• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 2, SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 2, SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progra"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA SISWA

KELAS VII SEMESTER 2, SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh Lusia Yeni Puspitasari

071224073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DENGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA SISWA

KELAS VII SEMESTER 2, SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh Lusia Yeni Puspitasari

071224073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya ini kupersembahkan Kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus

yang selalu menjadi pembimbing dan kekuatanku.

Orang tuaku tercinta, Bernadus Sutardi dan Bernadeta Partilah

yang selalu memberikan yang terbaik bagiku.

Teman setiaku yang selalu bersedia mendampingi perjuangan

hidupku.

Seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan, membimbing dan

memberi semangat bagiku.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi doa, bantuan dan

semangatnya.

(6)

v

”Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”

(1 Korintus 15:58)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya…” (Pengkhotbah 3:11)

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Puspitasari, Lusia Yeni. 2011. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Pendidikan Antikorupsi pada Siswa Kelas VII Semester 2, SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pengembangan model pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan pendidikan antikorupsi pada siswa kelas VII semester 2 SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa model pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan pendidikan antikorupsi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2 SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 27 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan analisis kebutuhan. Analisis data dilakukan dengan menginventarisasi, mengidentifikasi, dan mengklasifikasi instrumen berupa kuesioner dan hasil wawancara. Model yang sudah dibuat diujicobakan kepada siswa di kelas yang menjadi subjek penelitian. Hasil uji coba kemudian dievaluasi untuk melihat tingkat keefektifan pembelajaran antikorupsi. Berdasarkan evaluasi tersebut dilakukan revisi materi model pembelajaran antikorupsi yang terintegrasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Dari hasil analisis kebutuhan siswa diketahui bahwa siswa kelas VII semester 2, SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 berminat pada materi pembelajaran antikorupsi yang diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dari 25 topik yang diajukan oleh peneliti, 17 diantaranya sangat diminati oleh siswa.

(10)

ix ABSTRACT

Puspitasari, Lusia Yeni. (2011). The Model of Indonesian Language Materials Integrated with Anticorruption Learning to the Seventh Graders in Semester Two of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta in Academic Year 2010/2011.

A Thesis. Yogyakarta: Indonesian and Local Literature and Language Education Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

This research discusses the model of Indonesian language materials integrated with anticorruption learning to the seventh graders in semester two of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta. The research is intended to design the model of Indonesian language materials integrated with anticorruption learning. The subject of this study is twenty seven students of grade VII in semester two of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta.

Data gathering was employed by conducting needs analysis. Needs analysis was conducted by listing, identifying, and classifying the instrument that is questioner and interview result. The designed materials were implemented to the students as the subject in this research. Then, the result of implementation was evaluated to find out the effectiveness rate of anticorruption learning. Finally, the result of evaluation required the revision of the model of Indonesian language materials integrated with anticorruption learning.

From the result of needs analysis, it was found that the students of grade VII in semester two of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta were interested in anticorruption learning integrated with Indonesian language materials. The students were interested in seventeen of twenty five presented topics.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa atas berkat-Nya yang selalu berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis merasakan suka cita yang begitu besar karena dapat mempersembahkan hal terbaik sesuai dengan kemampuan penulis.

Hambatan dan rintangan yang dihadapi merupakan guru terbaik dalam hidup. Meskipun terjatuh berkali-kali, selalu ada pertolongan dari Bapa di surga serta dukungan dari orang-orang terdekat penulis.

Ada begitu banyak pertolongan yang datang dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Pranowo, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

(12)

xi

Bosco Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

5. Siswa kelas VII Fredom SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang mendukung terlaksananya penelitian ini.

6. Bapak dan Ibuku tercinta, Bernadus Sutardi dan Bernadeta Partilah yang selalu mendoakan dan mendukung selama pembuatan skripsi ini.

7. Yohanes Angga Wibawasana yang selalu mendampingi dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Adikku tercinta Valentina Monica Sabella Putri dan Marselinus Alvian Sesario yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

9. Eyang Sukemi Dartodiharjo yang selalu memberi petuah dan semangat.

10.Agustina Wininggar M., Veronica Atik Sumarlina, dan Vinsensia B. Odi Kein yang selalu memberi keceriaan bagi penulis.

11.Teman-teman penelitian payung; Prisilia Conny, Yakobus Didit, Yunardi Prawitdi Yanto, dan Boniferson Ndoen yang selalu berbagi suka duka dalam menyelesaikan skripsi.

(13)

xii

dukungan, semangat, bimbingan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 13 Desember 2011

(14)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... iv

MOTTO ……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ……….... viii

ABSTRACT ……….... ix

KATA PENGANTAR ……….. xii

DAFTAR ISI ………... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Istilah... 6

(15)

xiv BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan……..……….. 8

2.2 Kajian Pustaka ……….. 10

2.2.1 Pengertian Korupsi……… 10

2.2.2 Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII... 12

2.2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII Semester 2 ... 13

2.2.4 Kategori Keluaran Belajar Menurut Bloom ... 16

2.2.5 Kondisi Korupsi di Indonesia...………... 20

2.2.6 Antikorupsi... 22

2.2.7 Menanamkan Sikap Antikorupsi ... 24

2.2.8 Pendidikan Antikorupsi melalui Sekolah... 25

2.2.9 Model Pendidikan Antikorupsi ... 27

2.2.10 Penelitian Pengembangan... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………... 35

3.2 Model Pengembangan………... 35

3.3 Prosedur Pengembangan...………... 36

3.4 Uji Coba Produk……..………... 38

(16)

xv

3.7 Jenis Data………... 41

3.8 Instrumen Pengumpulan Data……….. 42

3.8.1 Angket (Kuesioner)………. 42

3.8.2 Wawancara……….. 43

3.9 Teknik Analisis Data………... 47

3.10 Triangulasi……… 47

3.11 Jadwal Penelitian………... 48

BAB IV HASIL ANALISIS DATA 4.1 Deskripsi Data……….……… 49

4.2 Analisis Data Penelitian ... 51

4.2.1 Persepsi Siswa terhadap Pendidikan Antikorupsi ….. 52

4.2.2 Pendapat Siswa Mengenai Topik yang Sesuai dengan Semangat Antikorupsi ... 57

4.2.3 Hasil Analisis Wawancara dengan Guru ... 58

4.2.4 Hasil Analisis Wawancara dengan Siswa ... 62

4.3 Pembahasan ... 64

4.3.1 Pembahasan Persepsi Siswa terhadap Pendidikan Antikorupsi ... 64

4.3.2 Pembahasan Persepsi Siswa terhadap Topik-topik Antikorupsi ... 68

4.3.3 Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru ... 71

(17)

xvi

5.1 Dasar Desain Pembelajaran ... 74

5.2 Pengembangan Prototipe Buku Pelajaran Bahasa Indonesia… 77 5.3 Hasil Uji Coba Produk………... 79

5.3.1 Kuesioner... 79

5.3.2 Kritik dan Saran... 81

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

HASIL PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN... 88

(18)

xvii

DAFTAR BAGAN

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 SK dan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VII

