• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN PADA GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN PADA GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus pada Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Riwancen Carolus Simbolon

NIM : 112214051

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

Studi Kasus pada Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Riwancen Carolus Simbolon

NIM : 112214051

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

“I have not failed, I’ve just found 10.000 ways that won’t work” (Thomas Edison)

Sometimes you can’t see yourself clearly until tou see yourself through the eyes of others ” (Ellen DeGeneres)

“Salah satu penyakit terbesar adalah menjadi tak seorang pun (one of the greatest diseases is to be nobody to anybody)

(Mother Teresa Kalkuta)

“Kita bisa mengubah masalah menjadi peluang, dengan mengubah cara pandang kita”

(Susilo Bambang Yudoyono)

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Tuhan Yesus, Bunda Maria yang senantiasa memberiku kekuatan

Kedua orang tuaku tercinta, atas curahan segala kasih dan sayangnya

Keluargaku tercinta, atas doa dan dukungan yang tulus

Sahabat-sahabatku terkasih, atas dorongan semangat, dukungan doa dan waktu bersama

(6)
(7)
(8)

vii

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi Karyawan pada

Gaya Kepemimpinan terhadap Semangat Kerja Karyawan : Study Kasus pada Restoran Pasta

dan Turkey Koki Joni Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. J. Eka Priyatma, MSc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma serta selaku dosen pembimbing II, yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang

telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

5. Seluruh Dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk berdinamika bersama dan berbagi

ilmu pengetahuan.

6. Pimpinan Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni Yogyakarta yang telah memberikan

(9)

viii

memberi dukungan doa, nasehat, kebahagiaan, dan memberikan penghidupan yang layak bagiku,

Angelina Christine Lay Rihi, terimakasih atas cintanya, kebahagiaanya, yang dengan sabar dan

setia menemani, keluargaku, teman-teman komunitas, sahabat, rekan kerja dan yang lainnya

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan

pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 21 Desember 2017

Penulis,

Riwancen Carolus Simbolon

NIM: 112214051

(10)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAh... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

1. Pengertian Kepemimpinan menurut para ahli ... 17

2. Gaya Kepemimpinan ... 18

3. Teori-teori Kepemimpinan ... 24

D. Semangat Kerja Karyawan... 27

(11)

x

E. Penelitian-penelitian sebelumnya ... 37

F. Kerangka konseptual Pustaka... 39

G. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis penelitian ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 53

A. Sejarah Perusahaan ... 53

B. Visi dan misi perusahaan... 54

C. Alamat Rumah Makan ... 54

D. Bidang Usaha ... 55

E. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 55

F. Pilar-pilar utama Perusahaan ... 59

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Deskripsi Responden... 60

1. Jenis Kelamin ... 60

(12)

xi

1. Gaya Kepemimpinan ... 63

2. Semangat Kerja Karyawan ... 64

C. Analisis Data ... 67

1.Validitas ... 67

2. Reliabilitas ... 69

3. Teknik Analisis Regresi Sederhana ... 70

D. Pembahasan ... 72

1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ... 72

2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 73

3. Analisis Regresi Sederhana ... 74

BAB VI PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

C. Keterbatasan ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN KUISIONER ... 80

(13)

xii

Tabel Judul Halaman

V.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 60

V.2 Karakteristik responden berdasarkan umur ... 61

V.3 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja ... 62

V.4 Deskripsi variabel gaya kepemimpinan ... 63

V.5 Deskripsi variabel semangat kerja karyawan ... 64

V.6 Tabel rata-rata hasil penelitian ... 65

V.7 Rangkuman tes validitas ... 68

V.8 Rangkuman hasil uji reliabilitas ... 69

(14)

xiii

Gambar Judul Halaman

II.1 Kerangka konseptual penelitian ... 39

(15)

xiv

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran.1 Kuesioner penelitian ... 80

(16)

xv

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN PADA GAYA KEPEMIMPINAN

TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Restoran Pasta dan Turki Kokey Joni Yogyakarta

Riwancen Carolus Simbolon

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi karyawan pada gaya

kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan secara parsial kepada karyawan Restoran

Pasta dan turkey Koki Joni Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode kuantitatif dengan menggunakan metode sample jenuh. Sampel yang digunakan

sebanyak 36 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. Hasil

analisis penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh persepsi karyawan pada gaya

kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan Restoran pasta dan turkey Koki Joni

Yogyakarta.

(17)

xvi

THE INFLUENCE OF EMPLOYEES PERCEPTION ON LEADERSHIP

STYLE TO THE EMPLOYEES WORK SPIRIT

Case study of Pasta & Turkey Restaurant Koki Joni Yogyakarta

Riwancen Carolus Simbolon

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2018

This research was conducted to determine the influence of employee perceptions on

leadership styles on employee work spirit partially to employees of Restaurant Pasta & Turkey

Koki Joni Yogyakarta. The method used in this research is quantitative method by using

saturated sampling method. The research took sample from 36. Data collection was done by

using questionnaire. Data analysis in this research were gathered using simple linear regression

analysis. The result of this research analysis indicate that there is no influence of employee

perception on leadership style to employee work spirit of Pasta & Turkey restaurant Koki Joni

Yogyakarta.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia dilahirkan bukan semata-mata sebagai

makhluk individu melainkan sebagai makhluk sosial, yang saling mengisi

dalam bentuk kerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama yang

diinginkan. Sumber daya manusia memiliki peran yang penting sebagai

pelaksana tujuan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Organisasi yang

berhasil adalah organisasi yang mampu mencapai tujuan melalui sumber daya

manusia yang berkompeten dan berdedikasi.

Setiap organisasi pasti membutuhkan sumber daya manusia untuk

menjalankan setiap aktivitas yang ada dalam organisasi. Sumber daya

manusia merupakan aset terpenting dan memiliki pengaruh sangat besar

terhadap kesuksesan sebuah organisasi. Organisasi perlu mencapai efisisiensi

dan efektivitas secara bersama. Tujuan efektivitas diarahkan pada pencapaian

hasil sedangkan tujuan efisiensi berkaitan dengan mekanisme

mendistribusikan sumber daya dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan

organisasi.

