• Tidak ada hasil yang ditemukan

lakip DIT. Produksi 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "lakip DIT. Produksi 2013"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i 1.

KATA PENGANTAR

Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian produksi perikanan budidaya yang berdaya saing dan bernilai tambah melalui pengembangan sistem produksi perikanan budidaya. Disisi lain, penguatan kapasitas sumberdaya manusia pada lingkup Direktorat Produksi diupayakan dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dalam

meningkatkan pelayanan publik yang prima pada stakeholders terkait.

Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LAKIP juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang

bersih dan bertanggung jawab (good governance) dapat diwujudkan.

Sebagaimana Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 15/ MEN/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka Direktorat Produksi menjalankan tugas pokok yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi perikanan budidaya.

Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi tahun 2013 dilakukan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) dalam rangka menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada.

Jakarta, Februari 2014 Direktur Produksi

(2)

ii 1.

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

IKHTISAR EKSEKUTIF ... v

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Maksud dan Tujuan... 5

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 5

1.4 Keragaan SDM Direktorat Produksi ... 6

1.5 Sistematika LAKIP ... 8

II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Produksi Tahun 2010 - 2014 ... 9

2.1.1. Visi ……….9

2.1.2. Misi ……….9

2.1.3. Tujuan ... 9

2.1.4. Sasaran Strategis ... 10

2.2 Rencana Kerja dan Anggaran ... 10

2.2.1. Indikator Kinerja Utama ... 10

2.2.2. Anggaran ... 12

2.3 Penetapan Kinerja ... 12

(3)

iii 1.

III AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN

3.1 Pencapaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan ... 17

3.1.1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) ... 17

3.1.2. Pertumbuhan PDB Perikanan ... 18

3.2 Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersedian Produks Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah ... 20

3.3 Pencapaian Sasaran startegis 3 : Meningkaatnya Usaha dan Investasi di Bidang Perikanan Budidaya ... 38

3.3.1. Jumlah Rumah Tangga Pembudidayaan Ikan ... 38

3.4 Pencapaian Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan Periikanan Budidaya Sesauai Kebutuhan ... 39

3.4.1 Jumlah RSNI3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya Yang Disusun ... 39

3.4.2 Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya Yang Disusun ... 40

3.4.3 Jumlah Draft Peraturan Perundang-undangan Perikanan Budidaya ... 40

3.5 Pencapaian Sasaran Strategis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Perikanan Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu ………..40

3.5.1 Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Yang Disertifikasi ... 42

3.5.2 Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Teknologi Anjuran ... 43

3.6 Pencapaian Sasaran Strategis 6 : Tersedianya Pengendalian Usaha Perkanan Budidaya………45

3.7 Pencapaian Sasaran Strategis 7 : Tersediannya SDM Direktorat Produksi Yang Kompeten dan Profesional ... 48

3.8 Pencapaian Saasaran Strategis 8 :Tersediannya Informasi Yang Valid, Handal dan Dapat Dipertanggunjawabkan di Bidang Perikanan Budidaya ... 51

3.9 Pencapaian Saasaran Strategis 9 :Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Ditjen Perikanan Budidaya ... 53

(4)

iv 1.

3.9.2 Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya ... 53

3.9.3 Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya ... 54

3.9.4 Nilai Inisiatif Anti Korupsi ... 54

3.9.5 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya ... 56

3.10 Pencapaian Saasaran Strategis 10 :Terkelolannya Anggaran Secara Optimal di Direktorat Produksi ... 56

(5)

v 1.

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2010-2014 ... 11

2. Hasil Review Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, Tahun 2010 – Tahun 2014 ... 14

3. Indikator Kinerja Utama Direktorat Produksi Tahun 2013 (Revisi) ... 14

4. Capaian Indiikator Kinerja Utama Direktorat Produksi Tahun 20013 ... 16

5. Capaian Sasaran Strategis 1... 17

6. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2009 - 2012 ... 19

7. Capaian Sasaran Strategis 2... 20

8. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Usaha Budidaya ... 21

9. Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Usaha Budidaya ... 21

10. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas, 2010-2013 ... 22

11. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas, 2010-2013 ... 22

12. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias, 2009-2013 ... 23

13. Jumlah Rumah Tanggga Pembudidayaan Ikan Berdasarkan Jenis Usaha ... 38

14. Capaian Sasaran Strategis 4... 39

15. Capaian RSNI3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010-2013 ... 40

16. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya Yang Diselesaikan ... 41

17. Capaian Sasaran Strategis 5... 42

18. Jumlah Unit Usaha Pembudidayaan Ikan Yang Disertifikasi, 2010-2013 ... 42

19. Jumlah Penilian Sertifikasi Berdasarkan Jenis Usaha, 2010-2013 ... 43

20. Realisasi Sertifikasi CBIB Menurut Provinsi, 2010-2013 ... 43

21. Capaian Sasaran Strategis 6... 45

22. Tingkat Kepuasan Publik Pada Pelayanan Pendaftaran Pakan Ikan ... 46

23. Hasil Penilian Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Pada Direktorat Produksi ………47

(6)

vi 1.