Semester 2... 15

Tabel 2.2 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif... 16

Tabel 2.3 Kata Kerja Operasional Afektif... 18

Tabel 2.4 Kata Kerja Operasional Psikomotorik... 20

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Model Pembelajaran Antikorupsi yang Terintegrasi dalam Pelajaran Bahasa Indonesia... 39

Tabel 3.2 Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Model Pembelajaran Antikorupsi yang Terintegrasi dalam Pelajaran Bahasa Indonesia……… 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Persepsi Siswa terhadap Korupsi melalui Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas... 43

Tabel 3.4 Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Korupsi melalui Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas... 44

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Topik-topik Materi Pembelajaran yang Berkaitan dengan Tema Antikorupsi………… 45

Tabel 3.6 Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Topik-topik Materi Pembelajaran yang Berkaitan dengan Tema Antikorupsi……… 45

(20)

xix

Tabel 4.2 Tabulasi Persepsi Siswa terhadap Topik-topik Antikorupsi... 68 Tabel 5.1 SK dan KD dalam KTSP 2006 Siswa Kelas VII Semester 2... 75 Tabel 5.2 Tabulasi Kuesioner Uji Coba Model Pembelajaran Anikorupsi yang

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran Surat Izin Penelitian... 89

Lampiran Instrumen 1... 90

Lampiran Instrumen 2... 91

Lampiran Instrumen 3... 92

Lampiran Pertanyaan Wawancara terhadap Siswa... 93

Lampiran Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Model Pembelajaran... 94

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini merupakan bab pendahuluan. Dalam ini, penulis menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu bentuk kecurangan yang kini telah merajalela di Indonesia adalah korupsi. Praktik dan tindakan korupsi telah menyita perhatian masyarakat luas. Banyaknya kasus korupsi yang terungkap satu demi satu menguras pikiran masyarakat dan menggugah pikiran kritis masyarakat mengenai merosotnya nilai moral di negara kita.

Korupsi seolah-olah telah menjadi budaya di negara kita. Wakil-wakil yang sudah dipercaya oleh rakyat untuk duduk di kursi pemerintahan justru berbondong-bondong melakukan korupsi secara masal. Bukan hanya pejabat besar yang duduk di kursi DPR dan MPR saja, tetapi pejabat kecil seperti ketua RT, RW, dan kepala Desa mungkin saja melakukan korupsi.

(23)

pencegahan korupsi. Namun faktanya justru berbeda. Dunia pendidikan yang berperan sebagai pendidik belum mampu membawa negara kita keluar dari tindakan korupsi. Hal ini terbukti dengan begitu banyaknya manusia berpendidikan tinggi yang duduk di kursi pemerintahan justru menjadi pelaku korupsi. Dari fakta ini terbukti bahwa tingginya tingkat pendidikan tidak menjamin besarnya moral yang ada dalam diri seseorang.

Pendidikan dapat dilakukan di mana saja misalnya pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Setelah memperoleh pendidikan pertama dari kedua orang tuanya, anak memasuki dunia pendidikan formal di sekolah. Pendidikan formal di sekolah hanya salah satu media pendidikan yang membantu anak untuk mengembangkan karakter. Setelah lepas dari jam sekolah, anak akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, keluarga dan lingkungan tempat tinggal juga menjadi penentu berhasilnya penanaman sikap antikorupsi kepada anak.

Dunia pendidikan yang memiliki peran mengajar dan mendidik generasi muda harus memberikan pembinaan moral yang nantinya akan mengarahkan anak pada sikap antikorupsi. Pendidikan antikorupsi di sekolah dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran. Cara ini diharapkan dapat memberi perubahan yang signifikan guna memberantas korupsi yang sudah merajalela di negara kita.

(24)

untuk penanaman pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi adalah melalui dunia pendidikan di sekolah karena sekolah adalah proses pembudayaan (Hassan via Harmanto, 2008). Pembudayaan sikap antikorupsi di sekolah harus ditanamkan sejak dini dengan cara menanamkan sikap antikorupsi kepada anak didik. Sikap antikorupsi ini dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, namun harus tetap sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengembangkan materi pendidikan antikorupsi yang terintegrasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa SMP kelas VII semester 2.

Pengintegrasian pendidikan antikorupsi ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus mencakup tiga ranah dalam taksonomi tujuan pendidikan.

Pertama, ranah kognitif yang menekankan aspek untuk mengingat dan mereproduksi informasi yang telah dipelajari, yaitu untuk mengombinasikan cara-cara kreatif dan mensintesakan ide-ide dan materi baru. Kedua, ranah afektif yang menekankan aspek emosi, sikap, apresiasi, nilai atau tingkat kemampuan menerima atau menolak sesuatu. Ketiga, ranah psikomotorik yang menekankan pada tujuan untuk melatih keterampilan seperti menulis, teknik mengajar, berdagang, dan lain-lain (Sanaky, 2009). Harapannya, pendidikan antikorupsi dapat membentuk pemahaman, perilaku, dan sikap positif pada setiap anak didik. Dengan demikian tujuan pendidikan antikorupsi di sekolah dapat tercapai.

(25)

mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa SMP kelas VII semester 2.

Pengintegrasian tidak boleh dilakukan dengan sembarangan dan tidak boleh menyimpang dari tujuan pembelajaran dari dinas pendidikan. Agar pendidikan yang diinginkan tetap tercapai, pengembangan materi pendidikan antikorupsi yang akan dibuat harus disesuaikan dengan KTSP yang berlaku saat ini yakni KTSP 2006. Sejauh yang kita ketahui dalam KTSP 2006, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki 4 aspek keterampilan berbahasa dan bersastra. Ketrampilan itu meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan model pembelajaran Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan antikorupsi pada siswa kelas VII semester 2 SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.

1.3 Tujuan Penelitian

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi guru kelas VII SMP Joannes Bosco Yogyakarta

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII semester 2 SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang mengajarkan dan menekankan arti serta nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi supaya siswa tidak melakukan perbuatan tidak jujur dan korupsi di kemudian hari.

b. Bagi Sekolah (SMP Joannes Bosco Yogyakarta)

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi di sekolah.

c. Bagi calon guru

Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mempertimbangkan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi dalam mengembangkan atau menanamkan nilai-nilai kejujuran serta antikorupsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini juga dapat dipakai sebagai acuan untuk penelitian baru yang sejenis dengan fokus aspek lain.

e. Bagi bangsa dan negara

Penelitian ini dapat menginspirasi bangsa dan negara untuk melakukan pencegahan korupsi sejak dini melalui dunia pendidikan.

(27)

1.5 Batasan Istilah Penelitian a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (KBBI, 2008: 326).

b. Antikorupsi

Antikorupsi artinya tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang terhadap korupsi (Ihsan Ananto, 2011).

c. Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi adalah upaya pengajaran yang bertujuan menanamkan pemahaman dan perilaku antikorupsi (Djabbar, 2008).

d. Integrasi

Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Terintegrasi adalah sudah diintegrasikan atau dapat diintegrasikan (KBBI, 2008: 541).

e. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(28)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada pengembangan model pembelajaran Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan antikorupsi pada siswa kelas VII semester 2 SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.