Karyawan dapat menjadi aset penting dari suatu organisasi karena

mereka adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan atau

kegagalan organisasi. Organisasi ataupun perusahaan yang mempekerjakan

(19)

ketatnya persaingan di era saat ini dan mencapai tujuan-tujuan yang menjadi

target dari organisasi. Penting bagi perusahaan untuk menyusun strategi agar

dapat menghasilkan karyawan terbaik dengan performa yang tinggi. Proses

menghasilkan karyawan terbaik dimulai dari tahapan rekrutmen sampai pada

tahapan pengembangan dan pelatihan karyawan.

Menurut Flippo, didalam bukunya Handoko, (2011: 3) Manajemen

personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya

manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Seberapa baik sumber daya manusia dikelola akan menjadi hal yang

semakin vital bagi kesuksesan perusahaan dimasa mendatang. Pengelolaan

sumber daya manusia dengan sendirinya bakal menjadi bagian yang sangat

penting dari tugas manajemen perusahaan, sebaliknya, jika sumber daya

manusia tidak dikelola dengan baik, maka efektvitasnya akan merosot dengan

sumber daya yang lain.

Sumber daya manusia mempunyai imbas yang lebih besar terhadap

efektivitas organisasional dibandingkan dengan sumber daya yang lain.

Seiring berjalannya waktu, pola pikir organisasi terhadap aset mengalami

pergeseran. Sebagian besar organisasi awalnya ketika berpikir tentang aset

hanya mengenai saham, kas, investasi, atau semacam kekayaan lainnya.

(20)

merupakan salah satu aset yang dimilki, bahkan karyawan dipandang sebagai

salah satu aset terpenting yang dimiliki oleh organisasi.

Sumber daya non manusia dan kekayaan alam yang melimpah

ternyata tidak akan berarti jika semuanya tidak dikelola oleh manusia secara

baik, hal ini berarti bahwa tanpa adanya manajemen sumber daya manusia

yang handal, dalam mengelola, menggunakan dan memanfaatkan

sumber-sumber lainnya menjadi tidak berdaya guna dan berhasil guna. Dalam situasi

demikian tidak mustahil gambaran tentang usaha pencapaian tujuan nasional

menjadi kabur yang pada gilirannya dapat berakibat pada kegalauan atau

keresahan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, banyak faktor yang

mendukung dalam melakukan segala pekerjaan, agar semangat kerja

karyawan dapat memberikan kepuasan terhadap perusahaan tersebut.

Kepemimpinan adalah bagian penting dalam manajemen organisasi.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang telah ditentukan (Handoko, 2008 : 294).

Pemimpin dalam organisasi merupakan salah satu faktor yang sangat

penting karena akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap semangat

kerja karyawan. Pemimpin mempunyai tugas dan wewenang untuk

merencanakan, mengorganisasikan, mengontrol hingga mengevaluasi setiap

keputusan yang akan dilaksanakan dalam suatu organisasi. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap, gaya dan perilaku kepemimpinan sangat

(21)

Manajer atau pimpinan organisasi berperan penting untuk mengelola

sumber daya manusia dalam hal penggunaan minat, keterampilan, dan talenta

individu untuk menjalankan setiap aktivitas yang ada dalam organisasi, agar

sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi. Sumber daya manusia

merupakan aset terpenting dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

kesuksesan sebuah organisasi. Fungsi dari bagian SDM perusahaan juga

memegang andil penting dalam menyelaraskan hak dan kewajiban antara

karyawan dan perusahaan agar tetap terjaga.

Hubungan antara kepemimpinan dan kinerja karyawan dalam

pekerjaan dipengaruhi oleh kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh

pemimpin adalah kunci dari penangkapan pesan. Ketika manajer mampu

menyediakan karyawan tugas yang akurat dan berguna serta informasi

organisasi, ini membantu karyawan mengurangi ketidakpastian (Kernan dan

Hanges, 2002). Tidak peduli tantangan apa kekuatan komunikasi dari seorang

supervisor akan memungkinkan karyawan untuk mengatasi hambatan yang

dihadapi (Cetin, Karabay, dan Efe, 2012). Pemimpin yang memiliki

kompetensi komunikasi yang baik diharapkan mampu memperkuat

kepemimpinan yang dimikinya agar mampu mengarahkan karyawan untuk

menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas.

Kualitas komunikasi membantu karyawan memahami tugas mereka (Hartog,

Boon, Verburg, dan Croon, 2012). Dari beberapa pendapat para ahli diatas,

maka kompetensi komunikasi bagi seorang pemimpin menjadi salah satu

(22)

Kompetensi komunikasi berfungsi sebagai salah satu pilar utama

yang bagi pemimpin potensial untuk meninggalkan pengaruh positif pada

karyawan (Cetin dkk, 2012). Kompetensi bukan hanya mampu membantu

karyawan untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan pekerjaannya

namun juga mampu memberikan kesan positif kepada karyawan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Restoran Pasta dan Turki Koki Joni dengan judul “Pengaruh

Persepsi Karyawan pada Gaya Kepemimpinan Manajer terhadap Semangat

Kerja Karyawan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat merumuskan

masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi karyawan pada gaya kepemimpinan yang

dipraktikkan oleh manajer?

2. Apakah persepsi karyawan pada gaya kepemimpinan manajer

berpengaruh terhadap semangat kerja?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah-masalah yang ada

agar tidak terlalu luas dan menyimpang, sehingga sesuai dengan variabel

(23)

batasan masalah yang akan diteliti mengenai pengaruh persepsi karyawan

pada gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja yaitu:

1. Persepsi karyawan pada gaya kepemimpinan yang diterapkan di Restoran

Pasta dan Turkey Koki Joni sebagai tempat yang saya teliliti.

2. Tinggi rendahnya semangat kerja karyawan dari gaya kepemimpinan

yang diterapkan di Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi karyawan pada gaya kepemimpinan yang

dipraktikkan manajer.

