• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

5.5. Konsumsi Beras di Kabupaten Siak

5.6.1. Pertanian Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang dimaksud dalam hal ini adalah tanaman bahan makanan yang meliputi padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah ubi kayu ubi jalar, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kabupaten Siak memiliki potensi dalam pengembangan tanaman pangan tersebut, terutama tanaman pangan padi. Perkembangan produksi tanaman padi di Kabupaten Siak sangat fluktuatif. Sejak tahun 2002 sampai tahun 2004 produksi padi Kabupaten Siak mengalami peningkatan. Akan tetapi tahun 2005 terjadi penurunan produksi padi disertai dengan penurunan luas tanam. Bahkan areal lahan yang berpotensi untuk penanaman padi yang masih terbatas banyak yang dialihfungsikan untuk tanaman perkebunan.

Akan tetapi pada tahun 2006 sampai saat ini peningkatan produksi tanaman padi semakin meningkat. Akan tetapi peningkatan ini belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi beras penduduk Kabupaten Siak. Untuk mengatasi kekurangan ini, dalam jangka pendek dilakukan dengan memasukkan beras dari luar daerah seperti Indragiri hilir, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Selain itu, juga disubstitusi dengan bahan makanan lain yang mengandung karbohidrat seperti palawija dan sagu yang cukup banyak tersedia di Kabupaten Siak yang merupakan upaya pemerintah dalam menggalakkan diversivikasi pangan. Dalam jangka panjang dilakukan usaha peningkatan produksi padi agar mampu mencukupi kebututahan pangan sendiri. Guna melihat perkembangan luas areal panen, produksi dan rata-rata produksi tanaman padi (produktivitas) Kabupaten Siak dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata produksi (Produktivitas) Tanaman Padi Kabupaten Siak Tahun 2002-2006

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

2002 5.901 21.479,64 3,64

2003 7.587 30.082,46 3,96

2004 9.168 32.518,90 3,55

2005 5.769 20.595,33 3,57

2006 6.467 23.402,09 3,62

Sumber: Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Siak (2007)

Selain tanaman padi, juga terdapat beberapa tanaman pangan lain yang diusahakan di Kabupaten Siak yaitu jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Perkembangan rata-rata produksi komoditi tersebut dari tahun ke tahun sejak tahun 2002-2006 terlihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Rata-rata Produksi Tanaman Palawija (ton/ha) Kabupaten Siak 2002-2006

Tahun Jagung Kedelai Kacang Hijau Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar

2002 2,77 1,15 0,92 0,96 10,90 7,74

2003 2,67 1,04 0,89 0,97 10,66 6,81

2004 2,81 0,98 0,81 0,97 10,87 7,64

2005 2,88 1,00 0,96 1,01 11,51 7,86

2006 2,81 1,16 0,80 0,96 11,17 8,02

Sumber: Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Siak (2007)

Dari keenam komoditi, ubi kayu merupakan komoditi terbesar yang dihasilkan di Kabupaten Siak dan kacang hijau merupakan yang paling sedikit dihasilkan. Setiap komoditi berbeda-beda tingkat produksinya. Akan tetapi sebagian besar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan semakin besar permintaan terhadap komoditi tersebut baik untuk komoditi industri maupun untuk konsumsi oleh masyarakat Kabupaten Siak.

5.6.2. Perkebunan

Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan bagian dari

pembangunan daerah memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian, mendukung pengembangan wilayah, penyerap tenaga kerja, pendorong pengembangan industri hilir, penyumbang pendapatan daerah, penyedia devisa negara serta mendukung kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup akan semakin meningkat. Pada beberapa tahun terakhir, pembangunan sub sektor perkebunan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, terutama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mnsyarakat. Namun bila dilihat dari penyebarannya, masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan tidak semua daerah mendapatkan prioritas yang sama dalam pengembangannya.