1.7 Sistematika Penelitian

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan serta mendasari topik penelitian. Landasan teori dalam bab II ini berisi penelitian yang relevan, dan kajian pustaka.

2.1Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitiannya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agnes Seno Jati Resani, Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., dan Theresia Ni Putu Trisnawati. Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Seno Jati Resani (2009) berjudul Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Keterampilan Menulis untuk Siswa Kelas X Semester 2 SMA Sang

Timur Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian ini bertujuan menghasilkan suatu produk berupa silabus dan materi pembelajaran keterampilan menulis, melalui proses pengembangan. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara menganalisis kebutuhan siswa, melalui angket dan wawancara. Hasil akhir produk tersebut kemudian dikaji berdasarkan teori yang mengacu pada pembelajaran bahasa Indonesia yang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(30)

menganalisis kebutuhan siswa dan guru dengan cara melakukan wawancara serta membagikan kuesioner. Hasil wawancara dan kuesioner tersebut digunakan sebagai analisis kebutuhan siswa mengenai pendidikan antikorupsi yang akan diintegrasikan peneliti ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan model pembelajaran antikorupsi terintegrasi dengan mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA.

Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Ni Putu Trisnawati (2011), berjudul Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Pendidikan Antikorupsi di Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta Tahun Ajaran

2010/ 2011. Penelitian tersebut bertujuan menghasilkan modul pembelajaran bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan antikorupsi SMA kelas XI semester 2 SMA Negri 11 Yogyakarta. Hasil akhir penelitian pengembangan tersebut berupa modul pembelajaran antikorupsi yang terintegrasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

(31)

2.2Kajian Pustaka

Teori-teori yang akan dipaparkan dalam kajian pustaka meliputi pengertian korupsi, standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII Semester 2, kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama kelas VII, kategori keluaran belajar menurut Bloom, kondisi korupsi di Indonesia, menanamkan sikap anti korupsi, pendidikan anti korupsi melalui sekolah, model pendidikan anti korupsi, dan penelitian pengembangan.

2.2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi pada dasarnya adalah sebuah tindak kejahatan. Menurut beberapa ahli, korupsi merupakan bagian dari kecurangan, namun sekarang ini istilah korupsi lebih popular di telinga masyarakat. Dalam perspektif masyarakat zaman sekarang, terutama berkaitan dengan kondisi bangsa Indonesia, korupsi merupakan penghancur bangsa. Dr. Igm Nurdjana, SH., M.Hum (2010) mengatakan pengertian korupsi secara harafiah adalah :

1. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidakjujuran.

2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dsb.

3. Perbuatan yang kenyataannya menimbulkan keadaan yang bersifat buruk, perilaku yang jahat dan tercela, atau kebejatan moral, penyuapan dan bentuk-bentuk ketidakjujuran.

(32)

yaitu adanya tekanan, adanya kesempatan, dan rasionalisasi/pembenaran (Suradi, 2006). Secara umum ketiga hal tersebut adalah penyebab yang telah mendorong seseorang melakukan korupsi.

Berikut ini digambarkan dalam bentuk bagan. Bagan 2.1 Segitiga Kecurangan

Segitiga Kecurangan Kesempatan

(Opportunity)

Tekanan Rasionalisasi (Pressure) (Rationalize)

Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga unsur tersebut: 1. Tekanan

Sebagian besar ahli sepakat bahwa tekanan dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu tekanan keuangan, kebiasaaan buruk, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, adanya tekanan yang lain seprti ingin meningkatkan gaya hidup. Berbagai macam bentuk tekanan inilah yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi.

2. Kesempatan

(33)

kinerja, terbatasnya akses terhadap informasi, ketidaktahuan, dan tidak adanya jejak audit. Beberapa faktor di atas dapat menjadi peluang bagi seseorang untuk melakukan korupsi.

3. Rasionalisasi

Salah satu unsur yang memberikan kontribusi terjadinya kecurangan/korupsi adalah rasionalisasi. Unsur ini akan memberikan suatu pembenaran tentang apa saja yang kita lakukan dengan tujuan untuk memuaskan diri sendiri meskipun pembenaran tersebut tidak memiliki tanggung jawab moral maupun etika.

Ketiga penyebab korupsi di atas dapat kita hindari apabila sejak dini membatasi secara tegas agar diri kita tidak hanyut dalam korupsi, tahan menghadapi tekanan apapun agar tidak tergiur korupsi dan mendekatkan diri dengan Tuhan. Selain itu pemerintah harus tegas menangani korupsi sehingga tidak ada kesempatan bagi para koruptor.

2.2.2 Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII

(34)

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2.2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII Semester 2

(35)

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:

a.peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

b.guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

c.guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

d.orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;

e.sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;

(36)

memperhatikan kepentingan nasional. Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VII Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

9. Memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara

9.1 Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara

9.2 Menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara Berbicara

10.1 Menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan

bahasa yang santun Membaca

11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai

11.1 Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif 11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang

dibaca

11.3 Menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca

Menulis

12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat

12.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung

12.2 Menulis pesan singkat sesuai dengan isi dengan menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun

Mendengarkan 13. Memahami

pembacaan puisi

13.1 Menanggapi cara pembacaan puisi 13.2 Merefleksi isi puisi yang dibacakan Berbicara

14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen

14.1 Menanggapi cara pembacaan cerpen

14.2 Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek) dengan realitas sosial

Membaca

15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi

(37)

Menulis

16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

16.2 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami

2.2.4 Kategori Keluaran Belajar Menurut Bloom

Bloom membedakan keluaran belajar dalam tiga kategori atau ranah yang mencakup (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 24).

(1) Ranah Kognitif

Ranah ini berkaitan dengan aspek pengetahuan dan kemampuan intelektual seseorang. Tujuan atau keluaran belajar kognitif melibatkan siswa ke dalam proses berpikir seperti mengingat, memahami, menganalisis, menghubungkan, memecahkan masalah, dan sebagainya. Ranah kognitif terdiri dari enam bagian yang disusun dari tingkat yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks, dari aspek kognitif yang hanya menuntut aktivitas intelektual sederhana ke yang menuntut kerja intelektual tingkat tinggi. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Berikut kata kerja operasional dalam ranah kognitif menurut Bermawi Munthe (2009: 40-42).

