• Tidak ada hasil yang ditemukan

TABEL 9 Peternakan

3.2 Upacara Kerja Mengket Rumah

3.2.2 Persiapan Upacara

Dalam persiapan upacara kerja mengket rumah di desa sukanalu ini di lalui beberapa tahapan. Diawali dengan runggu ( musyawarah ) yaitu runggu simada rumah, kemudian pada tahap berikutnya diadakan runggu sangkep nggeluh. Runggu simada rumah adalah musyawarah yang diadakan oleh keluarga yang punya rumah. Adapun hal-hal yang di bicarakan adalah mengenai jenis tingkatan kerja dan pemilihan hari kerja. Hasil dari runggu ini akan dibicarakan pada runggu berikutnya, yaitu runggu sangkep nggeluh.

Adapun hal-hal yang di bicarakan dalam runggu sangkep nggeluh adalah sebagai berikut:

a. Jumlah dan

batasan keluarga yang akan di undang.

b. Kelompok/ orang yang bertugas menyampaikan surat undangan kepada seluruh keluarga yang di undang

c. Ose dan siapa yang memakai ose

d. Luah kalimbubu. Dalam hal ini runggun hanya mengingatkan pihak kalimbubu, karena sebenarnya hal itu sudah merupakan kewajibannya dalam adat.

e. Penentuan waktu; dalam hal keberangkatan dari rumah yang lama menuju ke rumah yang baru.

f. Hal prosesi (arak-arakan), yaitu menyangkut urutan barisan ketika menuju rumah yang baru.

g. Pengadaan gendang sekaligus beserta sierjabaten dan perkolong- kolong.3 h. Biaya kerja i. Tempat kerja 3.2.3 Pelaksanaan Upacara 3

Dalam kerja mengket rumah ini, sukut beserta sangkep nggeluhnya sepakat menghadirkan gendang dan perkolong-kolong. Disamping itu orang tua dari sukut yang sudah almarhum adalah seorang penggual. Dengan menghadirkan gendang dan perkolong-kolong berarti juga menghormati

Pelaksanaan Upacara kerja mengket rumah di desa sukanalu pada tanggal 1 september 1991, dapat di bagi ke dalam tujuh bagian yakni, (1) tempat upacara, (2) prosesi, (3) liturgi gereja, (4) majekken daliken dan memakai ose, (5) man cimpa dan nakan dem, (6) acara perlandek dan (7) acara man. Keseluruhan rangkaian acara ini dilaksanakan dalam satu hari

(1) Tempat Upacara

Tempat kerja dapat di bedakan lagi menjadi dua bagian, yaitu di dalam dan di luar rumah. Pembagian ini berdasarkan bentuk acara yang akan dilaksanakan. Misalnya acara membuka kunci, majekken dalikem ( memasang tungku api ), adalah merupakan acara yang langsung berkaitan dengan rumah tersebut. Sedangkan acara perlandek ( melakukan tari adat ) yang diiringi dengan ensembel gendang lima sendalanen dan menyanyikan katoneng-katoneng dilaksanakan di luar rumah yaitu di loosd.

Adapun urutan acara yang telah disusun berdasarkan hasil runggun sangkep nggeluh, secara kronologis dapat dibagi dalam enam bagian besar (dapat dilihat pada lampiran foto), yaitu:

(2) Prosesi

Seluruh peserta upacara berangkat dari rumah yang lama menuju rumah yang baru, sekitar pukul 6.00 wib. Perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki, karena jarak antara rumah yang lama dan rumah yang baru hanya 200m saja. Sesuai dengan hasil runggun mengenai urutan barisan dalam keberangkatan, maka yang berada paling depan adalah tuan rumah, kemudian diikuti kalimbubu simada dareh, kalimbbubu sierkimbang dan seluruh kalimbubu. Kemudian di belakangnya adalah sembuyak, senina dan barisan yang paling akhir adalah anak beru.

(3) Liturgi Gereja

Setelah seluruh peserta upacara yaitu sangkep nggeluh hadir, begitu pula pertua gereja sudah tiba di rumah yang baru,tepatnya diberanda depan (teras rumah), maka acara liturgi segera dilaksanakan, yang dipimpin pertua gereja. Waktu menunjukan pukul 06.00 wib pagi.4

4

. Upacara mbuka kunci biasanya dilaksanakan pagi hari sekitar jam 06.00 atau jam 07.00. Hal ini berlaku pada semua kerja mengket rumah pada masyarakat Karo. Menurut Nguda, para orang tua terdahulu (leluhur) percaya dengan dilaksanakannya upacara sebelum mata hari terbit, maka rejeki akan berlimpah serta yang maha kuasa akan memberikan kerukunan dan kedamaian. Ditambahkan pula, supaya jangan ternak-ternak lebih dahulu mencari makan.

