• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan PDB Perikanan (persen)

Dalam dokumen lakip DIT. Produksi 2013 (Halaman 26-44)

AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN

3.1.2. Pertumbuhan PDB Perikanan (persen)

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan perikanan, termasuk didalamnya perikanan budidaya, adalah meningkatnya nilai PDB subsektor perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari Tahun keTahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya perikanan patut menjadi pertimbangan untuk diperhitungkan dalam perekonomian nasional.

Capaian sementara PDB Tahun 2013 sebesar 6,9 atau sebesar 98,57% yang diharapkan dapat meningkat setelah dilakukan penghitungan final oleh BPS. Hal ini mengingat selama periode 2009-2013 pertumbuhan PDB sub sektor perikanan mencapai 14,83% per Tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam sektor Pertanian secara umum. Dalam dua Tahun terakhir PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan dalam 4 Tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum, maupun pada PDB nasional. Bila dibandingkan dengan target pada Tahun 2014, maka PDB Tahun 2013 telah mencapai 95,17% dari target sebesar 7,25. Perkembangan PDB dapat terlihat dalam tabel berikut 6 ini.

20 Tabel 6. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2009 - 2012

Kenaikan rata-rata (%) Increasing average

2009 - 2013 Kelompok Pertanian / Agriculture Group 857 196,8 985 470,5 1 091 447,1 1 193 452,9 1 311 037,3 11,23

a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops 419 194,8 482 377,1 529 967,8 574 916,3 621 832,7 10,40 b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops 111 378,5 136 048,5 153 709,3 162 542,6 175 248,4 12,17 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product 104 883,9 119 371,7 129 297,7 145 720,0 165 162,9 12,04 d. K e h u t a n a n / Forestry 45 119,6 48 289,8 51 781,3 54 906,5 56 994,2 6,02

e. P e r i k a n a n / Fisheries 176 620,0 199 383,4 226 691,0 255 367,5 291 799,1 13,38

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product5 606 203,4 6 446 851,9 7 419 187,1 8 229 439,4 9 083 972,2 12,85 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 5 141 414,4 5 941 951,9 6 795 885,6 7 588 322,5 8 416 039,5 13,13

Persentase PDB Perikanan / Fisheries GDP Sharring

Persentase terhadap kelompok pertanian / To Agriculture group 20,60 20,23 20,77 21,40 22,26 Persentase terhadap PDB / To GDP 3,15 3,09 3,06 3,10 3,21 Persentase terhadap PDB tanpa Migas / To GDP Without Oil & G 3,44 3,36 3,34 3,37 3,47

Kelompok Pertanian / Agriculture Group 295 883,8 304 777,1 315 036,8 328 279,7 339 890,2 3,53

a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops 149 057,8 151 500,7 154 153,9 158 910,1 161 969,5 2,10 b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops 45 558,4 47 150,6 49 260,4 52 325,4 54 903,0 4,78 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product 36 648,9 38 214,4 40 040,3 41 918,6 43 914,0 4,63 d. K e h u t a n a n / Forestry 16 843,6 17 249,6 17 395,5 17 423,0 17 442,5 0,88

e. P e r i k a n a n / Fisheries 47 775,1 50 661,8 54 186,7 57 702,6 61 661,2 6,59

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product2 178 850,4 2 314 458,8 2 464 566,1 2 618 938,4 2 770 345,1 6,19 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 2 036 685,5 2 171 113,5 2 322 653,1 2 481 796,7 2 636 976,0 6,67

Pertumbuhan PDB Year on Year (Y on Y)

Perikanan/ Fisheries 4,2 6,0 7,0 6,5 6,9 14,83 Kelompok Pertanian / Agriculture Group 4,0 3,0 3,4 4,2 3,5

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product 4,6 6,2 6,5 6,3 5,8 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 5,0 6,6 7,0 6,9 6,3

Sumber / Source : Badan Pusat Statistik / Statistics of Indonesia Keterangan :

*) : Angka sementara / Preliminary Figures **) : Angka sangat sementara / Very preliminary figures ***) : Angka sangat sangat sementara / Very very preliminary figures

2012*) 2011 2010 2009 TAHUN - YEAR 2013**) B e rd a s a r h a rg a b e rl a k u A t c u rr e n t p ri c e s B e rd a s a r h a rg a k o n s ta n t h n 2 0 0 0 A t 2 0 0 0 C o n s ta n t P ri c e s LAPANGAN USAHA INDUSTRIAL ORIGIN

Pencapaian Sasaran strategis 1 yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu (i) Industrialisasi perikanan budidaya; (ii) Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; serta (iii) Penerapan blue ekonomi dalam setiap kegiatan perikanan budidaya.

