• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Anak Usia 10 Tahun terhadap Film Animasi Upin dan Ipin Episode “Ikhlas dari Hati”

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

6. Tokoh-tokoh dalam Film Upin dan Ipin 1. Upin

4.2.1 Persepsi Anak Usia 10 Tahun terhadap Film Animasi Upin dan Ipin Episode “Ikhlas dari Hati”

Manusia sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk individual memiliki perbedaan fisik, latar belakang, karakter, dan pola pikir masing-masing.

Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa sudut pandang individu dalam memahami suatu hal melalui panca inderanya akan berbeda, karena setiap perbedaan tersebut ditentukan oleh persepi dari masing-masing individu. Persepsi tidak terlepas dari interaksi sosial individu dalam melakukan aktivitas sosial.

Melalui aktivitas sosial, individu akan mempelajari persepsi mengenai keadaan lingkungan sekitar.

Mengelola persepsi merupakan hal dasar yang penting untuk membangun kepercayaan orang lain bahkan bisa menjadi senjata persuasive untuk mempengaruhi orang lain. Menurut Ansori (2009: 214) mendefinisikan persepsi

53

merupakan proses individu dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu berada, yang berasal dari proses belajar dan pengalaman.

Komunikasi dalam interaksi sosial mempunyai peran dalam penyampaian informasi yang berpengaruh dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek saat ini yang pesat dan seiring dengan perkembangan komunikasi. Perkembangan iptek tak lepas dari media massa. Media massa ini telah akrab dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet (situs web). Media massa berperan dalam meyebarluaskan informasi sehingga khalayak mengetahui keadaan dalam waktu yang relatif cepat.

Selain itu, media massa juga menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan serta dapat mempengaruhi cara berpikir suatu kelompok atau masyarakat.

Kita umumnya berdiskusi dengan atau teman berdasarkan informasi yang kita peroleh melalui orang lain ataupun media massa. Kita berdiskusi menganai topik yang menarik untuk dibahas bahkan berita terkini yang menyorot perhatian publik. Media massa sebagai tempat untuk menginformasikan dan menyebarluaskan kepada publik melalui program acara seperti berita, film dan informasi apapun yang di dalamnya mengandung nilai edukatif, seperti halnya Film Animasi Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati. Film ini menceritakan tentang keseharian Upin dan Ipin bersama teman-temannya.

Keberadaan televisi bagi anak-anak di Desa Pulorejo sebagai media hiburan.

Mereka menonton televisi saat waktu senggang sesuai yang diinginkan. Menonton televisi dilakukan secara tidak sengaja dan ada juga yang dilakukan secara sengaja. Program tayangan yang ditonton secara sengaja merupakan program tayangan televisi yang disukai dan diketahui jadwal tayangnya. Seperti wawancara yang dilakukan dengan Rafa (10), berikut.

“Biasanya saya nonton Upin dan Ipin jam satu siang sebelum berangkat TPQ dan jam tujuh malam di MNCTV.” (Wawancara dengan Rafa, 4 September 2021)

Sementara itu, Shella (10) berpendapat sebagai berikut.

54

“Saya menonton film animasi Upin dan Ipin setiap hari, Kak. Lebih sering saat malam hari, kalau pas hari libur nonton jam 8 pagi.” (Wawancara dengan Shella, 4 September 2021)

Program tayangan televisi kini muncul beraneka ragam. Mulai dari masalah pemerintahan dari dalam negeri bahkan dari berbagai penjuru dunia, berita kriminal, kesehatan, acara-acara hiburan seperti dakwah, sinetron, musik dan masih banyak lagi. Tayangan untuk anak-anak tidak lepas dari film kartun. Film animasi ini sangat popular di kalangan anak-anak di Desa Pulorejo yaitu film kartun Upin dan Ipin. Berbagai program tayangan dibuat tentunya dengan maksud dan tujuan tertentu. Begitupun program tayangan untuk anak-anak diharapkan dapat menanamkan nilai, moral, serta pendidikan karakter pada anak. Sama halnya dengan film animasi Upin dan Upin banyak mengandung nilai-nilai moral yang baik sehingga baik untuk tontonan anak-anak.