Tabel 2.2

Kata Kerja Operasional dalam Ranah Kognitif

Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional Knowledge

(Pengetahuan)

 Menyebut kembali informasi (istilah, fakta, aturan, dan metode)

menyebutkan kembali, menghafal,

(38)

Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional menyortir, menyatakan Comprehension

(Pemahaman)

 Menjelaskan informasi dengan bahasa sendiri

 Menterjemahkan  Memperkirakan  Menentukan (metode/

prosedur)

 Memahami (konsep/ kaidah/ prinsip, kaitan antara fakta, isi pokok)

 Menginterprestasikan (tabel, grafik, bagan)

 Mengaplikasikan pengetahuan atau generalisasi ke dalam situasi baru

 Memecahkan masalah yang formulatif

 Membuat bagan dan grafik  Menggunakan (rumus, kaidah,

formula, metode, prosedur,

 Menguraikan pengetahuan ke bagian-bagiannya dan menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian tersebut  Membedakan (fakta dari

interprestasi, data dari kesimpualan)

 Menganalisis (struktur dasar, bagian-bagian, hubungan

 Memadukan bagian-bagian pengetahuan menjadi satu keutuhan dan membentuk hubungan ke dalam situasi baru  Menghasilkan (klasifikasi,

karangan, kerangka teoritis)  Menyusun (rencana, skema,

program kerja)  Menilai berdasarkan norma

internal (hasil karya, karangan, pekerjaan, khotbah, program penataran)

(39)

Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional karangan, pekerjaan, ceramah,

program penataran)  Mempertimbangkan (baik

buruk, pro kontra, untung rugi)

menghubungkan,

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, feeling, nada, emosi dan variasi tingkatan penerima dan penolakan terhadap sesuatu. Antara ranah kognitif dan ranah afektif mempunyai persamaan situasi, ranah kognitif berkaitan dengan masalah isi dan proses orientasi, sedangkan ranah afektif terutama berkaitan dengan masalah proses orientasi. Jangkauan tujuan afektif lebih bersifat kesadaran melalui penerimaan dan kecondongan terhadap nilai-nilai. Seperti halnya ranah kognitif, ranah afektif juga terdiri dari bagian-bagian, yaitu penerimaan, penanggapan, valuing, pengorganisasi, dan kerakterisasi nilai-nilai. Berikut kata kerja operasional dalam ranah afektif menurut Bermawi Munthe (2009: 42-44).

Tabel 2.3

Kata Kerja Operasional dalam Ranah Afektif

Perubahan Kemampuan intelektual Kata kerja operasional Receiving

(Penerimaan)

 Menunjukkan (kesadaran, kemauan, perhatian)  Mengakui (kepentingan,

perbedaan)

(40)

Perubahan Kemampuan intelektual Kata kerja operasional (Penilaian/

penentuan sikap)

 Menyukai  Menyepakati

 Menghargai (karya seni, sumbangan ilmu, pendapat)  Bersikap (positif atau

negatif)

 membentuk sistem nilai  menangkap relasi antarnilai  bertanggung jawab

 mengintegrasikan nilai

berpegang pada,

 menunjukkan (kepercayaan diri, disiplin pribadi,

(41)

Tabel 2.4

Kata Kerja Operasional dalam Ranah Psikomotorik Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional Perception  Menyiapkan diri (fisik)

memulai, mengawali, bereaksi,

 Meniru contoh mempraktikkan, memainkan, mengikuti, mengerjakan, membuat,  Berpegang pada pola

mengoperasikan, membangun,

 Menciptakan sesuatu yang baru

 Berinisiatif

merancang, menyusun, menciptakan, mendesain, mengombinasikan, mengatur, merencanakan

2.2.5 Kondisi Korupsi di Indonesia

(42)

dikutip oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia (2006) menunjukkan bahwa pada tahun 2005 Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia (Harmanto, 2008).

Dari studi yang dilakukan, PERC mendudukan Indonesia pada posisi paling atas dalam hal praktik korupsi. Dari 12 negara yang menjadi sasaran studi telah disusun daftar Negara menurut “kehebatannya” dalam berkorupsi, yaitu posisi pertama Indonesia, selanjutnya India di posisi ke-2, Vietnam ke-3, Filipina ke-4, Cina Daratan ke-5, Malaysia ke-6, Thailand ke-7, Republik Korea 8, Taiwan 9, Hong Kong 10, Jepang 11, dan Singapura ke-12 (PERC via Supriyoko, 2005).

Sebelum melakukan studi mengenai korupsi, PERC telah melakukan studi tentang pendidikan di dua belas negara Asia. Dari sasaran studi tersebut didapatkan hasil berikut: posisi pertama adalah Republik Korea, ke-2 Singapura, ke-3 Jepang, ke-4 Taiwan, ke-5 India, ke-6 Cina Daratan, ke-7 Malaysia, ke-8 Hongkong, ke-9 Filipina, ke-10 Thailand, ke-11 Vietnam, dan ke-12 Indonesia (PERC via Supriyoko, 2005).

Dari hasil penelitian di atas, kemungkinan pendidikan di masa lampau belum begitu memperhatikan penguasaan nilai karakter bagi siswa. Akhirnya ada banyak pejabat yang berpendidikan tinggi justru melakukan korupsi. Semuanya itu kita kembalikan lagi pada moral masing-masing pribadi.

(43)

diterapkan secara riil. Padahal seharusnya ada tindakan tegas terhadap pelaku korupsi, tetapi faktanya pemberantasan korupsi hanya terjadi dalam retorika bukan dalam kenyataan. Absennya tindakan hukum yang tegas terhadap koruptor selama ini, merupakan salah satu penjelasan mendasar mengapa korupsi di bumi negeri tetap subur (Tanya via Annas, 2011).

2.2.6 Antikorupsi

Antikorupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi. Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana menyelamatkan uang dan aset negara. Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan dengan melakukan perbaikan sistem (sistem hukum, sistem kelembagaan) dan perbaikan manusianya (moral, kesejahteraan).

Langkah-langkah antikorupsi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan sistem

(1) Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku, untuk mengantisipasi perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang sering digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat hukum.

(44)

(3) Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi, memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi.

(4) Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara tegas.

(5) Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, memperkecil terjadinya human error.

b. Perbaikan manusianya

(1) Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman. Mengoptimalkan peran agama dalam memberantas korupsi. Artinya pemuka agama berusaha mempererat ikatan emosional antara agama dengan umatnya dan menyatakan dengan tegas bahwa korupsi adalah perbuatan tercela, mengajak masyarakat untuk menjauhkan diri dari segala bentuk korupsi, mendewasakan iman dan menumbuhkan keberanian masyarakat untuk melawan korupsi.

(2) Memperbaiki moral sebagai satu bangsa.

Menolak korupsi karena secara moral salah (Klitgaard, 2001). Morele herbewapening, yaitu mempersenjatai/ memberdayakan kembah moral bangsa (Frans Sella, 2003).

(3) Meningkatkan kesadaran hukum, dengan sosialisi dan pendidikan antikorupsi.

(45)

(5) Memilih pemimpin yang bersih, jujur dan antikorupsi, pemimpin yang memiliki kepedulian dan cepat tanggap, pemimpin yang bisa menjadi teladan.

2.2.7 Menanamkan Sikap Antikorupsi

Tindak korupsi yang melanda negri kita perlu mendapatkan perhatian khusus. Negara kita tidak boleh berlama-lama terperangkap dalam tindak korupsi. Harus ada solusi yang diambil sebagai langkah awal memberantas korupsi. Salah satunya adalah melaksanakan pembelajaran yang diberikan kepada generasi muda agar mereka tidak terperangkap dalam tindak korupsi. Pembelajaran yang dimaksud adalah melalui pendidikan formal.

