• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Tinjauan Pustaka

B. Persepsi Konsumen

1. Definisi Persepsi Konsumen

Supranto, 2007:165 pada dasarnya persepsi merupakan proses

bagaimana rangsangan atau stimuli- stimuli di seleksi diorganisasikan dan

diinterpretasikan atau diberi nama atau arti.

Tjiptono, 2009:95 persepsi adalah proses bagaimana seseorang

menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan- masukan

informal untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Schiffman dan Kanuk 2004:97 persepsi adalah proses dimana

seseorang individu menyeleksi, mengorganisir, dan menginterpretasikan

rangsangan menjadi sebuah gambaran pengertian yang brarti tentang dunia

sekitarnya. Dua orang mungkin mendapatkan rangsangan yang sama,

kondisi yang sama, tapi bagaimana mereka mengenal, menyeleksi,

mengkordinasikan dan menafsirkan adalah merupakan proses individual,

sosial, ekonomi dan budaya setiap orang.

2. Ciri- Ciri Khusus Persepsi menurut Tatik, Suryani 2008:106

a. Subyektif: Setiap konsumen memiliki persepsi masing- masing

terhadap suatu proyek sehingga hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan

tidak berlaku bagi orang lain atau pihak lain.

b. Selektif: Manusia tidak mungkin secara terus- menerus menerima

semua rangsangan yang ada, maka persepsi mempunyai sikap yang

selektif dan dilandasi oleh seleksi stimulus.

c. Bersifat sementara: Hasil yang dipelajari dan interpretasi tidak akan

bertahan seumur hidup, ia dapat berubah sesuai dengan perkembangan,

pengalaman, perubahan kebutuhan, serta pembentukan motif dan sikap.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen menurut

Schiffman dan Kanuk, 2004:116

a. Penglihatan

Schffman dan Kanuk, 2004:116 tanggapan yang timbul atas

rangsangan akan sangat dipengaruhi oleh sifat- sifat individu yang

melihatnya. Sifat- sifat yang dapat mempengaruhi persepsi adalah:

 Sikap: dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang.

 Motivasi: Merupakan hal yang mendorong dan mendasari setiap tindakan yang dilakukan manusia.

 Minat: merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau obyek tertentu yang akan mendasari

kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap obyek tertentu.

 Pengalaman masa lalu: mempengaruhi persepsi seseorang karena biasanya kita akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang

pernah dilihat, didengar ataupun yang dialami.

 Harapan: mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan. Orang akan cenderung menolak gagasan, ajakan, ataupun

tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan sebelumnya.

b. Sasaran

Schiffman dan Kanuk, 2004:117 sasaran dapat mempengaruhi

penglihatan yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi. Sasaran

biasanya tidak terlihat secara terpisah dari latar belakangnya melainkan

secara keseluruhan. Latar belakang akan mempengaruhi persepsi,

begitu pula dengan hal- hal yang mempunyai kecenderungan sama atau

serupa. Jadi apa yang seseorang lihat adalah bagaimana orang itu dapat

memisahkan sasaran dengan latar belakangnya. Faktor- faktor sasaran

antara lain: keanehan terhadap sesuatu yang baru, gerakan, suara,

ukuran, latar belakang, dan dekatnya jarak.

c. Situasi

Schiffman dan Kanuk, 2004:117 situasi atau keadaan disekitar

seseorang yang seseorang lihat akan turut mempengaruhi persepsi.

akan menghasilkan persepsi yang berbeda.

Suryani, 2008:103 tiga proses penting dalam persepsi yaitu

menseleksi (memilih) stimuliyang berbeda, hal ini disebabkan oleh tiga

hal, yaitu:

1. Perceptual Selection

Suryani, 2008:103 Proses persepsi diawali dengan adanay stimuli

yang mengenai panca indera yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini

beragam bentuknya dan akan selalu membombardir indera konsumen. Jika

diliaht dari asalnya, stimuli ada yang berasal dari luar individu

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemilihan dan

penyeleksian stimuli menurut Suryani, 2008:104 adalah:

a. Faktor eksternal: adalah wujud obyektif seperti warna, bentuk, ukuran,

posisi, intensitas, gerak, dan sebagainya. Sehubungan dengan hal ini,

pemasar perlu untuk membuat promosi yang dapat menarik perhatian

konsumen.

b. Faktor internal: adalah factor yag berasal dari dalam individu sendiri.