Minapolitan yang merupakan suatu Konsep Manajemen Ekonomi Kawasan Berbasis Kelautan dan Perikanan Guna Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Minapolitan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, efektivitas, kualitas dan percepatan pembangunan yang berbasis kawasan/wilayah dengan dukungan berbagai kementerian atau sektor lain. Pelaksanaan minapolitan telah dilakukan sejak Tahun 2011, dan hingga Tahun 2013 ini telah terdapat 62 Kabupaten/Kota minapolitan percontohan perikanan budidaya. Adanya minapolitan maka peningkatan produksi perikanan budidaya akan lebih cepat dikarenakan adanya dukungan dari berapa Kementerian/Lembaga dan swasta seperti dari (i) Kementerian Pekerjaan Umum dalam pembangunan saluran irigasi sekunder,

21

pembangunan jalan produksi, serta pembuatan talud; (ii) Kementerian ESDM dalam pembangunan infrastruktur listrik pada sentra-sentra produksi, dan (iii) Perbankan dalam penyediaan permodalan.

Selain minapolitan, salah satu strategi untuk lompatan produksi perikanan juga dilakukan melalui Industrialisasi yang merupakan suatu integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan. Melalui industrialisasi, para pelaku usaha perikanan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, sekaligus membangun sistem produksi yang modern dan terintegrasi dari hulu sampai hilir. Industrialisasi perikanan budidaya mulai dilaksanakan pada Tahun 2012 untuk empat komoditas yaitu Udang, Bandeng, Patin dan Rumput Laut. Pengembangan empat komoditas tersebut pada tahap awal difokuskan di daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Pelaksanaan industrialisasi tahap awal dikembangkan diantaranya melalui percontohan skala besar

(Demfarm) dan perbaikan prasarana/infrastruktur seperti saluran irigasi dan perbaikan kolam atau tambak.

Strategi selanjutnya adalah penerapan Blue Economy dalam pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya perikanan budidaya melalui pengembangan berbagai inovasi yang berorientasi pada pelestarian sumber daya untuk memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan.

3.2.PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 : Meningkatnya Ketersediaan

Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan

dalam ketahanan pangan (food security) nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan

perikanan menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan

terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (Food Safety), sehingga secara

langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Ditjen Perikanan Budidaya mengidentifikasi 2 (dua) Indikator Kinerja Utama dengan capaian rata-rata 139,36% sebagaimana pada tabel dibawah :

Tabel 7. Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

No Uraian Indikator Kinerja Target

Tahun 2013

Realisasi Tahun 2013

% Capaian

1 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Juta Ton) * 11,63 13,70 117,80

2 Nilai Produksi Perikanan Budidaya (Miliar rupiah) * 94.637 145.292 153,52 Ket: *: Angka Sementara

22 A. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya

Capaian sementara Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2013 yaitu 13.703.369 ton atau (117,81%) dari target sebesar 11.63.2.122 ton, dengan capaian nilai produksi sebesar Rp.145.292 milyar atau capaian (153,52%) dari target sebesar Rp. 94.637 milyar. Angka tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, payau dan laut dengan rincian sebagaimana pada tabel dibawah. Terkait dengan kinerja capaian nilai produksi dalam kurun waktu 2010 s/d 2012 belum dapat dibandingkan dikarenakan IKU nilai produksi merupakan IKU baru yang baru ditentukan targetnya pada Tahun 2013.

