• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN SIAK, RIAU. Nani Sunani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN SIAK, RIAU. Nani Sunani"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS

DI KABUPATEN SIAK, RIAU

Nani Sunani

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(2)

RINGKASAN

NANI SUNANI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan

Konsumsi Beras Kabupaten Siak, Riau. Dibimbing Oleh ADI HADIANTO Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak, (2) menganalisis dampak perubahan faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras, dan (3) merumuskan kebijakan dalam upaya meningkatkan produksi beras. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 2000-2008. Data diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Provinsi Riau, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Siak.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif (deskriptif) dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras adalah model persamaan simultan. Model terdiri dari empat persamaan struktural yaitu luas areal panen padi, produktivitas, konsumsi dan harga beras; dan dua persamaan identitas yaitu produksi padi dan produksi beras. Data pada masing-masing persamaan diduga dengan metode Two Stage Least Squarea (2SLS) menggunakan program Statistict Analisis System (SAS) 9.1. Selanjutnya hasil estimasi divalidasi untuk melihat model layak dilakukan simulasi.

Hasil dugaan model setiap persamaan yang diperoleh cukup baik, terlihat dari nilai koefisien determinasi R-square masing-masing persamaan berkisar antara 0,86 sampai 0,96. Besarnya nilai F yang diperoleh cukup tinggi, yaitu berkisar antara 4,66 sampai 19,74, berarti bahwa variabel bebas dalam setiap persamaan secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variasi variabel bebas pada taraf nyata α = 0,05 dan 0,20. Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa ada beberapa variabel bebas yang tidak signifikan mempengaruhi variabel bebasnya pada taraf nyata α = 0,20.

Berdasarkan hasil estimasi, persamaan luas areal panen padi Kabupaten Siak dipengaruhi oleh harga riil gabah di tingkat petani, harga riil pupuk urea, curah hujan dan luas areal irigasi pada taraf nyata α = 0,10. Persamaan produktivitas padi dipengaruhi oleh luas areal panen, lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea, dan tren waktu pada taraf nyata α = 0,20. Persamaan konsumsi beras di Kabupaten Siak hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk pada taraf nyata α = 0,05. Harga riil eceran beras di Kabupaten Siak dipengaruhi lag harga eceran beras dan berpengaruh nyata pada taraf α = 0,10. Sedangkan dari hasil analisis simulasi menunjukkan kebijakan yang paling layak disarankan di Kabupaten Siak yang sesuai dengan tujuan program pencapaian target pemenuhan beras dari kemampuan produksi Kabupaten Siak adalah kebijakan kenaikan harga gabah di tingkat petani yang dikombinasikan dengan peningkatan luas areal irigasi.

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN KONNSUMSI BERAS

DI KABUPATEN SIAK, RIAU

Nani Sunani H44051050

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(4)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak, Riau

Nama : Nani Sunani NRP : H44051050 Menyetujui, Dosen Pembimbing Adi Hadianto, SP NIP. 19790615 200501 1 004 Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN SIAK, RIAU BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

Nani Sunani H44051050

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 April 1987 di Bungaraya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Bapak Adnan dan Ibu Taryinih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 004 Bungaraya pada tahun 1999, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 01 Bungaraya dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 01 Bungaraya dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah), setelah melalui Tahap Persiapan Bersama (TPB) IPB, penulis kemudian masuk ke mayor Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada tahun 2006.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi daerah (Istana Mas Bogor dan IKPMR Bogor), organisasi mahasiswa dan kepanitiaan. Penulis merupakan salah satu anggota divisi Internal Development (ID) Himpunan Profesi REESA (Resourses and Environmental Economics Student Association) pada masa pengurusan 2007-2008.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak, Riau”. Skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2009

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Mama, Mimi dan keluarga besar tersayang di Bungaraya yang selalu mendukung dan mendoakan tanpa henti, semua ini Nani persembahkan untuk kalian.

2. Bapak Adi Hadianto, SP selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.

3. Bapak Ir. Nindyanto, M.SP selaku Dosen Penguji Utama yang bersedia meluangkan waktunya. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan.

4. Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen yang telah memberikan masukan dan kritik dalam perbaikan skripsi.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik, atas bimbingan dan arahannnya.

6. Staff dan dosen pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu dan pelajaran yang diberikan selama empat tahun ini.

7. Pemerintah Daerah Kabupaten Siak atas kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

8. Bapak Hery Eko Supriyanto di Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak dan Bapak, Ibu di BPS Kabupaten Siak yang telah membantu penulis dalam proses perizinan dan pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Aang Zaman atas dukungan, semangat, kasih sayang dan ketulusannya. Nani banyak belajar dari Aang, menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani hidup.

10. Bapak Ngaluan Suseno dan Ibu atas keikhlasannya menampung dan membina di Wisma Pringgondani selama tiga tahun ini.

11. Helni, Novia, Supatmi, Santi, Herviza, Diah, Putriati, Siti, Neneng, Dwi Cahya, Adhita, Jayanti Primandini (teman-teman Pringgon), Wiji, Zera, Serasi dan Doris selama ini telah menjadi teman yang baik, saling mendukung dan memberi semangat.

12. Teman-teman ESL 42 atas kebersamaannya selama empat tahun ini. Teman seperjuangan penyusunan skripsi Eva, Rethna dan Sapto. Sahabat-sahabatku Ata, Tri, Ratih, Dhibo dan Indra atas semangat, cerita, motivasinya semoga kita semua dapat meraih kesuksesan bersama.

13. Adek-adekku angkatan 43, Isa, Adam, Ronald, Rusman, Pipin, Ade dan lainnya yang selalu memberikan semangat, doa dan canda kepada penulis.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEOROSINILAN... iv

RIMAYAT HIDUP... v

KATA PENGANTAR... vi

UCAPAN TERIMAKASIH... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN………...…... 1

1.1. Latar Belakang………...………... 1

1.2. Rumusan Masalah………...……….. 5

1.3. Tujuan Penelitian…...………...……… 9

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Konsep Produksi dan Konsumsi………..………... 11

2.2. Peran Beras dalam Ketahanan Pangan……….... 14

2.3. Kebijakan Perberasan Indonesia... 15

2.4. Penelitian Terdahulu………....… 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 22

3.1. Kerangka Teoritis... 22

3.1.1. Produksi... 22

3.1.2. Konsumsi... 24

3.1.3. Persamaan Simultan... 27

3.2. Kerangka Operasional... 33

IV. METODE PENELITIAN... 36

4.1. Lokasi Penelitian... 36

4.2. Jenis dan Sumber Data……….... 36

4.3. Metode Analisis Data………...…... 37

4.3.1. Analisis Deskriptif... 37

4.3.2. Analisis Kuantitatif... 37

4.4. Perumusan Model.... ...……....……... 38

4.4.1. Produksi Padi... 39

4.4.2. Produksi Beras... 39

(10)

4.4.4. Produktivitas Padi... 41

4.4.5. Jumlah Konsumsi Beras... 42

4.4.6. Harga Eceran Beras... 43

4.5. Identifikasi Model... 43

4.6. Pengujian Model dan Hipotesis... 45

4.6.1. Kesesuaian Model... 45 4.6.2. Uji Statistik... 46 4.6.3. Uji Kenormalan... 48 4.7. Uji Validasi... 49 4.8. Simulasi Model... 52 4.9. Definisi Operational... 53