Faktor utama yang sering kali mempengaruhi perhatian individu dalam

memilih stimuli adalah harapan dan motif.

Selain itu proses ini akan dipengaruhi oleh 4 prinsip Suryani,

2008:106 adalah:

a. Ebankosur selektif (selective exporsure): konsumen cenderung akan memilih tayangan atau apa saja yang dilihat dan dirasakan secara

informasi yang ada di ingatannya (psychological set) akan mempengaruhi pemilihannya.

b. Perhatian selektif (selective attention): konsumen dapat memperhatikan stimuli secara sengaja dan tidak sengaja. Perhatian secara sengaja akan

terjadi jika konsumen secara sadar dan aktif memperhatikan pada

stimuli.

c. Bertahan secara perceptual (perceptual defence): tayangan berbagai iklan juga tidak diperhatikan semuanya oleh konsumen, karena ada

perceptualdefence.

d. Menutup secaar perceptual (perceptual blocking): pada saat konsumen di tayangkan dengan banyak iklan, konsumen akan melindungi dirinya

dari serbuan stimuli yang mengenainya. konsumen akan menahan

berbagai stimuli sesuai dengan kesadarannya.

2. Perceptual Organization

Suryani, 2008:107 setelah konsumen memilih iklan stimuli mana yang

akan diperhatikan, konsumen akan mengoganisasikan stimuli yang ada.

Konsumen akan mengelompokkan, menghubung- hubungkan stimuli yang

dilihatnya agar dapat diinterpretasikan, sehingga mempunyai makna.

Prinsip dasar penting dalam pengorganisasian ini meliputi:

a. Gambar dan latar belakang (Figure and Ground): agar stimuli ayng diperhatikan dapat mudah untuk diberi makna, konsumen akan

mengkaitkan antara apa yang ada dengan konteksnya sehingga punya

makna.

b. Pengelompokkan (Grouping): obyek, situasi, kejadian yang cenderung sama akan dikelompokan menjadi satu bagian yang menyeluruh

sehingga mudah untuk diingat.

c. Kecenderungan untuk menutup atau menyelesaikan (Closure): setiap stimuli akan diorganisasikan menjadi suatu pola yang lengkap,

meskipun informasi yang tersedia tidak lengkap. Artinya, apabila pesan

yang disampaikan kepada konsumen dibuat secara bertahap dan

berkesinambungan, maka secara tidak sadar konsumen berusaha untuk

melengkapi pesan tersebut sesuai dengan keinginan, motivasi, dan

harapannya.

3. Perceptual Interpretation

Suryani, 2008:109 setelah konsumen mengoganisir yang ada dan

mengkaitkannya dengan informasi yang dimiliki, maka agar stimuli

tersebut mempunyai makna, konsumen menginterpretasikan atau memberi

arti stimuli tersebut. Pada tahap ini interpretasi ini konsumen secara sadar

atau tidak sadar akan mengait-ngaitkan dengan semua informasi yang

dimilikinya agar mampu memberikan makna yang tepat. Terdapat

beberapa factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan atau distorsi

dalam menginterpretasikan peasn. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh

a. Penampilan fisik: sering membuat konsumen keliru dalam

menginterpretasikan suatu objek pemasaran.

b. Kesan pertama: cenderung akan menetap dibenak konsumen.

c. Stereotip (prasangka): istilah ini mengacu pada kecenderungan dalam

meniali seseorang kedalam aktegori tunggal atau pada satu kelas .

