• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

LANDASAN TEORI

B. Persepsi Karyawan

Sumber daya manusia merupakan asset yang paling penting dalam suatu organisasi perusahaan. Siagan Sondang menyatakan bahwa sebagai sumber daya yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi, sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga, dipertahankan, serta dikembangkan oleh organisasi. Sementara ditinjau dari sudut karyawan sebagai sumber daya manusia itu sendiri.

Menurut David Krech dan Richard Crutcfield membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Faktor fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebutkan sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

Santamaria (Simamora, 2004:224) menyatakan bahwa saat ini karyawan tidak hanya mengharapkan imbalan jasa yang diberikannya kepada organisasi, tetapi juga mengharapkan kualitas tertentu dari perlakuan dalam bekerja. Karyawan memberi martabat, penghargaan, kebijakan yang mempengaruhi kerja dan karir mereka, rekan kerja yang kooperatif, serta

kompensasi yang adil. Tuntutan karyawan yang semakin tinggi terhadap organisasi serta yang dilakukan oleh organisasi akan menentukan komitmen dan keterikatan karyawan terhadap organisasi, yang dapat mempengaruhi keputusannya untuk tetap bekerjasama dan memajukan organisasinta atau tempat kerja yang lebih baik.

Menurut Peter Drucker (Handoko, 2003) persepsi karyawan memiliki keyakinan yang kuat terhadap organisasi serta menerima tujuan dan nilai organisasi, memiliki keinginan untuk bekerja, serta memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Pendekatan Peter Drucker ini merupakan pendekatan efektif yang menekankan pentingnya kongruensi antara nilai dan tujuan pribadi karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi. Beberapa karakteristik dari organisasi yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi adalah :

1. Calon karyawan yang masih berada pada tahap seleksi diperkenalkan dengan tugas yang akan dikerjakan agar calon karyawan mengetahui dengan yang harus dikerjakannya dan yang dituntut dari dirinya sehingga dapat memutuskan benar-benar berminat terhadap pekerjanya.

2. Penggajian karyawan tidak didasarkan pada sekor jabatan tetapi berdasarkan ketrampilan dari setiap karyawan.

3. Organisasi merencanakan dan melakukan pelatihan, perencanaan, karir dan pengembangan diri karyawan.

4. Organisasi menerapkan gaya manajemen partisipasif dimana setiap karyawan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pengambilan keputusan.

5. Organisasi mengatur ruang kerja sedemikian rupa sehingga setiap karyawan merasa nyaman dalam lingkungan kerjanya.

Pada penelitian pengelolaan sumber daya manusia akan ditinjau dari pandangan karyawan sebagai sumber daya manusia itu sendiri berdasarkan persepsi dan harapan karyawan terhadap penerapan pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi. Persepsi karyawan berkaitan dengan bagaimana karyawan menginterprestasikan realitas dalam organisasi yang merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku karyawan.

C. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok (wordpress.com/2013/11/13).

Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan dapat memberikan pengaruh postif kepada karyawan untuk memaksimalkan pekerjaannya dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan.

Berikut adalah beberapa teori kepemimpinan menurut para ahli: 1. Pengertian Kepemimipinan menurut para ahli

Menurut Siagian, (2002) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya, sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin.

Menurut Tead, Terry, dan Hoyt dalam Kartono, (2003) Kepemimpinanyaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Menurut Young dalam Kartono, (2003) Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Kepemimpinan merupakan intisari dari manajemen organisasi, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setip aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi (Ardana, Mujiati dan Sriarthi, 2008:89).

Moejiono, (2002) memandang bahwa kepemimpinan sebenarnya sebagai akibat dari pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para karyawan. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau

pendesakan secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Handoko, 2003:294).

Kartono, (2003) menuturkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan atau seni untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

2. Gaya Kepemimpinan

Dalam sebuah kepemimpinan salah satu hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan dari kepemimpinan adalah gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan dianggap berpengaruh bagi keberhasilan seorang pemimpin dikarenakan gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara dan strategi dari seorang pemimpin dalam usaha menggerakan anggota atau karyawan untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan atau pun organisasi. Gaya kepemimpinan erat kaitannya dengan sikap, gerak, ataupun cara berbicara dari seorang pemimpin kepada karyawan atau anggota organisasi yang dapat mereka rasakan seperti pada pendapat yang menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku

(kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004).

