• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3 Persoalan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka persoalan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar country of origin berpengaruh terhadap perceived quality sebagai variabel intervening ?

2. Seberapa besar perceived quality sebagai variabel intervening berpengaruh terhadap keputusan pembelian ?

3. Seberapa besar country of origin berpengaruh terhadap keputusan pembelian ? 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji seberapa pengaruhnya country of origin terhadap perceived quality konsumen tentang produk mie instan asal Korea pada mahasiswa FEB UKSW.

2. Untuk menguji seberapa pengaruhnya perceived quality sebagai variabel intervening terhadap keputusan pembelian produk mie instan asal Korea pada mahasiswa FEB UKSW.

4

3. Untuk menguji seberapa pengaruhnya country of origin terhadap keputusan pembelian konsumen tentang produk mie instan asal Korea pada mahasiswa FEB UKSW.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menggunakan di kegiatan sehari-hari dari teori yang pernah didapat sebelumnya oleh peneliti.

2. Manfaat Praktis

Bagi para konsumen penelitian ini bisa dijadikan tolok ukur agar para konsumen dapat mengetahui bahwa country of origin dan perceived quality sebagai variabel intervening bisa mempengaruhi presepsi konsumen tentang sebuah produk itu sendiri sebelum konsumen mengambil sebuah keputusan pembelian.

5

BAB 2 Kajian Teori

2.1 Country of origin

Menurut Permana (2013) definisi Country of Origin adalah seluruh bentuk persepsi konsumen atas produk dari sebuah negara tertentu berdasarkan persepsi konsumen sebelumnya akan kelebihan dan kekurangan produksi dan pemasaran negara tersebut. Menurut Moksaoka dan Rahyuda (2016) Country of origin dapat disimpulkan pandangan dari konsumen akan produk dari suatu negara dimana persepsi tersebut akan membentuk nilai baik atau buruknya suatu produk berdasarkan dari latar belakang negara yang memproduksi produk tersebut. Menurut Kotler dan Keller(2012). Citra country of origin yang di presepsikan positif dapat menimbulkan minat beli konsumen dan berakhir pada pembelian produk. Sebaliknya, citra country of origin yang dipresepsikan negatif oleh konsumen berpotensi mengurangi minat beli konsumen untuk membeli produk sehingga kemungkinan produk untuk di pilih pun berkurang. Oleh karena itu, citra country of origin juga dianggap memiliki peran penting dalam mempengaruhi minat beli dan keputusan pembelian konsumen.

Menurut Wahyu et al (2015) Country of origin (COO) atau negara asal merupakan informasi (extrinsic cue) yang sering digunakan oleh konsumen ketika mengevaluasi suatu produk. Menurut Fardan (2016) Transaksi antar negara yang ditandai dengan keluar dan masuknya produk suatu negara dari wilayah negara lain melalui kegiatan ekspor dan impor biasanya harus menyertakan dokumen-dokumen kepabeanan. Dimana salah satunya adalah dokumen yang menyatakan asal barang (certificate of origin). Berdasarkan country of origin suatu barang tertentu menyatakan di negara manakah produk tersebut di buat. Biasanya country of origin dinyatakan dengan label “made in” di produk bersangkutan.

Menurut Rizky dan Fajrianthi (2012) Country of origin merupakan isyarat dalam atribut produk yang mempengaruhi evaluasi konsumen dalam mengidentifikasi asal negara suatu produk. Lokasi atau negara tempat suatu produk dihasilkan akan

6

mempengaruhi persepsi orang mengenai kualitas produk tersebut, semakin banyak informasi yang dimiliki oleh konsumen, maka efek country of origin akan semakin berkurang.

Country of origin adalah keseluruhan presepsi konsumen atas produk dari suatu negara tertentu, berdasarkan pada persepsi awal mereka tentang produksi dan kelemahan serta kekuatan produk dari suatu negara. Country of origin sebuah variabel gambaran yang mempengaruhi persepsi konsumen atas kualitas dari produk buatan luar negeri Kumara dan Canhua (2010).