Permasalahan yang sudah terlanjur rumit ini tidak akan mudah diatasi. Solusi pembelajaran yang ditarwarkan pun tidak mudah dilaksanakan. Membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali moral bangsa yang sudah terlanjur rusak. Perlu usaha yang terus-menerus agar semangat anti korupsi tidak padam sampai seumur hidup.

(46)

Anak didik harus dibina sejak dini agar mereka tahu bahaya korupsi. Mereka harus diberi pemahaman bahwa korupsi yang terus menerus akan merusak sendi-sendi bangsa. Untuk itu, mulai sekarang perlu dilakukan pendidikan antikorupsi di sekolah agar anak didik memiliki penyaring yang kuat. Dengan demikian, mereka tidak terjerumus dalam tindakan korupsi ketika mereka menjadi pemimpin di masa mendatang.

Penanaman sikap antikorupsi kepada anak didik harus dilakukan secara berkesinambungan. Jangan hanya disampaikan sesekali saja, harus terus menerus ditekankan agar siswa menyadari bahwa korupsi harus dibasmi dari negeri kita. Semua usaha ini tidak akan berhasil tanpa kerjasama semua pihak. Untuk itu, lingkungan masyarakat dan keluarga juga harus mendukung.

Hal ini juga disampaikan oleh Hujair AH. Sanaky (2009). Ia mengatakan bahwa pendidikan yang harus kita lakukan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendidikan informal (keluarga), formal (sekolah) dan nonformal (masyarakat). Ketiga bagian ini harus bekerja bersama-sama demi tercapainya tujuan yang diinginkan yaitu menciptakan bangsa yang manjunjung tinggi sikap antikorupsi.

2.2.8 Pendidikan Antikorupsi melalui Sekolah

(47)

nilai religius, moral bebas korupsi atau pembelajaran anti korupsi melalui berbagai lembaga pendidikan (Niam, 2010).

Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seseorang, yang mana dalamnya ada proses pembudayaan moral dan nilai akademis. Jika selama ini korupsi dianggap sebagai perbuatan buruk yang membudaya, maka dunia pendidikanlah yang bertugas memberantasnya. Oleh sebab itu hal ini merupakan tanggung jawab dari sisi moral dan sisi akademis dari pendidikan nasional.

Lingkungan sekolah memperkenalkan dan mengajarkan anak didik pada nilai moral. Dalam kaitannya dengan kasus korupsi yang kini sedang merajalela di Indonesia, dunia pendidikan diharapkan mampu mendidik siswa manjadi pribadi yang bermoral khususnya memiliki sikap antikorupsi. Oleh karena itu pendidikan anti korupsi harus diterapkan sebagai salah satu bagian dari pendidikan moral di sekolah yang juga merupakan upaya untuk memberantas korupsi.

(48)

Pelaksanaan pendidikan antikorupsi di dunia pendidikan sudah tidak dapat ditunda-tunda lagi. Segala sesuatu yang menyangkut kelangsungan bangsa harus segera dikembangkan. Pendidikan antikorupsi merupakan solusi tepat yang harus segera diujicobakan di sekolah-sekolah.

2.2.9 Model Pendidikan Antikorupsi

Penelitian pengembangan yang mengintegrasikan pendidikan anti korupsi belum banyak kita temukan di negara kita. Penelitian semacam ini pernah dilakukan oleh Prof. Dr. Pranowo yang mengintegrasikan pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk SMA. Pranowo berpendapat bahwa ada 18 butir nilai yang harus ditanamkan kepada anak agar memiliki sikap antikorupsi, yaitu (1) religiusitas, (2) kebijaksanaan, (3) kerendahan hati, (4) kedermawanan, (5) kesimpatian, (6) kejujuran, (7) toleransi, (8) cinta tanah air, (9) disiplin, (10) semangat kebangsaan, (11) peduli pada sesama. (12) kerja keras, (13) kemandirian, (14) tanggung jawab, (15) menghargai prestasi, (16) kreatif dan inovatif, (17) bekerja sama, dan (18) kepemimpinan (Pranowo, 2010). Delapan belas nilai inilah yang menjadi dasar pengintegrasian pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.

(49)

gunakan nanti justru membebani anak didik. Kelebihan dan kekurangannya pun perlu dipertimbangkan dengan matang.

Menurut Elwina dan Riyanto (2008) ada lima model yang dapat kita gunakan. Pertama, model sebagai mata pelajaran tersendiri. Dalam model ini, pendidikan anti korupsi disampaikan sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi yang lain. Dalam hal ini guru bidang studi pembelajaran antikorupsi harus membuat Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), metodologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu, pembelajaran anti korupsi sebagai mata pelajaran harus masuk dalam jadwal yang terstruktur.

Keunggulan pendidikan antikorupsi sebagai mata pelajaran adalah materi lebih terfokus dan terencana dengan matang. Dengan demikian, pelajaran lebih terstruktur dan terukur sebagai informasi. Ada jam yang sudah ditentukan sebagai kesempatan untuk memberikan informasi secara pasti. Guru dapat membuat perencanaan dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya.

(50)

Kedua, model terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Penanaman nilai antikorupsi dalam pendidikan antikorupsi juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Guru dapat memilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui materi bahasan mata pelajarannya. Nilai-nilai antikorupsi dapat ditanamkan melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran antikorupsi tanpa kecuali.

Keunggulan model ini adalah semua guru ikut bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada siswa. Kelemahan dari model ini adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai-nilai anti korupsi yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Tidak boleh ada perbedaan persepsi dan pemahaman tentang nilai karena bila hal ini terjadi maka justru akan membingungkan anak.

Ketiga, model di luar pembelajaran. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model ini dapat dilaksanakan oleh guru sekolah yang bersangkutan yang mendapat tugas tersebut atau dipercayakan pada lembaga di luar sekolah untuk melaksanakannya, misalnya dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pendidikan antikorupsi dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan insidental.

(51)

dibandingkan sekadar informasi apalagi informasi yang monolog. Anak-anak lebih terlibat dalam menggali nilai-nilai hidup dan pembelajaran lebih menggembirakan. Kelemahan metode ini adalah tidak ada struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah, membutuhkan waktu lebih banyak.

Model ini juga menuntut kreativitas dan pemahaman akan kebutuhan anak secara mendalam, tidak hanya sekadar acara bersama belaka, dibutuhkan pendamping yang kompak dan mempunyai persepsi yang sama. Dan kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan setahun sekali atau dua kali tetapi berulang kali.

Keempat, model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah. Penanaman nilai-nilai antikorupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah. Pembudayaan akan menimbulkan suatu pembiasaan. Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari.

(52)

kebiasaan-kebiasaan yang baik dan jangan sekali-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin, menyontek dalam ulangan dan sebagainya.