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 56

5.1. Letak Geografis... 56

5.2. Penduduk... 57

5.3. Penggunaan Lahan di Kabupaten Siak... 59

5.4. Produksi Beras di Kabupaten Siak... 60

5.5. Konsumsi Beras di Kabupaten Siak... 62

5.6. Sumberdaya Alam... 63

5.6.1. Pertanian Tanaman Pangan... 63

5.6.2. Perkebunan... 65

5.6.3. Perikanan... 67

5.6.4. Peternakan... 69

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 71

6.1. Hasil Estimasi Model... 71

6.2. Dugaan Model Ekonometrika... 72

6.2.1. Luas Areal Panen Padi... 73

6.2.2. Produktivitas... 77

6.2.3. Konsumsi Beras... 79

6.2.4. Harga Eceran Beras... 82

6.3. Analisis Simulasi Perubahan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak... 85

6.3.1. Validasi Model... 85

6.3.2. Simulasi Historis... 86

6.3.2.1. Kenaikan Harga Gabah di Tingkat Petani 10%... 86

6.3.2.2. Kenaikan Harga Pupuk Urea 10%... 87

6.3.2.3. Kenaikan Luas Areal Irigasi 10%... 88

6.3.2.4. Kenaikan Harga Gabah di Tingkat Petani dan Harga Pupuk Urea 10%... 88

6.3.2.5. Kenaikan Harga Gabah di Tingkat Petani dan Luas areal Irigasi 10%... 89

6.3.2.6. Kenaikan Harga Gabah di Tingkat Petani dan Harga Pupuk Urea dan Luas Areal Irigasi 10%... 90

6.4. Penentuan Alternatif Kebijakan untuk Peningkatan Produksi Beras di Kabupaten Siak... 90

(11)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 93

7.1. Kesimpulan... 93

7.2. Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA... 95

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Siak... 3 2. Penyebaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Padi Setiap Kecamatan di Kabupaten Siak Tahun 2006... 6 3. Luas Areal Panen, Produksi dan Produktivitas Padi, Jumlah

Penduduk, Kebutuhan Padi, dan Kekurangan Padi di Kabupaten Siak Tahun 2003-2007 ... 8 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Wilayah ... 58 5. Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Kabupaten Siak ... 59 6. Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Siak ... 61 7. Produksi dan Konsumsi Beras serta Jumlah Penduduk Kabupaten

Siak tahun 2000-2007 ... 63 8. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi (Produktivitas)

Tanaman Padi Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 ... 64 9. Rata-rata Produksi Tanaman Palawija (ton per hektar) Kabupaten

Siak 2002-2006 ... 65 10. Luas Areal, Produktivitas, Produksi Komoditi Perkebunan

Kabupaten Siak, tahun 2007 ... 66 11. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Siak

Tahun 2004-2007 (Kg) ... 68 12. Perkembangan Produksi Perikanan Budi Daya Berdasarkan Jenis

Ikan yang Dihasilkan di Kabupaten Siak Tahun 2004-2007 (Kg) .. 69 13. Populasi Ternak Kabupaten Siak Tahun 2006-2007 (Ekor) ... 70

14. Hasil Validasi Model Produksi dan Konsumsi Beras Kabupaten Siak ... 86

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kurva Penawaran ... 24

2. Kurva Permintaan ... 25

3. Kerangka Model Ekonometrika... 32

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Time Series yang Digunakan dalam Penelitian... 98

2. Hasil Estimasi Model... 100

3. Hasil Validasi Model... 105

(15)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras telah menjadi komoditas strategis dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Peran beras, selain sebagai sumber pangan pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Beras juga bisa dijadikan sebagai komoditas politik karena keberadaannya tidak dapat digantikan oleh komoditas lain dan harus dalam jumlah yang memadai. Meskipun pemerintah telah mengupayakan diversifikasi pangan, namun sampai saat ini belum mampu mengubah preferensi penduduk terhadap bahan pangan beras. Oleh karena itu, ketersediaan beras harus selalu terjaga, berkelanjutan, bahkan harus ditingkatkan.

Berkaitan dengan produksi beras, hingga saat ini Pulau Jawa masih memegang peranan penting, meskipun beberapa pulau di luar Pulau Jawa yaitu Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan sebagai daerah produksi beras. Namun tingkat produksi yang dihasilkan oleh pulau-pulau tersebut tidak seperti yang dihasilkan oleh Pulau Jawa. Sehingga produksi beras nasional semakin menurun dan Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar (Amang dan Sawit, 1999).

Upaya peningkatan produksi dan pembangunan pertanian terasa semakin berat dan kompleks karena selain dihadapkan pada masalah internal yang klasik juga dihadapkan dengan berbagai macam isu global dan perubahan lingkungan yang semakin buruk. Tingginya permintaan pangan, terutama beras dan peningkatan jumlah penduduk juga menjadi masalah dalam pencapaiannya. Oleh

(16)

karena itu, gerakan peningkatan produksi beras nasional melalui perubahan teknologi dan adanya inovasi harus didukung oleh semua daerah di seluruh Indonesia.

Otonomi daerah merupakan ruang bagi setiap daerah untuk melakukan perubahan dan inovasi dalam mendukung upaya membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan yang selanjutnya kepada swasembada pangan. Upaya yang dilakukan dengan peningkatan produksi dan diversifikasi. Jika setiap daerah telah mengupayakan program pencapaian swasembada pangan dalam konteks lokal, maka selanjutnya akan bermuara pada pencapaian swasembada pangan di tingkat nasional.

Siak merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Riau yang mempunyai sumberdaya alam yang besar dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pembangunan pertanian menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan layak untuk dikembangkan. Dengan sumber daya alam dan penduduk yang mendukung, diharapkan Kabupaten Siak mampu meraih pencapaian swasembada dalam konteks lokal. Namun, hal ini tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang umumnya terjadi berkaitan dengan pembangunan dan pencapaian swasembada pangan.

Salah satu potensi dan masalah adalah pertumbuhan penduduk. Keberadaan penduduk di suatu wilayah merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan wilayah tersebut. Penduduk dapat dipandang dari dua sisi yang berbeda, yaitu dari sisi permintaan dan sisi produksi. Jika dipandang dari sisi permintaan, penduduk merupakan peningkatan potensi pasar bagi produksi yang dihasilkan apabila pertumbuhan penduduk tersebut diiringi

(17)

dengan daya beli. Namun dari produksi, penambahan jumlah penduduk dipandang sebagai pertumbuhan ketersediaan input tenaga kerja bila pertumbuhan penduduk diiringi dengan keterampilan.

Bila dilihat pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa penduduk di Kabupaten Siak terus mengalami peningkatan yaitu dari 218.429 jiwa pada tahun 2000 menjadi 302.691 jiwa pada tahun 2005. Dengan demikian selama periode 2000-2005 telah terjadi pertambahan penduduk sebanyak 84.262 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun 5,73%.

Tabel 1. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Siak, 2000-2005

Tahun Jumlah Penduduk Persentase Pertumbuhan Penduduk

2000 218.429 - 2001 256.097 17,24 2002 270.075 5,46 2003 287.922 6,61 2004 296.252 2,89 2005 302.691 2,17

Pertumbuhan Rata-Rata Pertahun: 5,73 Sumber: BPS Kabupaten Siak (2006)

Hal ini mempengaruhi adanya pertumbuhan ekonomi yang menghadapi tantangan dan kendala dalam hal kecukupan pangan, baik dalam proses produksi, distribusi, konsumsi maupun organisasi (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak, 2008). Dalam proses produksi kendala yang dihadapi adalah luas areal pertanian yang masih sangat terbatas bahkan cenderung menurun. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, lahan-lahan pertanian dikonversi menjadi lahan non pertanian, khususnya lahan sawah dikonversi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Hal ini terjadi selain karena peningkatan jumlah penduduk yang meningkatkan kebutuhan hidup juga karena ketersediaan air yang kurang

(18)

memadai bagi tanaman padi. Oleh karena itu, petani beralih menanam kelapa sawit. Dalam proses konsumsi kendala yang dihadapi adalah akibat peningkatan jumlah penduduk, maka konsumsi atau kebutuhan pangan pokok beras semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi merupakan akibat dari pesatnya pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Siak yang membutuhkan tenaga kerja yang sangat besar seperti PT. Indah Kiat Pulp and Paper, PT. Arara Abadi dan sebagainya yang berdampak langsung pada pertumbuhan konsumsi beras, serta tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk yang ada.