Sebuah gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai sebuah perwujudan dari tingkah laku seorang pemimpin yang berhubungan dengan kemampuan yang dimilikinya didalam memimpin orang lain untuk mencapai tujuan pribadi maupun organisasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan dari organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002).

Dari beberapa pengertian tentang gaya kepemimpinan dari para ahli dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah salah satu cara atau strategi yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang berupa pola tingkah laku, tindakan maupun kata-kata yang dapat dirasakan oleh para pengikutnya agar dapat mencapai tujuan pribadi maupun organisasi yang diinginkan.

Setiap pemimpin dapat memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan dapat menjadi berbeda karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang ada di dalam atau diluar diri orang tersebut.

Ada empat gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi perilaku seorang pemimpin (Sujak, 1990:18), yakni ;

a) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (achievement oriented leadership) gaya kepemimpinan ini memiliki karakteristik yaitu ; pemimpin menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat menantang, pemimpin mengharapkan agar bawahannya berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan seoptimal mungkin, serta pemimpin menunjukkan rasa percaya diri dan mengarahkan para karyawan agar dapat memenuhi tuntutan dari pemimpinnya.

b) Kepemimpinan direktif (directive leadership), jenis kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ; pemimpin memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengetahui apa yang menjadi harapan pemimpinnya dan pemimpin tersebut menyatakan kepada karyawannya tentang bangaimana cara untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Gaya kepemimpinan ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil atau tujuan.

c) Kepemimpinan partisipatif (participative leadership), jenis kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ; pemimpin berkonsultasi dengan bawahannya dan bertanya untuk memperoleh masukan dan saran-saran dalam rangka pengambilan suatu keputusan.

d) Kepemimpinan suportif (supportive leadership), jenis kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ;

pemimpin berusaha untuk mendekatkan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan perasaan bawahaannya.

Ada tiga jenis gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Lewin, Lippit, dan White (dalam Abidin, 2009:42) yaitu:

a) Gaya Kepemiminan Otokratik

Gaya kepemimpinan otokratik adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, segala jenis kegiatan yang akan dilakukan semuanya berpusat pada keputusan pemimpin. Pimpinan secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan.

Gaya kepemimpinan otokratik terkadang dikatakan sebagai kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan banyaknya petunjuk yang datang dari pemimpin dan sangat terbatas, bahkan sama sekali tidak adanya peran serta karyawan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratik, yaitu:

1) Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin. 2) Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin. 3) Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin.

4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pemimpin kepada bawahan.

5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan para karyawan dilakukan secara ketat.

6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan.

7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.

8) Lebih banyak kritik dari pada pujian, menurut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

b) Gaya Kepemimpinan Demokratik

Gaya kepemimpinan demokratik adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan dan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan demokratik juga disebut sebagai gaya keemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin berkonsultasi dengan karyawannya untuk merumuskan tindakan serta pengambilan keputusan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratik, yaitu:

1) Wewenang pemimpin tidak mutlak.

2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan.

3) Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.

4) Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan.

5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar.

6) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan.

7) Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat.

8) Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruksi.

9) Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, dan saling menghormati.

c) Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurangnya interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin terhadap karyawannya, sehingga gaya ini dapat berjalan efektif apabila karyawan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan untuk mencapi tujuan dan sasaran yang cukup tinggi. Gaya kepemimpinan ini sedikit menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan karyawannya berbuat sesuka hati. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissses faire, yaitu:

1) Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi dengan diberi batasan serta berbagai produser.

2) Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan penghargaan, disamping adanya sanksi atau hukuman bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan.

3) Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak cukup baik.

4) Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberi kebebasan untuk memberikan pendapatnya.

3. Teori-teori Kepemimpinan a. Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin tersebut. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki oleh pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:

1) Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.

2) Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.

3) Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang mendesak dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

Teori sifat memiliki berbagai kelemahan antara lain: bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b. Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori perilaku adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku sebagai berikut:

1) Konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan karyawannya, memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi. 2) Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan antara atasan dan bawahan. Perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil atau tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin

pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Stoner, 1978:442-443).

c. Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:

1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas 2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan 3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan 4) Norma yang dianut kelompok

5) Rentang kendali

6) Ancaman dari luar organisasi 7) Tingkat stres

8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Dokumen terkait