Kelima adalah model gabungan yang berarti menggunakan gabungan antara terintegrasi dan di luar pembelajaran secara bersama-sama. Penanaman nilai lewat pengakaran formal terintegrasi bersama dengan kegiatan di luar pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan baik dalam kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah.

Keunggulan model ini adalah semua guru terlibat dan bahkan dapat dan harus belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Anak mengenal nilai-nilai hidup untuk membentuk mereka baik secara informatif dan diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik.

Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk koordinasi, banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam, terlihat apabila melibatkan pihak luar sekolah. Selain itu, tidak semua guru mempunyai kompetensi dan keterampilan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi.

(53)

Model ini memiliki kelebihan, yaitu guru tetap berpegang pada buku BSE tapi jika ingin memasukan pendidikan antikorupsi (karena dalam buku BSE belum ada materi antikorupsi) guru dapat menggunakan buku ini, tidak perlu ada mata pelajaran baru, tidak mengubah kurikulum, tidak mengubah buku pelajaran yang sudah ada.

2.2.10 Penelitian Pengembangan

Penelitian merupakan kegiatan yang sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi. Ada berbagai macam jenis penelitian yang sering dilakukan di dunia pendidikan. Penelitian yang dilakukan kali ini termasuk dalam kategori penelitian pengembangan (research and development).

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran (Borg dan Gall via Dwiyogo, 2004). Melalui penelitian pengembangan diharapkan dapat menjembatani kesenjangan penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan langsung oleh para pengguna.

(54)

mengembangkan kurikulum, mengembangkan media pembelajaran, mengembangkan strategi/metode pembelajaran, dan sebagainya.

Penelitian ini memiliki beberapa prosedur yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983), menyatakan pada dasarnya prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama yaitu mengembangkan produk (tujuan pengembangan) dan menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan yang disebut sebagai validasi (via Dwiyogo, 2004). Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan upaya pengembangan produk yang disertai proses validasi.

Borg dan Gall menyarankan penggunaan sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan, yaitu:

a.Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas, persiapan laporan tentang pokok persoalan). b.Melakukan perencanaan (pendefinisian keterampilan, perumusan tujuan,

penentuan urutan pembelajran, dan uji coba skala kecil).

c.Mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi).

d.Melakukan uji lapangan permulaan, data wawancara dan observasi kuesioner dikumpulkan dan dianalisis.

e.Melakukan revisi terhadap produk utama (sesuai dengan saran-saran dari hasil uji lapangan permulaan).

f. Melakukan uji lapangan utama.

(55)

saran-saran dari hasil uji coba lapangan utama). h.Melakukan uji lapangan operasional .

i. Melakukan revisi terhadap produk akhir (revisi produk seperti disarankan oleh hasil uji coba lapangan).

j. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk.

Langkah-langkah di atas bukanlah langkah baku yang mutlak diikuti. Setiap pengembang dapat memilih langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi penelitiannya.

Secara garis besar, prosedur utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. melakukan analisis produk yang dikembangkan b. mengembangkan produk awal

(56)

BAB III

METODOLOGI PENGEMBANGAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, model pengembangan, prosedur pengembangan, uji coba produk, desain uji coba, subjek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan pembelajaran (Learning development research) yang mengembangkan model pembelajaran anti korupsi terintegrasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII semester 2.

3.2 Model Pengembangan

(57)

3.3 Prosedur Pengembangan

Rancangan prosedur pengembangan materi pembelajaran pada dasarnya menggunakan model pengembangan Borg & Gall (2003: 775), model pengembangan desain pembelajaran Dick, Carey & Carey (2005: 1), dan pengembangan produk model Luther, 1994 (Ariesto Hadi Sutopo). Ketiga model pengembangan tersebut diadaptasi oleh Prof. Dr. Pranowo sehingga menghasilkan sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan sebagai landasan dalam penelitian. Secara garis besar model pengembangan ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Penelitian

Pengembangan Materi

Pembelajaran

Hasil Analisis Data

Pengembangan Produk

Validasi Ahli

Revisi

Uji Coba Produk

Revisi Akhir

Produk

(58)

Setiap langkah model pengembangan materi pembelajaran dijabarkan sebagai berikut:

1. Analisis persepsi siswa

a) Analisis persepsi siswa yang dimaksud adalah analisis terhadap sikap dan tanggapan siswa mengenai tindak pidana korupsi di Indonesia b) Analisis persepsi siswa terhadap nilai-nilai luhur yang mampu

membentuk sikap antikorupsi

2. Karena buku ajar akan digunakan oleh guru bersama siswa untuk pembelajaran, juga perlu dilakukan wawancara dengan guru terutama yang berkaitan dengan topik yang menurut pandangan guru layak diajarkan kepada siswa.

3. Pengembangan produk

Pengembangan produk disusun atas dasar SK dan KD KTSP 2006 pada jenjang pendidikan SMP dengan langkah sebagai berikut.

a) SK dan KD setiap semester disebarkan menjadi bab-bab dalam buku ajar. Setiap bab buku ajar dapat terdiri atas beberapa KD sesuai dengan banyak sedikitnya, indikator setiap KD.

b) Untuk mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan KD, penyajiannya disusun dengan urutan sebagai berikut:

1) Indikator diangkat menjadi sub bab buku dengan penyesuaian rumusan

(59)

4) Refleksi

5) Evaluasi, dapat berbentuk tes, non tes (unjuk kerja, proyek, dsb). 6) Kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban disertai rubrik

penilaian.

4. Hasil pengembangan produk kemudian divalidasi melalui guru dan pakar lain yang memiliki keahlian dalam penelitian pengembangan.

5. Atas dasar masukan dari guru dan ahli, kemudian dilakukan revisi produk. 6. Produk yang sudah direvisi, kemudian diuji coba kepada siswa untuk

memperoleh masukan, terutama tingkat kesukaran materi, kekomunikatifan bahasa, kemenarikan penyajian, kemenarikan ilustrasi, dsb.

7. Atas dasar masukan dari siswa, produk direvisi.

8. Hasil revisi kemudian dicetak sebagai produk akhir penelitian.

3.4 Uji Coba Produk

Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak serta untuk melihat sejauh mana kelayakannya. Peneliti melakukan uji coba produk agar memperoleh masukan, saran, kritik, dan penilaian terhadap produk yang telah dibuat.

3.5 Desain Uji Coba

(60)

kemudian akan dijadikan sebagai dasar revisi produk selanjutnya. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner yang digunakan untuk penilaian dari para subjek penelitian.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner

No. Kisi-kisi

1. Penyajian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. 2. Teori wawancara yang diberikan membantu pemahaman siswa. 3. Uraian teori wawancara sangat jelas dan mudah dipahami.

4. Keterkaitan teks bacaan dengan tema ”Bersihkan Negeri dari Korupsi”. 5. Langkah-langkah menyusun teks wawancara sangat jelas dan mudah

dipraktikkan.