Budidaya ……….48

25. Capaian Tersediianya SDM Direktorat Produksi Perikanan Budidaya Yang Kompeten dan Profesional ... 49

26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, IV dan V di Direktorat Produksi Perikanan Budidaya ... 49

27. Capaian Sasaran Strategis 8 ... 51

28. Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya ... 52

29. Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya ... 53

30. Nilai Integritas Ditje Perikanan Budidaya ... 55

31. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya ... 55

32. Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya ... 56

(7)

vii 1.

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi Tahun 2013 ... 6

2. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Berdasarkan Jabatan ... 7

3. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Berdasarkan Jabatan Fungsional Tertensi ... 7

4. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Berdasarkan Pendidikan ... 9

5. Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, 2010-2013 ... 23

6. Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Udang, 2010-2013 ... 25

7. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Kerapu, 2010-2013 ... 26

8. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Kakap, 2010-2013 ... 27

9. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Bandeng, 2010-2013 ... 28

10. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Patin, 2010-2013 ... 29

11 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Nilai, 2010-2013 ... 31

12. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Ikan Mas, 2010-2013 ... 32

13 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Lele, 2010-2013... 33

14 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Gurame, 2010-2013 ... 34

15 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Rumput Laut, 2010-2013 ... 35

15 Target dan Capaian Produksi Budidaya Ikan Hias, 2009-2013 ... 37

(8)

1

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Produksi merupakan perwujudan bentuk implementasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di bidang produksi perikanan budidaya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) maupun Rencana Kerja (RKT) Tahunan. Sebuah hal yang harus terus dilakukan secara konsisten dalam kerangka reformasi birokasi pada instansi pemerintah sebagai sarana perbaikan dalam memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat dan

stakeholders terkait.

Sebagai upaya mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, mulai

Tahun 2013 telah diterapkan sebuah sistem manajemen kerja melalui pendekatan Balanced

Scorecard. Dalam hal ini Direktorat Produksi menetapkan indikator-indikator kinerja baru yang merupakan penyempurnaan dari program dan kegiatan sebelumnya. Indikator-indikator tersebut merupakan penjabaran dari 10 sasaran strategis yang telah ditetapkan yang terbagi dalam empat perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2013, yaitu (i) Stakeholder Perspective; (ii) Customer Perspective; (iii) Internal Process Perspective dan (iv) Learn and Growth Perspective.

Pelaksanaan kegiatan program pengembangan sistem produksi perikanan budidaya selama kurun waktu Tahun 2013 telah menunjukan kinerja yang positif, sehingga secara langsung mampu mendorong terhadap pencapian target renstra pada tahun berjalan. Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan pada Direktorat Produksi sebanyak 23, dari jumlah tersebut, sebanyak 28 indikator telah memenuhi target bahkan beberapa indikator jauh diatas target. Namun masih terdapat beberapa IKU (5 IKU) yang masih belum mencapai target yang ditentukan sehingga memerlukan perhatian serta kerja keras untuk mencapai target Tahun 2014 yaitu (i) Tingkat Kepuasan publik terhadap prosedur layanan perijinan (79,88%); (ii) produksi ikan hias (94%); (iii) Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan (95%); (iii) Nilai inisiatif anti korupsi Ditjen Perikanan Budidaya (95,47%); (iv) Nilai penerapan reformasi birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya (92%); dan (v) Prosentase penyerapan anggaran Ditjen Perikanan Budidaya (96,94%).

Adapun pencapaian terhadap sasaran strategis Direktorat Produksi dapat disampaikan sebagai berikut :

Pertama, pencapaian terhadap Stakeholder Perspective adalah Sasaran Strategis : meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan nilai capaian sebesar 96,91% yang diidentifikasikan pada IKU (i) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan dengan capaian 100,67%; dan (ii) Pertumbuhan PDB Perikanan dengan capaian 92,86% (data triwulan III Tahun 2013). Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh kegiatan kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu industrialisasi perikanan budidaya; pengembangan kawasan minapolitan

perikanan budidaya; serta penerapan Blue Economy dalam setiap kegiatan perikanan

(9)

2

melalui kegiatan lanjutan industrialisasi perikanan budidaya, pengembangan kawasan minapolitan dan penerapan blue ekonomi sehingga akan meningkatkan efisiensi dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kedua, pencapaian terhadap Customer Perspective terdiri dari dua Sasaran Strategis yaitu Sasaran Strategis : meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah, dengan capaian IKU masing-masing : (i) Jumlah produksi perikanan budidaya dengan capaian 118%, (ii) Nilai produksi perikanan budidaya 154%, dan (iii) Capaian sementara jumlah produksi ikan hias sebesar 94%; dan Sasaran Strategis : meningkatnya usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya dengan capaian IKU : (i) Jumlah rumah tangga pembudidayaan ikan sebesar 101%. Tingginya capaian sasaran strategis meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah sebagai dampak dari peningkatan produksi yang didukung oleh kegiatan pengembangan sistem perbenihan, pengembangan sistem produksi, pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan, pengembangan sistem prasarana, pengembangan sistem usaha serta penerapan teknologi adaptif perikanan budidaya.