Secara politis dan ekonomi Kabupaten Siak akan tergantung pada daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya. Kekhawatiran selanjutnya adalah jika terjadi bencana alam yang memutuskan jalur transportasi Kabupaten Siak ke daerah lain, maka akan mengakibatkan krisis pangan yang menghambat pembangunan dan berbahaya bagi stabilitas wilayah. Sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan makanan pokok mayoritas beras, maka swasembada, kemandirian dan ketahanan pangan (beras) merupakan salah satu hal yang krusial dan menjadi suatu keharusan dalam perwujudannya karena merupakan kunci stabilitas ekonomi daerah dan negara Indonesia umumnya.

Menyikapi fakta di atas, pemerintah daerah mencanangkan suatu program untuk melihat kembali sektor pertanian sebagai sektor andalan pembangunan ekonomi yang dituangkan dalam rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak, 2008) yaitu “Kabupaten Siak mampu mencipatakan swasembada, kemandirian dan ketahanan pangan di Kabupaten Siak”. Untuk mendukung hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

(19)

mengenai perilaku produksi dan konsumsi beras dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak sehingga dapat dirumuskan kebijakan efektif untuk mencapai target program tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Bagi Kabupaten Siak, pertanian merupakan sektor yang strategis guna mencapai pembangunan ekonomi. Salah satu yang dikonsentrasikan adalah subsektor tanaman pangan karena memiliki peran yang penting dalam mendukung keberhasilannya. Hal ini didukung oleh kondisi geografis yang mempunyai wilayah potensi pengembangan tanaman pangan dan holtikultura yang cukup luas.

Dengan luas wilayah 855.609 hektar, sebagian besar lahan Kabupaten Siak adalah berupa hutan sekitar 42,33% atau sekitar 362.138 hektar. Pertanian menempati urutan kedua penggunaan lahan yaitu sebesar 219.297 hektar yang terdiri dari lahan sawah, tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, tambak dan kolam/empang. Dengan kondisi ini, diharapkan Kabupaten Siak mampu mengembangkan potensi dalam pembangunan pertanian khususnya subsektor tanaman pangan seperti beras (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak, 2007).

Potensi ini dapat di lihat pada Tabel 2 berikut bahwa terdapat sepuluh kecamatan yang merupakan penghasil padi dari tiga belas kecamatan yang ada di Kabupaten Siak. Sementara tiga kecamatan lainnya tidak menghasilkan padi yaitu Kecamatan Tualang, Kerinci Kanan dan Lubuk Dalam. Kecamatan Bungaraya memiliki daerah pertanaman padi terbesar di Kabupaten Siak yaitu 3.846 hektar atau 66,15 % dari sepuluh kecamatan, selanjutnya Sabak Auh di urutan kedua sebesar 1.465 hektar atau 21,58 %. Sedangkan lainnya memiliki luas pertanaman

(20)

yang tidak terlalu besar. Dengan kondisi ini diharapkan Kabupaten Siak mampu mengembangkan pertanian sesuai dengan tujuan pembangunan daerah.

Tabel 2. Penyebaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Setiap Kecamatan di Kabupaten Siak Tahun 2006

No. Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi

(ha) (ha) (ton/ha) (ton)

1 Siak 65 53 2,55 135,15 2 Sungai Apit 319 2.313 3,05 7.054,65 3 Minas 33 29 2,75 79,75 4 Bungaraya 3.846 3.629 4,17 15.151,08 5 Tualang - - - - 6 Dayun 33 32 2,12 68,00 7 Sungai Mandau 215 215 2,27 489,13 8 Kerinci Kanan - - - - 9 Kandis 673 196 2,16 424,34 10 Lubuk Dalam - - - - 11 Koto Gasib 92 - - - 12 Sabak Auh 1.465 - - - 13 Mempura 50 - - - Total 6.791 6.467 3,62 2.3402,10

Sumber: Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Siak (2007)

Prinsipnya produksi padi tergantung pada dua variabel, yaitu luas areal panen dan hasil panen per hektar (produktivitas). Luas areal panen tanaman padi cenderung menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang relatif tinggi akan meningkatkan permintaan lahan perumahan dan infrastruktur dan adanya konversi lahan sawah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.

Produktivitas padi yang merupakan variabel kedua, di Kabupaten Siak masih sangat rendah yakni berkisar antara 2,16 ton per hektar sampai 4,17 ton per

(21)

hektar atau rata-rata 3,65 ton per hektar. Hal ini disebabkan oleh harga pupuk yang tinggi sehingga tidak terjangkau oleh petani sementara tingkat kesuburan tanah sangat rendah dibandingkan dengan daerah di Pulau Jawa. Selain itu juga karena sebagian besar lahan sawah tadah hujan dan keterbatasan lahan irigasi. Petani hanya mampu melakukan penanaman pada saat musim hujan, sedangkan musim lain tidak tersedia air sehingga tidak dilakukan penanaman padi.

Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Siak terus mengalami peningkatan yang berimplikasi terhadap peningkatan permintaan pangan dalam hal ini beras. Sebelumnya, penduduk asli Kabupaten Siak adalah suku melayu yang makanan pokoknya adalah sagu. Namun, setelah bertambahnya penduduk dari program transmigrasi pada tahun 1980 yang sebagian besar adalah penduduk dari pulau jawa dengan makanan pokoknya adalah beras. Karena Jumlah penduduk transmigrasi lebih besar dari jumlah penduduk asli, maka pola konsumsi penduduk asli beralih dari konsumsi sagu ke konsumsi beras, sehingga kebutuhan beras semakin meningkat. Sejak saat itu, Kabupaten Siak menjadi salah satu pengkonsumsi beras terbesar di Indonesia yakni sekitar 110 kg per kapita per tahun (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak, 2007). Bila penduduk Kabupaten Siak saat ini adalah 318.585 jiwa, maka konsumsi beras Kabupaten Siak dalam setahun adalah 35.044,35 ton.

Menurut data BPS Kabupaten Siak tahun 2007, kemampuan produksi padi kurang lebih 27.343 ton GKG atau setara dengan 16.405,80 ton beras. Keadaan ini mengindikasikan bahwa produksi beras belum dapat mencukupi kebutuhan beras penduduk Kabupaten Siak. Untuk melihat hal ini lebih jelas di sajikan pada Tabel 3 berikut ini.