2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi karyawan pada gaya kepemimpinan

manajer terhadap semangat kerja karyawan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan

untuk mengambil keputusan bagi manajer dalam menerapkan gaya

(24)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dapat menambah referensi bagi pembaca dan

pertimbangan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian sejenis, serta

menjadi koleksi kepustakaan Universitas Sanata Dharma khususnya

dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bekal penulis dalam

menghadapi dunia kerja nantinya dan untuk menambah pengetahuan di

bidang SDM dalam hal gaya kepemimpian untuk menumbuhkan

semangat kerja karyawan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan penelitian ini terdiri atas enam bagian utama yaitu:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan teori-teori pendukung penulisan skripsi ini

yang meliputi kepemimpinan, semangat kerja, konseptual

(25)

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen

dan teknik analisis data.

BAB IV Gambaran Umum

Bab ini memuat tentang gambaran umum pada Restoran Pasta dan

Turkey Koki Joni Yogyakarta. Gambaran tersebut berupa sejarah

perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, dan pilar-pilar utama

perusahaan.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang selanjutnya

dianalisis untuk mengetahiu gaya kepemimpinan apa yang

digunakan oleh manajer pada Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni

Yogyakarta dan apakah ada pengaruhnya terhadap semangat kerja

karyawan.

BAB VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dari pengaruh

(26)

kerja karyawandan saran yang dapat diusulkan kepada perusahaan

tempat penelitian serta beberapa keterbatasan peneliti yang dialami

(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia (human resource management)

adalah perencanaan, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan

pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan

organisasi, dan masyarakat (Hariandja, 2009:2).

Perencanaan sumber daya manusia adalah proses sistematis untuk

menggunakan minat, keterampilan dan talenta individu agar sesuai dengan

tujuan atau sasaran organisasi. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai

tujuan, tidak terlepas dari keberadaan sumber daya manusia yang berperan

dalam menjalankan usahanya untuk memenuhi kebutuhan organisasi.

Hariandja, (2009) lebih lanjut berpendapat bahwa manajemen sumber

daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang

lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya agar

dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi tercapainya

tujuan yang telah ditentukan. Manajer harus menjamin bahwa perusahaan

atau suatu organisasi memiliki tenaga kerja yang tepat di tempat yang tepat,

dan pada saat yang tepat, serta memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang akan membantu perusahaan untuk mencapai keseluruhan

(28)

Manajemen sumber daya manusia didasari pada suatu konsep bahwa

setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin dan bukan semata menjadi

sumber daya bisnis. Manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan

kebijakan dan praktek-praktek yang perlu dilaksanakan oleh manajer

mengenai aspek-aspek yang terkait karyawan sebagai manusia. Manajemen

sumber daya manusia juga dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien, membantu

terwujudnya tujuan organisasi, karyawan dan masyarakat. Manajemen

sumber daya manusia merupakan suatu sistem manajemen yang sengaja

dirancang untuk memastikan bahwa potensi atau bakat individu dalam

organisasi dapat diutilisasi secara efektif dan efisien. Pengembangan individu

tersebut dimaksud untuk mencapi tujuan dan target yang telah ditentukan

organisasi (Erkutlu dan Jamel, 2016).

Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari manajemen organisasi. Manajemen sumber daya manusia

memberikan sumbangan secara langsung pada peningkatan produktivitas

melalui penemuan cara-cara yang lebih efisien dan efektif untuk mencapai

tujuan dan secara tidak langsung melalui peningkatan mutu kehidupan kerja

karyawan. Praktek manajemen sumber daya manusia memiliki fungsi-fungsi

yang harus dijalankan dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut mencakup semua

kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengelolaan, pengembangan dan

sampai pada pemberhentian sumber daya manusia. Manajemen sumber daya

(29)

dilanjuti dengan seleksi dan penempatan sumber daya manusia dalam jabatan

yang tepat, kemudian berturut-turut fungsi penggajian, penilaian kinerja,

pelatihan dan pengembangan, pengelolaan karir dan pembinaan hubungan

karyawan.

Kesuksesan organisasi memerlukan karyawan yang mampu bekerja

sesuai dengan harapan organisasi, termasuk upaya yang dilakukan oleh

karyawan dalam membangun hubungan interpersonal sehingga mampu

menciptakan kerjasama yang baik antar karyawan. Karyawan juga diharapkan

mampu mengembangkan sikap positif dalam menghadapi berbagai bentuk

ketidaknyamanan dalam bekerja sebagai bentuk internalisasi dan kesadaran

terhadap kebijakan organisasi. Perilaku karyawan di atas merefleksikan

pengakuan pribadi sebagai bagian dari organisasi, bersedia menerima

tanggung jawab sebagai konsekuensi dari sikapnya tersebut dan memiliki

loyalitas terhadap organisasi.

Definisi manajemen sumber daya manusia ialah semua kegiatan yang

mengatur pengikutsertaan manusia dalam organisasi (Kadarman dan Udaya,

1996 : 14). Manusia adalah unsur terpenting dalam keberhasilan suatu usaha.

Dalam mengatur para karyawan, pimpinan (manajer) tidak boleh berpikir

bahwa para karyawan tidak hanya dipandang sebagai salah satu faktor biaya,

tetapi karyawan seharusnya dipandang dari sudut kemanusiaan yaitu manusia

yang ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhannya agar mendapat kepuasan

(30)

sumber daya manusia melakukan dua fungsi, yaitu fungsi manajerial dan

fungsi operatif (Kadarman dan Udaya, 1996 : 13).

Sumber daya terpenting suatu organisasi adalah sumber daya manusia

orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreatifitas dan usaha mereka

kepada organisasi. Beberapa tugas kepemimpinan kritis manajer mencakup

penarikan, penyeleksian, pengembangan dan penggunaan sumber daya

manusia dalam pencapaian tujuan organisasi. Penyusunan personalia adalah

fungsi manajemen yang berkenaan dengan penarikan, penempatan, pemberian

latihan, dan pengembangan anggota-anggota organisasi (Handoko, 2008:

233).