Ketiga, pencapaian Internal Process Perspective yang merupakan upaya internal untuk

pencapaian Customer dan Stakeholder Perspective dengan 3 sasaran strategi dan capaian

masing-masing sebagai berikut:

- Sasaran Strategis : Tersedianya kebijakan Perikanan Budidaya sesuai kebutuhan dengan

capaian masing-masing IKU (i) Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 100%; (ii) Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya yang diselesaikan sebanyak 100%; dan (iii) Jumlah draft peraturan perundang-undangan di bidang produksi perikanan budidaya sebesar 100%. Capaian ini didukung oleh kegiatan pembahasan draft kebijakan; review terhadap kebijakan yang telah dihasilkan untuk penyempurnaan kebijakan; workshop penyusunan kebijakan yang diperlukan serta melakukan kajian setiap draft kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang akan dihasilkan.

- Sasaran Strategis : Tersedianya modernisasi sisem produksi Kelautan Perikanan,

pengolahan dan pemasaran produk Kelautan Perikanan yang optimal dan bermutu dengan capaian masing-masing IKU ini adalah (i) Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi dengan capaian 101%; dan (ii) Jumlah kelompok pembudidaya ikan yang menerapkan teknologi anjuran sebesar 127%. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian kegiatan ini diantaranya adalah peningkatan sosialiasi penerapan CBIB dan teknologi anjuran; pembinaan dan sertifikasi CBIB, Harmonisasi standar; peningkatan sinergi peranan Pusat dan Daerah dalam pengembangan sistem produksi, dan pembinaan dalam rangka penguatan kelembagaan Pokdakan.

- Sasaran strategis : Terselenggaranya pengendalian usaha perikanan budidaya dengan

(10)

3

peranan data dalam pembuatan kebijakan melalui sinkronisasi/validasi data serta peningkatan pengetahuan pengolah data.

Keempat, untuk Learn and Growth Perspective, sasaran strategis yang telah ditetapkan sebanyak 4 sasaran strategis, dengan ringkasan pencapaian sebagaimana berikut :

Sarasan strategis : Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang kompeten dan profesional dengan capaian masing-masing IKU : (i) Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, dan IV lingkup Direktorat Produksi sebesar 16,46%; dan (ii) Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional dengan capaian 0%. Kedua IKU diatas bersifat minimize yang berarti bahwa semakain kecil angka (<100%) maka kinerja akan semakin baik. Capaian sasaran strategis ini didukung oleh kegiatan : (a) Assesment bagi pejabat Eselon I, II, III dan IV oleh Biro Kepegawaian Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan (b) Transformasi Budaya Kerja Ditjen. Perikanan Budidaya untuk pejabat Eselon I, II dan III guna meningkatkan kemampuan manajerial, khususnya dalam melakukan perencanaan; dan (c) Pelaksanaan pengusulan diklat fungsional. Sasaran strategis : Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah dengan capaian masing-masing IKU yaitu (i) Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya sebesar 114% ; dan (ii) Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen Perikanan Budidaya, dengan capaian masing-masing sebesar 100%. Tingginya pencapaian ini didukung oleh kegiatan penyempurnaan website serta pengintegrasian dan pembaharuan data informasi yang dilakukan secara terus menerus.

Sasaran strategis : Terwujudnya Good Governance dan Clean Government di Direktorat

Produksi dengan capaian masing-masing IKU : (i) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Direktorat Produksi dengan capaian 100%; (ii) Nilai AKIP Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 100%; (iii) Nilai integritas Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 105%; (iv) Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 95% dan (v) Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 92%. Beberapa indikator belum tercapai targetnya dikarenakan masih kurangnya penerapan reformasi birokrasi terutama dalam kualitas pelayanan publik yang masih perlu perbaikan; serta sosialisasi budaya anti korupsi yang masih kurang. Upaya peningkatan yang dilakukan adalah peningkatan manajemen kinerja berbasis BSC, penerapan PMPRB dan monitoring secara online, peningkatan pelayanan publik melalui satu pintu dengan SDM yang memadai, serta peningkatan sosialisasi budaya anti korupsi di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya.

Sasaran strategis : Terkelolanya anggaran secara optimal di Ditjen Perikanan Budidaya dengan capaian IKU : Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perikanan Budidaya sebesar 96,83%. Salah satu kendala dalam penyerapan anggaran adalah adanya revisi baik kegiatan maupun kepentingan penghematan anggaran. Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun - tahun mendatang terus dilakukan melalui review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan, percepatan pelaksanaan lelang dan revisi kegiatan

(11)

4

(12)

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program peningkatan produksi perikanan budidaya, yang merupakan penjabaran dari Visi

dan Misi pembangunan perikanan budidaya, dengan sasaran (Outcomes) yang ingin dicapai

adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ekspor, serta menyerap tenaga kerja.