Episode Ikhlas dari Hati mengulas tentang rasa empati, tolong menolong.

Semua yang diulas dalam film ini dikemas dengan cerita yang menarik dan mudah untuk dipahami, terutama di kalangan anak-anak. Dalam hal ini anak usia 10 tahun akan mempersepsikan/memberikan penilaian terhadap Film Animasi Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati. Artinya anak usia sekolah dasar (10 tahun) akan memberikan penilaian terhadap Film Animasi Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati yang meliputi bentuk fisik, penokohan, sinopsis film, karakter tokoh, dan sebagainya.

“Film Upin dan Ipin episode ini menceritakan tentang kebakaran rumah Ijat, Upin dan Ipin beserta teman-temannya merasa sedih kemudian menjenguk Ijat.” (Wawancara dengan Viona, 4 September 2021)

Media massa seperti halnya program dalam siaran televisi berperan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat. Sifat keestetikannya diwujudkan dalam bentuk audiovisual yang menghibur penontonnya. Di samping itu, media massa juga berperan sebagai media sosialisasi setelah anak memperoleh sosialisasi di lingkungan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Melalui media massa dalam bentuk film, anak akan memperoleh pengetahuan mengenai moral yang dikemas dalam bentuk film animasi yang menarik, jalan cerita yang mudah dipahami sehingga cocok menjadi tontonan bagi anak-anak.

55

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, anak menyukai film animasi Upin dan Ipin karena ceritanya menarik di setiap episodenya. Anak mengetahui bagaimana bentuk fisik Upin dan Ipin, seperti yang diungkapkan oleh Zahwa berikut.

“Saya sering menonton Film Upin dan Ipin. Filmnya menarik dan setiap hari ganti-ganti ceritanya. Bentuk Upin dan Ipin itu seperti anak kecil yang kembar, mereka botak dan bajunya ada tulisan U dan I.” (Wawancara dengan Zahwa, 5 September 2021)

Melalui pengamatan terhadap objek yang dilihat kemudian menimbulkan stimulus dan diinterpretasikan melalui alat indera. Dalam hal ini proses pemahaman rangsang didapatkan dari indera penglihatan sehingga membentuk persepsi. Seperti hasil wawancara oleh Nia sebagai berikut

“Bentuk tubuh Upin Ipin sama-sama botak, Kak, yang membedakan hanya Upin saja yang mempunyai rambut tapi cuma sedikit. Jarjit berkulit hitam dan ada seperti bola di atas kepalanya. Sementara itu, Mei-mei anak kecil yang bermata sipit, berkacamata, dan cantik. Kalau Ehsan juga berkacamata tapi dia gendut.”(Wawancara dengan Nia, 6 September 2021)

Objek yang dipersepsi melalui alat indra penglihatan dalam hal ini yaitu menganai bentuk fisik karakter tokoh Upin dan Ipin beserta teman-temannya.

Anak telah bisa mendeskripsikan karakter tokoh melalui pengamatan terhadap objek. Dalam hal ini objek yang diamati adalah film Upin dan Ipin melalui perhatian saat menonton film tersebut. Menurut Fahmi (2020: 12) ada tiga syarat terjadinya persepsi yaitu adanya objek yang dipersepsi, adanya alat indera atau reseptor serta adanya perhatian. Perhatian dan tingkat kefokusan seseorang berbeda-beda sehingga berpengaruh pada persepsi terhadap suatu objek. Seperti halnya wawancara yang dilakukan dengan Nia (10) dan Aulia (10) berikut.

“Bentuk tubuh Upin dan Ipin berkepala botak, yang membedakan hanya sehelai rambut di kepala Upin. Sedangkan Ehsan itu tubuhnya gemuk sendiri di antara teman-temannya.”(Wawancara dengan Nia, 6 September 2021)

Kemudian Aulia berpendapat bahwa,

“Upin dan Ipin berkepala botak, Mei-mei paling cantik di antara teman-temannya. Dia bermata sipit, berkulit putih, rambutnya selalu dikepang dua,

56

dan paling pandai di kelasnya.”(Wawancara dengan Aulia, 6 September 2021)

Berdasarkan jawaban yang disampaikan oleh Nia dan Aulia, dapat diketahui bahwa melalui pemberian perhatian dan fokus kepada objek dapat membentuk suatu persepi yang bermacam-macam. Menurut Nia, bentuk fisik Upin dan Ipin berkepala botak. Perbedaannya hanya terdapat di rambut Upin yang terdapat sehelai rambut. Kemudian menambahkan bahwa teman Upin yang bernama Ehsan memiliki tubuh yang gemuk. Sedangkan Aulia berpendapat bahwa Upin dan Ipin berkepala botak dan Mei-mei bermata sipit, berkulit putih, rambutnya selalu dikepang dua.