Tabel 8. Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Budidaya (Ton)

Tabel 9. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya berdasarkan Jenis Budidaya

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

** 63,418 ** 66,543 ** 75,923 94,637 145,292 153.53 36.80

- budidaya air tawar (milyar rupiah) ** 24,053 ** 25,526 ** 31,175 43,868 61,095 139.27 41.41

- budidaya air payau (milyar rupiah) ** 16,637 ** 15,456 ** 16,573 12,233 20,336 166.24 7.61

- budidaya laut (milyar rupiah) ** 22,728 ** 25,561 ** 28,175 38,536 63,861 165.72 49.78

**): belum terdapat target

Satuan : Milyar Rupiah

2013* KENAIKAN RATA-RATA 2010 -

2013

Nilai produksi perikanan budidaya (milyar rupiah)

*): Angka Sementara

2010 Indikator Kinerja

2011 2012

Selama empat Tahun pelaksanaan Renstra DJPB yaitu Tahun 2010 - 2013, produksi perikanan budidaya memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan kenaikan rata-rata per tahun mencapai 29,99% (tabel 8). Dari angka tersebut, realisasi pencapaian produksi terbesar yaitu pada jenis budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 41,42%, disusul oleh budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 28,46% dan budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 21,40%. Angka ini juga diikuti oleh kinerja positif peningkatan nilai produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu yang sama dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 36,80%. Prosentase nilai produksi tertinggi adalah budidaya air disusul oleh budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 41,41% disusul budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 36,80% dan budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 49,78%.

Terkait dengan prediksi capaian target pada Tahun terakhir renstra 2014, dengan melihat trend kinerja positif capaian produksi terhadap target selama empat tahun terakhir (2010 - 2013), maka capaian IKU ini diprediksi akan tercapai. Adapun trend capaian volume dan nilai

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

5,376,200 6,277,923 6,847,500 7,928,963 9,415,700 9,675,532 11,632,122 13,703,369 117.80 13,927,947 29.99 - Produksi budidaya air tawar (Ton)

1,391,805

1,246,909 1,821,820 1,586,261 2,479,210 1,982,161 3,354,668 3,411,221 101.700 4,025,602 41.42 - Produksi budidaya air payau (Ton)

911,575

890,121 1,063,700 933,161 1,263,750 1,001,032 1,440,781 1,522,420 105.666 8,204,008 21.40 - Produksi budidaya laut (Ton)

3,072,820 4,140,893 3,961,980 5,409,541 5,672,740 6,692,339 6,836,673 8,769,728 128.275 1,698,337 28.46 Satuan: Ton 2013* 2014 KENAIKAN RATA-RATA 2010 - 2013 (%) Volume perikanan budidaya (Ton)

*): Angka Sementara

2010 Indikator Kinerja

23

produksi perikanan budidaya per jenis komoditas Tahun 2010 - 2013 sebagaimana pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Per Komoditas Tahun 2010 - 2013