Perikanan budidaya yang berdaya saing diwujudkan melalui pengembangan suatu sistem

pembudidayaan terpadu (Farming System) dan berkelanjutan, di mana masing-masing sub

sistem di dalamnya harus secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu terpadu, sehingga mampu menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas dan efisien sehingga memiliki daya saing, baik di pasar domestik maupun internasional. Efisiensi dan daya saing produk perikanan budidaya yang mampu dicapai dalam sistem usaha perikanan budidaya tersebut pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, maka penciptaan dan peningkatan penguasaan inovasi teknologi budidaya anjuran yang inovatif, aplikatif, efektif dan efesien serta mampu diadopsi oleh masyarakat secara luas perlu dikembangkan secara optimal. Pencapaian produksi perikanan budidaya tidak hanya diarahkan pada upaya peningkatan dari sisi volume produksi, namun demikian perlu diimbangi oleh peningkatan kapasitas usaha dan nilai tambah yang mampu dirasakan oleh masyarakat pembudidaya.

Dalam upaya mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan, maka aktivitas usaha

budidaya harus mempertimbangkan nilai-nilai lestari (Sustainable Values) yaitu dengan

mempertimbangkan daya dukung lahan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup, sehingga usaha perikanan budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, sejalan dengan Tata laksana Perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries). Dalam kaitan ini, peran aparat pembina di lapangan, petugas penyuluh dan petugas pengawas perikanan budidaya akan lebih dioptimalkan untuk dapat membina, memantau dan mengendalikan cara-cara pelaksanaan kegiatan perikanan budidaya agar secara konsisten menerapkan standar pembudidayaan ikan yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan kelestarian ekosistem penyangga kawasan budidaya

Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian produksi perikanan budidaya yang berdaya saing dan bernilai tambah melalui pengembangan sistem produksi perikanan budidaya. Disisi lain, penguatan kapasitas sumberdaya manusia pada lingkup Direktorat Produksi diupayakan dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dalam

meningkatkan pelayanan publik yang prima pada stakeholders terkait.

(13)

6

Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LAKIP juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang

bersih dan bertanggung jawab (Good Governance) dapat diwujudkan.

Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi Tahun 2013 dilakukan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) dalam rangka menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana

pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada. LAKIP juga menginformasikan Input,

Output, Outcome, dan Benefit dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan dalam kurun

waktu Tahun 2013. Mulai Tahun 2013 ini, LAKIP disusun berdasarkan Balance Score Card

(BSC) sebagai alat manajemen yang memuat pengukuran atas Indikator Kinerja Utama (IKU) terhadap sasaran strategis yang ditetapkan pada peta strategis Direktorat Produksi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi Tahun 2013 yaitu : i) Merupakan laporan akuntabilitas kinerja sebagai sarana pertanggungjawaban kinerja pada Direktorat Produksi kepada seluruh stakeholders; ii) Sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Direktorat Produksi dalam upaya memperbaiki kinerja selanjutnya; dan (iii) Sebagai bahan penyempurnaan dokumen perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan di masa yang akan datang.

1.3. Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No : PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Direktorat Produksi mempunyai tugas secara ri i yaitu : Melaksanakan Penyiapan

Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan, Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria,

serta Pe eria Bi i ga Tek is, serta e aluasi di ida g produksi perika a udidaya .

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Produksi menyelenggarakan 6 fungsi utama, yaitu :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya.

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya.

3. Penyiapan perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang produksi

perikanan budidaya.

4. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang produksi perikanan budidaya;

5. Pelaksanaan evaluasi dibidang produksi perikanan budidaya, dan

6. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

(14)

7

mempunyai 5 Unit Kerja Eselon III dan Sub Bagian Tata Usaha Eselon IV yang terinci sebagai berikut :

1. Sub Direktorat Budidaya Air Tawar;

2. Sub Direktorat Budidaya Air Payau dan Laut;

3. Sub Direktorat Budidaya Ikan Hias;

4. Sub Direktorat Sertifikasi;

5. Sub Direktorat Data dan Statistik; dan

6. Sub Bagian Tata Usaha.

Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada Direktorat Produksi, sampai dengan Desember Tahun 2013 Direktorat Produksi didukung oleh sebanyak 60 orang pegawai yaitu masing-masing sebanyak 54 orang berstatus PNS dan sebanyak 6 orang berstatus tenaga kontrak. Adapun rincian pegawai lingkup Direktorat Produksi sebagai berikut :

1. Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan masing-masing : Jabatan Eselon II sebanyak 1

orang, Jabatan Eselon III sebanyak 5 orang, Jabatan Eselon IV sebanyak 11 orang, Pejabat Fungsional tertentu sebanyak 3 orang, dan Fungsional umum sebanyak 34 orang.

(15)

8

2. Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Tertentu terdiri dari Statistisi

pertama sebanyak 2 orang dan statistisi muda sebanyak 1 orang. Pengembangan Jabatan Fungsional Tertentu/khusus pada Direktorat Produksi dilakukan untuk mempercepat program reformasi birokrasi, dengan memotong rentang kendali dan memperbanyak fungsi kelembagaan, guna mendukung tugas dan fungsi Direktorat Produksi.