Sebuah anak kunci diletakan di atas talam, diberikan oleh sukut kepada pertua gereja5

Setelah selesai acara liturgi, maka kalimbubu bena-bena dan kalimbubu sierkimbang melakukan upacara majekken daliken dan memasang ose. Sebelum daliken dipasang, terlebih dahulu dibawah tempat daliken tersebut ditanam besi mersik. Kemudian daliken dipasang, sementara bulung-bulung simelias gelar diletakkan pada keempat sudut dapur. Kemudian kedalam daliken dimasukan

. Sebelum pintu dibuka, Acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh pertua gereja. Setelah itu pengetua gereja membuka pintu dengan anak kunci tersebut. Sesudah pintu rumah dibuka, maka seluruh sangkep nggeluh yang hadir kecuali anak beru dipersilahkan masuk ke dalam rumah untuk mengikuti acara liturgi. Sementara itu anak beru bertugas mempersiapkan cimpa (kue tradisional karo) beserta nakan dem yaitu nasi beserta lauknya yang akan disantap nantinya setelah acara liturgi selesai.

(4) Majekken Daliken dan Memakai Ose

5

. Seharusnya Pastor (imam) yang memimpin upacara liturgi, namun karena berhalangan maka digantikan oleh pertua gereja, yakni orang awam yang sudah mempunyai mandat dari institusi

beberapa kayu api untuk dibakar. Di depan api yang sedang menyala, kalimbubu bena-bena dan kalimbubu sierkimbang memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berisi permohonan berkat bagi sukut serta seluruh isi rumah.

Selanjutnya kalimbubu bena-bena dan kalimbubu sierkimbang memasang ose sukut, sembuyak maupun senina.

(5) Man Cimpa dan Man Nakan Dem

Setelah sukut, sembuyak maupun senina di osei kalimbubu, kemudian tibalah acara man cimpa dan man nakan dem. Man artinya makan sedangkan cimpa adalah jenis makanan kecil seperti lepat6

6

. Cimpa terbuat dari tepung beras pulut diisi dengan kelapa parutyang terlebih dahulu dicampur dengan gula merah . Cimpa dibalut dengan daun singkut atau daun pisang sebelum dikukus di dalam dandang

. Makna yang terkandung dalam man cimpa ini adalah suatu pengharapan dan kepercayaan, agar di dalam menempuh kehidupan yang akan datang, sukut dan sangkep nggeluh memperoleh kehidupan sejahtera dan

bahagia, sesuai sesuai dengan rasa cimpa yang manis dan enak. Setelah man cimpa selesai maka dilanjutkan dengan man nakan dem. Sukut beserta sangkep nggeluh makan bersama yang dihidangkan oleh anak beru. Dan acara ini adalah merupakan acara yang terakhir dilaksanakan di dalam rumah. Waktu menunjukan pukul 10.00 wib. Selesai makan, seluruh sukut dan sangkep nggeluh bersiap-siap menuju jambur/ loosd.

(6) Acara Parlandek

Kira-kira pukul 11.00 wib, sukut beserta seluruh sangkep nggeluh dan para undangan lainnya bersama-sama menuju loosd. Adapun acara yang akan dilaksanakan disini adalah acara

parlandek yaitu melakukan tarian adat secara bersama-sama yang diiringi oleh gendang lima sendalanen dengan reportoar gendang adat. Di dalam acara inilah perkolong-kolong akan menyanyikan katoneng-katoneng. Sebelum acara ini dimulai, protokol yang dibawakan oleh anak beru tua membacakan urutan perlandek. Adapun urutan perlandek sebagai berikut:

No Urutan Acara Perlandek

Tegun Singalo - ngalo

1. Sukut (senina, sembuyak) Anak Beru

2. Senina

(Sipemeren, Separibanen, Sipengalon, Sendalanen)

Sukut 3. Terpuk Kuta

(Tetangga, Kepala Desa, Teman Meriah, Anggota Gereja)