(22)

Tabel 3. Luas Areal Panen, Produksi dan Produktivitas Padi, Jumlah Penduduk, Kebutuhan Padi, dan Kekurangan Padi di Kabupaten Siak, 2003-2007

Sumber: Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Siak (2007)

Berdasarkan Tabel 3 terlihat sejak Siak menjadi sebuah kabupaten di Provinsi Riau, belum mampu mencukupi kebutuhan beras sendiri. Selama periode 2003-2007 terjadi kekurangan gabah berkisar antara 19.416,58 ton sampai dengan 34.118,17 ton per tahun. Kemampuan Kabupaten Siak dalam memenuhi kebutuhan beras hanya dapat mencukupi sekitar 40% dari kebutuhan. Kekurangan ini selain diatasi dengan memasukkan beras dari daerah-daerah lain seperti Indra Giri Hilir, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat juga disubstitusi dengan bahan makanan lain yang juga mengandung karbohidrat seperti palawija dan sagu yang banyak terdapat di Kabupaten Siak. Hanya pemerintah harus berupaya menggalakkan diversifikasi pola pangan penggganti. Selain itu, pemerintah Kabupaten Siak juga terus mengupayakan peningkatan produksi padi dengan meningkatkan daerah luas panen padi. Sehingga pada tahun 2006 sampai sekarang, luas areal panen semakin meningkat. Hal ini menunjukkan peningkatan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam mencapai kecukupan terhadap pangan beras. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Gabah (ton) Kekurangan Gabah (ton) 2003 7.587 30.082,46 3,96 270.075 49.513,75 -19.431,29 2004 9.168 32.518,90 3,55 296.252 54.312,87 -21.793,97 2005 5.769 20.595,33 3,57 302.368 55.434,13 -34.838,80 2006 6.467 23.402,09 3,62 312.738 57.335,30 -33.933,21 2007 7.205 27.342,98 3,79 335.243 61.461,15 -34.118,17

(23)

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak ?

2. Bagaimana dampak perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras terhadap Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak?

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi

beras di Kabupaten Siak.

2. Menganalisis dampak perubahan faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras terhadap produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak. 3. Merumuskan kebijakan dalam upaya meningkatkan produksi beras di

Kabupaten Siak.

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta sebagai bahan acuan untuk penelitian berikutnya. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dalam menentukan kebijakan untuk mencapai swasembada pangan.

I.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kajian terhadap masalah perberasan di Kabupaten Siak, Propinsi Riau. Dalam penelitian ini hanya akan dilihat dari segi produksi dan konsumsi beras yang ada di Kabupaten Siak untuk mencapai peningkatan produksi beras di Kabupaten Siak. Aspek produksi yang dibahas adalah luas areal panen, produktivitas, produksi padi dan beras, harga input dan

(24)

harga komoditas substitusi (jagung), penggunaan input pupuk urea dan upah tenaga kerja. Sedangkan aspek konsumsi yang dibahas adalah PDRB, jumlah penduduk, harga beras dan harga barang substitusi (jagung).

Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah metode persamaan simultan. Langkah selanjutnya dari hasil estimasi, adalah melakukan simulasi terhadap model. Simulasi model yang dilakukan adalah kenaikan harga gabah di tingkat petani, kenaikan harga pupuk urea, kenaikan luas areal irigasi, kenaikan harga gabah ditingkat petani dan pupuk urea, kenaikan harga gabah ditingkat petani dan luas areal irigasi, dan kenaikan harga gabah di tingkat petani, harga pupuk urea dan luas areal irigasi sebesar 10%. Kenaikan ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Benu tentang analisis produksi dan konsumsi beras di Provinsi NTT dengan memperhatikan kemiripan lokasi penelitian dengan tingkat curah hujan yang rendah. Penelitian ini mempunyai batasan yakni data yang digunakan adalah data time series selama sembilan tahun terakhir yang dihitung sejak Siak resmi menjadi sebuah kabupaten yaitu tahun 2000-2008.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Produksi dan Konsumsi

Produksi adalah tindakan dalam membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa (Lipsey, 1993). Sedangkan menurut Putong (2003), produksi atau proses memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Suatu proses produksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat dan sarana untuk melakukan proses produksi. Proses produksi juga melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Dalam pertanian, proses produksi sangat kompleks dan terus-menerus berubah seiring dengan kemajuan teknologi.

Menurut Salvatore (2001), fungsi produksi merupakan hubungan matematis antara input dan output. Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi selain menggambarkan hubungan erat antara input dan output juga menggambarkan tingkat dimana sumberdaya diubah menjadi produk. Sedangkan menurut Putong (2003) fungsi produksi adalah hubungan teknis bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan faktor produksi. Bila faktor produksi tidak ada, maka produksi juga tidak ada.

Produksi pertanian tidak terlepas dari pengaruh kondisi alam setempat yang merupakan salah satu faktor pendukung produksi. Selain keadaan tanah yang cocok untuk kondisi tanaman tertentu, iklim juga sangat menentukan apakah suatu komoditi pertanian cocok untuk dikembangkan di daerah tersebut. Seperti halnya tanaman pertanian padi. Hanya pada kondisi tanah dan iklim tertentu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

(26)

Keadaan tanah dapat diatasi dengan penggunaan pupuk. Oleh karena itu salah satu faktor produksi padi adalah harga pupuk, selain dari harga output padi sendiri. Iklim yang mendukung dengan curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan padi, karena tanaman padi terkait dengan ketersediaan air. Jika curah hujan tinggi, maka ketersediaan air juga akan meningkat. Akan tetapi perlu adanya faktor pendukung lain diantara dibangunnya sarana dan prasarana pertanian seperti irigasi agar kondisi air tetap terjaga dengan baik. Selain itu juga perlu adanya perluasan areal sawah yang terintensifikasi yaitu dengan adanya program-program tertentu seperti melalui kegiatan (i) intensifikasi; seperti program Bimbingan Massal (Bimas), Intensifikasi Massal (Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus), (ii) ekstensifikasi; seperti program percetakan sawah baru, perluasan areal pertanian di luar Pulau Jawa, (iii) diversifikasi; seperti usaha campuran antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya (tumpang sari, tumpang gilir dan sebagainya), dan (iv) rehabilitasi; yaitu meningkatkan produksi dengan cara merehabilitasi faktor pendukung yang menentukan produksi (Soekartawi, 2002).

Sedangkan konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau menggunakan barang untuk keperluan tertentu. Adanya kegiatan konsumsi dalam jumlah besar maka terbentuklah permintaan. Teori ekonomi menyatakan bahwa permintaan suatu jenis barang sangat tergantung pada harga barang tersebut, yang dihubungkan dengan tingkat pendapatan, selera, harga barang substitusi dan sebagainya. Bagi orang yang berpendapatan rendah, elastisitas terhadap barang kebutuhan pokok atau primer lebih tinggi daripada terhadap barang-barang

(27)

mewah. Sebaliknya, bagi orang yang berpendapatan tinggi elastisitasnya lebih besar terhadap barang mewah daripada barang kebutuhan pokok.

Kebutuhan terhadap bahan pangan merupakan salah satu diantara barang-barang primer. Bagi penduduk Indonesia, beras merupakan bahan makanan yang lebih superior daripada bahan pangan lainnya seperti jagung, ubi, sagu dan lainnya. Sehingga bagi masyarakat yang berpendapatan rendah akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pangan pokoknya, terutama pangan beras. Oleh karena itu, konsumsi pangan sangat terkait erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (Irawan, 2009). Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik apabila kalori dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat, sampai akhirnya melewati standar kecukupan konsumsi per kapita sehari. Kecukupan gizi yang dianjurkan per kapita per hari adalah penyediaan energi 2.500 kalori dan protein 55 gram.

Permintaan terhadap beras sendiri secara umum dibagi kedalam permintaan untuk tujuan pangan dan non pangan (Benu, 1996). Permintaan beras untuk tujuan pangan adalah untuk benih, makanan, pakan, dan industri. Secara keseluruhan di Indonesia permintaan beras untuk tujuan pangan menempati posisi yang lebih besar daripada untuk tujuan nonpangan. Salah satu faktor yang langsung mempengaruhi permintaan terhadap beras adalah jumlah penduduk. Menurut Mangahas (dalam Benu, 1996), bahwa terdapat kenyataan dimana jumlah penduduk merupakan determinan utama dari kenaikan dalam permintaan produk pertanian. Sehingga jika suatu wilayah dengan kebutuhan pangan pokoknya adalah beras, maka peningkatan jumlah penduduk akan semakin meningkatkan permintaan terhadap beras.