Kegiatan-kegiatan personalia yang sangat erat hubungannya dengan

penyusunan tugas-tugas kepemimpinan, motivasi, dan komuniksi, sehingga

pembahasannya sering ditempatkan sebagai bagian dari fungsi pengarhan.

Penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang berkenaan dengan

penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan pengembangan

anggota-angggota organisasi (Handoko, 2008 : 233).

Sumber daya manusia memberikan cetusan kreatif di setiap organisasi.

Tanpa orang yang efektif, tampaknya mustahil bagi organisasi untuk meraih

(31)

B. Persepsi Karyawan

Sumber daya manusia merupakan asset yang paling penting dalam suatu

organisasi perusahaan. Siagan Sondang menyatakan bahwa sebagai sumber

daya yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi, sumber daya manusia

harus selalu diperhatikan, dijaga, dipertahankan, serta dikembangkan oleh

organisasi. Sementara ditinjau dari sudut karyawan sebagai sumber daya

manusia itu sendiri.

Menurut David Krech dan Richard Crutcfield membagi faktor-faktor yang

menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Faktor fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman

masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebutkan sebagai

faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi objek-objek

yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat

stimulus fisik terhadap efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem

saraf individu.

Santamaria (Simamora, 2004:224) menyatakan bahwa saat ini karyawan

tidak hanya mengharapkan imbalan jasa yang diberikannya kepada

organisasi, tetapi juga mengharapkan kualitas tertentu dari perlakuan dalam

bekerja. Karyawan memberi martabat, penghargaan, kebijakan yang

(32)

kompensasi yang adil. Tuntutan karyawan yang semakin tinggi terhadap

organisasi serta yang dilakukan oleh organisasi akan menentukan komitmen

dan keterikatan karyawan terhadap organisasi, yang dapat mempengaruhi

keputusannya untuk tetap bekerjasama dan memajukan organisasinta atau

tempat kerja yang lebih baik.

Menurut Peter Drucker (Handoko, 2003) persepsi karyawan memiliki

keyakinan yang kuat terhadap organisasi serta menerima tujuan dan nilai

organisasi, memiliki keinginan untuk bekerja, serta memiliki keinginan yang

kuat untuk bertahan dalam organisasi. Pendekatan Peter Drucker ini

merupakan pendekatan efektif yang menekankan pentingnya kongruensi

antara nilai dan tujuan pribadi karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi.

Beberapa karakteristik dari organisasi yang memiliki keterlibatan kerja yang

tinggi adalah :

1. Calon karyawan yang masih berada pada tahap seleksi diperkenalkan

dengan tugas yang akan dikerjakan agar calon karyawan mengetahui

dengan yang harus dikerjakannya dan yang dituntut dari dirinya sehingga

dapat memutuskan benar-benar berminat terhadap pekerjanya.

2. Penggajian karyawan tidak didasarkan pada sekor jabatan tetapi

berdasarkan ketrampilan dari setiap karyawan.

3. Organisasi merencanakan dan melakukan pelatihan, perencanaan, karir

(33)

4. Organisasi menerapkan gaya manajemen partisipasif dimana setiap

karyawan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pengambilan

keputusan.

5. Organisasi mengatur ruang kerja sedemikian rupa sehingga setiap

karyawan merasa nyaman dalam lingkungan kerjanya.

Pada penelitian pengelolaan sumber daya manusia akan ditinjau dari

pandangan karyawan sebagai sumber daya manusia itu sendiri berdasarkan

persepsi dan harapan karyawan terhadap penerapan pengelolaan sumber daya

manusia dalam organisasi. Persepsi karyawan berkaitan dengan bagaimana

karyawan menginterprestasikan realitas dalam organisasi yang merupakan

faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku karyawan.

C. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,

bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan

atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang

yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau

kelompok (wordpress.com/2013/11/13).

Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, kepemimpinan merupakan

salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan dapat

memberikan pengaruh postif kepada karyawan untuk memaksimalkan

(34)

Berikut adalah beberapa teori kepemimpinan menurut para ahli:

1. Pengertian Kepemimipinan menurut para ahli

Menurut Siagian, (2002) kepemimpinan adalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para

bawahannya, sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin.

Menurut Tead, Terry, dan Hoyt dalam Kartono,

(2003) Kepemimpinanyaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain

agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut

untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang

diinginkan kelompok.

Menurut Young dalam Kartono, (2003) Kepemimpinan yaitu

bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup

mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang

berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian

khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Kepemimpinan merupakan

intisari dari manajemen organisasi, sumber daya pokok, dan titik sentral

dari setip aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi (Ardana, Mujiati

dan Sriarthi, 2008:89).

Moejiono, (2002) memandang bahwa kepemimpinan sebenarnya

sebagai akibat dari pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin

memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan

para karyawan. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist)

(35)

pendesakan secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk

kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai oleh

seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan

dan sasaran (Handoko, 2003:294).

Kartono, (2003) menuturkan bahwa kepemimpinan adalah

kegiatan atau seni untuk mempengaruhi orang lain agar mau

bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk

membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan

kelompok.

2. Gaya Kepemimpinan

Dalam sebuah kepemimpinan salah satu hal yang menjadi faktor

penentu keberhasilan dari kepemimpinan adalah gaya

kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan dianggap berpengaruh bagi

keberhasilan seorang pemimpin dikarenakan gaya kepemimpinan

merupakan salah satu cara dan strategi dari seorang pemimpin dalam

usaha menggerakan anggota atau karyawan untuk dapat mencapai

tujuan yang diharapkan perusahaan atau pun organisasi. Gaya

kepemimpinan erat kaitannya dengan sikap, gerak, ataupun cara

berbicara dari seorang pemimpin kepada karyawan atau anggota

organisasi yang dapat mereka rasakan seperti pada pendapat yang

(36)

(kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh

orang lain (Hersey, 2004).