Beberapa pola yang dilaksanakan dalam pengembangan komoditi perkebunan antara lain, Pola Perusahaan Swasta, Pola Kemitraan, Pola Inti Plasma dan Pola Swadaya. Sedangkan komoditi penting pekebunan yang dikembangkan di Kabupaten siak antara lain adalah kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, pinang dan sagu. Perkembangan penyebaran luas areal, produktivitas dan produksi komoditi perkebunan Kabupaten Siak tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Luas Areal, Produktivitas, Produksi Komoditi Perkebunan Kabupaten Siak, tahun 2007

No. Komoditi Luas Areal (ha) Produktivitas Produksi

TBM TM TTR Jumlah (ton/ha/th) (ton/th)

1 Kelapa Sawit 24.385 107.383 108 131.876 23,19 2.490.582,00 2 Karet 8.147 27.340 4.303 39.790 1,15 31.424,52 3 Kelapa 478 1.803 366 2.647 1,78 3.217,50 4 Kopi 46 261 163 470 0,94 246,24 5 Pinang 116 189 13 318 0,42 79,78 6 Sagu 1.779 4.483 14 6.279 797,59 3.575.575,00

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak (2007) Keterangan:

TBM : Tanaman Belum Menghasilkan

TM : Tanaman Menghasilkan

TTR : Tanaman Tua Rusak

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa kelapa sawit merupakan komoditi terbesar dari enam komoditi perkebunan lainnya dengan luas areal sebesar 131.876 hektar, tingkat produksi sebesar 2.490.582 ton per tahun dan produktivitas 23,19 ton per hektar per tahun. Hasil ini telah menunjukkan angka yang sangat baik yang dihasilkan dari pengusahaan oleh perusahaan swata, pola

kemitraan, pola inti dan swadaya. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO) juga di pasarkan keluar negeri ke negara-negara industri di Asia, Eropa dan Timur Tengah. Kemudian CPO juga diolah menjadi bermacam-macam produk untuk memenuhi kebutuhan penduduk atau dipasarkan kembali dalam bentuk produk lain. Pada umumnya hasil produksi komoditi perkebunan tersebut, selain untuk kebutuhan industri dalam negeri, juga di ekspor ke negara industri lain baik dalam bentuk bahan mentah, barang setengah jadi maupun barang jadi.

5.6.3. Perikanan

Selain sub sektor perkebunan, Kabupaten Siak juga memiliki sub sektor lain yang cukup besar sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat yaitu perikanan. Perikanan ini bersumber dari perikanan tangkap dan perikanan tambak. Usaha perikanan tangkap merupakan usaha awal dari kegiatan perikanan sebelum berkembangnya usaha perikanan budidaya. Hal ini disebabkan para nelayan melakukan penangkapan ikan yang ada di alam terutama di perairan umum seperti sungai-sungai, rawa-rawa dan danau. Usaha ini pada awalnya mengalami perkembangan yang sangat berarti, sehingga jika dilihat produksinya juga semakin meningkat.

Tabel 11. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Siak Tahun 2004-2007 (Kg)

Tahun Produksi Perikanan Tangkap

Ikan Laut Ikan Air Tawar

2004 630.720 738.960

2005 547.200 784.080

2006 574.560 823.284

2007 2.607.169 2.346.324

Total 4.359.649 4.692.648

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Siak (2008) Dalam pengembangan perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Siak potensi lahan tersedia cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari luasnya perairan umum yang dimiliki seperti Sungai Siak beserta anak sungainya, rawa-rawa dan danau. Disamping itu untuk pengembangan usaha tersebut, disediakan lahan yang potensial. Akan tetapi dari tahun ke tahun luas kolam yang diusahakan untuk kegiatan perikanan budidaya di Kabupaten Siak mengalami penurunan, hal ini disebabkan kolam yang pada mulanya ada tidak digunakan untuk pembudidayaan ikan melainkan digunakan untuk usaha lain atau dengan perkataan lain adanya alih fungsi lahan dan juga kemungkinan ketiadaan modal untuk membeli bibit ikan dan pakan. Sehingga produksi perikanan budi daya semakin menurun. Perkembangan produksi perikanan budi daya Kabupaten Siak dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Perkembangan Produksi Perikanan Budi Daya Berdasarkan Jenis Ikan yang Dihasilkan di Kabupaten Siak Tahun 2004-2007 (Kg)

Tahun Perikanan Budi Daya

Bawal Nila Mas Gurami Lele Patin Baung

2004 33.349 70.583 32.298 38.855 52.897 29.566 1.467

2005 38.800 69.466 29.808 41.134 40.404 40.129 505

2006 29.913 65.754 18.022 50.474 84.718 18.792 -

2007 13.411 276.386 112.426 169.318 230.916 118.053 -

Total 23.473 482.189 192.554 299.781 408.935 206.540 1.972

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Siak (2008) Pengolahan hasil perikanan di daerah penghasil ikan, baik hasil produksi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya secara tradisional telah berkembang, terutama diolah menjadi ikan asap atau ikan salai dan juga ikan asin. Disamping itu ada juga yang dibuat kerupuk ikan, kerupuk udang, bakso ikan dan lain-lain. Dalam hal pemasaran hasil produksi perikanan, pada umumnya dijual