Macam- macam persepsi menurut Foxall dan Ronald, 1994: 123 :

a. Persepsi terhadap merek (Brand Image)

Persepsi ini sangat penting karena berhubungan dengan citra

perusahaan. Citra perusahaan disini berkaitan dengan produk yang

ditawarkan. Persepsi positif maupun negatif tentang perusahaan akan

menentukan posisi perusahaan dalam diri konsumen.

b. Persepsi terhadap Resiko (Perceived Risk)

Maksudnya disini adalah resiko dari produk yang bersangkutan. Resiko

ini berkaitan dengan harga yang harus dibayar dan besarnya resiko

tergantung pada kemungkinan kerusakan produk.

c. Persepsi terhadap Harga (Price)

Persepsi ini terbentuk karena pada dasarnya konsumen mempunyai

persepsi terhadap harga yang disebut dengan rentang harga. Dalam

rentang harga terdapat batas atas dan batas bawah. Jika harga suatu

produk berada batas atas, maka persepsi yang akan muncul adalah

bahwa produk tersebut memiliki mutu dan kualitas yang baik.

Sedangkan jika harga suatu produk berada dalam batas bawah, maka

mutu dan kualitas yang kurang baik.

d. Persepsi terhadap Promosi (Promotion)

Persepsi berkaitan erat dengan komunikasi. Bila dalam berpromosi

terkandung pesan yang mencurigakan, maka akan dianggap

memperdaya konsumen dan akan dianggap negatif oleh konsumen.

e. Persepsi terhadap Produk

Persepsi ini sangat berkaitan dengan Brand Image, mutu, dan layanan dari suatu produk dan jasa. Pada dasarnya konsumen sulit untuk

mengetahui mutu suatu barang. Mutu dikaitkan dengan pengalaman,

tapi pengalaman juga sulit digunakan sebagai ukuran suatu produk.

Pada umumnya konsumen setuju bahwa mutu produk dapat dilihat dari

harga yang harus dibayar.

Winaryo, 2004: 10 persepsi merupakan kesadaran dan pemahaman

yang terbentuk (atau dibentuk) melalui pengindraan diri maupun

pengalaman diri.

Taufiq. Amir, 2005:60 persepsi adalah proses memberikan makna atas

rangsangan-rangsangan yang diterima alat sensor manusia (mata, kulit,

lidah, telinga hidung). Manusia bertindak dan bereaksi sejalan dengan

bagaimana indra kita merasakan dan mengintrepretasikan. Cara bagiamana

manusia merasakan dan mengintrepretasikan segala rangsangan yang

diterima disebut dengan persepsi. Oleh karena itu, pemahaman atas

persepsi konsumen sangat penting dalam memahami proses akuisisi,

yang akan diberikan, misalnya dalam bentuk, warna, kemasan, situasi

dalam berbagai bentuknya merupakan acuan dari persepsi. Konsep yang

terkait dengan persepsi diantaranya adalah:

1. Selective Attention

Artinya manusia hanya memberikan perhatian pada hal-hal yang

menarik perhatian.

2. Selective Distortion

Disamping individu itu selektif untuk hal-hal yang menarik, individu

juga cenderung lebih mudah menerima hal-hal yang sesuai dengan

keyakinannya saja.

3. Selective Retention

Konsep ini berhubungan dengan memori. Individu mengingat dalam

waktu yang lama jika sesuatu itu melekat di dalam memori jangka

panjang (long term memory), yang sebelumnya ingatan itu berada di memori jangka pendek (short term memory).

Ali. Hasan, 2009:142 persepsi merupakan proses individu (konsumen)

memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi (memaknai) masukan-

masukan informasi yang dapat menciptakan gambaran objek yang

memiliki kebenaran subjektif (bersifat personal), memiliki arti tertentu,

dapat dirasakan melalui perhatian, baik secara selektif, distorsi maupun

retensi.

Nugroho J. Setiadi, 2008: 160 pengertian persepsi adalah proses

dinterpretasikan.

Persepsi manusia dibentuk oleh tiga pasang pengaruh, diantaranya

yaitu:

a. Karakteristik dari stimuli.

b. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya.

c. Kondisi-kondisi di dalam manusia itu sendiri.

Nugroho, J. Setiadi, 2008: 160 Stimuli atau stimulus adalah setiap

bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi

tanggapan individu.