(28)

2.2. Peran Beras dalam Ketahanan Pangan

Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang dan Myanmar. Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang berasal dari padi. Menurut Khimaidi (1997) makanan pokok adalah makanan yang dalam sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan pangan pokok utama adalah pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain.

Menurut Suryana dan Mardianto (2001) beras mempunyai peran yang strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan atau stabilitas politik nasional. Beras memiliki karakteristik menarik antara lain: (1) 90% produksi dan konsumsi beras dilakukan di Asia; (2) pasar beras dunia sangat rendah, yaitu hanya 4-5% dari total produksi, berbeda dengan komoditi tanaman pangan lainnya seperti gandum, jagung dan kedelai yang masing-masing mencapai 20%, 15%, dan 30% dari total produksi; (3) harga beras sangat tidak stabil dibanding dengan produk lainnya; (4) 80% perdagangan beras dunia dikuasai oleh enam negara, yaitu Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Pakistan, Cina dan Myanmar; (5) struktur pasar oligopolistik; (6) Indonesia merupakan negara net importir sejak tahun1998; dan (7) sebagian besar negara di Asia, umumnya beras diperlakukan sebagai wage goods dan political goods. Oleh karena itu, peran beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan sangat besar.

(29)

2.3. Kebijakan Beras

Kebijakan dapat digunakan sebagai suatu peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan yang terjadi pada masyarakat umum. Menurut Sanim dalam Situmorang (2005) kebijakan adalah campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi secara sektoral (magnitude) dari suatu aktivitas yang dilakukan masyarakat.

Secara umum kebijakan ekonomi dapat dibedakan kedalam dua kategori yaitu kebijakan pada tingkat makro dan tingkat mikro. Kebijakan pada tingkat makro meliputi kebijakan fiskal dan moneter yang diarahkan untuk menciptakan kondisi kondusif untuk menumbuhkembangkan produksi pangan, kelancaran distribusi dan meningkatkan akses dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup sesuai kebutuhannya. Sedangkan pada tingkat mikro, diarahkan untuk mewujudkan produktivitas usaha, efisiensi, pemerataan pendapatan, dan peningkatan daya saing (Sudaryanto, et al. 2000).

Kebijakan nasional pemerintah yang paling menonjol pada pemasaran beras di Indonesia dimulai sejak tahun 1968/69 adalah kebijakan harga, stabilitas harga dalam negeri dan perdagangan (Darmanto dalam Suryana dan Mardianto, 2001). Sebagai instrumen kebijakan harga adalah penetapan harga dasar dengan tujuan meningkatkan produksi beras dan pendapatan petani melalui pemberian jaminan harga yang wajar dan penetapan batasan harga eceran tertinggi dengan tujuan memberikan perlindungan kepada konsumen. Agar pelaksanaan tersebut berjalan efektif, pemerintah menunjang dengan sistem pengelolaan stok beras nasional melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) di tingkat nasional dan Depot Logistik (Dolog) untuk tingkat propinsi.

(30)

Akan tetapi, penetapan kebijakan harga dasar gabah memiliki keterbatasan pada kemampuan anggaran pemerintah dan hanya membuat kredibilitas pemerintah semakin menurun (Bahri dalam Suryana et. al 2001). Karena perubahan secara drastis mungkin akan membuat gejolak, maka diperlukan kebijakan transisi dalam bentuk kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Melalui kebijakan ini pemerintah melakukan pembelian (pada masa panen raya) dengan jumlah yang ditentukan pada tingkat harga pasar. Kebijakan ini tidak distortif karena sifatnya hanya menambah permintaan sehingga pada tingkat harga pasar, petani telah memperoleh keuntungan yang memadai. Selain kebijakan di atas, beberapa kebijakan beras nasional lainnya adalah kebijakan produksi yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan beras dalam negeri melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, kebijakan impor bertujuan untuk menekan dan mengurangi tingkat ketergantungan impor beras Indonesia yang diimplementasikan melalui dua instrumen pokok yaitu hambatan tarif dan nontarif (quota tarif), dan kebijakan distribusi yang diperlukan untuk menjaga ketahan pangan setiap daerah.

Kabupaten Siak juga menerapkan beberapa kebijakan beras yakni kebijakan peningkatan produksi melalui perluasan lahan pertanian, pemberian modal kepada petani berupa modal bibit unggul dan modal pupuk. Untuk mendukung stabilitas harga beras, kebijakan yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sedang berjalan satu tahun ini adalah kegiatan dalam bentuk Permodalan Rakyat Siak (Persi) dengan menampung pembelian gabah di tingkat petani kilang-kilang padi yang ada di daerah-daerah pusat pertanian padi. Selain itu, dalam jangka panjang untuk meningkatkan produksi padi,

(31)

meningkatkan intensitas penanaman dari satu kali penanaman menjadi dua kali penanaman dan yang dua kali penanaman menjadi tiga kali penanaman melalui pembangunan sarana dan prasarana irigasi untuk mendukung ketersediaan air (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak, 2008).

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Timor (2008) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor jagung di Indonesia dengan menggunakan persamaan simultan. Kesimpulan hasil penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung Indonesia adalah luas panen jagung dan produktivitas jagung. Persamaan luas areal panen, variabel yang mempengaruhi secara nyata adalah harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil komoditas palawija lain yaitu kedelai yang menjadi kompetitor jagung dalam penggunaan lahan, tingkat suku bunga kredit dan luas areal panen tahun sebelumnya. Sedangkan produktivitas jagung, hanya variabel produktivitas jagung tahun sebelumnya saja yang berpengaruh nyata. Variabel harga riil jagung di tingkat produsen, tingkat inflasi, harga jagung lokal tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung lokal. Variabel harga riil jagung di tingkat produsen, tingkat inflasi, harga jagung lokal tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung lokal.

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmeang (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi dan harga cengkeh Indonesia dengan persamaan simultan adalah variabel harga pupuk, suku bunga, trend waktu, kebijakan tataniaga berdasarkan BPPC, produksi cengkeh, konsumsi cengkeh industri rokok kretek, harga cengkeh domestik, produksi rokok

(32)

kretek, produksi rokok kretek tahun lalu, harga cengkeh impor tahun lalu dan harga cengkeh ekspor tahun lalu. Produksi, konsumsi dan harga cengkeh Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek responsif terhadap perubahan produksi cengkeh dan konsumsi cengkeh industri rokok kretek.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ambarinanti (2007) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras Indonesia menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) ditunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia adalah luas panen padi, harga dasar gabah, penggunaan pupuk urea dan curah hujan. Semua variabel tersebut memiliki hubungan positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor beras Indonesia adalah produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, harga beras domestik atau harga beras eceran dan konsumsi beras domestik. Produksi beras dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berhubungan positif terhadap ekspor beras dan harga beras eceran memiliki hubungan negatif terhadap ekspor beras.

Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2005) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras Indonesia dengan menggunakan persamaan simultan, menunjukkan jumlah penggunaan urea, harga impor beras, produksi padi, dan lag harga gabah; variabel jumlah penggunaan urea dan lag produktivitas berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Impor beras Indonesia dipengaruhi oleh harga impor beras, produksi beras, jumlah penduduk, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan lag impor beras Indonesia; hanya variabel harga beras yang berpengaruh nyata terhadap impor beras Indonesia. Harga impor beras Indonesia dipengaruhi oleh harga beras dunia, tarif impor dan lag

(33)

harga impor. Selain tarif impor semua variabel berpengaruh nyata terhadap harga impor beras Indonesia.