Sebuah gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung

pengertian sebagai sebuah perwujudan dari tingkah laku seorang

pemimpin yang berhubungan dengan kemampuan yang dimilikinya

didalam memimpin orang lain untuk mencapai tujuan pribadi maupun

organisasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang menyebutkan

bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang

dirancang untuk mengintegrasikan tujuan dari organisasi dengan

tujuan individu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Heidjrachman

dan Husnan, 2002).

Dari beberapa pengertian tentang gaya kepemimpinan dari para

ahli dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah salah satu cara

atau strategi yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang berupa pola

tingkah laku, tindakan maupun kata-kata yang dapat dirasakan oleh para

pengikutnya agar dapat mencapai tujuan pribadi maupun organisasi yang

diinginkan.

Setiap pemimpin dapat memiliki gaya kepemimpinan yang

berbeda-beda. Gaya kepemimpinan dapat menjadi berbeda karena

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang ada di dalam atau diluar

(37)

Ada empat gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi

perilaku seorang pemimpin (Sujak, 1990:18), yakni ;

a) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (achievement

oriented leadership) gaya kepemimpinan ini memiliki karakteristik

yaitu ; pemimpin menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat

menantang, pemimpin mengharapkan agar bawahannya berusaha

mencapai tujuan yang telah ditetapkan seoptimal mungkin, serta

pemimpin menunjukkan rasa percaya diri dan mengarahkan para

karyawan agar dapat memenuhi tuntutan dari pemimpinnya.

b) Kepemimpinan direktif (directive leadership), jenis kepemimpinan

ini memiliki karakteristik sebagai berikut ; pemimpin memberi

kesempatan kepada bawahan untuk mengetahui apa yang menjadi

harapan pemimpinnya dan pemimpin tersebut menyatakan kepada

karyawannya tentang bangaimana cara untuk melaksanakan suatu

tugas atau pekerjaan. Gaya kepemimpinan ini mengandung arti

bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil atau tujuan.

c) Kepemimpinan partisipatif (participative leadership), jenis

kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ;

pemimpin berkonsultasi dengan bawahannya dan bertanya untuk

memperoleh masukan dan saran-saran dalam rangka pengambilan

suatu keputusan.

d) Kepemimpinan suportif (supportive leadership), jenis

(38)

pemimpin berusaha untuk mendekatkan diri dan bersikap ramah

serta menyenangkan perasaan bawahaannya.

Ada tiga jenis gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Lewin,

Lippit, dan White (dalam Abidin, 2009:42) yaitu:

a) Gaya Kepemiminan Otokratik

Gaya kepemimpinan otokratik adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan, segala jenis kegiatan yang

akan dilakukan semuanya berpusat pada keputusan pemimpin.

Pimpinan secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana,

kapan dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan.

Gaya kepemimpinan otokratik terkadang dikatakan sebagai

kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya

ini ditandai dengan banyaknya petunjuk yang datang dari pemimpin

dan sangat terbatas, bahkan sama sekali tidak adanya peran serta

karyawan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Adapun

ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratik, yaitu:

1) Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin.

2) Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.

3) Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin.

4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pemimpin kepada

(39)

5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan para

karyawan dilakukan secara ketat.

6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran

pertimbangan.

7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.

8) Lebih banyak kritik dari pada pujian, menurut prestasi dan

kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung

adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

b) Gaya Kepemimpinan Demokratik

Gaya kepemimpinan demokratik adalah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai

kegiatan yang akan dilakukan dan ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan demokratik juga disebut sebagai gaya

keemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan

kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif.

Pemimpin berkonsultasi dengan karyawannya untuk merumuskan

tindakan serta pengambilan keputusan. Adapun ciri-ciri gaya

kepemimpinan demokratik, yaitu:

1) Wewenang pemimpin tidak mutlak.

2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada

(40)

3) Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan

bawahan.

4) Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi

antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan.

5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau

kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar.

6) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan.

7) Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,

pertimbangan atau pendapat.

8) Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat

permintaan dari pada instruksi.

9) Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak,

adanya saling percaya, dan saling menghormati.

c) Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil

inisiatif. Kurangnya interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh

pemimpin terhadap karyawannya, sehingga gaya ini dapat berjalan

efektif apabila karyawan memperlihatkan tingkat kompetensi dan

keyakinan untuk mencapi tujuan dan sasaran yang cukup tinggi.

Gaya kepemimpinan ini sedikit menggunakan kekuasaannya atau

sama sekali membiarkan karyawannya berbuat sesuka hati. Adapun

(41)

1) Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam

melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi dengan diberi batasan

serta berbagai produser.

2) Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya

diberikan penghargaan, disamping adanya sanksi atau hukuman

bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan.

3) Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik

secara umum manajer bertindak cukup baik.

4) Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan

dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan

diberi kebebasan untuk memberikan pendapatnya.

3. Teori-teori Kepemimpinan

a. Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan

seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri

yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul

anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,

sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin tersebut.

Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang

dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki oleh pemimpin menurut

(42)

1) Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,

rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,

adaptabilitas, orientasi masa depan.

2) Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri

relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang

antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas

integratif.

3) Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik,

menentukan skala prioritas, membedakan yang mendesak dan

yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi

secara efektif.

Teori sifat memiliki berbagai kelemahan antara lain: bersifat

deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap

unggul dengan efektivitas kepemimpinan dan dianggap sebagai

teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai

moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai

rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan

oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b. Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori perilaku adalah kepemimpinan

merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan

pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal

(43)

1) Konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan

karyawannya, memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi,

mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan

memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya

setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan

perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

2) Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan

ditandai oleh penekanan pada hubungan antara atasan dan

bawahan. Perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan

kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,

kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku

pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki

kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,

pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta

pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership

continum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada

pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik

kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua

dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil atau tugas dan terhadap

(44)

pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan

gaya kepemimpinan (JAF. Stoner, 1978:442-443).

c. Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional

ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang

disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi

organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor

waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap

gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian

(1994:129) adalah:

1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas

2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan

3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan

4) Norma yang dianut kelompok

5) Rentang kendali

6) Ancaman dari luar organisasi

7) Tingkat stres

8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.

