• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAKARTA SELATAN

B. Pertimbangan Hakim

Tentang hukumnya : bahwa pemohon I dan pemohon II mengajukan permohonan Itsbat Nikah/pengesahan nikah dengan alasan-alasan sebagaimana tersebut pada permohonannya ;

2

Lihat Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 094/Pdt.P/2013/PA. JS, h. 70-72.

36

Adapun bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil permohonannya pemohon I dan pemohon II telah mengajukan bukti surat P.1 dan P.7 maupun saksi-saksi, bukti mana dinilai sebagaimana pertimbangan berikut ini ;

Bahwa berdasarkan bukti P.1 dan P.2 terbukti bahwa Pemohon I dan Pemohon II adalah pihak yang berkepentingan dalam perkara ini, juga patut dinyatakan terbukti bahwa Pemohon I dengan Pemohon II secara administrasi kependudukan telah tinggal bersama sebagai keluarga dimana Pemohon I berstatus sebagai Kepala Keluarga dan Pemohon II sebagai isteri;

Bahwa berdasarkan bukti-bukti P.3s.d Bukti P.6 maka harus dinyatakan terbukti bahwa Pemohon I dengan Pemohon II telah dikaruniai 4 orang anak;

Bahwa berdasarkan bukti P.7 maka harus dinyatakan terbukti bahwa perkawinan Pemohon I dengan Pemohon II tidak tercatat di KUA Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan;

Bahwa disamping itu alasan-alasan pemohon I dan Pemohon II telah dikuatkan dengan 2 (dua) orang saksi yang telah memberi keterangan dibawah sumpah, ternyata keterangannya satu dengan lainnya saling bersesuaian dimana kedua saksi menerangkan tidak mengetahui secara jelas tentang proses pernikahan, saksi 1 (P. Buang Hartanto bin Sadar) kehadirannya hanya menyaksikan karena saat itu sibuk dengan pekerjaannya memasak juga saksi 2 (Edi Djohan bin Rustam) mengetahui Pemohon I dan Pemohon II sebagai suami istri saja dan lagi pula saksi mengenal para Pemohon tahun 1991 setelah terjadinya pernikahan;

Bahwa dari keterangan saksi-saksi tersebut telah ditemukan fakta yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Pemohon I dengan Pemohon II telah menikah sebagai suami istri 2. Bahwa kedua saksi tidak tahu siapa yang menjadi wali nikah, berapa

maharnya dan saksi nikah serta apakah pernikahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan syarat dan rukun nikah sebagaimana diatur dalam syariat Islam3;

Bahwa Pernikahan hanya sah menurut hukum apabila dilangsugkan dengan memenuhi syarat dan rukun nikah sebagaimana diatur dalam pasal 14 Kompilasi Hukum Islam ; untuk melaksanakan perkawinan harus ada :4

1. Calon suami, 2. Calon istri, 3. Wali nikah;

4. Dua orang saksi dan 5. Ijab dan kabul.

Bahwa kedua orang saksi yang diajukan para Pemohon keterangan yang diberikan tidak memiliki sumber pengetahuan yang jelas sehingga keterangan saksi tidak sah sebagai alat bukti karena tidak memenuhi syarat materil sebagaimana ketentuan pasal 171 ayat (1) HIR, Pasal 1907 ayat (1)

3

Lihat Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 094/Pdt.P/2013/PA. JS, h.73-74.

4

Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika Pressindo,2010), cet. Ke-4, h. 116.

38

KUHPerdata. Oleh karena nya keterangan saksi tidak dapat mendukung bukti lainnya untuk mendukung kebenaran dalil permohonan pemohon ;

Saksi ialah orang yang memberikan keterangan di muka sidang, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami sendiri sebagai bukti terjadinya peristiwa atau keadaan tersebut. Bukti saksi diatur dalam Pasal 168-172 HIR.5

Keterangan-keterangan yang dikemukakan seseorang sebagai saksi (merupakan kesaksian) itu harus benar-benar keterangan tentang hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang dilihat dan atau dialami sendiri dan harus pula beralasan. Apabila seseorang saksi mengemukakan keterangan tentang pendapat atau perkiraan, apalagi dengan tidak beralasan dan kesimpulannya sendiri adalah tidak dibolehkan. Demikian dapat disimpulkan dari keterangan pasal 171 HIR (1) pasal 1907 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi;6

A. Pasal 171 ayat (1) HIR, yang berbunyi : dalam tiap-tiap penyaksian harus disebut segala sebab pengetahuan saksi.

B. Pasal 1907 ayat (1) KUH Perdata, berbunyi: Tiap kesaksian harus disertai keterangan tentang bagaimana saksi mengetahui kesaksiannya itu.

Akan tetapi, meskipun rumusannya agak berbeda, namun maksudnya adalah sama, yaitu :

5

Kamarusdiana,Hukum Acara Peradilan Agama,Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 179.

6

Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata (Bandung : PT. Alumni, 2004), Cet. ke-2, h. 59.

a. Keterangan yang diberikan saksi harus memiliki landasan pengetahuan,

b. Landasan pengetahuan merupakan sebab atau alasan pengetahuan yang diterangkannya,

c. Keteranganya yang tidak memiliki sebab alasan yang jelas, tidak memenuhi syarat materil sebagai alat bukti saksi.7

Setiap kesaksian harus juga berisi segala sebab pengetahuan. Pendapat-pendapat atau persangkaan yang disusun dengan kata akal bukan kesaksian.8 Tidaklah cukup kalau saksi hanya menerangkan bahwa ia mengetahui peristiwanya. Ia harus menerangkan bagaimana ia sampai dapat mengetahuinya.9

Adapun yang dapat diterangkan oleh saksi hanyalah apa yang ia lihat, dengar atau rasakan sendiri, lagi pula tiap-tiap kesaksian harus disertai alasan-alasan apa sebabnya, dan bagaimana sampai ia mengetahui hal-hal yang diterangkan olehnya. Perasaan atau sangka yang istimewa, yang terjadi karena akal, tidak dipandang sebagai penyaksian (pasal 171 ayat 2 H.I.R.).10

Bahwa sesuai ketentuan Pasal 163 HIR maka majelis berpendapat Pemohon I dan Pemohon II tidak dapat membuktikan dalil permohonannya

7

Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), Cet. Pertama, h. 651.

8

Aris Bintania,Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Kerangka Fiqh Al-Qadha (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), ed 1, Cet. Pertama, h.60.

9

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia ( Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2006), Cet. Pertama, h. 169.

10

NY.Retnowulan Sutantio, dan Iskandar Oeripkartawinta, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek(Bandung : Mandar Maju), h. 70.

40

karena patut ditolak; ketentuan ini didasarkan kepada Pasal 163 HIR, Pasal 263 R.Bg, dan pasal 1685 KUH Perdata yang dapat disimpulkan bahwa siapa yang mendalilkan atau mengemukakan suatu peristiwa atau kejadian, atau juga hak, maka kepadanya dibebankan kewajiban untuk membuktikannya. Asas ini merupakan asas umum dalam hal pembuktian, karena logis dulu dibebankan beban pembuktian dan juga karena penggugat lebih tahu dan lebih berkepentingan mengenai apa yang disengketakan.11

Bahwa berdasarkan pasal 89 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 yang dirubah dan ditambah dengan Undang-undang No. 3 tahun 2006 yang dirubah lagi (perubahan kedua) dengan Undang-undang Nomor 50 tahun 2009, penggugat dibebani untuk membayar biaya yang timbul akibat perkara ini.

Dokumen terkait