Ritonga (2004) melakukan penelitian tentang analisis keefektifan kebijakan harga dasar beras menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran (produksi) dan permintaan beras yang cukup signifikan adalah harga gabah di tingkat petani, teknologi yang menerapkan intensifikasi produksi (seperti perluasan areal tanam intensifikasi), prasarana dan sarana irigasi, dan pencegahan adanya konversi lahan, harga beras eceran, pendapatan per kapita penduduk, serta populasi penduduk. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang telah disebutkan cukup baik dalam menjelaskan perubahan produksi padi.

Kajian yang dilakukan oleh Sitepu (2002) mengenai dampak kebijakan ekonomi dan liberalisasi perdagangan terhadap penawaran dan permintaan beras di Indonesia menunjukkan bahwa respon produksi terhadap harga inelastis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa harga bukanlah faktor utama dalam peningkatan produksi, karena luas areal panen dan produktivitas padi sudah mendekati batas maksimum atau telah mengalami pelandaian produksi (levelling-off). Sedangkan untuk permintaan beras untuk konsumsi dipengaruhi secara nyata oleh perubahan harga eceran beras, namun responnya inelastis artinya perubahan harga beras hanya berdampak kecil pada perubahan permintaan beras, terhadap harga jagung respon permintaan juga inelastis. Faktor lain yang mempengaruhi permintaan beras untuk konsumsi adalah besarnya jumlah penduduk Indonesia. Respon terhadap permintaan beras

(34)

terhadap perubahan jumlah penduduk inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Benu (1996) tentang analisis struktur produksi, konsumsi dan perdagangan beras di Propinsi NTT dengan menggunakan metode persamaan simultan menyebutkan bahwa luas panen padi dipengaruhi oleh peningkatan curah hujan dan total permintaan beras baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, produktivitas padi dipengaruhi oleh perubahan luas areal beririgasi dari pada perubahan harga pedagang besar gabah, luas areal intensifikasi dan paket program intensifikasi, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pendapatan perkapita masyarakat NTT lebih dipengaruhi oleh perubahan jumlah penduduk, output subsektor peternakan dan perikanan dari pada perubahan jumlah tenaga kerja baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jumlah konsumsi beras masyarakat NTT dipengaruhi oleh perubahan tingkat preferensi masyarakat, yang lebih mempertimbangkan beras sebagai salah satu bahan pangan, disamping jagung sebagai bahan pangan pokok. Harga eceran beras dipengaruhi oleh perubahan harga jagung eceran, jumlah impor beras, harga pedagang besar gabah dan harga dasar gabah, baik jangka panjang maupun jangka pendek dan lain-lain.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hutauruk (1996) tentang analisis dampak kebijakan harga dasar padi dan subsidi pupuk terhadap permintaan dan penawaran beras di Indonesia menunjukkan bahwa luas areal panen padi tidak renponsif (tidak elastis) terhadap perubahan harga padi, harga dasar padi, harga jagung, harga pupuk, kredit usahatani dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Demikian juga dengan luas areal panen di luar jawa tidak

(35)

responsif terhadap seluruh peubah penjelas kecuali peubah harga padi dalam jangka panjang. Produktivitas padi tidak responsif terhadap perubahan harga padi baik di Jawa maupun di luar Jawa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa baik di Jawa maupun di luar Jawa, produktivitas tidak responsif terhadap perubahan jumlah pemakaian pupuk, irigasi, kredit usahatani dan trend teknologi, tetapi elastisitas produktivitas lebih tinggi di luar Jawa dari pada di Jawa, kecuali untuk peubah trend teknologi.

Sedangkan untuk permintaan domestik tidak responsif terhadap harga eceran beras. Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan permintaan domestik beras dan dari hasil elastisitas jangka panjang yang mendekati satu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pertambahan penduduk merupakan faktor penting penyebab peningkatan permintaan domestik. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa jagung bukan merupakan komoditi yang bersubstitusi terhadap padi, tetapi komoditi yang berkomplementer. Harga riil eceran beras tidak responsif terhadap harga impor, harga dasar dan harga padi. sedangkan trend harga menurun dari tahun ke tahun. Harga riil padi tidak responsif terhadap harga dasar padi, harga beras dan tren. Tren harga riil padi menurun dari tahun ke tahun.

(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Produksi

Seperti dikemukakan pada tinjauan pustaka bahwa produksi merupakan tindakan untuk membuat komoditi, baik barang maupun jasa (Lipsey, 1993). Dalam suatu proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor produksi yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Ada banyak hubungan antara faktor produksi dengan produk yang dihasilkan. Khusus untuk komoditi pertanian (Soekartawi, 2002), aspek produksi yang dibutuhkan adalah sumberdaya. Untuk sumberdaya, terbagi dalam faktor produksi alam, modal dan tenaga kerja. Namun dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut adanya aspek lain yang dianggap penting dalam pengelolaan sumberdaya produksi yaitu aspek manajemen. Hal ini dapat dimengerti dengan baik bahwa walaupun keadaan sumberdaya melimpah, jika tidak ada pengelolaan dan penggunaaan yang baik, maka penggunaan sumberdaya tersebut tidak akan efisien.

Kaitan antara faktor produksi dan produksi yang dihasilkan tidak hanya diterangkan dari hubungan yang saling terkait satu sama lain dengan melihat hubungan kausal, tetapi juga dinyatakan dengan hubungan fungsi produksi. Menurut Soekartawi (2002), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi yang secara matematis dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

(37)

Y = f (X1, X2,..., Xn)...(3.1) Y merupakan hasil produksi, dan X1, X2,..., Xn merupakan faktor-faktor produksi yang berbeda dan terlibat dalam proses produksi, yang menghubungkan antara faktor produksi dan produksi adalah tanda f, yaitu untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan sesuai dengan perubahan faktor produksi yang digunakan. Dalam melihat adanya perubahan tersebut dinyatakan dalam konsep elastisitas, apakah faktor produksi yang digunakan elastis terhadap produk yang dihasilkan atau tidak.

Dalam memproduksi suatu barang atau jasa dipengeruhi oleh permintaan, penawaran dan harga dari suatu barang dan jasa tersebut. Penawaran adalah jumlah suatu barang yang yang ditawarkan atau dijual oleh para produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu. Hubungan antara harga dan jumlah yang ditawarkan adalah positif. Semakin tinggi harga, semakin besar jumlah barang atau jasa yang ditawarkan atau dijual oleh produsen. Sumber penawaran berasal dari produksi pada waktu tertentu dan jumlah persediaan pada waktu sebelumnya.

Menurut Iswardono (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi adalah digambarkan dengan fungsi sebagai berikut:

Qsk = f(Pk, Ps, PI, G, T, Tx) ………....(3.2) Keterangan:

Qsk : Penawaran komoditi Pk : Harga komoditi tersebut

Ps : Harga komoditi substitusi dan komplementer PI : Harga faktor produksi

(38)

G : Tujuan perusahaan

T : Tingkat penggunaan teknologi Tx : Pajak dan subsidi

P P1 D B P2 S2 C A S1 Q2 Q1 Q Gambar 1. Kurva Penawaran

Sumber : Soekartawi (2002) Keterangan:

Q : Jumlah barang yang ditawarkan P : Harga barang

S : Kurva penawaran

Jika terjadi perubahan terhadap faktor-faktor tersebut, maka penawaran juga akan berubah. Apakah perubahan tersebut menurun atau meningkat, tergantung pada pengaruh dari faktor tersebut apakah berpengaruh poositif atau negatif terhadap barang yang ditawarkan tersebut.