D. Semangat Kerja Karyawan

1. Pengertian semangat kerja karyawan menurut para ahli

Pada dasarnya manusia memiliki akal dan budi yang baik yang

(45)

Ada unsur semangat dalam berinteraksi dan berkomunikasi pada saat

bekerja. Semangat sangat diperlukan untuk memaksimalkan kerja yang

baik. Beberapa definisi mengenai semangat kerja yang bersumber dari

www.g-excess.com yaitu; semangat kerja adalah sikap individu untuk

bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggug jawab terhadap

pekerjaannya (Alfred R.L, 1971:66).

Semangat kerja merupakan suatu kegiatan dalam melaksanakan atau

menyelesaikan suatu pekerjaan secara cepat dan lebih baik (Alex S.

Nitisemito, 1992:160). Semangat kerja merupakan perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak

dan lebih baik (George D. Hasley, 1992 : 65).

Semangat kerja juga merupakan suatu sikap individu atau kelompok

terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar mencurahkan

kemampuanya secara menyeluruh (Pariata Westra, 1988:65). Beberapa

pengertian tentang semangat kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa

semangat kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk

saling bekerja sama dengan giat, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab

dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.

Sahlan Anawi dalam Jurnal Psikologi tahun (1999; 86-92)

menuliskan beberapa pendapat para tokoh mengenai definisi semangat

kerja. Semangat kerja merupakan usaha untuk melakukan pekerjaan

secara giat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan

(46)

Chaplin (1993) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap

dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

motivasi diri yang kuat untuk meneruskan pekerjaan, kegembiraan, dan

pengorganisasian yang baik.

Nawawi (1990) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan

suasana batin seorang karyawan yang berpengaruh pada usahanya untuk

mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya. Beberapa para ahli berpendapat bahwa semangat

kerja karyawan adalah kondisi mental yang berpengaruh terhadap usaha

untuk melakukan pekerjaan secara lebih giat. Pelaksanaan pekerjaan

didasarkan atas rasa percaya diri, motivasi diri yang kuat, dan tetap

gembira dalam melaksanakan pekerjaan agar dapat menyelesaikan

pekerjaan dengan lebih cepat dan lebih baik.

2. Unsur-unsur semangat kerja

Semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat

kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama

dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat

produktivitas kerja (D. Hasley 1988:67). Lebih lanjut D. Hasley

(1988:67) juga menguraikan unsur-unsur semangat kerja sebagai berikut:

a. Presensi

Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan

dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya organisasi selalu

(47)

sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai

akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga organisasi

tidak dapat mencapai tujuannya secara optimal. Presensi atau

kehadiran karyawan dapat diukur melalui:

1) Kehadiran pegawai di tempat kerja

2) Ketepatan pegawai datang/pulang kerja

3) Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk

mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi.

b. Disiplin kerja

Disiplin kerja merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu

peraturan yang berlaku dalam organisasi yang menggabungkan diri

dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsafan,

bukan karena adanya paksaan (IG. Wursanto. 1985:67).

Disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam

penyesuaian diri dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan,

peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja (Moekijat, 1997;67).

Berdasarkan pengertian tentang disiplin maka dapat disimpulkan

sebagai kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan

peraturan yang ada di organisasi yang bersangkutan. Tingkat

kedisiplinan kerja karyawan dapat diukur melalui :

1) Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di

instansi.

(48)

3) Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4) Memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

5) Menggunakan dan memelihara peralatan.

c. Kerjasama

Kerjasama merupakan tindakan konkret dari seseorang terhadap

orang lain (Winardi, 1975:51). Kerjasama juga dapat diartikan

sebagai suatu sikap dari individu maupun kelompok terhadap

kesukarelaannya untuk bekerjasama agar dapat mencurahkan

kemampuannya secara menyeluruh (Pariata Westra, 1980; 49).

Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada

orang-orang yang terlibat di dalamnya, untuk itu penting adanya

kerjasama yang baik diantara semua pihak dalam organisasi, baik

dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahan.

Untuk mengukur tingkat kerjasama digunakan kriteria sebagai

berikut:

1) Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman

sejawat, maupun bawahannya.

2) Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami

kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.

3) Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta

(49)

4) Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan

dalam melaksanakan pekerjaannya

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan keharusan pada seseorang yang

melaksanakan kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan

kepadanya (Pariata Westra, 1975:91). Tanggung jawab juga

merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu

yang telah diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang

disebabkan karena kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau

dipersoalkan.

Tingkat tanggung jawab seseorang dapat diukur melalui:

1) Dapat dituntut atau dipersoalkan. Kesanggupan dalam

melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja.

2) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.

3) Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan

sebaikbaiknya.

4) Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan

hanya untuk kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan

dirinya sendiri.

e. Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah rasio antara produksi yang dapat dihasilkan

dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk keperluan

(50)

sebagai efisiensi modal dan waktu yang digunakan untuk

menghasilkan barang dan jasa (Ravianto, 1985:21).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang produktivitas, dapat

disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang

untuk menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan berbagai

sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu yang telah

ditentukan oleh perusahaan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri

maupun faktor lain Seperti keterampilan, disiplin, sikap dan mental,

etika kerja, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan sosial,

lingkungan kerja, manajemen dan berprestasi (Ravianto, 1985, 139).