Nugroho J. Setiadi, 2008:160 Persepsi setiap orang terhadap suatu

objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif.

Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan

lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari

persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansial bisa sangat berbeda

dengan realitas. Gambar berikut ini menjelaskan mengenai bagaimana

stimuli ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian diproses oleh

Gambar 2.1 Proses Perseptual

Sumber: Nugroho. J Setiadi. 2008. Perilaku

Konsumen. Pranada Media Group. Bandung.

a. Karakteristik Stimulus yang Mempengaruhi Persepsi

Nugroho J. Setiadi, 2008: 163 beberapa karakteristik iklan dan

stimuli pemasaran lainnya akan membuat pesan lebih dirasakan

konsumen seperti yang diharapkan oleh pemasar.

Karakteristik-karakteristik itu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:

1. Elemen Inderawi (Sensory Element)

Nugroho J. Setiadi, 2008:163 faktor-faktor sensory

mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan dan hal itu

sangat penting dalam desain produk. Adapun faktor-faktor

sensory, yaitu: a. Warna

Tanggapan yang berbeda atas penggunaan warna kemasan

memungkinkan pemasar memperhatikan warna kemasan

produk sedemikian rupa agar konsumen mempunyai persepsi

yang baik terhadap produk itu. STIMULI  Penglihatan  Suara  Bau  Rasa Sensasi Indera Penerima Pemberian Arti Perhatian Interpretasi Tanggapan PERSEPSI

b. Bau

Bau suatu produk turut menentukan persepsi konsumen

terhadap produk tersebut.

c. Rasa

Rasa akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

2. Elemen Struktural (Structural Element)

Nugroho J. Setiadi:163 sejumlah hasil penelitian

menunjukkan faktor-faktor struktural dari iklan cetak,

mempengaruhi persepsi konsumen. Beberapa hasil menunjukkan

hal itu adalah sebagai berikut:

a. Ukuran

Ukuran iklan cetak yang lebih besar, lebih memungkinkan

untuk diperhatikan.

b. Posisi

Akan ada perhatian yang lebih besar pada iklan dalam 10%

pertama halaman majalah. Melewati batas 10% posisi

mempunyai pengaruh yang kecil. Hasil penelitian lain

selanjutnya menemukan bahwa untuk memaksimumkan

pemahaman terhadap iklan, sebaiknya stimuli yang berupa

gambar diletakkan pada sebelah kanan halaman majalah dan

iklan yang berupa kata-kata verbal diletakkan pada posisi

c. Warna

Warna dalam iklan cetak telah diteliti sebagai faktor struktural.

Secara umum, iklan berwarna menghasilkan perhatian lebih

daripada iklan cetak hitam putih.

d. Kontras

Kontras memungkinkan untuk mendapatkan perhatian.

Gambar sebuah produk di atas latar belakang yang putih

mungkin akan dapat perhatian, tetapi tidak menjamin

pemahaman dan ingatan.

b. Karakteristik konsumen yang Mempengaruhi Persepsi

Nugroho J. Setiadi, 2008:164 beberapa karakteristik konsumen

yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:

1. Membedakan Stimulus

Nugroho J. Setiadi, 2008:164 satu hal yang sangat penting

bagi pemasar adalah mengetahui bagaimana konsumen bisa

membedakan antara dua stimuli atau lebih. Misalnya, apakah

konsumen merasakan perbedaan merek berdasarkan rasa,

perabaan, harga dan bentuk kemasan produk.

Pada kenyataannya, terdapat banyak konsumen yang bisa

membedakan merek produk berdasarkan rasa. Tetapi terdapat juga

konsumen yang agak sulit membedakan merek berdasarkan rasa

atau bau. Oleh karena itu, pemasar sering menggunakan iklan

berusaha menciptakan citra merek yang satu lebih baik dari yang

lain.

Terdapat hasil penelitian klasik yang masih layak untuk

dijadikan contoh bagaimana sebenarnya konsumen mempersepsi

terhadap merek produk.

