• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DATA

4.2 Analisis Data Penelitian

4.2.1 Persepsi Siswa terhadap Pendidikan Antikorupsi …

Pertanyaan utama yang berkaitan dengan persepsi siswa adalah "apakah pendidikan antikorupsi sudah diintegrasikan dalam pembelaja ran bahasa Indonesia?". Ada 10 butir pertanyaan yang dibagikan kepada 27 siswa kelas VII Fredom SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Berikut ini adalah sepuluh butir pertanyaan yang telah ditabulasi dan dideskripsikan.

1. Persepsi terhadap nilai kejujuran

Ketika ada pernyataan bahwa "Ketika mengajar, guru bahasa Indonesia saya menanamkan nilai kejujuran kepada siswa agar tidak tumbuh bibit korupsi di kalangan siswa?" ternyata jawaban siswa bervariasi. Siswa yang menjawab selalu sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 37,04%, tidak pernah sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 7,41%, kadang-kadang sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 51,85%, dan yang menjawab tidak tahu 1 orang dengan persentase sebesar3,70%.

Dari hasil tabulasi di atas dapat dideskripsikan bahwa penanaman nilai kejujuran sudah diberikan namun intensitasnya masih rendah. Guru belum menyadari bahwa nilai ini dapat dikaitkan dengan pembentukan sikap antikorupsi. Kejujuran merupakan bibit awal adanya sikap antikorupsi.

2. Persepsi terhadap materi pelajaran

Persepsi siswa terhadap pernyataan bahwa "Materi pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas selalu difokuskan pada masalah bahasa dan sastra, tetapi isinya berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran agar tidak korupsi" jawaban siswa ternyata bermacam-macam. Sebanyak 7 orang

siswa (25,92%) menjawab selalu, tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah (0%), sebanyak 16 siswa menjawab kadang-kadang (59,26%), dan 4 orang siswa menjawab tidak tahu (14,81%). Jawaban siswa seperti itu menunjukkan bahwa penanaman nilai antikorupsi memang belum terstruktur dalam pelajaran bahasa Indonesia.

3.Persepsi siswa terhadap fokus materi pelajaran

Ketika ada pernyataan "Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, guru saya mengutamakan penguasaan materi pelajaran pada siswa", siswa yang menjawab selalu: 70,37% (19 siswa), tidak pernah: 11,1% (3 siswa), kadang-kadang: 18,52% (5 siswa), dan tidak tahu: 0%. Dari hasil tabulasi di atas dapat dideskripsikan bahwa guru sudah semaksimal mungkin memberikan materi dalam proses belajar mengajar.

4. Persepsi terhadap kedisiplinan, tanggung jawab, dan budi pekerti Tanggapan siswa terhadap pernyataan “Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, guru saya juga memberikan sisipan nilai materi yang berkaitan denga nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, budi pekerti luhur, dan sebagainya”, jawaban siswa yaitu, selalu sebanyak 19 siswa dengan persentase sebesar 70,37%, tidak pernah sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 3,70%, kadang-kadang sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 25,92%, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak tahu maka persentasenya 0%. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa guru sudah memiliki kesadaran bahwa nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan budi pekerti luhur itu penting diberikan kepada siswa khususnya

sebagai bibit penanaman sikap antikorupsi.

5. Persepsi siswa terhadap tanggung jawab guru mengenai terjadinya korupsi di Indonesia

Persepsi siswa terhadap pernyataan “Guru bahasa Indonesia saya terkesan tidak memiliki tanggung jawab terhadap terjadinya korupsi di Indonesia”, jawaban siswa yang menyatakan selalu sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 3,70%, tidak pernah sebanyak 12 siswa dengan persentase sebesar 44,44%, kadang-kadang sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 25,92%, dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 25,92%. Jawaban siswa tersebut menggembirakan karena menunjukkan adanya tanggungjawab guru terhadap perlunya pemberantasan korupsi di Indonesia.

6. Persepsi siswa terhadap keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa

Ketika ada pernyataan “Materi yang diajarkan guru bahasa Indonesia saya selalu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari”, ternyata jawaban siswa juga bermacam-macam, siswa yang menyatakan selalu sebesar 29,63% atau sebanyak 8 siswa, tidak pernah sebesar14,81% atau sebanyak 4 siswa, kadang-kadang sebesar 55,55% atau sebanyak 15 siswa, dan tidak tahu sebesar 0%. Persepsi siswa seperti itu menunjukkan kecenderungan bahwa guru pelajaran bahasa Indonesia belum tegas dalam mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari.

