• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Penyewa Ruko Apabila Terjadi Kerusakan Pada Saat Perjanjian Sewa Menyewa Berakhir

MENYEWA BERAKHIR

C. Pertanggungjawaban Penyewa Ruko Apabila Terjadi Kerusakan Pada Saat Perjanjian Sewa Menyewa Berakhir

Dalam perjanjian sewa menyewa yang dilakukan biasanya ditentukan kapan perjanjian tersebut berakhir, yang dimana isinya menyatakan bahwa yang ditentukan mengenai dalam perjanjian mengenai masa berakhirnya dari perjanjian sewa menyewa tersebut dan penambahan waktu kepada pihak penyewa untuk mengosongkan ruko yang disewa. Dari pengumpulan data yang dilakukan hampir semua pemilik ruko dan penyewa menyatakan bahwa sewa menyewa terhadap ruko tersebut berakhir apabila masa sewa berakhir sesuai dengan masa sewa yang di dalam perjanjian yang telah diperjanjikan. Namun, ada juga yang menambahkan penjelasan kapan tepatnya masa sewa tersebut berakhir.

Misal :

1. ketika penyewa menyewakan kembali ruko tersebut kepada pihak lain

2. apabila salah satu kedua belah pihak melanggar isi perjanjian

Ketika masa sewa sudah dinyatakan berakhir, terkadang tidak semua pemilik ruko yang bersedia memberi tenggang waktu kepada penyewa. Tenggang waktu yang diberikan pada penyewa biasanya tidaklah terlalu lama, misalnya hanya diberikan waktu 1 – 2 minggu saja. Namun walaupun begitu tetap saja ada pemilik ruko yang tidak bersedia untuk memberikan masa tenggang waktu pengosongan kepada pihak penyewa, dari penelitian yang dilakukan ada beberapa alasan pemilik tidak memberikan masa tenggang waktu kepada penyewa, antara lain:

1. sudah adanya calon penyewa lain (yang baru)

2. pihak penyewa tidak mau melanjuti masa sewa

3. dimana telah diatur sebelumnya dalam perjanjian, bahwa dalam 1 (satu) bulan sebelum masa sewa berakhir pemilik menanyakan kepada penyewa apakah hendak melanjut menyewa atau tidak

4. sama sekali tidak ada kepikiran membahas mengenai perpanjangan masa sewa didalam perjanjian

Dari semua isi perjanjian yang telah disepakati tersebut, maka sudah sepatutnya kedua belah pihak untuk saling menaati tanpa harus ada yang melanggar isi perjanjian tersebut atau melakukan perbuatan wanprestasi. Dari perjanjian sewa menyewa yang dilakukan para pihak juga membahas tentang tanggung jawab–tanggung jawab dari kedua belah pihak, dalam hal ini disebut sebagai penyewa dan pemilik ruko yang disewakan.

Membahas mengenai pertanggungjawaban yang dilakukan dari kedua belah pihak, maka dilakukan pembagian–pembagian penyebab kerusakan yang terjadi pada ruko yang disewakan tersebut. Ada dua (2) pembagian penyebab kerusakan yang dapat terjadi terhadap ruko yang disewakan, yaitu:

a. Faktor dari alam

Dikatakan faktor dari alam dikarenakan kerusakan yang terjadi berasal dari alam. Misalnya: banjir, gempa, angin yang kencang dan lain-lain. Dalam hal ini, menurut penelitian yang dilakukan ada berbagai jawaban yang muncul mengenai siapa pihak yang harus bertanggung jawab akibat kerusakan yang timbul dari faktor alam tersebut. Hasil yang diperoleh ada yang menyatakan pihak pemilik (20% dari 10 responden), pihak penyewa (20% dari 10 responden) dan bahkan ada juga yang mengatakan yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut adalah kedua belah pihak (60% dari 10 responden).

b. Faktor yang timbul karena kelalaian atau dibuat manusia

Dikatakan sebagai faktor yang timbul karena kelalaian atau dibuat manusia ialah kerusakan terhadap ruko tersebut dikarenakan kelalaian dari

manusia atau pihak yang menyewa yang tidak merawat dengan baik rukko yang disewanya. Kerusakan yang terjadi misalnya: adanya kemalingan di ruko tesebut sehingga beberapa bagian dari ruko tersebut rusak (pintu ataupun jendela) dan dikarenakan kebakaran. Dalam faktor ini, menurut penelitian yang dilakukan pihak yang bertanggung jawab terdapat di pihak penyewa. Beberapa alasan yang ditimbul dari narasumber atas pertanyaan ini, yaitu:

1) Karena sudah ada diatur dalam perjanjian, apabila terjadi kerusakan pihak penyewa haruslah memperbaiki segala kerusakan setelah masa sewa berakhir

2) Dikarenakan apabila penyewa belum mengosongkan ruko padahal masa sewa telah berakhir itu menjadi tanggung jawab penyewa

3) Karena kerusakan timbul dari pihak penyewa sehingga segalanya dibebankan kepada pihak penyewa

Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan dan pihak mana yang harus bertanggung jawab maka tidak ada lagi yang dapat dipersoalkan dari perjanjian sewa menyewa yang sedang berlangsung. Apalagi apabila para pihak mau melaksanakan perjanjian tersebut sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati dari awal agar tidak timbul suatu wanprestasi.