Tingkat produktivitas kerja karyawan dapat diukur melalui:

1) Ketetapan penggunaan waktu

2) Output atau hasil yang dicapai

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja:

Banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja yang

(51)

Menurut Nitisemito dalam Tohardi (2002), faktor-faktor yang

mempengaruhi semangat kerja adalah:

a) Gaji yang cukup

Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup

kepada karyawan. Pengertian cukup disini relatif, artinya mampu

dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

b) Memperhatikan kebutuhan rohani

Selain kebutuhan materi yang berwujud seperti gaji yang cukup, para

karyawan juga membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani

dapat terpenuhi dengan menyediakan fasilitas tempat ibadah dan

menghormati kepercayaan orang lain.

c) Perlu menciptakan suasana santai

Suasana rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan ketegangan

bagi para karyawan. Untuk menghindari hal tersebut, maka

perusahaan perlu sekali-kali menciptakan suasana santai seperti

rekreasi bersama, mengadakan pertandingan olahraga antar

karyawan dan lain sebagainya.

d) Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat

Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada

posisi yang tepat, artinya menempatkan mereka pada posisi yang

sesuai dengan keterampilan mereka. Ketidaktepatan dalam

penempatan karyawan dapat membuat karyawan tidak dapat

(52)

e) Perasaan aman dan masa depan

Semangat kerja akan terpupuk apabila para karyawan mempunyai

perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka, kestabilan

perusahaan biasanya modal yang dapat diandalkan untuk menjamin

rasa aman bagi karyawan.

f) Fasilitas yang memadai

Fasilitas yang memadai untuk karyawan hendaknya perlu disediakan

oleh setiap perusahaan. Hal tersebut akan menimbulkan rasa senang

dan akan menimbulkan semangat kerja karyawan.

Selain itu, Bukhari Zainudin (2001) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut :

a) Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama

antara pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan

dengan para karyawan.

b) Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat secara

internal maupun eksternal khususnya dengan anggota organisasi

lainnya, yang secara langsung memiliki berhubungan dengan

pekerjaan.

c) Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang

merupakan tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan

(53)

d) Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi

lainnya yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan akan adil

terhadap jerih payah yang telah diberikan terhadap organisasi.

e) Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan

terhadap segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir

pekerjaan dalam perusahaan atau organisasi.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja seperti yang

diungkapkan oleh beberapa para ahli, yang diuraikan di atas, ada hal

penting yang perlu diperhatikan dalam rangka membangun semangat

kerja karyawan yaitu para karyawan perlu dimotivasi dan distimulus oleh

banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai

kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh

pekerjaan yang berarti bagi mereka. Berdasarkan hal ini, maka dapat

dikatakan bahwa untuk meningkatkan semangat kerja karyawan,

memenuhi kebutuhan material, pihak manajemen dan perusahaan juga

harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan nonmaterial para

karyawannya.

Menurut Alex S Nitisemito, (1989:79) ada beberapa cara untuk

memberikan motivasi kepada karyawan dalam meningkatkan semangat

kerja karyawan adalah:

1) Memberikan gaji yang cukup

2) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berkembang.

(54)

4) Menciptakan suasana santai.

5) Memberikan insentif yang terarah.

6) Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan

7) Menyertakan karyawan untuk diajak berunding.

E. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap semangat kerja karyawan yaitu:

Penelitian yang dilakukan oleh Asnawi Sahlan, (1999) tentang “semangat

kerja dan gaya kepemimpinan” dari Universitas Persada Indonesia. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara gaya

kepemimpinan dengan semangat kerja karyawan. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah semangat kerja karyawan yang mempunyai pemimpin dengan gaya

kepemimpinan berorientasi hubungan (relationship oriented) lebih tinggi

dibandingkan dengan karyawan yang mempunyai pemimpin dengan gaya

kepemimpinan berorientasi tugas (task oriented). Analisis data yang

digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan

menggunakan t-test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil t-test sebesar 0,57

(p>0,05). Artinya tidak ada perbedaan semangat kerja antara karyawan yang

mempunyai pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang beroreintasi

(55)

kepemimpinan berorientasi tugas. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan

ditolak.

Penelitian lainnya adalah penelitain yang dilakukan oleh Andi Tarlis

tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan

pada Bank Mandiri Cabang Langsa”

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 68 responden dan teknik

pengumpulan data menggukanan metode wawancara, penyebaran kuisioner,

dan juga interview. Penelitian ini dianalisis meggunakan analisis linier

sederhana, yang kemudian diperoleh hasil Y = 13,900 + 0,518X dan

konstanta sebesar 13,900 merupakan nilai variabel semangat kerja karyawan

pada saat variabel gaya kepemimpinan bernilai nol, atau bermakna apabila

nilai variabel gaya kepemimpinan dinaikkan 1 (satu) maka nilai variabel

semangat kerja karyawan akan naik sebesar 0,518.

Nilai koefisien korelasi (r) dalam penelitian ini adalah 0,579 menyatakan

hubungan antar variabel sedang, sedangkan nilai koefisien determinasi (r2)

adalah 0,335 atau pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja

karyawan adalah 33,5%, sisa dari 100% yaitu 66,5% dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti gaji, motivasi, insentif, dan lingkungan kerja. Hasil pengujian

hipotesis (uji t) didapatkan tingkat signifikansi dari variabel gaya

kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan diperoleh thitung > t tabel

atau 5,030 > 1,667 dan t sig < 5% atau 0,00 < 0,05. Pengujian hipotesis pada

skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh

(56)

Gaya Kepemimpinan Semangat kerja karyawan F. Kerangka Konseptual

Untuk mempermudah memahami tentang penelitian ini, maka penulis

merumuskan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan:

Kerangka konseptual penelitian di atas menunjukkan bahwa adanya

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini

ditunjukkan dengan tanda ( ) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh

secara parsial.

G. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih harus

dibuktikan kebenarannya. Sesuai dengan variabel penelitian, maka hipotesis

yang akan diajukan adalah persepsi karyawan dan manajer pada gaya

(57)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini studi kasus.

Studi kasus yaitu pendekatan peneliti untuk meneliti pada subjek tertentu dan

kesimpulannya hanya berlaku pada subjek tersebut. Studi kasus ini dilakukan

untuk meneliti mengenai gaya kepemimpinan yang digunakan oleh manajer

dalam mempengaruhi semangat kerja karyawan. Karyawan dan manajer yang

akan diteliti hanya sebagian unit saja, sehingga kesimpulan yang diperoleh

hanya berlaku untuk objek yang akan diteliti dan tidak untuk umum.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti populasi atau partisipan tertentu. Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dan analisis data

bersifat kuantitatif atau statistik yang diolah dalam program SPSS.16 dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009).