kepada masyarakat di Kabupaten Siak, namun demikian tidak tertutup

kemungkinan juga dijual ke daerah lain. 5.6.4. Peternakan

Pembangunan sub sektor peternakan adalah untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat di samping meningkatkan pendapatan peternakan. Jenis ternak yang dibudidayakan di Kabupaten Siak adalah sapi, kerbau, kambing/domba, babi, ayam buras, ayam petelor, ayam pedaging dan itik. Perkembangan populasi peternakan Kabupaten Siak disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Populasi Ternak Kabupaten Siak Tahun 2006-2007 (Ekor)

Tahun Jenis Ternak

Sapi Kerbau Kambing/ Babi Ayam Ayam Ayam Itik

Domba Buras Petelor Pedaging

2006 11.397 540 27.881 1.789 274.839 14.932 10.334 19.991

2007 12.765 603 31.227 2.004 308.278 18.724 11.574 22.388

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kabupaten Siak (2008)

Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa perkembangan populasi semakin meningkat dalam waktu dua tahun terakhir. Ini merupakan salah satu upaya petani peternak dan pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan. Hasil dari peternakan ini untuk konsumsi penduduk dan juga diperdagangkan keluar daerah Kabupaten Siak.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Hasil Estimasi Model`

Model yang dibangun merupakan model persamaan simultan. Sebelum melakukan analisis terhadap model, dilakukan spesifikasi model untuk tujuan pemilihan model terbaik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Selanjutnya identifikasi terhadap beberapa persamaan tersebut untuk melihat apakah underidentified, overidentified atau exactlyidentified. Pengujian ini memungkinkan suatu model dapat diselesaikan dengan menggunakan metode tertentu yaitu OLS, TSLS atau 3SLS. Model faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak, terdapat enam persamaan yang akan dianalisis yang terdiri dari dua persamaan identifikasi dan empat persamaan struktural karena dalam model tersebut hanya digunakan untuk menyelesaikan masalah produksi dan konsumsi beras yang dilihat berdasarkan kondisi internal di Kabupaten Siak tanpa melihat faktor eksternal dari daerah lain yang disebut dengan perekonomian tertutup. Hasil uji keidentifikasian menunjukkan bahwa model tersebut overidentified terlihat dari nilai (K-M)>(G-1). Pada dua persamaan identifikasi dan empat persamaan struktural terdapat 19 total variabel, dengan enam variabel eksogen dan 13 variabel endogen, sehingga memungkinkan penyelesaiannya dengan menggunakan metode TSLS.

Hasil dugaan model dalam setiap persamaan yang diperoleh cukup baik, terlihat dari nilai koefisien determinasi R-square dari masing-masing persamaan berkisar antara 0,86 sampai 0,96. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum variabel–variabel bebas yang ada dalam persamaan mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen. Besarnya nilai F yang diperoleh umumnya tinggi, yaitu

berkisar antara 4,66 sampai 19,74 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas dalam setiap persamaan secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variasi variabel bebas pada taraf nyata α = 0,05 dan 0,20. Disamping itu, setiap persamaan memiliki tanda parameter yang sesuai dengan harapan dan cukup logis dari sudut pandang ekonomi.

Berdasarkan hasil uji masing-masing variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogen yaitu uji statistik-t menunjukkan bahwa ada beberapa variabel eksogen yang tidak signifikan mempengaruhi variabel eksogennya pada taraf α = 0,20. Dalam penelitian ini taraf α yang digunakan adalah:

(A)berpengaruh nyata pada taraf α = 0,05 (B) berpengaruh nyata pada taraf α = 0,10 (C)berpengaruh nyata pada taraf α = 0,15 (D)berpengaruh nyata pada taraf α = 0,20

Data yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari tiga puluh tahun, sehingga perlu dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji

Jarque-Bera Test. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data menyebar secara normal

atau tidak. Dari hasil analisis terlihat bahwa nilai Jarque Bera (J-B) < χ df-2 atau

Probality (P-Value) LAP=0,67, Q=0,68, KB=0,78 dan HB=0,73 > nilai critical

value (α=0,05) yang digunakan. Hal ini berarti bahwa error term terdistribusi

secara normal.

Dokumen terkait