3. Jumlah pegawai menurut pendidikan masing-masing S2 sebanyak 7 orang atau

(13%), S1 sebanyak 29 orang atau (54%), D3 sebanyak 3 orang atau (5%), SLTA sebanyak 14 orang atau (26%), dan SLTP sebanyak 1 orang atau (2%).

Gambar 2. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Jabatan Tahun 2013

(16)

9 1.5. Sistematika LAKIP

LAKIP Direktorat Produksi secara umum memuat target dan capaian kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013. LAKIP ini menginformasikan perbandingan antara target dan capaian

kinerja (Performance Results) Tahun 2012 dengan target dan capaian kinerja (Performance

Results) Tahun 2013. Dari analisa tersebut akan teridentifikasi sejumlah celah kinerja

(Performance Gap) sehingga dapat diperoleh masukan bagi perbaikan kinerja di masa yang

akan datang. Adapun sistematika penyajian laporan adalah sebagai berikut :

Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capaian kinerja, permasalahan yang dihadapi dalam pencapain kinerja dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang mungkin terjadi pada tahun mendatang.

Bab I pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Direktorat Produksi serta uraian singkat tentang tugas pokok dan fungsi Direktorat Produksi.

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, pada bab ini disajikan rencana strategis, gambaran singkat mengenai sasaran dan kebijakan dan program Direktorat Produksi pada Tahun 2009 - 2014, rencana kerja dan anggaran Tahun 2013, penetapan kinerja Direktorat Produksi serta pengukuran/pengelolaan kinerja Direktorat Produksi

Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan, pada bab ini disajikan prestasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi serta evaluasi dan analisis kinerja. Dalam bab ini juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula penjelasan tentang efisiensi.

Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan, kegagalan serta permasalahan dan kendala utama. Dalam bab ini juga disampaikan saran pemecahan masalah yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya berupa perbaikan perencanaan, kebijakan, dan perbaikan pelaksanaan program/kegiatan.

Lampiran

(17)

10

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam upaya mewujudkan pengembangan perikanan budidaya yang berdaya saing dan berkelanjutan, maka kebijakan peningkatan produksi perikanan budidaya diarahkan dalam kerangka menjamin peningkatan kapasitas usaha, efesiensi dan nilai tambah berbasis pada nilai-nilai lestari (berwawasan lingkungan), dimana pada akhirnya akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan perikanan budidaya yang lebih terarah, terukur, konsisten dan akuntabel diperlukan visi dan misi yang dapat menggambarkan harapan dan kenyataan yang akan diperoleh melalui kebijakan dan program serta kegiatannya, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menetapkan Visi, Misi dan Tujuan pengembangan perikanan budidaya sebagai berikut :

2.1. Rencana Strategis Direktorat Produksi Tahun 2010 – Tahun 2014

2.1.1. Visi

Dalam upaya mengintegrasikan dengan pembangunan kelautan dan perikanan serta berlandaskan pemahaman dan penelaahan terhadap peluang dan potensi, serta permasalahan pengembangan perikanan budidaya di masa yang akan datang, maka

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melakukan penyesuaian visi yaitu Pe a gu a

Perikanan budidaya yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan

Masyarakat . Melalui visi tersebut, diharapkan dapat terwujud pengelolaan sumberdaya

perikanan budidaya yang dapat memberikan nilai tambah pada produk perikanan budidaya sehingga memiliki daya saing tinggi dengan tetap melakukan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.

2.1.2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan perikanan

budidaya yaitu Me gopti alka Pe a faata “u erdaya Perika a Budidaya se ara

Efisien dan Berwawasan Lingku ga

2.1.3. Tujuan

Ditjen Perikanan Budidaya sesuai dengan visi dan misinya menetapkan tujuan pokok dalam

pembangunan perikanan budidaya yaitu Me i gkat ya Produksi da Mutu Hasil

Perikanan Budidaya melalui Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara

(18)

11 2.1.4. Sasaran Strategis

Direktorat Produksi sebagai unsur teknis turut bertanggungjawab dalam mendorong terwujudnya sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Meningkatnya

Produksi Perikanan Budidaya pada Tahun 2014. Pencapaian sasaran tersebut dilakukan

melalui kebijakan strategis yaitu Pengembangan Sistem Produksi Perikanan Budidaya.

Pengembangan sistem produksi perikanan budidaya diarahkan melalui : (i) Pengembangan dan penyebaran informasi teknologi budidaya anjuran yang inovatif, aplikatif, efektif dan efesien serta mampu diadopsi oleh masyarakat; (ii) Pengembangan kawasan budidaya pada sentral produksi dan potensial berbasis pada komoditas unggulan dan utama; (iii) Penerapan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) pada unit-unit usaha pembudidaya ikan guna

meningkatkan daya saing, jaminan mutu dan keamanan pangan (Food Safety); dan (iv)

Pengembangan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) bidang Produksi Perikanan Budidaya.

Sedangkan dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di atas, Direktorat Produksi telah menetapkan arah kebijakan strategis mulai Tahun 2010 s/d Tahun 2014 yaitu terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang akurat dan mutakhir.