7. Persepsi siswa terhadap keterkaitan teks dengan nilai kejujuran Jawaban siswa terhadap pernyataan “Teks bacaan yang diberikan oleh guru saya ada yang berkaitan dengan masalah kejujuran”, ternyata jawaban siswa bermacam-macam, yaitu jawaban selalu sebesar 25,92% atau sebanyak 7 siswa, tidak pernah sebesar 3,70% atau 1 siswa, kadang-kadang sebesar 62,96% atau sebanyak 17 siswa, dan tidak tahu sebesar 7,41% atau sebanyak 2 siswa. Jawaban siswa yang seperti itu menunjukkan bahwa guru pelajaran bahasa Indonesia belum maksimal menanamkan nilai kejujuran kepada siswa. 8. Terintegrasikannya materi antikorupsi dalam pelajaran bahasa

Indonesia

Persepsi siswa ketika ada pernyataan bahwa “Pendidikan anti korupsi juga ikut diajarkan melalui materi pelajaran bahasa Indonesia di sekolah”, siswa yang menjawab selalu sejumlah 5 siswa dengan persentase sebesar 18,52%, tidak pernah sejumlah 3 siswa dengan persentase sebesar 11,1%, kadang-kadang sejumlah 17 siswa dengan persentase sebesar 62,96%, dan tidak tahu sejumlah 2 siswa dengan persentase sebesar 7,41%. Hal ini membuktikan bahwa kecenderungan guru untuk mengintegrasikan pendidikan antikorupsi ke dalam materi pelajaran bahasa Indonesia memang masih rendah.

9. Sikap siswa terhadap antikorupsi

Ketika ada pernyataan bahwa “Sikap teman-teman saya ketika membicarakan masalah korupsi cenderung anti korupsi”, siswa yang menyatakan selalu sebesar 33,33% atau sejumlah 9 siswa, jawaban tidak

pernah sebesar 14,81% atau sejumlah 4 siswa, jawaban kadang-kadang sebesar 37,04% atau sejumlah 10 siswa, dan yang tidak tahu sebesar 14,81% atau sejumlah 4 siswa. Jawaban siswa menunjukkan kecenderungan bahwa sebagian besar siswa belum memiliki sikap yang jelas dan kesadaran akan pentingnya sikap antikorupsi.

10. Keterpihakan siswa terhadap koruptor

Berdasarkan pernyataan bahwa "Ada teman saya yang berpihak kepada koruptor ketika sedang membicarakan korupsi", jawaban siswa yang mengatakan selalu sebesar 0%, tidak pernah sebesar 51,85% atau 14 siswa, kadang-kadang sebesar 25,92% atau 7 siswa, dan tidak tahu sebesar 22,22% atau 6 siswa. Dari jawaban tersebut dapat dideskripsikan bahwa kesadaran siswa untuk tidak memihak koruptor cukup tinggi.

Selama ini materi pelajaran yang diberikan oleh guru belum konkret. Materi akan lebih fungsional jika selalu dikaitkan dengan pendidikan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan selalu mengaitkan nilai positif dalam kehidupan nyata, pendidikan dapat memberi bekal bagaimana seorang siswa harus menjalani hidup di masa-masa mendatang. Dalam hal ini nilai-nilai positif yang dimaksud adalah penanaman sikap antikorupsi seperti kejujuran, disiplin, bertanggungjawab, memiliki semangat kebangsaan, mencintai tanah air, dsb.

Berdasarkan persepsi siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia, sikap guru terhadap antikorupsi belum menggembirakan. Guru sudah memiliki kesadaran akan pentingnya sikap antikorupsi namun belum ada sikap tegas dan

wujud nyata sikap antikorupsi yang direalisasikan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Menurut peneliti, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (a) guru belum mengetahui cara-cara mengintegrasikan antikorupsi ke dalam pembelajaran, (b) guru belum mampu merumuskan aspek afektif ke dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan (c) keterbatasan bahan ajar yang menyinggung sikap antikorupsi.

4.2.2 Pendapat Siswa mengenai Topik yang Sesuai dengan

Dokumen terkait