Menurut Setianingsih (2016) Country of Origin merupakan negara asal suatu merek yang mempengaruhi niat pembelian yang merupakan elemen penting dalam mempengaruhi minat beli suatu produk. Konsumen akan teliti dalam mengevaluasi dari mana produk tersebut berasal. Country of Origin mempengaruhi persepsi dan image di benak konsumen. Konsumen cenderung memiliki kesan tertentu terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh suatu negara. Country of origin memiliki dimensi-dimensi yang dijelaskan oleh Listiana (2013) adalah persepsi negara asal didefinisikan sebagai penilaian konsumen secara umum terhadap negara asal merek produk, berdasarkan informasi yang diterima dari berbagai sumber, yang terbentuk dari 3 dimensi meliputi keyakinan terhadap negara, keyakinan terhadap orang-orang di negara tersebut dan keinginan interaksi dengan negara tersebut. Pengukuran variabel COO melalui indikator-indikator sebagai berikut:

Country Beliefs: 1) Negara dimana sebuah merek berasal adalah negara yang inovatif dalam manufacturing/pabrikasi. 2) Negara dimana sebuah merek berasal adalah negara yang memiliki tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi tinggi. 3) Negara dimana sebuah merek berasal adalah negara yang baik dalam desain produk. 4) Dimana sebuah merek berasal adalah negara yang memilki reputasi (terhormat). 5) Negara dimana sebuah merek berasal merupakan negara maju. People Affect: 1) Negara dimana sebuah merek berasal adalah negara yang memiliki tenaga kerja yang kreatif. 2) Negara dimana sebuah merek berasal adalah negara yang memiliki tenaga

7

kerja yang berkualitas tinggi. Desired Interaction: 1) Negara dimana sebuah merek berasal adalah negara yang ideal untuk dikunjungi.

2.2 Perceived Quality

Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan pembelian akan dipengaruhi juga oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Persepsi terhadap kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan dari suatu produk atau jasa layanan yang berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan Wijaya (2013). Dalam banyak konteks perceived quality sebuah merek dapat menjadi alasan penting dalam pembelian serta merek mana yang akan dipertimbangkan pelanggan yang pada gilirannya akan mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan merek yang akan dibeli. Cara dalam meningkatkan perceived quality adalah mamampukan diri untuk memberikan kualitas tinggi. Meyakinkan para pelanggan bahwa kualitas suatu merek tinggi padahal sebenarnya tidak, sia-sia belaka jadinya. Jika pengalaman dalam penggunaan tidak sejalan dengan kualitas, maka persepsi sulit dilakukan. Elviyanti (2013)

Krisno dan Samuel (2013) mengatakan persepsi kualitas merupakan kemampuan produk untuk dapat menerima dalam memberikan kepuasan apabila dibandingkan secara relatif dengan alternatif yang tersedia. Perceived quality produk akan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas merek. Karena perceived quality merupakan persepsi konsumen maka dapat diramalkan jika perceived quality pelanggan negative, produk tidak akan disukai dan tidak bertahan lama dipasar. Sebaliknya, jika perceived quality pelanggan positif, produk akan disukai. Dwi (2010)

Tjiptono dan Chandra (2011) menyebutkan bahwa kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) adalah citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Lebih lanjut Tjiptono dan Chandra (2011) mengatakan bahwa persepsi kualitas positif diperoleh apabila kualitas yang dialami (experience quality) sesuai dengan atau memenuhi harapan pelanggan (expected quality). Bila harapan pelanggan

8

tidak realistis , maka persepsi kualitas total akan rendah bahkan sekalipun kualitas yang dialami secara objektif benar-benar baik.

Perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan. Perceived quality tidak dapat ditentukan secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang diukur secara relatif yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat disimpulkan bahwa jika membahas perceived quality berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan. Setiawan ( 2011). Kualitas yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas serta keunggulan suatu produk atau layanan jasa (Xu et al., 2015). Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-bada terhadap produk. Maka, dapat dinyatakan bahwa membahas persepsi kualitas akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan. Setianingsih (2016). Persepsi Kualitas Konsumen Kualitas juga digunakan untuk produk atau yang disebut dengan kualitas produk, kualitas produk sudah diketahui mampu memberikan pengaruh terhadap pangsa pasar di masa depan dan juga kualitas produk mampu mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian (Schniederjans et al, 2011).

2.3 Keputusan pembelian

Menurut Suharno (2010), menyatakan bahwa keputusan pembelian konsumen adalah tahap dimana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk, serta mengkonsumsinya. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Proses pencarian informasi ini akan dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkan, dari berbagai

9

informasi yang diperoleh konsumen melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia.

Keputusan pembelian yang diungkapkan Kotler dan Armstrong (2012) menyatakan bahwa “Consumer buyer behavior refers to the buying behavior of final consumers-individuals and households who buy goods and services for personal consumption”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen selalu melihat perilaku dari tiap individu, rumah tangga ataupun organisasi tentang bagaimana mereka berproses sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian, serta tindakannya setelah memperoleh dan mengkonsumsi produk, jasa atau ide.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013) keputusan pembelian adalah semua perilaku sengaja dilandaskan pada keinginan yang dihasilkan ketika konsumen secara sadar memilih salah satu diantara tindakan alternatif yang ada. Pembelian dilakukan jika konsumen telah memutuskan alternatif yang akan dipilih. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai produk atau jasa apa, kapan,dimana membeli dan bagaimana cara membayarnya. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian yang objektif atau dorongan emosi. Sumirat (2015).

Winardi (2010) menyatakan keputusan pembelian konsumen merupakan titik suatu pembelian dari proses evaluasi. Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan final yang dimiliki seorang konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan tertentu. Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen menggambarkan seberapa jauh pemasar dalam usaha memasarkan suatu produk ke konsumen. Predipta et al (2016). Sedangkan menurut Peter dan Olson (2013), keputusan pembelian adalah proses integrsi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu di antaranya. Doni Hariadi (2013) memaparkan indikator keputusan pembelian adalahsebagai berikut: 1) Adanya kebutuhan atau keinginan. 2)

10

Adanya informasi dan sumber – sumber yang berkaitan. 3) Adanya penilaian dan seleksi terhadap berbagai alternatif.

2.4 Kaitan antar konsep

Pengaruh country of origin terhadap perceived quality

Country of origin atau negara asal sering kali dikaitkan dengan kualitas dari negara asal tersebut. Kualitas dari negara tersebut yang biasanya menjadi pertimbangan seseorang untuk memutuskan apakah akan membeli suatu produk yang diinginkan atau tidak. Informasi Negara asal (country of origin) sebagai variabel penting dalam mempengaruhi kualitas yang dirasakan dibandingkan harga dan informasi atas merek.

Hartini dan Jati (2015). Penelitian terdahulu menurut Saino (2015) Terdapat pengaruh yang signifikan country of origin terhadap perceived quality smartphone oppo pada Artomorro selluler di kota Madiun. Sedangkan menurut Dinata et al (2015) Variabel country of origin berpengaruh terhadap peresepsi kualitas. Karena, citra negara asal tablet ipad yakni Amerika Serikat cukup positif pada penelitian ini. Calon konsumen mempercayai citra suatu negara asal merek (country of origin) itu positif, maka menciptakan peresepsi kualitas yang baik.

H1: Terdapat pengaruh antara country of origin terhadap perceived quality pada produk mie instan asal Korea merek Samyang

Pengaruh perceived quality sebagai variabel intervening terhadap keputusan pembelian

Persepsi kualitas sering mempengaruhi keputusan pembelian, pada saat kita akan membeli suatu produk yang kita inginkan, sering kali kualitas tersebut menjadikan sesuatu hal yang dipikirkan atau dipertimbangkan apakah suatu barang tersebut memiliki kualitas yang bagus atau tidak dan itu bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Dalam proses keputusan pembelian sebelum menentukan untuk melakukan tindakan pembelian suatu produk, konsumen tentu saja memiliki persepsi kualitas terhadap produk. Reppi et al (2015). Penelitian terdahulu menurut Budi (2015) Peresepsi kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan

11

pembelian. Karena, merek Samsung merupakan smartphone yang paling banyak peminatnya di Indonesia. Jadi konsumen menganggap smartphone Samsung memiliki kualitas yang baik. Sedangkan menurut Hifni (2016) Hasil penelitian menunjukan secara simultan variabel peresepsi kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Karena merek rokok Sampoerna mild merupakan salah satu merek rokok yang sudah lama beredar di Indonesia, jadi sejak dulu memiliki pelanggan atau peminat sendiri yang telah mengetahui kualitas dari merek tersebut.

H2: Terdapat pengaruh antara perceived quality sebagai variabel intervening terhadap keputusan pembelian pada produk mie instan asal Korea merek Samyang

Pengaruh country of origin terhadap keputusan pembelian

Country of origin salah satu faktor yang diperhatikan konsumen sebelum mereka membeli suatu produk untuk dikonsumsi. Dalam keputusan pembelian country of origin biasanya kurang lebih mempengaruhi konsumen untuk memutuskan akan membeli suatu produk atau tidak. citra country of origin juga dianggap memiliki peran penting dalam mempengaruhi minat beli dan keputusan pembelian konsumen.

Kotler dan Keller (2012:614). Penelitian terdahulu menurut Josiassen and Assaf (2010) country of origin berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan menurut Sutanto dan Winata (2012) country of origin berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

H3: Terdapat pengaruh antara country of origin terhadap keputusan pembelian pada produk mie instan asal Korea merek Samyang

12 Model Penelitian

Berdasarkan latar belakang, persoalan penelitian, tujuan penelitian dan kerangka teoritis diatas maka dapat dibuat suatu model penelitian sebagai berikut:

H1 H2

H3

Country of origin Perceived quality Keputusan

pembelian

13

BAB 3

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:7) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Penelitian kuanitatif ini digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Dengan penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu pengaruh variabel country of origin dan perceived quality sebagai variabel intervening terhadap keputusan pembelian.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Menurut Sugiyono (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Karena metode penelitian meggunakan Structural Equation Modelling (SEM) maka ukuran sampel harus memenuhi ukuran sampel minimal untuk penerapan model SEM. Pendapat Hair et al (2006) yang menyarankan ukuran sampel minimal untuk analisis SEM adalah 100 sampai 200. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang pernah mengkonsumsi mie instan asal Korea merek Samyang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Teknik sampling menggunakan teknik purposive sampling.

14 3.3 Skala Pengukuran

Menurut Sugiyono (2013), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Menurut Sekaran (2010) Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel, juga membuat urutan dari kategori, misalnya urutan dari paling baik ke paling buruk, serta nomor 1, 2, 3, dan seterusnya.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Peneliti menggunakan jenis sumber data primer. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang pernah mengkonsumsi mie asal Korea merek Samyang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada metode penelitian ini menggunakan teknik survey dengan menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2013), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

serta pengumpulan data diperoleh dari perpustakaan dengan membaca, mempelajari, dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Model (SEM) dengan aplikasi AMOS dan teknik analisinya adalah analisis jalur (path analysis).

Dengan penggunaan metode SEM ini akan dapat ditampilkan model yang

15

komprehensif serta dapat menjelaskan hubungan antara konstruk yang satu dengan yang lain. Sarwono dan Narimawati (2006).

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.7 Uji Validitas

Menurut (Sugiyono, 2013) Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.”

Jadi dari kedua pendapat itu jelas batasan validitas adalah berkenaan dengan derajat ketepatan, antara data obyek sebenarnya dengan data penelitian.

3.8 Uji Reliabilitas

(Growth, 2008) mendefinisikan reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu konstruktur atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach ≥ 0,60

3.9 Uji Normalitas

uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable bebas dan variable terikat keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan melalui metode grafik. Dasar pengambilan keputusan melalui analisis ini, jika data menyebar disekitar garis diagonal sebagai representasi pola distribusi normal, berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013).