6. Isi wawancara mampu menggugah semangat siswa untuk ikut memerangi korupsi yang terjadi di Indonesia.

7. Tugas mandiri diberikan kepada siswa untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi.

8. Setelah mempelajari penjelasan wawancara, siswa mampu

mempraktikkan kegiatan wawancara di rumah dengan mengerjakan tugas kelompok.

9. Teori mengenai etika bertelepon sangat mudah dipahami.

10. Contoh percakapan dalam telepon membantu pemahaman awal siswa mengenai kegiatan bertelepon.

11. Latihan yang diberikan dapat membantu siswa memahami langkah-langkah bertelepon.

12. Daftar kata-kata sukar membantu siswa memahami bacaan. 13. Contoh tabel dan bagan memudahkan siswa memahami materi. 14. Teori mengenai pesan singkat membantu siswa memahami jenis-jenis

pesan singkat.

15. Contoh-contoh pesan singkat yang disajikan memudahkan siswa memahami materi.

16. Dengan adanya refleksi (bercermin untuk melihat diri sendiri) menyadarkan arti penting materi dan memberi kesadaran untuk tidak melakukan korupsi.

17. Kotak harapan menggugah siswa untuk mewujudkan Negeri yang bersih dari korupsi.

18. Gambar, dan layout di dalam buku membantu siswa untuk memahami isi buku.

19. Warna yang disajikan dalam buku.

20. Ukuran dan jenis huruf yang digunakan dalam buku sudah cukup untuk ukuran siswa ketika membaca.

(61)

TABEL 3.2

KUESIONER PERSEPSI SISWA SMP JOANNES BOSCO TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN ANTIKORUPSI YANG

TERINTEGRASI DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA

NO KONDISI BUKU KUALITAS

K 1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

indikator disajikan di awal agar siswa memahami sasaran/tujuan pembelajaran (hal. 1).

2. Teori wawancara diberikan di awal untuk membantu pemahaman siswa tentang kegiatan wawancara (hal. 1-2).

3. Uraian teori wawancara sangat jelas dan mudah dipahami (hal.1-2).

4. Teks-teks bacaan yang disajikan berkaitan

dengan tema ”Bersihkan Negeri dari Korupsi”,

berarti ada usaha untuk memasukkan masalah pemberantasan korupsi di dalamnya (hal 2, 7, 9).

5. Langkah-langkah menyusun teks wawancara sangat jelas dan mudah dipraktikkan (hal 2). 6. Isi wawancara mampu menggugah semangat

siswa untuk ikut memerangi korupsi yang terjadi di Indonesia (hal.2-3)

7. Tugas mandiri diberikan kepada siswa untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi (hal.3).

8. Setelah mempelajari penjelasan wawancara, siswa mampu mempraktikkan kegiatan wawancara di rumah dengan mengerjakan tugas kelompok. Hal ini sangat membantu siswa untuk mahir melakukan wawancara (hal. 3).

9. Teori mengenai etika bertelepon sangat mudah dipahami (hal. 5 ).

10. Contoh percakapan dalam telepon membantu pemahaman awal siswa mengenai kegiatan bertelepon (hal. 5-6).

11. Latihan yang diberikan dapat membantu siswa memahami langkah-langkah bertelepon. Hal ini sangat membantu siswa untuk melakukan kegiatan bertelepon dengan kalimat efektif (hal. 6-7).

12. Daftar kata-kata sukar membantu siswa memahami bacaan (hal.8).

(62)

memahami materi (hal. 11).

14. Teori mengenai pesan singkat membantu siswa memahami jenis-jenis pesan singkat (hal. 13). 15. Contoh-contoh pesan singkat yang disajikan

memudahkan siswa memahami materi (hal. 14-15).

16. Dengan adanya refleksi (bercermin untuk melihat diri sendiri) menyadarkan arti penting materi dan memberi kesadaran untuk tidak melakukan korupsi (hal. 16).

17. Kotak harapan menggugah siswa untuk mewujudkan Negeri yang bersih dari korupsi (hal. 16).

18. Gambar, dan layout di dalam buku membantu siswa untuk memahami isi buku.

19. Warna yang disajikan dalam buku.

20. Ukuran dan jenis huruf yang digunakan dalam buku sudah cukup untuk ukuran siswa ketika membaca.

3.6 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa siswa kelas VII semester 2 SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 27 siswa.

3.7 Jenis Data

(63)

3.8 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa angket analisis kebutuhan mengenai persepsi siswa terhadap sikap antikorupsi yang dikaitkan dengan proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, angket mengenai topik-topik pembelajaran antikorupsi yang sesuai dengan keinginan siswa, instrumen penilaian produk pengembangan untuk mendapat masukan mengenai produk dari siswa, dan pedoman wawancara guru dan siswa.

Instrumen penelitian berupa: a.angket nilai-nilai antikorupsi,

b.angket analisis kebutuhan tema pembelajaran, c.wawancara dengan guru.

3.8.1 Angket (Kuesioner)

(64)

3.8.2 Wawancara

Wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang berstruktur dan tersusun secara sistematis (Sudijono, 2011 : 82).

Instrumen data yang pertama berupa kuesioner persepsi siswa dengan kisi-kisi yang meliputi :

TABEL 3.3

KISI-KISI KUESIONER PERSEPSI SISWA TERHADAP KORUPSI MELALUI PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS

No. Kisi-kisi

1. Penanaman nilai kejujuran kepada sesama siswa untuk menumbuhkan sikap antikorupsi.

2. Keterkaitan antara materi pelajaran bahasa indonesia dengan sikap antikorupsi.

3. Penyisipan materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, budi pekerti yang luhur, dan sebagainya, yang dilakukan oleh guru bahasa indonesia.

4. Materi yang disampaikan harus relevan dengan kehidupan nyata.

5. Teks pelajaran yang diberikan menyinggung masalah kejujuran atau tidak.

6. Pendidikan antikorupsi diikutsertakan dalam materi pelajaran bahasa Indonesia

7. Pada saat membicarakan masalah korupsi cenderung mengambil sikap antikorupsi.

8. Materi ajar selalu disisipi dengan materi pendidikan antikorupsi.

(65)

TABEL 3.4

PERSEPSI SISWA TERHADAP KORUPSI

MELALUI PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS

Berilah tanda cek (√) pada pilihan jawaban 1, 2, 3, 4 berdasarkan pengalaman yang Anda rasakan salama mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia!

No. Pernyataan Jawaban

1 2 3 4

1. Ketika mengajar, guru bahasa Indonesia saya menanamkan nilai kejujuran kepada siswa agar tidak tumbuh bibit korupsi dilingkungan siswa.

2. Marteri pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan dikelas saya selalu difokuskan pada masalah bahasa dan sastra Indonesia, tetapi isinay berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran agar siswa tidak korupsi.

3. Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, guru saya mengutamakan penguasaan materi pelajran kepada siswa.

4. Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, guru saya jugamemberikan sisipan nilai materi yang berkaitan denga nilai-nilai kedisp;inan, tanggung jawab, budi pekerti luhur, dan sebagainya.