Ketertarikan terhadap film Animasi Upin dan Ipin menjadi salah satu faktor bagi anak untuk fokus dan memperhatikan film. Hal tersebut terlihat saat penayangan film, anak memperhatikan dengan tenang dan terkadang tertawa saat muncul adegan lucu tokoh film Upin dan Ipin. Selesai penayangan anak masih mengingat tingkah laku dan isi dari film animasi Upin dan Ipin Episode ikhlas dari Hati. Seperti yang diungkapkan oleh Zahwa (10), mengenai film Upin dan Ipin sebagai beikut.

“Menceritakan tentang beserta teman-temannya menjenguk Ijat yang mengalami musibah kebakaran. Upin, Ipin, dan teman-temannya mempunyai ide untuk membantu Ijat dengan mengumpulkan bantuan untuk diberikan kepada Ijat.” (Wawancara oleh Zahwa, 5 September 2021)

Menurut Dzulfahmi (2020: 23), pemberian makna terhadap suatu objek dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman, ingatan dan proses belajar.

Persepsi anak terhadap Film Animasi Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati dapat dilihat dari ekspresi saat menonton film, pendapat langsung mengenai ketertarikan terhadap film, keinginan anak setelah menonton film, serta kemudahan dalam mengartikan pesan yang disampaikan dalam film.

“Filmnya seru, Kak. Saya suka pas bagian saat di kelas ada Tuk Wan. Diajari membaca, bernyanyi, dan diceritakan tentang uang 10 sen. Meskipun saya tidak ada terjemahannya juga saya sudah paham karena hampir mirip dengan Bahasa Indonesia.” (Wawancara dengan Viona, 4 September 2021)

57 Sementara itu, Aulia (10) berpendapat bahwa

“Filmnya sedih dan ada yang lucu, Kak. Saya pernah melihatnya di televisi.

Saya suka pas bagian saat Upin Ipin ke rumah seorang warga dan warga itu terkejut karena sudah sore dikira masih pagi. Lalu saat mengetuk pintu bilangnya tidak orang tapi ada yang menjawab jadi ketahuan bohong, Kak.”

(wawancara dengan Neelova, 6 September 2021)

Film kartun merupakan film favorit bagi anak-anak di seluruh pelosok negeri, begitu juga anak di Desa Pulorejo. Hal ini terbukti dengan seringnya anak-anak menonton film kartun Upin dan Ipin di televisi maupun di youtube.

Menonton film kartun menjadi kebiasaan yang mengasyikkan terhadap anak-anak karena sifatnya yang menghibur dan jalan cerita yang menarik sesuai dengan dunia anak.

“Iya Kak. Film Upin dan Ipin mengajarkan hal-hal baik seperti patuh kepada orangtua, tolong menolong, memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung, terus berusaha, menghibur teman yang sedang kesusahan. Tadi malam saat menonton film Upin dan Ipin bersama Ibu juga dibilangin agar menjadi anak yang menghormati orangtua, rajin belajar seperti Upin dan Ipin.” (Wawancara dengan Viona, 4 September 2021)

Film Upin dan Ipin terdapat nilai pendidikan yang dapat mempengaruhi anak-anak. Melalui pembiasaan dan dampingan orangtua akan membuat anak memahami perilaku yang baik untuk dilakukan begitu pun sebaliknya.

Kebanyakan anak-anak meniru dan mempraktekkan permainan dan gaya bicara Upin dan Ipin beserta teman-temannya. Dilihat dari film Upin dan Ipin yang menyajikan cerita tentang keseharian bersama keluarga dan temannya yang selalu mengajarkan untuk hidup rukun, tolong menolong, dan selalu patuh kepada orangtua. Hal tersebut bisa menjadi poin positif yang sangat baik untuk pertumbuhan pola pikir anak.