Tabel 11. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya per Komoditas Tahun 2010 -2013 2014 TARGET (TON) CAPAIAN (TON) % TARGET (TON) CAPAIAN (TON) % TARGET (TON) CAPAIAN (TON) % TARGET REVISI (TON) CAPAIAN (TON) % TARGET Total 5,376,200 6,277,923 116.77 6,847,500 7,928,963 115.80 9,415,700 9,675,533 102.76 11,632,122 13,703,369 117.81 13,927,946 29.99 1 Udang 400,300 380,972 95.17 460,000 372,577 81.00 529,000 415,703 78.58 608,000 619,400 101.88 699,000 19.46 2 Rumput Laut 2,672,800 3,915,017 146.48 3,504,200 5,170,201 147.50 5,100,000 6,514,854 127.74 6,500,000 8,181,654 125.87 7,800,000 27.88 3 Nila 491,800 464,191 94.39 639,300 567,078 88.70 850,000 695,063 81.77 1,200,000 1,110,810 92.57 1,440,000 34.85 4 Patin 225,000 147,888 65.73 383,000 229,267 59.90 651,000 347,000 53.3 750,000 972,778 129.70 900,000 95.57 5 Lele 270,600 242,811 89.73 366,000 337,577 92.20 495,000 441,217 89.13 700,000 758,455 108.35 840,000 47.21 6 Mas 267,100 282,695 105.84 280,400 332,206 118.50 300,000 374,366 124.79 500,000 340,863 68.17 600,000 7.09 7 Gurame 40,300 56,889 141.16 42,300 64,252 151.90 44,400 84,681 190.72 125,000 86,773 69.42 150,000 15.74 8 Kakap 5,000 5,738 114.76 5,500 5,236 95.20 6,500 6,198 95.36 7,000 7,504 107.20 8,400 10.23 9 Kerapu 7,000 10,398 148.54 9,000 10,580 117.60 11,000 11,950 108.64 11,000 14,400 130.91 13,200 11.73 10 Bandeng 349,600 421,757 120.64 419,000 467,449 111.60 503,400 518,939 103.09 700,000 667,116 95.30 840,000 16.80 11 Lainnya 646,700 349,567 54.05 738,800 372,540 50.40 925,400 265,561 28.7 531,122 943,616 177.66 637,346 77.73 Satuan : Ton Kenaikan Rata-Rata 2010 - 2013 (%) *): Angka Sementara 2011 2012 2013* 2010  No  KOMODITAS TARGET (Milyar Rupiah) CAPAIAN (Milyar Rupiah) TARGET (Milyar Rupiah) CAPAIAN (Milyar Rupiah) TARGET (Milyar Rupiah) CAPAIAN (Milyar Rupiah) TARGET REVISI (Milyar Rupiah) CAPAIAN (Milyar Rupiah) % Total ** 63,418 ** 66,543 ** 75,922 94,637 145,292 153.53 36.80 1 Udang ** 16,820 ** 17,478 ** 18,437 27,480 51,495 187.39 62.90 2 Rumput Laut ** 11,750 ** 10,899 ** 11,590 4,550 11,531 253.43 (0.47) 3 Nila ** 9,523 ** 9,467 ** 10,698 14,400 24,072 167.17 45.81 4 Patin ** 3,684 ** 3,304 ** 4,621 9,000 14,592 162.13 81.77 5 Lele ** 2,752 ** 3,929 ** 5,258 7,000 9,860 140.86 54.71 6 Mas ** 5,836 ** 6,512 ** 7,263 7,500 6,817 90.89 5.66 7 Gurame ** 1,648 ** 1,513 ** 2,544 4,375 4,339 99.18 43.50 8 Kakap ** 184 ** 192 ** 262 210 263 125.24 13.73 9 Kerapu ** 2,265 ** 1,162 ** 1,558 1,100 2,880 261.82 23.41 10 Bandeng ** 4,892 ** 6,748 ** 8,420 8,400 10,007 119.13 27.19 11 Lainnya ** 4,064 ** 5,339 ** 5,271 10,622 9,436 88.83 36.37

**) tidak ditetapkan target

Kenaikan Rata-Rata 2010 - 2013 (%) *): Angka Sementara 2011 2012 2013* 2010  No Komoditas

24

Gambar 5. Target Dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010 – 2013

Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya dengan memberikan share sekitar 9,5% terhadap total produksi perikanan budidaya dunia di bawah dominasi China yang menguasai share produksi hingga 65% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Total produksi perikanan dunia mencapai 83.729.313 ton, dengan produksi perikanan budidaya China sebesar 50.173.140 ton.

Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Udang

Perkembangan produksi udang nasional Tahun 2010 - 2013 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,46%. Trend volume produksi tersebut diikuti oleh peningkatan terhadap nilai produksi udang nasional, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 62,9%. Kenaikan rata-rata nilai produksi yang lebih besar menunjukkan bahwa udang memiliki nilai tambah yang cukup besar dan merupakan produk yang semakin prestisious digemari oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir nilai produksi pada Tahun 2013 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini tidak terlepas dari meningkatnya harga udang di

pasaran yang mencapai titik tertinggi pada Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 100.000 – Rp.

120.000/kg untuk size 50 untuk udang vaname yang sebelumnya rata-rata Rp. 60.000 –

Rp. 65.000 untuk ukuran yang sama.