3.1.2. Konsumsi

Dengan adanya kegiatan konsumsi terhadap barang, maka akan terbentuk permintaan terhadap barang tersebut. Menurut Soekartawi (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga komoditi alternatif (substitusi), selera, pendapatan, jumlah penduduk. Fungsi pemintaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(39)

Qdk = f(Pk, Ps, I, S, JP) ...(3.3) Keterangan:

Qdk : Permintaan komoditi Pk : Harga komoditi itu sendiri Ps : Harga komoditi lain I : Pendapatan S : Selera JP : Populasi penduduk P(harga) P2 D2 P1 D1 Q2 Q1 Q (jumlah)

Gambar 2. Kurva Permintaan Sumber : Soekartawi (2002) Keterangan:

Q : Jumlah barang yang diminta P : Harga barang

D : Kurva permintaan

Khusus produk beras, komponen yang mengubah volume permintaan adalah kenaikan dalam permintaan untuk tujuan pangan atau untuk tujuan nonpangan. Dengan melihat hal ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ini adalah tingkat pendapatan dalam level agregat, jumlah penduduk, harga

(40)

keseimbangan beras dan harga komoditi substitusi seperti jagung. Pada kenyataannya persepsi masyarakat Indonesia terhadap pangan menjadi salah satu faktor penentu perubahan atau peningkatan permintaan beras. Namun karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Siak masih menilai rendah bahan pangan selain beras dan beras merupakan bahan pangan pokok utama, maka faktor ini tidak dimasukkan ke dalam penelitian tersebut.

Hubungan antara penawaran dan permintaan suatu komoditi merupakan petunjuk penting dalam teori ekonomi. Hubungan tersebut memperlihatkan berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibeli oleh konsumen dan yang ditawarkan oleh produsen secara bersamaan sebagai pengaruh dari adanya perubahan harga barang dan jasa yang bersangkutan atau faktor lainnya.

Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan permintaan. Menurut Sunaryo (dalam Ambarinanti, 2007), harga merupakan sinyal kelangkaan (scarcity) suatu sumberdaya yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk mengalokasikan sumberdayanya. Perpotongan kurva penawaran dan permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Dengan kata lain, keseimbangan harga pasar merupakan kekuatan hasil interaksi penawaran dan permintaan komoditi di pasar. Harga pasar juga mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai: (1) pemberi informasi tentang jumlah komoditi yang sebaiknya dipasok oleh produsen untuk memperoleh laba maksimum; (2) penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasan maksimum (Nicholson, 1995).

(41)

3.1.3. Persamaan Simultan

Menurut Gujarati (1978), persamaan simultan adalah model yang terdapat lebih dari satu variabel endogen dan lebih dari satu persamaan. Persamaan simultan berbeda dengan persamaan tunggal yang hanya terdapat satu persamaan yang menghubungkan satu variabel endogen tunggal dengan sejumlah variabel yang menjelaskan non stokastik atau jika stokastik, (diasumsikan) didistribusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik. Suatu cirri unik dari persamaan simultan adalah bahwa variabel endogen dari satu persamaan mungkin muncul sebagai variabel yang menjelaskan atau eksogen dalam persamaan lain dari sistem. Bentuk umum dari persamaan simultan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y1t =β10 +β12Y2i +γ1tXti +u1i...(3.4) i ti i i X u Y Y212021 12 + 2 ...(3.5) dimana Y1 dan Y2 merupakan variabel yang saling bergantung, atau bersifat endogen, dan Xt merupakan variabel yang bersifat eksogen dan dimana u1 dan

2

u unsur gangguan stokastik (Gujarati, 1978).

Pemilihan model didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi Kabupaten Siak adalah model persamaan simultan. Berdasarkan penelitian terdahulu persamaan simultan merupakan mudel yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih dari satu persamaan. Masing-masing variabel terdapat hubungan yang saling berpengaruh, sehingga tidak bisa jika diselesaikan dengan menggunakan persamaan tunggal. Beberapa persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah:

(42)

a) Produksi Padi

Total produksi padi merupakan perkalian antara luas areal panen dengan produktivitas. Persamaan produksi padi dirumuskan sebagai berikut:

t t t LAP Q QP = * ...(3.6) Keterangan: t

QP : Produksi padi tahun ke t (ton)

t

LAP : Luas areal panen tahun ke t (ha)

t

Q : Produktivitas tahun ke t (ton/ha)

b) Luas Areal Panen Padi

Luas areal panen padi ditetapkan seebagai fungsi dari: (1) harga riil gabah di tingkat petani, (2) luas areal irigasi, (3) harga riil pupuk urea (4) curah hujan dan (5) harga barang kompetitif (jagung). Hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

t

LAP = a0 +a1LAIt +a2HGt +a3HPUt +a4CHt +a5HJGGt1...(3.7) Keterangan:

t

LAP : Luas areal panen padi tahun ke t (ha)

t

LAI : Luas areal irigasi tahun ke t (Ha)

t

HG : Harga riil gabah di tingkat petani tahun ke t (Rp/kg)

t

HPU : Harga riil pupuk urea tahun ke t (Rp/kg)

t

CH : Curah Hujan tahun ke t (mm/th)

t

HJGG : Harga jagung tahun ke t (Rp/kg)

0

(43)

i a : Koefisien regresi (i = 1,2,3...) 1 ε : error c) Produktivitas Padi

Produktivitas padi dipengaruhi oleh harga riil gabah di tingkat petani, luas areal panen, lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea dan tren waktu. Persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

t

Q = b0 +b1HGt +b2LAPt +b3LUTKt +b4LPGUt +b5TRENt2...(3.8) Keterangan:

t

Q : Produktivitas padi tahun ke t (ton/ ha)

t

HG : Harga riil gabah di tingkat petani tahun ke t (Rp/kg)

t

LAP : Luas areal panen padi tahun ke t (ha)

t

LUTK : Lag upah tenaga kerja tahun ke t (Rp/HOK)

t

LPGU : Lag Penggunaan pupuk urea tahun ke t (kg/ha)

t

TREN : Tren waktu

2

ε : error

d) Produksi Beras

Produksi beras merupakan hasil perkalian antara faktor konversi atau tingkat rendemen pengolahan padi menjadi beras (k) dan produksi pada tahun tersebut. Dengan demikian produksi beras Kabupaten Siak dirimuskan sebagai berikut:

(44)

t

t k QP

QB = * ...(3.9) Keterangan:

t

QB : Produksi beras tahun ke t (ton)

k : Faktor konversi (Dinas Pertanian Kabupaten Siak = 0.60) t

QP : Produksi padi tahun ke t (ton)

e) Jumlah Konsumsi Beras

Jumlah konsumsi beras di Kabupaten Siak diduga dapat dipengaruhi oleh harga riil beras eceran, PDRB, jumlah penduduk dan harga komoditi substitusi (jagung). Persamaan jumlah konsumsi beras di Kabupaten Siak dapat dirumuskan sebagai berikut:

t

KB = c0 +c1HBt +c2PDRBt +c3PDDt +c4HJGGt3...(3.10) Keterangan:

t

KB : Konsumsi beras di Kabupaten Siak tahun ke t (ton)

t

HB : Harga riil beras tahun ke t (Rp/kg)

t

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto tahun ke t (Rp juta/th)

t

PDD : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)

t

HJGG :Harga jagung tahun ke t (Rp/kg)

4

ε : error

f) Harga Eceran Beras

Harga riil eceran beras dipengaruhi oleh konsumsi beras, lag produksi beras dan lag harga eceran beras. Persamaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(45)

t

HB = d0 +d1KBt +d2LQBt +d3LHBt4...(3.11) Keterangan:

t

HB : Harga riil eceran beras tahun ke t (Rp/kg)

t

KB : Jumlah konsumsi beras tahun ke t (ton)

t

LQB : Lag Produksi beras tahun ke t (ton)

t

LHB : Lag harga riil eceran beras tahun t (Rp/kg)

5

ε : error

Dari beberapa persamaan ini akan dianalisis dengan metode persamaan simultan. Dari hasil analisis tersebut akan dilakukan simulasi terhadap beberapa variabel eksogen yang paling berpengaruh terhadap variabel endogen, kemudian di hasilkan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan produksi padi/beras di Kabupaten Siak. Berikut adalah kerangka model ekonometrika faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak, Riau.