2.2. Rencana Kinerja dan Anggaran

2.2.1. Indikator Kinerja Utama

Pembangunan Perikanan Budidaya pada Tahun 2013 difokuskan kepada program yang diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu meningkatnya produksi perikanan budidaya dengan volume produksi perikanan budidaya sebanyak 13.020.800 ton dengan rincian sebagai berikut :

1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar sebanyak 3.408.505 ton;

2. Produksi Perikanan Budidaya Air Payau sebanyak 1.831.620 ton; dan

3. Produksi Perikanan Budidaya Laut sebanyak 7.780.675 ton

(19)

12

2014

Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton)

Total 4,780,100 5,324,000 6,847,500 9,415,700 13,020,800 16,891,000

1 Udang 348,100 348,100 460,000 529,000 608,000 699,000 - Windu 123,100 125,300 115,720 128,700 158,000 188,000 - Vaname 225,000 275,000 344,280 400,300 450,000 511,000

2 Rumput Laut 2,574,000 2,672,800 3,504,200 5,100,000 7,500,000 10,000,000 3 Nila 378,300 491,800 639,300 850,000 1,105,000 1,242,900

Tabel 1. Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, Tahun 2009 - 2014

Seiring dengan pembahasan review Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan kondisi alam (anomali cuaca dimana Badan Meteorologi dan Geofisika) memperkirakan Tahun 2013 ini musim kemarau hanya 1 bulan), maka Ditjen Perikanan Budidaya juga melakukan review terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) produksi perikanan budidaya per komoditas pada Tahun 2013. Adapun hasil review IKU produksi tersebut sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Review Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, Tahun 2010 - 2014

(20)

13

teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang akurat dan mutakhir, meliputi :

1. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikat dan memenuhi standar sebanyak

7.000 unit;

2. Jumlah luas lahan minapadi seluas 250.000 hektar;

3. Jumlah jenis pakan ikan terdaftar sebanyak 550 jenis;

4. Jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000 ribu ekor;

5. Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya sebanyak

132 kelompok;

6. Jumlah terbitan statistik perikanan budidaya sebanyak 5 dokumen;

7. Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 16 dokumen

2.2.2. Anggaran

Guna mendukung rencana kinerja tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya mengalokasikan anggarannya yang berjumlah Rp. 17.399.185.000,- yang didistribusikan berdasarkan kegiatan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan, sebagai berikut :

a. Jumlah RSNI-3 yang disusun sebesar Rp. 879.804.000,-

b. Jumlah pembudidaya yang menerapkan teknologi anjuran Rp. 6.195.213.000,-

c. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikasi dan memenuhi standar Rp.

2.681.489.000,-

d. Jumlah pakan ikan terdaftar Rp. 2.156.743.000,-

e. Jumlah dokumen statistik perikanan budidaya yang diterbitkan Rp. 3.812.575.000,-

f. Layanan perkantoran Rp. 1.473.361.000,-

g. Perangkat pengolah data dan komunikasi Rp. 170.000.000,-

h. Peralatan dan fasilitas perkantoran Rp. 30.000.000,

2.3. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kerja (PK) Tahun 2013

(21)

14

Akan tetapi, seiring dengan penerapan manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard

(22)

15 Tabel 3. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi Tahun 2013 (revisi).

1 Ni l a i Tuka r Pe mbudi da ya I ka n (NTPi ) 104 12. Te rwujudnya good governance & clean government

(23)

16 2.4. Pengukuran /Pengelolaan Kinerja

Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2013,

Ditjen Perikanan Budidaya menggunakan pengelolaan kinerja berbasis Balanced Scorecard

(BSC). Pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

1. Pengukuran kinerja dilakukan secara periodik (triwulanan);

2. Pengukuran kinerja dilakukan dari bawah ke atas (dari level individu sampai level I);

3. Pencapaian kinerja atasan merupakan akumulasi pencapaian kinerja bawahannya;

4. Data yang dimasukkan sebagai pencapaian kinerja merupakan data yang telah

diverifikasi oleh tim Strategic Management Office (Tim Pengelola Kinerja lingkup Ditjen Perikanan Budidaya) sebagai data mutakhir yang diambil dari sumber data yang tepat;

5. Status capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditunjukkan dengan warna

(24)

17

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN

Dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dalam hal ini Direktorat Produksi telah menetapan 10 (sepuluh) sasaran strategis yang diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan kontrak kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013, sebagaimana Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013

(25)

18

Ket : * = data sementara TW III

** = data sementara Tahun 2013 (validasi data akan dilakukan bulan April 2014)

*** = data sementara penghitungan dari Ditjen Perikanan Budidaya karena data dari Biro Kepegawaian belum ada **** = data Tahun 2014 karena data penilaian RB 2013 baru akan keluar dari bulan Maret 2014

Sejalan dengan penerapan metode Balance Scored Card sebagai alat manajemen kinerja,

maka sasaran strategis tersebut terbagi dalam empat (4) perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan Tahun 2013, yaitu : (i) Stakeholder Perspective; (ii) Customer Perespective; (iii) Internal Process Pperspective dan (iv) Learn and Growth Perspective. Penjelasan mengenai capaian IKU beserta evaluasi dan analisa kinerja adalah sebagai berikut :

3.1. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi fokus utama dalam pencapaian Visi dan Misi Ditjen Perikanan Budidaya, yang merupakan tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan Ditjen Perikanan Budidaya. Pencapaian sasaran strategis ini diukur melalui dua IKU dengan hasil sebagaimana Tabel 5 dibawah. Pencapaian sasaran strategis ini masih merupakan angka sementara (Triwulan III), dengan capaian rata-rata masih kurang dari 100%, angka ini diharapkan naik dengan perhitungan data akhir Tahun.