Berdasarkan trend capaian terhadap target tahunan selama kurun waktu Tahun 2010 -2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah target tahunan dengan rata-rata pencapaian sebesar 89,6%. Sedangkan pada Tahun 2013 capaian produksi udang mampu melampaui target tahunan sebesar 101,9%, yang diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 187,39% dari target pada tahun yang sama.

Tidak tercapainya target produksi udang pada kurun waktu Tahun 2010 - 2012 tersebut disebabkan oleh masih mewabahnya serangan penyakit yaitu WSSV, TSV, IMNV dan

Target (ton) Capaian (ton) 2010 5.376.200 6.277.923 2011 6.847.500 7.928.963 2012 9.415.700 9.675.533 2013 11.632.122 13.703.369 2010 2011 2012 2013 5.376.200 6.847.500 9.415.700 11.632.122 6.277.923 7.928.963 9.675.533 13.703.369

25

IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung lahan) pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut

menyebabkan munculnya tambak-tambak idle (tidak operasional) di beberapa daerah.

Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012 sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut.

Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan kontribusi sekitar 9,1% terhadap total produksi udang dunia yang sebesar 4.417.042 ton. Posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan kontribusi sebesar 43,6%, disusul Thailand sebesar 12,1% dan Vietnam sebesar 11,5% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Tercapaianya target volume pada Tahun 2013 didorong oleh beberapa kebijakan strategis yang dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya. Kebijakan revitalisasi tambak melalui pengembangan demfarm di beberapa daerah pada kenyataannya telah secara nyata mampu membangkitkan kembali animo masyarakat untuk terjun berbudidaya udang. Disisi lain, melemahnya ikan nilai rupiah terhadap dollar USA justru memicu tingginya harga udang dalam negeri, hal ini semakin memicu kembali gairah usaha

budidaya udang di beberapa daerah. Fenomena merebaknya penyakit EMS (Early

Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam,

Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia kehilangan produksi. Kondisi ini tentunya menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk merebut pasar udang dunia, ini mengingat Indonesia hingga saat ini menjadi satu-satunya produsen yang terbebas dari wabah EMS sebagai dampak atas penerapan sistem kesehatan ikan dan lingkungan yang baik selama ini.

Dengan adanya kebijakan strategis melalui industrialisasi udang nasional yang mampu mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan tambak non-produktif, didorong oleh kembali meningkatnya kepercayaan masyarakat dan stakeholders lain terhadap usaha budidaya udang serta peluang besar bagi Indonesia sebagai pemain tunggal perdagangan udang dunia, maka capaian volume dan nilai produksi udang nasional pada Tahun 2014 diprediksi akan tercapai. Sebagai gambaran pada Tahun 2013 produksi udang telah berhasil mencapai 88,6% jika disandingkan dengan target pada Tahun 2014.

26

Gambar 6. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang, Tahun 2010 - 2013

Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume dan nilai produksi udang adalah (i) Pengembangan percontohan usaha budidaya (Demfarm) sebagai upaya dalam memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; (ii) Rehabilitasi saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai standar kelayakan teknis; (iii) Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; (iv) Melakukan berbagai kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; (v) Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasan/klaster; (vi) Penguatan kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; (vii) Peningkatan input teknologi budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (viii) Pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya udang.

b. Kerapu

Trend produksi ikan kerapu dari Tahun 2010 s/d 2013 menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata per tahun sebesar 11,73%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 23,41%. Jika dibandingkan terhadap target tahunan, maka produksi dalam kurun waktu Tahun 2010 - 2013 telah mampu melapau target dengan rata-rata capaian 126,4%, dimana capaian nilai produksi ikan kerapu pada Tahun 2013 juga mampu melampaui target sebesar 261,8% dari target yang di tetapkan pada tahun yang sama.

