• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAWANG MERAH Abstract

5.2.3 Persiapan Bahan Tanam, Media dan Pelaksanaan

Bibit yang digunakan pada percobaan ini diperoleh dari umbi lapis mikro hasil kultur meristem tip yang sudah diaklimatisasi sekitar dua hingga tiga minggu di kotak kasa ketat serangga. Tanaman selanjutnya dipindahkan ke polybag dan ditanam di screenhouse dengan cara diberi penutup menggunakan kotak yang terbuat dari kain kasa dan plastik. Penanaman biji bawang merah dilakukan dengan cara dikecambahkan selama 2 minggu di dalam polybag, sedangkan bahan tanam umbi langsung ditanam di wadah polybag dengan cara memotong 1/3-1/4 bagian ujung umbi untuk mempercepat pertumbuhan dan umbi yang digunakan berukuran kecil (≤ 1.5 g). Penanaman bawang merah di screenhouse dilakukan di dalam polybag berkapasitas ± 5 kg media. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah steril, pupuk kandang, dan arang sekam (1:1:1) (Darma 2015). Pupuk dasar SP-36 (250 kg/ha) diberikan 3 hari sebelum tanam. Pupuk susulan menggunakan NPK 16:16:16 (600 kg/ha) diberikan seminggu sekali dengan cara dicor disekitar tanaman (Balitsa 2013).

5.2.4 Pengamatan dan Analisis Data

Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu hingga delapan minggu setelah penanaman atau sebelum pengambilan sampel daun dilakukan. Peubah yang diamati, yaitu jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah tunas, gejala infeksi virus. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan rataan dan standar deviasi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil daun dari masing- masing tanaman dan dimasukkan ke dalam plastik serta diberi keterangan, kemudian disimpan sementara dalam kotak pendingin sebelum dibawa ke laboratorium. Di Laboratorium Virologi Tumbuhan, sampel daun tersebut digunting menjadi potongan-potongan kecil, ditimbang, dan disimpaan di lemari pendingin -80 oC. Pengujian sampel daun dilakukan dengan metode DIBA menggunakan antibibodi OYDV berdasarkan metode Mahmood et al. (1997) yang telah dimodifikasi.

Menurut Gunaeni et al. (2011), tingkat serangan virus dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah tanaman terserang

Persentase tanaman terserang = --- x 100% Jumlah tanaman yang diamati

36

5.3 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor menunjukkan bahwa selama penelitian (Februari - Mei 2016) rata-rata suhu 26.5 oC, kelembaban 86%, dan intensitas radiasi matahari 299.5 kal cm-2 hari-1 (Lampiran 1).

Pengamatan selama di screenhouse memperlihatkan bahwa pertumbuhan bawang merah tidak maksimal baik yang berasal dari bahan tanamkultur meristem tip, umbi maupun biji. Pertumbuhan tanaman yang kurang maksimal dipengaruhi oleh beragai faktor, seperti pemupukan, penyiraman, dan kondisi lingkungan saat penanaman. Pemupukan dilakukan setiap minggu seperti yang disarankan oleh Balitsa (2013), akan tetapi pemberian pupuk dan penyiraman yang dilakukan sepertinya tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan bawang merah yang optimal.

Selama pengamatan, umbi cv. Tiron dapat menghasilkan 4 hingga 7 tunas. Tunas yang muncul selanjutnya menghasilkan daun yang jumlahnya 2 hingga 4 kali dari jumlah tunasnya. Oleh karena itu, tanaman asal umbi memperlihatkan kurva pertumbuhan jumlah daun dan tunas yang berbeda dibandingkan dengan bibit yang berasal dari tanaman in vitro dan biji (Gambar 14).

Pengamatan terhadap tanaman asal in vitro memperlihatkan bahwa tanaman ini menghasilkan antara satu hingga tiga tunas, hal ini dikarenakan meristem tip

Gambar 14 Rata-rata jumlah daun, jumlah tunas, dan tinggi tanaman bawang merah yang berasal dari bahan tanam kultur meristem tip, umbi, dan biji. 0 4 8 12 16 20 24 1 2 3 4 5 6 7 8 Ju m lah d au n (Hela i)

Minggu setelah tanaman (MST)

0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 Ju m lah tu n as

Minggu setelah tanam (MST)

0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 T in g g i tan am an (cm )

Minggu setelah tanaman (MST)

Hasil kultur meristem tip Umbi Biji

37 yang dikultur secara in vitro tumbuh dan menghasilkan tunas utama, akan tetapi selama pertumbuhannya dapat mengalami multiplikasi tunas, sehingga menghasilkan beberapa tunas. Tanaman ini selama pertumbuhannya memperlihatkan vigor yang rendah, dikarenakan kondisi penanaman yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman dan memiliki kemampuan regenerasi akar yang kurang baik. Kondisi yang demikian menyebabkan pertumbuhan tanaman asal in vitro menjadi terhambat. Tanaman juga cenderung mengalami pembusukan pada bagian umbi dan pangkal batang, sehingga menyebabkan tanaman mati. Sementara itu, tanaman asal biji terlihat memiliki pola pertumbuhan jumlah daun dan tunas yang hampir sama dengan tanaman asal in vitro, hal ini disebabkan tanaman yang berasal dari biji hanya dapat menghasilkan maksimal satu anakan (Darma 2015).