Tabel 5. Capaian Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

Uraian Indikator Kinerja Target Tahun 2013

Realisasi Tahun

2013 % Capaian

1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)* 104 105 101,22

2 Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) * 7 6,50 92,86

Ket: *: Angka Triwulan III Tahun 2013

3.1.1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)

Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) merupakan indikator keberhasilan dalam mendukung

pilar nasional yaitu Pro Growth . Hingga saat ini NTPi masih bergabung dalam

penghitungan NTN (Nilai Tukar Nelayan). Nilai tukar ini digunakan untuk

mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (Expenditure)

(26)

19

diharapkan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan di Tahun mendatang, mengingat target NTPi sebesar 105 pada Tahun 2014 telah dapat dicapai diTahun 2013. Nilai NTPi/NTN dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 sebagaimana pada tabel dibawah. Nilai tukar diatas 100 ini menunjukkan bahwa nelayan/pembudidaya mengalami surplus, dalam artian bahwa harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya atau pendapatan nelayan/pembudidaya naik lebih besar dari pengeluarannya. Dengan asumsi volume produksi sama, maka nilai NTN >100 menunjukkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya meningkat.

Beberapa kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah biaya produksi perikanan budidaya, terutama untuk pakan masih cukup tinggi yaitu mencapai 60-70% dari biaya produksi. Oleh karenanya diperlukan upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan terjangkau serta berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan melalui perekayasaan teknologi.

3.1.2. Pertumbuhan PDB Perikanan (persen)

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan perikanan, termasuk didalamnya perikanan budidaya, adalah meningkatnya nilai PDB subsektor perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari Tahun keTahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya perikanan patut menjadi pertimbangan untuk diperhitungkan dalam perekonomian nasional.

(27)

20 Tabel 6. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2009 - 2012

Kenaikan rata-rata (%)

Persentase PDB Perikanan / Fisheries GDP Sharring

Persentase terhadap kelompok pertanian / To Agriculture group 20,60 20,23 20,77 21,40 22,26

Sumber / Source : Badan Pusat Statistik / Statistics of Indonesia Keterangan :

*) : Angka sementara / Preliminary Figures **) : Angka sangat sementara / Very preliminary figures ***) : Angka sangat sangat sementara / Very very preliminary figures

2012*)

Pencapaian Sasaran strategis 1 yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu (i) Industrialisasi perikanan budidaya; (ii) Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; serta (iii) Penerapan blue ekonomi dalam setiap kegiatan perikanan budidaya.

(28)

21

pembangunan jalan produksi, serta pembuatan talud; (ii) Kementerian ESDM dalam pembangunan infrastruktur listrik pada sentra-sentra produksi, dan (iii) Perbankan dalam penyediaan permodalan.

Selain minapolitan, salah satu strategi untuk lompatan produksi perikanan juga dilakukan melalui Industrialisasi yang merupakan suatu integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan. Melalui industrialisasi, para pelaku usaha perikanan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, sekaligus membangun sistem produksi yang modern dan terintegrasi dari hulu sampai hilir. Industrialisasi perikanan budidaya mulai dilaksanakan pada Tahun 2012 untuk empat komoditas yaitu Udang, Bandeng, Patin dan Rumput Laut. Pengembangan empat komoditas tersebut pada tahap awal difokuskan di daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Pelaksanaan industrialisasi tahap awal dikembangkan diantaranya melalui percontohan skala besar

(Demfarm) dan perbaikan prasarana/infrastruktur seperti saluran irigasi dan perbaikan kolam atau tambak.

Strategi selanjutnya adalah penerapan Blue Economy dalam pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya perikanan budidaya melalui pengembangan berbagai inovasi yang berorientasi pada pelestarian sumber daya untuk memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan.

3.2.PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 : Meningkatnya Ketersediaan

Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan

dalam ketahanan pangan (food security) nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan

perikanan menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan

terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (Food Safety), sehingga secara

langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Ditjen Perikanan Budidaya mengidentifikasi 2 (dua) Indikator Kinerja Utama dengan capaian rata-rata 139,36% sebagaimana pada tabel dibawah :

Tabel 7. Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

No Uraian Indikator Kinerja Target

Tahun 2013

Realisasi Tahun 2013

% Capaian

1 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Juta Ton) * 11,63 13,70 117,80

2 Nilai Produksi Perikanan Budidaya (Miliar rupiah) * 94.637 145.292 153,52

(29)

22 A. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya

Capaian sementara Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2013 yaitu 13.703.369 ton atau (117,81%) dari target sebesar 11.63.2.122 ton, dengan capaian nilai produksi sebesar Rp.145.292 milyar atau capaian (153,52%) dari target sebesar Rp. 94.637 milyar. Angka tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, payau dan laut dengan rincian sebagaimana pada tabel dibawah. Terkait dengan kinerja capaian nilai produksi dalam kurun waktu 2010 s/d 2012 belum dapat dibandingkan dikarenakan IKU nilai produksi merupakan IKU baru yang baru ditentukan targetnya pada Tahun 2013.