B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang menjadi sasaran dalam penelitian

(58)

diteliti dalam penelitian ini adalah karyawan dan manajer di Restoran

Pasta dan Turkey Koki Joni yang terletak di jalan C Simanjuntak Gang V,

Terban, Yogyakarta.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah variabel yang dapat diukur dan akan diteliti

oleh penulis. Obyek dalam penelitian ini yang akan diteliti ialah pengaruh

persepsi karyawan dan manajer pada gaya kepemimpinan dan semangat

kerja.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni yang

terletak di jalan C Simanjuntak Gang V, Terban, Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Variabel independen)

Menurut Sugiono, (2007:3) variabel bebas (variabel independen)

adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel

(59)

Varibel independen (X) dalam penelitian ini adalah persepsi

karyawan pada gaya kepemimpinan. Indikator dari variabel penelitian ini

adalah:

a) Tingkat komunikasi pimpinan dan bawahan.

b) Tingkat keinginan atasan untuk mendorong bawahan dalam

mengeluarkan ide dan saran.

c) Tingkat otoritas pimpinan dalam memberikan kebebasan untuk

mengerjakan tugas.

d) Tingkat perhatian pimpinan atas prestasi kerja karyawan.

2. Variabel terikat (Variabel dependen)

Menurut Sugiono, (2007:3) variabel terikat (variabel dependen) adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

varibel bebas. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini yaitu semangat

kerja karyawan, yang menjadi indikator dari variabel semangat kerja

dalam penelitian ini adalah :

a) Kedisiplinan kerja yaitu suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang

sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik secara tertulis maupun

tidak tertulis.

b) Ketelitian kerja yaitu keseksamaan dan kecermatan karyawan dalam

melaksanakan pekerjaan di lingkungan kerja.

c) Kegairahan kerja yaitu kesenangan yang mendalam terhadap

(60)

3. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini semua pernyataan kuesioner disediakan lima

alternatif jawaban dengan menggunakan skala Likert yaitu dari gradasi

tertinggi sampai terendah, yang ditentukan dengan skor sebagai berikut:

5= sangat baik, 4= baik, 3= netral, 2= tidak naik, 1= sangat tidak baik.

E. Definisi Operasional 1. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang

pemimpin pada saat pemimpin tersebut mencoba mempengaruhi perilaku

orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan sesuai dengan kondisi dan situasi dalam organisasi.

2. Semangat kerja

Semangat kerja adalah kondisi mental yang berpengaruh terhadap usaha

untuk melakukan pekerjaan secara lebih giat. Dalam bekerja didasarkan

atas rasa percaya diri, motivasi diri yang kuat, disertai rasa tetap gembira

dalam melaksanakan pekerjaan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan

(61)

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007:55) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: subyek atau objek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Suharsimi Arikunto (2002:12) berpendapat populasi adalah

keseluruhan dari subyek penelitian. Dari uraian ini disimpulkan bahwa

populasi adalah keseluruhan dari subyek ataupun objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan

Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni, yang terletak di jalan C

Simanjuntak Gang V, Terban, Yogyakarta, sebanyak 14 orang yang

bekerja secara fultime dan 22 orang yang bekerja secara partime.

2. Sampel

Sugiyono (1997:57) memberikan pengertian bahwa sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sampling jenuh.

Teknik penentuan sampel dengan sampling jenuh adalah semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2000:78).

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan

populasi yaitu seluruh karyawan pada Restoran Pasta dan Turki Kokey

(62)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel

jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel dalam

penelitian ini adalah semua karyawan Restoran Pasta dan Turkey Koki Joni

yang berjumlah sebanyak 36 orang.

H. Sumber Data 1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek yang diteliti. Data primer dari

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil kuisioner, wawancara,

dan observasi yang didapat dari karyawan dan manajer mengenai gaya

kepemimpinan terhadap semangat kerja.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari pihak lain berupa dokumentasi dan informasi.

Data sekunder ini sifatnya mendukung peneliti dalam memperoleh

informasi baik dari buku-buku literatur dan bacaan yang terkait dengan

pelaksaaan penelitian ini.

I. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Soehartono (2002:69) mengatakan observasi adalah setiap kegiatan

(63)

dilakukan dengan menggunakan panca indera dengan tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Pengamatan dikhususkan pada kinerja karyawan

2. Kuesioner

Soehartono (2002:65) mengatakan kuesioner adalah teknik pengumpulan

data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi

sendiri oleh responden. Responden atau istilah lain informan adalah orang

yang memberikan tanggapan atau menjawab atas pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data juga menggunakan

kuesioner yang disebarkan kepada 36 orang karyawan Restoran Pasta dan

turkey Koki Joni.

J. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajad ketepatan alat

ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur (Umar,

2005:58). Uji validitas bertujuan untuk memastikan bahwa alat yang

digunakan untuk mengukur sudah benar sesuai dengan data yang akan

Gambar

Tabel         Judul                                                                                                               Halaman
Gambar     Judul                                                                                             Halaman
Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi

• Pemilihan tujuan wisata di Indonesia yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka menarik investasi infrastruktur (pendukung sektor pariwisata) dari luar negeri. 

Selanjutnya, peneliti mengasumsikan bahwa guru dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan menerapkan pendekatan open-ended hal ini

Program Pengimejan Diagnostik &amp; Radioterapi Fakulti Sains Kesihatan... NR4024 AMALAN

Pada proses pembelian barang dagang secara kredit staf pembelian akan menyerahkan faktur pembelian kepada staf akuntansi yang akan di catat ke dalam buku hutang,

Karena sertifikat kepemilikan tanah dianggap sebagai sebagai salah satu faktor utama lahan maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukan bahwa perlakuan daun sirsak (Annona muricata L.) yang efektif terhadap mortalitas Sitophilus oryzae adalah 35 gr dengan

Setiap manusia pasti membutuhkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan maupun wawasannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang sesuai dengan