Hasil pengamatan terhadap bawang merah yang ditanaman di screenhouse menunjukkan bahwa beberapa tanaman memperlihatkan gejala penyakit dengan daun berlekuk dan bercak kuning pada daun (Tabel 10). Gejala ini mulai terlihat sejak 3 MST. Gejala yang muncul pada tanaman tidak terlihat begitu jelas dan beragam seperti yang diamati oleh Gunaeni et al. (2011) dan Kadwati (2013), yang melaporkan bahwa gejala yang ditemukan pada tanaman bawang merah yang terinfeksi berupa daun mosaik bergais vertikal kuning terputus-putus, klorosis, keriting, bergaris vertikal hijau, daun pipih, daun berlekuk, dan daun berukuran kecil. Gejala yang terlihat juga dilaporkan berbeda-beda bergantung pada varietas, asal daerah pembudidayaan benih, dan lama generasi suatu tanaman telah dibudidayakan. Selain itu, dalam satu umbi bawang merah juga dapat terinfeksi oleh beberapa jenis virus, sehingga infeksi yang kompleks tersebut dapat memperlihatkan gejala (Gunaeni et al. 2011). Namun, hasil yang diperoleh dari percobaan ini memperlihatkan bahwa gejala yang muncul pada tanaman bawang merah tersebut terdeteksi OYDV berdasarkan hasil pengujian virus menggunakan metode DIBA.

Data persentase gejala yang muncul (kejadian penyakit) pada tanaman bawang merah disajikan pada Tabel 10. Persentase kejadian penyakit yang ditemukan pada tanaman bervariasi bergantung pada bahan tanam yang digunakan. Tabel 10 Persentase kejadian penyakit dan hasil uji DIBA pada tiga bahan tanam

bawang merah.

Bahan Tanam Ulangan Daun berlekuk (%)*) Bercak kuning (%)*) Virus OYDV Umbi 1 2 100.0 40.0 0.0 60.0 + + 3 40.0 0.0 + Rata-rata 60.0 20.0 Kultur meristem tip (in vitro) 1 20.0 0.0 + 2 0.0 0.0 + 3 0.0 0.0 + Rata-rata 6.7 0.0 Biji 1 2 20.0 60.0 0.0 20.0 + + 3 40.0 40.0 + Rata-rata 40.0 20.0

38

Gejala yang banyak ditemukan selama pengamatan, yaitu daun berlekuk. Persentase gejala virus ditemukan lebih tinggi pada tanaman asal umbi dibandingkan dengan tanaman asal kultur meristem tip dan biji, diduga karena perbanyakan bawang merah yang dilakukan oleh petani atau produsen benih cenderung menggunakan umbi yang disisihkan dari penanaman sebelumnya. Penggunaan umbi bibit yang telah terinfeksi virus secara terus menerus dapat mengakibatkan infeksi yag lebih parah dan persentase kejadian penyakit kemungkinan akan semakin tinggi. Gunaeni et al. (2011) juga melaporkan hal yang sama dan diperkuat oleh data hasil pengujian awal virus yang memperlihatkan bahwa infeksi OYDV mencapai 100% pada sampel umbi bibit yang ditanam.

OYDV merupakan salah satu virus yang menginfeksi tanaman Allium. Virus ini dapat ditularkan melalui perbanyakan tanaman yang dilakukan secara vegetatif menggunakan umbi, akan tetapi virus ini tidak ditularkan melalui biji. Meskipun demikian, virus juga dapat menginfeksi tanaman lainnya melalui aphid sebagai vektor virus (Brewster 2008). Screenhouse yang digunakan untuk penanaman merupakan rumah kasa yang tidak bebas seragga, sehingga masih memungkinkan serangga untuk masuk dan hinggap di tanaman. Hasil pengamatan terhadap tanaman yang berasal dari biji memperlihatkan gejala daun berlekuk (40%) dan bercak kuning (20%). Gejala daun berlekuk juga ditemukan pada bahan tanam asal in vito, namun persentasenya rendah (6.7%). Selama penanaman di screenhouse, tanaman asal in vitro ditutup dengan kotak transparan yang terbuat dari plastik dan kasa yang bertujuan agar tanaman terhindar dari serangan aphid ataupun vektor lainnya yang membawa virus, sedangkan tanaman lainnya tanpa penutup.

Dokumen terkait