Pendapat anak terhadap film animasi Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati mendapatkan respon positif dalam artian anak-anak memiliki ketertarikan terhadap film animasi Upin dan Ipin. Hal ini dapat diihat dari kebiasaan anak yang suka menonton film Upin dan Ipin di televisi serta pemberian perhatian, respon setelah menonton film Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati.

58

“Film tadi menceritakan tentang rumah Ijat yang kebakaran kemudian teman-teman sekelasnya memberikan dia bantuan agar bisa digunakan untuk bisa masuk sekolah lagi.” (Wawancara dengan Nia, 6 September 2021) Berdasarkan hasil wawancara, anak memiliki ketertarikan dalam menonton film Upin dan Ipin dapat dilihat ketika anak-anak mengetahui dan memahami tokoh dan karakter dalam film, mengingat hal-hal yang bersangkutan terhadap isi film yang meliputi scene favorit, keunikan film dan apa saja yang dapat dipelajari dari film.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anak di Desa Pulorejo yang mencakup beberapa hal sesuai dengan Dzulfahmi (2020: 21-27) sebagai berikut.

a. Internal 1. Perhatian

Perhatian mempengaruh persepsi seseorang terhadap objek yang diamati.

Perhatian yang difokuskan informan anak usia 10 tahun di Desa Pulorejo mengenai film Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati meliputi bentuk fisik, sifat, tingkah laku, kesimpulan, serta nilai moral dalam film Upin dan Ipin.

Dalam hasil wawancara dapat diketahui bahwa anak menyukai film Upin dan Ipin karena ceritanya seru, Upin Ipin selalu mempunyai ide yang kreatif seperti memanfaat kaleng bekas agar bisa dimanfaatkan, berteman baik dan selalu rukun kepada teman-temannya.

2. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman berhubungan dengan ingatan karena jika individu dapat mengingat suatu kejadian yang pernah dialami. Dalam hal ini yang mendasari faktor pengalaman dan ingatan seseorang dapat dilihat dari bagaimana respon individu terhadap pesan yang mereka dapat dari film Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati. seperti yang diungkapkan oleh anak anak bahwa film Upin dan Ipin Episode Ikhlas dari Hati dapat belajar tentang kerukunan, setia kawan, tolong menolong, patuh kepada orangtua, sopan kepada guru dan orangtua.

59 3. Kebiasaan

kebiasaan seserang terhadap sesuatu yang menjadi kesukaannya akan menimbulkan daya tarik tersendiri persepsi. Kebanyakan anak di Desa Pulorejo memiliki kebiasaan menonton film Upin dan Ipin di MNCTV dengan alasan ceritanya yang menarik dan banyak episode yang seru.

b. Eksternal 1. Gerakan

Anak-anak kebanyakan tertarik kepada suatu objek yang menarik secara visual. Film animasi menjadi tayangan yang data menarik perhatian anak-anak karena selain alur yang dan karakter yang sesuai dengan anak-anak-anak-anak juga mempunyai visual animasi yang bagus. Seseorang akan lebih suka memperhatikan objek yang bergerak daripada objek yang diam.

Berdasarkan hasil penelitian, anak meyukai tokoh-tokoh dalam film animasi Upin dan Ipin ketika sedang bermain permainan unik di pondok dan bertamu dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan bantuan.

2. Kebaruan

Hal-hal yang baru, modern, belum pernah dijumpai oleh seseorang akan menarik perhatian. Berdasarkan hasil penelitian, lima dari enam anak-anak belum pernah melihat film Upin Ipin Episode Ikhlas dari Hati sehingga anak dapat menemukan hal baru yang belum pernah dijumpainya.

3. Perulangan

Penyajian tayangan secara berulang disertai dengan variasi akan menarik perhatian anak. Perulangan mempengaruhi pola pikir seseorang yang menonton. Sudah menjadi kebiasaan anak di Desa Pulorejo menonton film Upin dan Ipin, namun disajikan dengan episode yang baru akan membuat anak tertarik untuk menontonnya.

Dokumen terkait