5. Guru bahasa Indonesia saya terkesan tidak memiliki tanggung jawab terhadap terjadinya korupsi di Indonesia. 6. Materi yang diajarkan guru bahasa Indonesia saya selalu

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

7. Teks bacaan yang diberikan oleh guru saya ada yang berkaitan dengan masalah kejujuran.

8. Pendidikan anti korupsi juga ikut diajarkan melalui materi pelajran bahasa Indonesia di sekolah.

9. Sikap teman-teman saya ketika membicarakan masalah korupsi cenderung anti korupsi.

(66)

TABEL 3.5

KISI-KISI PERSEPSI SISWA

TERHADAP TOPIK-TOPIK MATERI PEMBELAJARAN YANG BERKAITAN DENGAN TEMA ANTI KORUPSI

No. Kisi-kisi

1. Korupsi adalah tindakan tercela dan dapat merugikan Negara.

2. Ibadah dan iman yang kuat sebagai salah satu penangkal sikap korupsi. 3. Orang yang bertindak korupsi (koruptor) adalah orang yang tidak memiliki

moral yang baik.

4. Moral yang baik merupakan kunci utama kebal terhadap tindakan korupsi. 5. Hidup kekurangan, sederhana lebih bermartabat dari pada hidup mewah

dengan hasil korupsi.

6. Media massa sarana pencegahan korupsi. 7. Perbuatan jujur mendukung sikap anti korupsi 8. Koruptor harus diberi hukuman yang berat.

9. Nasihat-nasihat untuk tidak melakukan tindakan korupsi sangat penting. 10. Menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa.

11. Sikap teladan seorang pemimpin yang anti korupsi.

Berikut ini adalah kuesioner persepsi siswa terhadap topik-topik materi pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan anti korupsi yang diajukan oleh peneliti.

TABEL 3.6

KUESIONER PERSEPSI SISWA

TERHADAP TOPIK-TOPIK MATERI PEMBELAJARAN YANG BERKAITAN DENGAN TEMA ANTI KORUPSI

No. Topik Setuju Tidak setuju

1. Nasihat untuk tidak korupsi.

2. Menghargai prestasi sebagai bentuk keadilan. 3. Biasakan member, jangan meminta.

4. Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

5. Menggunakan uang iuran kelas untuk kepentingan pribadi menjadi bibit korupsi.

6. Mencontek ketika ulangan, menyemai bibit korupsi pada diri sendiri.

7. Berpikir kreatif, menjauhkan sikap berani korupsi. 8. Koruptor sebagai pengkhianat bangsa.

9. Lebih baik hidup miskin daripada makan uang haram.

(67)

kering.

12. Menumbuhkan kemandirian agar hidup jujur. 13. Hukuman mati untuk koruptor kelas kakap. 14. Kejujuran musuh utama koruptor.

15. Semangat kerja keras. 16. Semangat cinta tanah air.

17. Taat beribadah sebagai penangkal korupsi. 18. Koruptor lebih jahat daripada teroris.

19. Peranan media massa terhadap pemberantasan korupsi.

20. Menayangkan wajah koruptor bersama keluarganya ditelevisi.

21. Keteladanan pimpinan untuk tidak korupsi. 22. Kenaikan gaji bagi para pejabat negara.

23. Menumbuhkan rasa handarbeni terhadap bangsa dan negara.

24. Menanamkan rasa nasionalisme pada bangsa dan negara.

25. Mewajibkan setia pejabat untuk menulis topik

“seandainya saya bukan koruptor”.

Instrumen untuk melakukan wawancara dengan guru, hal-hal yang akan ditanyakan kepada guru antara lain adalah :

1. Tanggapan guru mengenai masalah korupsi di Indonesia.

2. Tindakan yang telah dilakukan oleh guru untuk mencegah tindakan korupsi tersebut yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas.

3. Penanaman nilai-nilai moral dalam materi pembelajaran.

4. Nilai-nilai moral serta luhur dijabarkan dalam materi atau tidak.

5. Materi mengenai anti korupsi pernah disajikan oleh guru pada saat pembelajaran di kelas atau tidak.

(68)

3.9 Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut: (1) inventarisasi data terhadap seluruh data yang sudah dikumpulkan, (2) klasifikasi data berdasarkan kriteria tertentu, (3) identifikasi data (berdasarkan ciri-ciri khas yang ditemukan dalam data), (4) refleksi (memaknai seluruh data yang sudah dianalisis untuk menentukan tindak lanjut), (5) pemaknaan hasil analisis data (untuk memberi arti apakah hasil analisis data akan berguna untuk dikembangkan lebih lanjut ataukah masih harus direvisi untuk menyempurnakan program).

Data yang diperoleh adalah berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif didapat dari kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner topik-topik yang diinginkan siswa, serta kuesioner penilaian produk pengembangan. Peneliti menganalisis data siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta, kelas VII semester 2, dengan cara mempresentase hasil jawaban siswa. Rumus yang digunakan oleh peneliti untuk menghitung persentasi tersebut adalah :

Jumlah pilihan siswa

X 100% Jumlah siswa seluruhnya

3.10 Triangulasi

(69)

instrumen yang sudah dikonsultasikan kepada guru bahasa Indonesia dan mengujicobakan bahan ajar yang sudah dikembangkan kepada para siswa.

3.11 Jadwal Penelitian

Tabel 3.7

No. Kegiatan Bulan

Januari Februari-April

Mei-Juni

Juli-Agustus

September-Oktober 1. Penyusunan Proposal

Gambar

Tabel 5.2 Tabulasi Kuesioner Uji Coba Model Pembelajaran Anikorupsi yang
tabel/diagram yang dibaca
Tabel 2.2 Kata Kerja Operasional dalam Ranah Kognitif
Tabel 2.3 Kata Kerja Operasional dalam Ranah Afektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

push down automata dari segi tindakan dan komponennya. Pada mesin Turing, memori akan berupa suatu pita yang pada dasarnya berupa array atau deretan sel-sel penyimpanan.

Sistem dapat menentukan tingkat resiko atau faktor kepastian dari jenis penyakit karies berdasarkan ciri-ciri dan gejala-gejala klinis tertentu yang diberikan oleh pakar

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran koperasi oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur. koperasi harus

surat dinas dari Satuan Organisasi yang akan dikirim melalui kantor pos Polri harus dicatat ke dalam buku ekspedisi, kemudian Paktir menyerahkan buku ekspedisi

Dari hasil uji homogenitas, maka dipilih cara yang kedua yaitu dengan menggunakan sumber standar larutan uranyl asetat yang menghasilkan sampel lebih homogen..

Sistem kontrol kipas angin otomatis menggunakan sensor suhu LM35 merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mendeteksi suhu ruangan serta mentransmisikan data perubahan suhu

Hasil analisis dari mean, standar deviasi dan korelasi pearson menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan di rumah sakit swasta di Yogyakarta tergolong baik, dan rata-rata

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja (Pokja) Pemagaran Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Selor, pada hari ini RABU , tanggal TIGA bulan JUNI¸ tahun DUA