(46)

Gambar 3. Kerangka Model Ekonometrika Variabel endogen: Variabel Eksogen:

Luas areal Panen Produksi Padi Produksi Beras Konsumsi Beras Harga Eceran Beras Produktivitas Harga Jagung Harga Gabah di Tingkat Petani Luas Areal Irigasi Curah Hujan Harga Pupuk Urea Lag Penggunaan Pupuk Lag Upah Tenaga Kerja Tren Lag Produksi Beras Lag Harga Eceran Jumlah Penduduk PDRB Rendemen

(47)

3.2 Keranga Pemikiran Operasional

Pembangunan merupakan sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang layak dan sejahtera bagi masyarakat. Dalam pelaksanaannya, membutuhkan modal baik sumberdaya manusia maupun sumber daya alam. Seperti halnya pembangunan pertanian yang membutuhkan sumberdaya lahan yang luas untuk meningkatkan pembangunannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, sebagian menginginkan peningkatan pembangunan pertanian, di sisi lain persaingan penggunaan sumberdaya lahan semakin meningkat untuk keperluan berbagai sektor, seperti industri, pemukiman, perkebunan dan lain-lain.

Produksi padi di Kabupaten Siak yang dihasilkan selama ini belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Sejak tahun 2000 lahan-lahan pertanian mengalami penurunan yang disebabkan oleh pengalihfungsian lahan sawah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Sebagai dampaknya adalah terjadinya penurunan produksi padi di Kabupaten Siak. Penurunan luas lahan sawah berpengaruh terhadap produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak. Melihat perkembangan produksi dan konsumsi beras serta berbagai faktor yang mempengaruhi dilakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras dengan menggunakan data sekunder berupa data time series dari tahun 2000-2008. Data ini diperoleh dari BPS, Departemen Pertanian dan instansi yang bersangkutan dengan penelitian. Metode pengolahan data yang digunakan adalah model persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Squarea (2SLS) yang diolah dengan menggunakan program Eviews 4.0 dan Statistical Analisis System (SAS) 9.1.

(48)

Dalam teori ekonomi diketahui bahwa produksi merupakan fungsi dari lahan, tenaga kerja dan barang modal. Luas lahan, tenaga kerja dan barang modal disebut sebagai input. Variasi dari input tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan manajemen termasuk resiko dan ketidakpastian (Benu, 1996). Variasi ini kemudian dikemukakan dalam parameter hubungan antara input dan jumlah yang diproduksi. Konsumsi dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk, selera, pendapatan, harga komoditas itu sendiri dan harga komoditas lain yang menjadi komoditas substitusi. Persamaan-persamaan dimodifikasi sedemikian rupa agar diperoleh suatu model terbaik sesuai dengan kriteria ekonomi, ekonometrika dan statistik, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Setelah dilakukan analisis estimasi variabel yang mempengaruhi produksi dan konsumsi padi di Kabupaten Siak, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan simulasi terhadap variabel endogen dan eksogen. Simulasi ini dilakukan untuk melihat adanya perubahan variabel eksogen terhadap variabel endogennya. Dengan dilakukan simulasi, maka dapat diperoleh beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi beras di Kabupaten Siak dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan beras masyarakat. Berdasarkan dari teori yang ada, maka alur berpikir dalam penelitian disajikan dalam Gambar 4 berikut ini.

(49)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Beras merupakan pangan pokok Penduduk Kabupaten Siak

Masalah produksi menurun dan konsumsi beras meningkat di Kabupaten

Siak

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi

beras di Kabupeten Siak Analisis Kualitatif/

deskriptif

Analisis kuntitatif dengan metode persamaan simultan

Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak Menganalisis dampak perubahan

variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan simulasi

Hasil simulasi dampak perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan

konsumsi beras di Kabupaten Siak

Rumusan kebijakan yang ditujukan kepada Pemerintah

(50)

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Siak. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (porpisive) atas dasar pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki daerah panen padi namun belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk selama beberapa tahun. Penelitian dilakukan dengan mengambil data sekunder pada Dinas Pertanian Kabupaten Siak, BPS Kabupaten Siak, BMG Provinsi Riau, dan instansi lainnya yang terkait dengan topik penelitian yang mendukung ketersediaan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian dilakukan selama tujuh bulan, yaitu Februari-Agustus 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data ini diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Provinsi Riau, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Siak dan beberapa instansi terkait dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa data luas areal panen, produksi padi, harga padi, harga beras, harga pupuk urea, penggunaan pupuk urea, luas areal intensifikasi, jumlah konsumsi beras, jumlah penduduk, harga komoditi substitusi (jagung), luas areal irigasi, curah hujan dan PDRB. Data ini berupa data time series selama sembilan tahun, yaitu tahun 2000-2008. Data ini diperoleh sejak Siak menjadi sebuah Kabupaten, yakni sejak tahun 2000. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan stake holder yaitu Kepala Bagian Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pekebunan Kabupaten Siak, petani dan pedagang untuk memperoleh informasi yang lebih baik.

(51)

4.3. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif (deskriptif) dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak adalah dengan model persamaan simultan. Data-data yang tersedia akan diolah sebagai input komputer sesuai dengan model yang digunakan. Masing-masing persamaan ini akan diduga dengan metode Two Stage Least Squarea (2SLS) dengan menggunakan program Eviews version 4.0 dan Statistics Analisis System (SAS) 9.1.

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif atau analisis kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan penjelasan terhadap perkembangan produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak. Selain itu, analisis deskriptif juga akan memberikan penjelasan dan penjabaran hasil analisis kuantitatif yang telah diolah oleh komputer untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen.

4.3.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak. Produksi dan konsumsi merupakan dua hal yang tidak dapat berdiri sendiri. Keduanya memiliki hubungan dua arah yang saling berkaitan atau disebut simultan. Proses produksi suatu komoditi terjadi karena ada konsumsi terhadap komoditi tersebut. Produksi dipengaruhi oleh konsumsi dan konsumsi juga dipengaruhi oleh produksi.

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Siak, 2000-2005
Tabel  2.  Penyebaran  Luas  Tanam,  Luas  Panen,  Produktivitas  dan  Produksi  Padi  Setiap Kecamatan di Kabupaten Siak Tahun 2006
Tabel  3.  Luas  Areal  Panen,  Produksi  dan  Produktivitas  Padi,  Jumlah  Penduduk,  Kebutuhan Padi, dan Kekurangan Padi di Kabupaten Siak, 2003-2007
Gambar 3. Kerangka Model Ekonometrika      Variabel endogen:      Variabel Eksogen:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan peneliti di tiga satuan PAUD di.. Kecamatan Tembalang dapat diketahui bahwa belum seluruh PAUD mempunyai sarana dan prasarana yang baik,

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Sesuai dengan pokok masalah di atas maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk: (I) Unruk mengetahui ada atau tidaknya pengaruhcash conversion cycle terhadap