Target (ton) Capaian(ton)

2010 400.300 380.973 2011 460.000 372.577 2012 529000 415703 2013 608.000 619.400 2010 2011 2012 2013 400.300 460.000 529000 608.000 380.973 372.577 415703 619.400

27

Gambar 7. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kerapu, Tahun 2010 - 2013

Pencapaian volume dan nilai produksi yang cukup baik ini dikarenakan (i) Penyediaan benih ikan kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan skala rumah tangga (HSRT); (ii) Jaminan harga pemasaran yang cukup baik, dengan harga ikan kerapu yang cukup tinggi; serta (iii) Adanya kebijakan program demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa daerah potensial yang memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu di beberapa daerah potensial.

Perbandingan total produksi ikan kerapu nasional terhadap total produksi ikan kerapu dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan kerapu dengan memberikan kontribusi sekitar (12,1% terhadap total produksi ikan kerapu dunia yang sebesar 87.104 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan konstribusi sebesar (68,3%), disusul Taiwan sebesar (15,4%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Dalam upaya pencapaian target pada Tahun 2014, maka perlu ada upaya-upaya maksimal antara lain mendorong pengembangan jenis ikan ikan kerapu lainnya selain ikan kerapu bebek khususnya pengembangan ikan ikan kerapu macan, penyediaan induk dan benih berkualitas, serta kemungkinan dalam melakukan ekpansi pasar tujuan ekspor selain China dan Hongkong. Program pengembangan kawasan budidaya laut melalui optimalisasi pemanfaatan lahan offshore berbasis pada teknologi budidaya yang berkelanjutan, menjadi alternatif dalam mendorong pencapian target produksi tersebut.

c. Kakap

Capaian produksi ikan kakap dari Tahun 2010-2013 menunjukkan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 103,1%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 13,73%. Dilihat dari perbandingan antara capaian dengan target tahunan menunjukkan kinerja yang fluktuatif seperti tersaji pada gambar di bawah, yaitu masing-masing pada Tahun 2010 tercapai (114,76% dari target); Tahun 2011 tercapai (95,2% dari target), Tahun 2012 tercapai (95,36% dari target); dan Tahun 2013 mampu mencapai (107,2% dari target) yang diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar (125,24% dari target yang

Target (ton) Capaian(ton)

2010 7.000 10.398 2011 9.000 10.580 2012 11000 11950 2013 11.000 14.400 2010 2011 2012 2013 7.000 9.000 11000 11.000 10.398 10.580 11950 14.400

28

ditetapkan).

Kinerja capaian volume dan nilai produksi ikan kakap yang fluktuatif tersebut antara lain lebih disebabkan fenomena bahwa saat ini aktivitas usaha budidaya ikan kakap masih belum memasyarakat dan secara umum didominasi oleh beberapa perusahaan sehubungan nilai investasi yang besar, disamping itu penyediaan benih unggul ikan kakap masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan bagi beberapa perusahaan.

Gambar 8. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kakap, Tahun 2010 - 2013

Perbandingan total produksi ikan kakap nasional terhadap total produksi ikan kakap dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk ikan kakap dengan memberikan share sekitar (7,6% terhadap total produksi ikan kakap dunia yang sebesar 69.116 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Taiwan yang memberikan share sebesar (34,8%), disusul Malaysia sebesar (25,5%), dan Thailand (23,6%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang semakin menjanjikan, diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa daerah. Disisi lain, Kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi untuk pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti ikan kakap akan terus

dilakukan yaitu melalui pengembangan marikultur pada perairan offshore.

Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka target capaian volume dan nilai produksi ikan kakap pada Tahun 2014 optimis akan mampu tercapai.

d. Bandeng

Rata-rata kenaikan produksi bandeng dari Tahun 2010 - 2013 sebesar 16,8%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 27,19%. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013 target tersebut telah mampu dicapai dengan rata-rata capaian

Target (ton) Capaian(ton)

2010 5.000 5.738 2011 5.500 5.236 2012 6500 6198 2013 7.000 7.504 2010 2011 2012 2013 5.000 5.500 6500 7.000 5.738 5.236 6198 7.504

29

107,6%, kecuali untuk Tahun 2013. Pencapaian ini distimulus dengan stabilitas harga pasar yang cukup baik serta berbagai teknologi diversifikasi olahan bandeng yang menyebabkan minat masyarakat akan produk bandeng tetap tinggi. Selain itu juga didukung oleh kegiatan industrialisasi bandeng yang dimulai sejak Tahun 2012.