Namun, apabila dari salah satu pihak tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan ruko yang disewanya padahal sebelumnya sudah dibuatnya suatu kesepakatan maka pihak ini disebut melakukaan suatu tindakan wanprestasi.

Tindakan wanprestasi biasanya sering sekali menimbulkan suatu sengketa atau permasalahan yang timbul diantara para pihak. Pada penelitian yang dilakukan, apabila terjadinya suatu perselisihan diantara pemilik dan penyewa ruko, langkah yang diperoleh terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Musyawarah

2. Melalui pejabat setempat (kepala lingkungan atau lurah)

Namun, dari kedua langkah tersebut para pihak lebih sering menggunakan pilihan musyawarah. Hal ini, mungkin dikarenakan agar masalah yang terjadi tidak menjadi suatu masalah yang rumit dan dalam penyelesaiannya akan diperolehnya suatu penyelesaian lebih mengarah pada sama-sama untung atau tidak ada yang dirugikan (win-win solution)

Sedangkan apabila yang bertanggung jawab adalah pemilik ruko namun pemilik ruko tidak mau bertanggung jawab pada kerusakan yang terjadi pada ruko yang disewakannya, maka langkah yang dapat dilakukan penyewa, adalah:

1. Musyawarah

2. Memberi teguran

3. Mengajukan gugatan kepengadilan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, penyelesaian yang ditempuh oleh penyewa biasanya lebih memilih pada musywarah, hal ini mungkin dikarenakan penyelesaian musyawarah merupakan penyelesaian yang paling mudah ditempuh

dan hasil yang diperoleh pun tidak merugikan dari salah satu pihak. Namun, walaupun demikian, ada juga narasumber yang memilih untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib. Hal ini mungkin dikarenakan sudah tidak ditemukannya lagi kata sepakat dalam penyelesaian sengketa yang ada atau mungkin pihak yang penyewa ruko selalu mangkir atau menghindar ketika pihak yang menyewakan meminta pertanggungjawaban dari pihak penyewa ruko.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan skripsi ini, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Prosedur yang digunakan para pihak diawali dengan adanya kata kesepakatan dari keduanya, yang kemudian dicantumkan dalam sebuah kontrak yang mereka buat sendiri. Dalam kontrak yang mereka buat harus dicantumkan materai dan dibubuhi oleh tanda tangan dari kedua belah.

2. Hak dan kewajiban merupakan suatu perbuatan yang betimbal balik. Adapun kewajiban dari pemilik ruko antara lain menyediakan ruko yang layak pakai, menyerahkan kunci-kunci ruko, memberikan fasilitas-fasilitas pendukung (misalanya: air, PAM, listrik dan telepon), tidak menyewakan kembali pada pihak lain dalam masa sewa berjalan, menanyakan kepada penyewa apakah dilakukannya perpanjangan sewa menyewa di ruko tersebut dan menyerahkan dokumen pendukung dalam perjanjian (misalanya: draft perjanjian, pembayaran listrik, PBB dan IMB). Selain dari pihak yang menyewakan, diperoleh juga kewajiban dari

penyewa, antara lain: membayar uang sewa ruko, menjaga keadaan ruko dengan baik, membayar iuran penyewa dan lain-lain.

3. Apabila terjadi kerusakan ruko pada saat perjanjian sewa menyewa berakhir, maka yang bertanggung jawab disesuaikan dengan kesepakatan mereka apakah kedua belah pihak atau hanya pihak penyewa saja yang harus bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam membuat suatu perjanjian sebisa mungkin para pihak memperhatikan terlebih dahulu perjanjian yang telah ditulis sebelum disepakati keduanya agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dari perjanjian yang dibuat.

2. Penulis mengharapkan kelak para pihak yang melakukan suatu perjanjian agar memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing agar perjanjian yang dibuat tidak ada masalah yang timbul karena perbuatan dari salah satu pihak yang melanggar isi perjanjian.

3. Penulis berharap apabila suatu saat terjadi perselisihan atau permasalahan dalam perjanjian yang dapat terjadi di masa perjanjian itu masih berlangsung maupun diakhir perjanjian tersebut berakhir, para pihak dapat menyelesaikannya secara kekeluargaan atau secara musyawarah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar masih dapatnya dijaga hubungan baik antar penyewa dengan pemilik sewa.