Sukut

4. Pande (Tukang Pembuat Rumah) Sukut

5. Kalimbubu (Simajekken Daliken dan Kalimbubu Tua) Sukut 6. Kalimbubu Simupus (Simada Dareh) Sukut

7. Kalimbubu Sierkimbang Sukut

8. Puang Kalimbubu (Simupus dan Sierkimbang) Sukut

9. Kalimbubu Siperdemui Sukut

10. Anak Beru, Anak Beru Menteri, dan Anak Beru Singukuri Sukut

Setelah membacakan urutan perlandek, maka protokol meminta kepada penggual untuk memainkan musiknya. Seiring dengan alunan musik, sekali lagi protokol memanggil tegun sukut supaya maju ke tengah-tengah lapangan loosd (yang dianggap sebagai pentas) untuk menari. Komposisi menari dalam urutan pertama

adalah sukut bersama senina dan sembuyaknya berbaris membentuk barisan dan tegun singalo-ngalo7 adalah tegun anak beru. Jika protokol sudah melihat bahwa komposisi tarian ini baik/tercapai, maka protokol mengundang/memanggil perkolong-kolong untuk memulai tarian bersama tegun tersebut.8 Tarian ini diiringi dengan gendang jumpa malem. Beberapa saat kemudian perkolong-kolong menyanyikan katoneng-katoneng. Demikian untuk selanjutnya setelah selesai setiap tegun menari9

Perkolong-kolong berfungsi sebagai sebagai perantara bagi tiap tegun yang memintanya untuk menyampaikan maksud/ hasrat kepada siapa (tegun). Seperti dalam konteks kerja mengket rumah ini, yang menjadi sampel adalah acara

, protokol memanggil tegun berikutnya sesuai dengan urutan yang telah dibicarakan sebelumnya ( lih. tabel urutan perlandek). Demikian pula protokol selalu memanggil perkolong-kolong untuk ikut menari sambil menyanyikan katoneng-katoneng.

Dilihat dari komposisi/ pola lantai, terdapat hanya satu bentuk pola yakni dua kelompok yang saling berhadapan. Biasanya kelompok yang dalam hal ini adalah tegun, yang berbaris memanjang (boleh dua baris bahkan tiga lapis barisan tergantung jumlah tegun yang hadir pada waktu itu). Sedang posisi perkolong-kolong berada di antara kedua tegun tersebut.

7

. Tegun singalo-ngalo adalah pihak yang menyambut. Dalam acara perlandek dalam konteks kerja mengket rumah ini, hanya pada waktu giliran tegun sukut menari, maka yang mengalo-

ngalo adalah tegun anak beru. Dalam acara perlandek selanjutnya, tegun sukutlah yang menjadi

pengalo-ngalo.

8

. Tarian belum dapat dimulai jika belum ada aba-aba dari protokol. Sebelum acara perlandek dimulai perkolong-kolong duduk bersama sierjabaten. Demikian pula setiap kali selesai menari,

perkolong-kolong akan kembali ke tempatnya.

9

. Akhir dari setiap tegun yang menari, ditandai dari berakhirnya permainan gendang. Dalam konteks kerja mengket rumah ini, perkolong-kolong selalu mengingatkan sierjabaten untuk

perlandek tegun kalimbubu (simajekken daliken dan kalimbubu tua) dan singalo- ngalo tegun sukut.

Sekitar pukul 13.30 wib, Protokol memberitahukan kepada seluruh sangkep nggeluh bahwa tiba saatnya makan siang, oleh karena itu acara perlandek sementara dihentikan. Kemudian protokol mempersilahkan anak beru untuk mempersiapkan makanan dan perlengkapan untuk makan bersama.

(7) Acara Man

Berbeda dengan man naken dem, dalam acara man (makan bersama) para peserta upacara disuguhi lengkap dengan lauk-pauknya. Yang menarik dari peristiwa acara man ini adalah, seluruh persiapan mulai dari belanja kebutuhan makanan, memasak makanan hingga proses menghidang. Dalam proses menghidang yang

disebut dengan ngelai10, anak beru membuat satu barisan panjang, mulai dari dapur umum tempat dimasaknya seluruh makanan hingga ke arah kalimbubu sebagai orang yang paling dihormati. Biasanya diawali dari gelas yang masih kosong, kemudian tempat cuci tangan, disusul piring yang kosong. Setelah itu bagian kedua sebahagian anak beru membawa aleng-aleng yang berisi nasi, sayur dan daging. Biasanya anak beru akan memperhatikan seluruh sangkep nggeluhnya makan. Protokol juga biasanya mengontrol pendistribusian makanan ini. Lewat pengeras suara dia akan mengarahkan anak beru agar menambah nasi atau lauk. Demikianlah dalam acara man ini, sangat kelihatan bagaimana hubungan yang baik dan harmonis didalam sitem kekerabatan masyarakat Karo. Jika seluruh sangkep nggeluh selesai makan, maka giliran anak beru sudah bisa makan.

Pukul 15.00 wib acara perlandek dilanjutkan kembali hingga selesainya acara perlandek pada pukul 17.00 wib.

Dokumen terkait