Hanski dan Cambefort (1991), membagi tipe aktivitas kumbang kotoran bedasarkan tipe kumbang dalam mengolah kotoran, tipe roller akan banyak menggunakan waktunya pada siang hari sedangkan tipe tunneler ada yang aktif pada malam hari dan siang hari.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan tingkah laku harian kumbang kotoran diketahui terdapat delapan aktivitas harian kumbang yang meliputi aktivitas makan, agonistik, membuang kotoran, istirahat, memeriksa, merawat tubuh, lokomosi, dan terbang. Perbandingan persentase aktivitas harian kumbang kotoran antara jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 menunjukkan aktivitas yang dominan dilakukan oleh kumbang adalah istirahat, makan, lokomosi, memeriksa, merawat tubuh, terbang, dan terendah adalah agonistik. Persentase aktivitas harian jantan dan betina berbeda, dimana jantan lebih dominan melakukan aktivitas istirahat, lokomosi dan merawat tubuh sedangkan betina makan, memeriksa, dan terbang.

Gambar 10. Persentase Aktivitas Harian Kumbang Kotoran Kumbang

Keterangan : A = Makan; B = Agonistik; C = Membuang Kotoran; D = Istirahat; E = Memeriksa; F = Merawat Tubuh; G = Lokomosi; H = Terbang

19

Beristirahat

Kumbang kotoran dianggap melakukan aktivitas istirahat apabila tidak ditemukan pergerakan kumbang di dalam terowongan. Tidak adanya gerakan di dalam terowongan diindikasikan dengan tidak adanya gerakan tanah pada permukaan media.

Persentase aktivitas istirahat kumbang jantan lebih besar daripada betina yaitu 60,24% (14,46 jam/24 jam) dibandingkan 44,11% (10,59 jam/24 jam). Persentase penggunaan waktu untuk aktivitas istirahat oleh kumbang kotoran selama 24 jam dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 menunjukkan aktivitas kumbang jantan dalam istirahat dilakukan pada pukul 19.00-02.00 WIB dan antara pukul 07.00-17.00 WIB sedangkan kumbang betina pada pukul 07.00 WIB. Aktivitas istirahat pada pukul 19.00-02.00 WIB kumbang jantan dilakukan terus-menerus di dalam terowongan, sedangkan pada pukul 07.00-17.00 WIB aktivitas istirahat diselingi dengan aktivitas lain yaitu pergerakan keluar masuk terowongan. Aktivitas kumbang betina berlangsung pada pukul 19.00-06.00 WIB dan dilakukan di dalam media. Setelah pukul 07.00 WIB kumbang betina keluar dari terowongan dan tidak melakukan aktivitas istirahat.

Gambar 11. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Istirahat Kumbang Kotoran Selama 24 jam

Tingkah laku istirahat kumbang kotoran antara jantan dan betina dilakukan di dalam media. Kumbang kotoran sebelum melakukan aktivitas istirahat akan melakukan gerakan menggali tanah pada media dengan gerakan membuka menggunakan tungkai depan dan menyundul tanah dengan gerakan memutar tubuh kumbang.

Aktivitas istirahat kumbang kotoran di dalam media ini memberikan

Dokumen terkait