3.10 Konsep, Definisi Operasional dan Indikator Empirik

Konsep, indikator dan definisi operasional dari penelitian ini disajikan dalam tabel 1 berikut ini:

16

Tabel 1. Variabel, Konsep dan Definisi Operasional

Variabel dan Konsep Indikator Definisi Operasional Sumber Country of origin adalah yang dilakukan Korea Selatan dimana mie samyang berasal.

1. Tingkat kreatifitas tenaga kerja yang dimiliki Korea Selatan dimana mie samyang berasal dalam pembuatan produk makanan.Negara asal yang memiliki tenaga kerja berkualitas 2. Tingkat kualitas tenaga kerja

yang dimiliki Korea Selatan

17 untuk mempelajari bahasa Korea dimana mie Samyang berasal 2. Tingkat ketertarikan seseorang

untuk mengenali budaya Korea Selatan dimana mie Samyang

18 individu yang secara

langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan3 pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian yang objektif atau

dorongan emosi. Sumirat (2015)

3. Mencari informasi 4. Kebutuhan

5. Keinginan

2. Merekomendasikan kepada orang lain

3. Mencari informasi tentang mie Samyang

4. Membeli untuk memenuhi kebutuhan

5. Membeli untuk memenuhi keinginan

6. Melakukan pembelian ulang

19

BAB 4

Analisis Data dan Pembahasan

4.1 Karakteristik Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang pernah mengkonsumsi Mie instan asal Korea merek Samyang. Sampel penelitian yang digunakan berjumlah 135 responden. Gambaran umum responden dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel.2

No Kategori Sub-Kategori Jumlah Presentase

1 Jenis Kelamin Pria

20 Sumber: Data Primer Hasil Olahan SPSS 16.0

Berdasarkan Tabel 2 dari 135 responden, 64,5% responden di antaranya didominasi usia 17-19 tahun dan terlihat mayoritas responden merupakan perempuan, yaitu 98 responden atau sebesar 72,6%. Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden mengeluarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhannya dalam sebulan sebesar 69,6%. Sedangkan frekuensi membeli mie Samyang dalam sebulan dari responden sebesar 91,9% dan responden yang telah lama mengenal atau mengetahui mie Samyang sebesar 54,1%.

Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah perempuan yang berumur antara 17-19 tahun, dan pengeluaran dalam sebulannya

<Rp.1.000.000 para responden membeli mie Samyang dalam sebulan antara 0-1 yang kebanyakan para responden telah mengenal mie Samyang sejak 1-2 tahun.

Pembahasan

Dari data kuesioner tersebut paling banyak responden yang mengisi kuesioner sebesar 72,6% adalah perempuan. Perempuan umur 17-19 tahun adalah masa-masa dimana mereka memiliki rasa ingin tau yang tinggi di tambah juga dari temen-teman mereka yang sebelumnya mungkin sudah pernah mengkonsumsi mie Samyang sehingga mereka mendapatkan informasi tentang mie tersebut, jadi data tersebut 64,5% berumur 17-19 tahun.

Pengeluaran responden dalam sebulan <Rp.1.000.000 yaitu 69,9%, karena kebanyakan dari responden merupakan orang-orang yang berasal dari luar kota yang sedang berkuliah di Salatiga. Mereka di Salatiga tinggal di tempat kos yang di beri uang perbulannya kurang dari Rp.1.000.000 untuk dapat memenuhi kebutuhan

>5 kali

21 hanya kurang dari Rp.1.000.000 untuk memnuhi seluruh kebutuhan mereka sehari-hari. Responden yang sudah mengenal mie Samyang antara 1-2 tahun ada 54,1% ,

21 hanya kurang dari Rp.1.000.000 untuk memnuhi seluruh kebutuhan mereka sehari-hari. Responden yang sudah mengenal mie Samyang antara 1-2 tahun ada 54,1% ,

Dokumen terkait