2. Tingkat Ambang Batas (Threshold Level)

Nugroho J. Setiadi, 2008:165 kemampuan konsumen untuk

mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau, atau stimuli yang

lainnya, ditentukan oleh tingkat ambang batasnya (threshold level). Ada dua jenis tingkat ambang batas (threshold level) , yaitu:

a. Absolute threshold

Merupakan jumlah rangsangan minimum yang dapat dideteksi

oleh chanel inderawi

b. Differential threshold

Merupakan kemampuan sistem iderawi untuk mendeteksi atau

membedakan antara dua stimuli

3. Subliminal Perception (persepsi bawah sadar)

Nughroho J. Setiadi, 2008:168 usaha-usaha para pemasar

sampai saat ini selalu menekankan pada penciptaan iklan atau

pesan yang bisa dideteksi atau bisa disadari oleh konsumen.

Artinya, pemasar selalu berusaha menciptakan iklan atau pesan

diatas tingkat ambang batas kesadaran konsumen (consumer level threshold). Hal itu bisa dimengerti karena para pemasar tidak ingin

berspekulasi dengan biaya yang dikeluarkan. Namun demikian,

para peneliti menemukan bahwa konsumen sebenarnya mampu

memberikan respon atas informasi atau pesan yang akan datang

pada bawah sadarnya. Artinya, ketika konsumen dirangsang oleh

iklan atau pesan, sebenarnya konsumen tidak menyadari akan

keberadaan iklan atau pesan itu, namun alam bawah sadarnya

mampu menangkap iklan atau pesan tersebut. Dengan demikian

stimulus tersebut di bawah tingkat ambang batas kesadaran

konsumen. Jadi perception subliminal kemampuan konsumen memberikan tanggapan terhadap stimulus yang berada di bawah

kesadaran atau berada di bawah ambang batas kesadarannya.

4. Tingkat Adaptasi

Nugroho J. Setiadi, 2008:168 tingkat adaptasi ini merupakan

salah satu konsep yang berkaitan erat dengan ambang batas

absolut (Absolut threshold). Dimana konsumen sudah merasa terbiasa dan tidak lagi mampu memperhatikan stimulus, maka

ketika itu pula absolute thresholdny berubah. Tingkat adaptasi

(Adaptation Level) terjadi ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang.

Tingkat adaptasi (adaptation level) terjadi ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang. Misalnya,

ketika konsumen melihat iklan produk dengan potongan harga

ketika iklan itu ditayangkan terus menerus dan tidak ada

perubahan tingkat potongan harga, konsumen sudah merasa dan

tidak memperhatikan iklan tersebut. Pada saat itu sebenarnya

tingkat ambang batas absolute konsumen telah berubah. 5. Generalisasi Stimulus

Nugroho J. Setiadi, 2008:169 proses persepsi yang terjadi

pada konsumen sebenarnya tidak hanya membedakan satu

stimulus dengan stimulus yang lainnya, tetapi konsumen juga

berusaha mengeneralisasi stimulus. Konsumen yang berusaha

melihat kesamaan-kesamaan dari stimulus yang diterima berarti

konsumen sedang melakukan generalisasi. Jadi generalisasi terjadi

ketika konsumen melihat dua stimulus atau lebih mempunyai

kesamaan (mempunyai hubungan dekat atau contiguity), dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, oleh karena itu

dapat disubtitusikan.

Nugroho J. Setiadi, 2008:170 proses generalisasi stimulus

yang dilakukan oleh konsumen, oleh sebagian pemasar sangat

dihindari. Hal ini terjadi karena pemasar berusaha

mendiferensiasikan mereknya dengan merek yang lain. Pemasar

ingin merek produknya lain dari yang lainnya. Diferensiasi merek

produk seperti ini terjadi ketika adanya persaingan. Namun

dipihak lain, generalisasi sebenarnya sangat diharapkan oleh

mempunyai merek yang terkenal, kemudian ingin

memperkenalkan kategori produk baru. Produsen menginginkan

agar konsumen melakukan generalisasi terhadap produk yang baru

dengan merek produk yang lama yang sudah terkenal.

Dokumen terkait