Gambar 9. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Bandeng, Tahun 2010 - 2013

Tidak tercapainnya target volume dan nilai produksi bandeng pada Tahun 2013 dikarenakan secara umum pelaku usaha masih menghadapi beberapa tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di hulu, antara lain : 1) Ketersediaan benih bandeng berkualitas yang masih minim, sehingga mempengaruhi produktivitas; 2) Keterbatasan penggunaan bandeng kualitas baik ditingkat

pembudidaya disebabkan karena terbatasnya pusat broodstock dan benih bandeng

khususnya di sentral-sentral produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih masih di datangkan dari Bali. Disamping ada kenyataan bahwa kualitas bandeng yang baik justru masih banyak yang diekspor ke Malaysia dan negara lainnya, 3) Masalah efesiensi produksi, khususnya pada budidaya intensif, hal ini terkait masih tingginya biaya produksi seiring terus meningkatnya harga pakan.

Dalam upaya mendorong industrialisasi bandeng di atas, maka beberapa langkah kebijakan strategis yang akan dilakukan antara lain : a) Membentuk model penerapan industrialisasi bandeng sebagai upaya dalam rangka menumbuh kembangkan usaha

budidaya bandeng pada kawasan-kawasan potensial; b) Pengembangan broodstock

bandeng dalam upaya pemenuhan kebutuhan benih berkualitas di sentral-sentral produksi; c) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; d) Menggandeng Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI), yang dalam hal ini diposisikan sebagai partner Pemerintah khususnya dalam mendorong implementasi kebijakan industrialisasi bandeng. Langkah-langkah di atas akan terus di dorong sehingga capaian volume dan nilai produksi di Tahun 2014 akan mampu tercapai. Posisi Indonesia terhadap produk bandeng dunia, pada Tahun 2011 Indonesia mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan kontribusi sebesar 52,4% disusul Philipina dengan share sebesar 41,8% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Produksi bandeng di dunia Tahun 2011 sebesar 891.407 ton.

Target (ton) Capaian(ton)

2010 349.600 421.757 2011 419.000 467.449 2012 503.400 518.939 2013 700.000 667.116 2010 2011 2012 2013 349.600 419.000 503.400 700.000 421.757 467.449 518.939 667.116

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupCapaian(milyar rupiah)

2010 4.892 2011 6.748 2012 8.420 2013 7.000 10.007 2010 2011 2012 2013 7.000 4.892 6.748 8.420 10.007

30 e. Patin

Produksi ikan patin dari Tahun 2010 hingga 2013 mengalami kenaikan rata-rata 95,57%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 81,77%. Namun demikian produksi pada kurun waktu Tahun 2010 s/d 2012 ini masih jauh dari target tahunan yang telah ditetapkan dalam renstra dengan capaian rata-rata 77,1% sebagaimana pada grafik dibawah. Belum tercapainya produksi ikan patin di Tahun 2010 - 2012 antara lain disebabkan terjadinya over produksi di beberapa sentra produksi seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Riau dan Jambi yang secara langsung mempengaruhi terhadap penurunan harga ikan patin di pasar secara signifikan. Disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efisiensi masih cukup rendah.

Sedangkan kinerja positif capaian volume produksi Tahun 2013 yang mencapai 129,7% dari target dan diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 162,13% dari target yang ditetapkan tidak terlepas dari upaya-upaya untuk mendorong pengembangan budidaya ikan patin melalui kerjasama sinergi, baik lintas sektoral, swasta maupun stakeholders lain. Kerjasama tersebut diarahkan dalamg rangka : (i) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien; (iii) Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara terintegrasi, serta (iv) Peningkatan nilai tambah produk menjadi hal mutlak dan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi produk olahan berbahan baku ikan patin dan pengembangan unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara langsung akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya siklus bisnis yang positif dan

Dalam dokumen lakip DIT. Produksi 2013 (Halaman 26-44)

Dokumen terkait