• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.2 Kajian Teori

2.2.2 Persepsi

Persepsi, adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian –balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2007: 167). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat tidak mungkin terjadi komunikasi yang efektif.Beberapa ahli memiliki defenisi mengenai persepsi, dan Penulis terlebih dahulu ingin menjelaskan defenisi persepsi menurut Branca, Woodworth dan Marquis, persepsi dapat didefenisikan sebagai :

“suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alatpenerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf ke otak sebagai pusat susunan saraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi” (dalam Walgito, 2002:45).

Menurut Scheerer menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan proksimal (dalam Sarwono, 2006:88).

Pendapat lain mengatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yangdiperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (dalam Rakhmat, 2005). Leavitt(1978) menyatakan pengertian persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap orang menggunakan kacamata sendiri-sendiri dalam memandang dunianya.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang tidak mungkin dihilangkan, amat erat dan penting sekali dalam proses terjadinya komunikasi. Proses itu dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Semua yang diamati oleh individu dapat berupa objek disekitarnya ataupun terhadap fenomena-fenomena sehari-hari disebut sebagai persepsi.

Sejumlah faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2006:170) yaitu:

1. Pelaku Persepsi

Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu tersebut. Diantaranya karakteristik yang mempengeruhi persepsi adalah :

a. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk berinteraksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan yang bersangkutan.

b. Motif (kebutuhan)

Motif adalah perangsang keinginan dan daya gerak kemauan seseorang. Motif atau kebutuhan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi.

c. Kepentingan (minat)

Pengertian minat adalah perhatian atau kesukaan pada suatu objek. Kepentingan individual satu dengan individu lain berbeda, apa yang dicatat satu orang dalam suatu situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan oleh orang lain.

d. Pengalaman masa lalu

Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri. Hal ini berarti pengalaman yang dialami sendiri oleh seseorang lebih kuat dan sulit dilupakan dibandingkan dengan melihat pengalaman orang lain.

e. Pengharapan (expectations)

Pengharapan berarti keinginan akan sesuatu agar terjadi. Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek mengenai hal yang disukai dan diharapkan. Harapan dapat tergantung kepada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Pengharapan dapat menyimpangkan persepsi dalam melihat apa yang dilihatnya. 2. Target

Karakteristik dari target yang akan diamati akan mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :

a. Hal baru

Seorang individu biasanya lebih tertarik untuk mempersepsikan hal baru dibandingkan hal yang lama. Rangsangan dari hal baru akan menimbulkan keinginan untuk dapat menerima rangsangan tersebut.

b. Latar belakang

Suatu latar belakang yang dimiliki objek dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk.

c. Kedekatan

Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama, bukan secara terpisah. Kedekatan akan mempengaruhi persepsi yang terbentuk pada individu- individu.

3. Situasi

Unsur-unsur lingkungan sekitar yang mempengaruhi : a. Waktu

Suatu objek atau peristiwa yang dilihat dalam waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi perhatian. Waktu yang diberikan terhadap apa yang dipersepsikan dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk.

b. Keadaan lingkungan

Lingkungan yang kondusif akan mempengaruhi terhadap persepsi. Karena berhubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok, organisasi, atau masyarakat.

c. Keadaan sosial

Dimana suatu objek atau peristiwa yang sama dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda. Keadaan sosial setiap individu dengan individu lain dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk terhadap rangsangan.

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. DavidKrech dan Richard S. Cruthfield (dalam Rakhmat 2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fungsional: Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.

b. Faktor Struktural: Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek- efek saraf yangditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individumelihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam masyarakat.Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapatdikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial.

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan individu merupakansalah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi persepi individu tersebut terhadap suatuobjek. Teori kebutuhan Maslow menyebutkan

bahwa seseorang tidak akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan di atasnya apabila kebutuhan pada jenjang di bawahnya telahterpenuhi/terpuaskan (dalam Mugniesyah, 2006). Adapun penjelasan hierarki tersebut sebagaimanayang diungkapkan oleh Mugniesyah (2006), antara lain:

a. Kebutuhan Fisiologis, mencakup kebutuhan dasar atau primer manusia, seperti udara, sandang, pangan, papan, dan seks.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu apabila semua kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka individumemiliki keinginan untuk memenuhi semua kebutuhannya yang berkaitan dengan keamanandan keselamatan.

c. Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan hubungan sosial (kasih sayang, persahabatan, penerimaan, dan perhatian) termasuk memberi dan menerima rasa cinta, rasa memiliki, rasadibutuhkan.

d. Kebutuhan harga diri, kebutuhan yang berfokus pada ego, status, harga diri, dikenal, percayadiri, dan prestise (gengsi). Selain itu juga mencakup perasaan dapat menyelesaikan sesuatu(feeling of achievement).

e. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan potensi dirisepenuhnya dengan mengembangkan diri dan berprestasi sebaik mungkin dengan potensi dirisepenuhnya.