• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

LANDASAN TEORI

D. Semangat Kerja Karyawan

1. Pengertian semangat kerja karyawan menurut para ahli

Pada dasarnya manusia memiliki akal dan budi yang baik yang digunakan untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesamanya.

Ada unsur semangat dalam berinteraksi dan berkomunikasi pada saat bekerja. Semangat sangat diperlukan untuk memaksimalkan kerja yang baik. Beberapa definisi mengenai semangat kerja yang bersumber dari

www.g-excess.com yaitu; semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggug jawab terhadap pekerjaannya (Alfred R.L, 1971:66).

Semangat kerja merupakan suatu kegiatan dalam melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan secara cepat dan lebih baik (Alex S. Nitisemito, 1992:160). Semangat kerja merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik (George D. Hasley, 1992 : 65).

Semangat kerja juga merupakan suatu sikap individu atau kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar mencurahkan kemampuanya secara menyeluruh (Pariata Westra, 1988:65). Beberapa pengertian tentang semangat kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk saling bekerja sama dengan giat, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.

Sahlan Anawi dalam Jurnal Psikologi tahun (1999; 86-92) menuliskan beberapa pendapat para tokoh mengenai definisi semangat kerja. Semangat kerja merupakan usaha untuk melakukan pekerjaan secara giat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih baik (Nitisemito, 1988).

Chaplin (1993) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk meneruskan pekerjaan, kegembiraan, dan pengorganisasian yang baik.

Nawawi (1990) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan suasana batin seorang karyawan yang berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Beberapa para ahli berpendapat bahwa semangat kerja karyawan adalah kondisi mental yang berpengaruh terhadap usaha untuk melakukan pekerjaan secara lebih giat. Pelaksanaan pekerjaan didasarkan atas rasa percaya diri, motivasi diri yang kuat, dan tetap gembira dalam melaksanakan pekerjaan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan lebih baik.

2. Unsur-unsur semangat kerja

Semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja (D. Hasley 1988:67). Lebih lanjut D. Hasley (1988:67) juga menguraikan unsur-unsur semangat kerja sebagai berikut: a. Presensi

Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya organisasi selalu mengharapkan pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu,

sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga organisasi tidak dapat mencapai tujuannya secara optimal. Presensi atau kehadiran karyawan dapat diukur melalui:

1) Kehadiran pegawai di tempat kerja 2) Ketepatan pegawai datang/pulang kerja

3) Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi.

b. Disiplin kerja

Disiplin kerja merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu peraturan yang berlaku dalam organisasi yang menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsafan, bukan karena adanya paksaan (IG. Wursanto. 1985:67).

Disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja (Moekijat, 1997;67). Berdasarkan pengertian tentang disiplin maka dapat disimpulkan sebagai kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang ada di organisasi yang bersangkutan. Tingkat kedisiplinan kerja karyawan dapat diukur melalui :

1) Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi.

3) Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4) Memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Menggunakan dan memelihara peralatan. c. Kerjasama

Kerjasama merupakan tindakan konkret dari seseorang terhadap orang lain (Winardi, 1975:51). Kerjasama juga dapat diartikan sebagai suatu sikap dari individu maupun kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh (Pariata Westra, 1980; 49).

Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya, untuk itu penting adanya kerjasama yang baik diantara semua pihak dalam organisasi, baik dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahan.

Untuk mengukur tingkat kerjasama digunakan kriteria sebagai berikut:

1) Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.

2) Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.

3) Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari orang lain.

4) Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan keharusan pada seseorang yang melaksanakan kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya (Pariata Westra, 1975:91). Tanggung jawab juga merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.

Tingkat tanggung jawab seseorang dapat diukur melalui:

1) Dapat dituntut atau dipersoalkan. Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja.

2) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar. 3) Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan

sebaikbaiknya.

4) Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.

e. Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah rasio antara produksi yang dapat dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk keperluan produk itu (Slamet Saksosno, 1988:133). Produktivitas juga diartikan

sebagai efisiensi modal dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa (Ravianto, 1985:21).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang produktivitas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain Seperti keterampilan, disiplin, sikap dan mental, etika kerja, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja, manajemen dan berprestasi (Ravianto, 1985, 139). Tingkat produktivitas kerja karyawan dapat diukur melalui:

1) Ketetapan penggunaan waktu 2) Output atau hasil yang dicapai

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja: Banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja yang diungkapkan oleh para ahli antara lain:

Menurut Nitisemito dalam Tohardi (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah:

a) Gaji yang cukup

Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup kepada karyawan. Pengertian cukup disini relatif, artinya mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

b) Memperhatikan kebutuhan rohani

Selain kebutuhan materi yang berwujud seperti gaji yang cukup, para karyawan juga membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani dapat terpenuhi dengan menyediakan fasilitas tempat ibadah dan menghormati kepercayaan orang lain.

c) Perlu menciptakan suasana santai

Suasana rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan ketegangan bagi para karyawan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perusahaan perlu sekali-kali menciptakan suasana santai seperti rekreasi bersama, mengadakan pertandingan olahraga antar karyawan dan lain sebagainya.

d) Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat

Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi yang tepat, artinya menempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan keterampilan mereka. Ketidaktepatan dalam penempatan karyawan dapat membuat karyawan tidak dapat maksimal dalam menyelesaikan tugasnya.

e) Perasaan aman dan masa depan

Semangat kerja akan terpupuk apabila para karyawan mempunyai perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka, kestabilan perusahaan biasanya modal yang dapat diandalkan untuk menjamin rasa aman bagi karyawan.

f) Fasilitas yang memadai

Fasilitas yang memadai untuk karyawan hendaknya perlu disediakan oleh setiap perusahaan. Hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan akan menimbulkan semangat kerja karyawan.

Selain itu, Bukhari Zainudin (2001) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut :

a) Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para karyawan.

b) Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat secara internal maupun eksternal khususnya dengan anggota organisasi lainnya, yang secara langsung memiliki berhubungan dengan pekerjaan.

c) Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang

merupakan tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.

d) Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi lainnya yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan terhadap organisasi. e) Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan

terhadap segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam perusahaan atau organisasi.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja seperti yang diungkapkan oleh beberapa para ahli, yang diuraikan di atas, ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam rangka membangun semangat kerja karyawan yaitu para karyawan perlu dimotivasi dan distimulus oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti bagi mereka. Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, memenuhi kebutuhan material, pihak manajemen dan perusahaan juga harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan nonmaterial para karyawannya.

Menurut Alex S Nitisemito, (1989:79) ada beberapa cara untuk memberikan motivasi kepada karyawan dalam meningkatkan semangat kerja karyawan adalah:

1) Memberikan gaji yang cukup

2) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berkembang. 3) Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.

4) Menciptakan suasana santai. 5) Memberikan insentif yang terarah.

6) Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan 7) Menyertakan karyawan untuk diajak berunding.

Dokumen terkait