Tabel 8. Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Budidaya (Ton)

Tabel 9. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya berdasarkan Jenis Budidaya

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

** 63,418 ** 66,543 ** 75,923 94,637 145,292 153.53 36.80

- budidaya air tawar (milyar rupiah) ** 24,053 ** 25,526 ** 31,175 43,868 61,095 139.27 41.41 perikanan budidaya memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan kenaikan rata-rata per tahun mencapai 29,99% (tabel 8). Dari angka tersebut, realisasi pencapaian produksi terbesar yaitu pada jenis budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 41,42%, disusul oleh budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 28,46% dan budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 21,40%. Angka ini juga diikuti oleh kinerja positif peningkatan nilai produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu yang sama dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 36,80%. Prosentase nilai produksi tertinggi adalah budidaya air disusul oleh budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 41,41% disusul budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 36,80% dan budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 49,78%.

Terkait dengan prediksi capaian target pada Tahun terakhir renstra 2014, dengan melihat trend kinerja positif capaian produksi terhadap target selama empat tahun terakhir (2010 - 2013), maka capaian IKU ini diprediksi akan tercapai. Adapun trend capaian volume dan nilai

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

(30)

23

produksi perikanan budidaya per jenis komoditas Tahun 2010 - 2013 sebagaimana pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Per Komoditas Tahun 2010 - 2013

(31)

24

Gambar 5. Target Dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010 – 2013

Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya dengan memberikan share sekitar 9,5% terhadap total produksi perikanan budidaya dunia di bawah dominasi China yang menguasai share produksi hingga 65% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Total produksi perikanan dunia mencapai 83.729.313 ton, dengan produksi perikanan budidaya China sebesar 50.173.140 ton.

Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Udang

Perkembangan produksi udang nasional Tahun 2010 - 2013 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,46%. Trend volume produksi tersebut diikuti oleh peningkatan terhadap nilai produksi udang nasional, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 62,9%. Kenaikan rata-rata nilai produksi yang lebih besar menunjukkan bahwa udang memiliki nilai tambah yang cukup besar dan merupakan produk yang semakin prestisious digemari oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir nilai produksi pada Tahun 2013 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini tidak terlepas dari meningkatnya harga udang di

pasaran yang mencapai titik tertinggi pada Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 100.000 – Rp.

120.000/kg untuk size 50 untuk udang vaname yang sebelumnya rata-rata Rp. 60.000 –

Rp. 65.000 untuk ukuran yang sama.

Berdasarkan trend capaian terhadap target tahunan selama kurun waktu Tahun 2010 -2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah target tahunan dengan rata-rata pencapaian sebesar 89,6%. Sedangkan pada Tahun 2013 capaian produksi udang mampu melampaui target tahunan sebesar 101,9%, yang diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 187,39% dari target pada tahun yang sama.

(32)

25

IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung lahan) pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut

menyebabkan munculnya tambak-tambak idle (tidak operasional) di beberapa daerah.

Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012 sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut.

Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan kontribusi sekitar 9,1% terhadap total produksi udang dunia yang sebesar 4.417.042 ton. Posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan kontribusi sebesar 43,6%, disusul Thailand sebesar 12,1% dan Vietnam sebesar 11,5% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Tercapaianya target volume pada Tahun 2013 didorong oleh beberapa kebijakan strategis yang dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya. Kebijakan revitalisasi tambak melalui pengembangan demfarm di beberapa daerah pada kenyataannya telah secara nyata mampu membangkitkan kembali animo masyarakat untuk terjun berbudidaya udang. Disisi lain, melemahnya ikan nilai rupiah terhadap dollar USA justru memicu tingginya harga udang dalam negeri, hal ini semakin memicu kembali gairah usaha

budidaya udang di beberapa daerah. Fenomena merebaknya penyakit EMS (Early

Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam,

Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia kehilangan produksi. Kondisi ini tentunya menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk merebut pasar udang dunia, ini mengingat Indonesia hingga saat ini menjadi satu-satunya produsen yang terbebas dari wabah EMS sebagai dampak atas penerapan sistem kesehatan ikan dan lingkungan yang baik selama ini.

(33)

26

Gambar 6. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang, Tahun 2010 - 2013

Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume dan nilai produksi udang adalah (i) Pengembangan percontohan usaha budidaya (Demfarm) sebagai upaya dalam memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; (ii) Rehabilitasi saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai standar kelayakan teknis; (iii) Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; (iv) Melakukan berbagai kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; (v) Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasan/klaster; (vi) Penguatan kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; (vii) Peningkatan input teknologi budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (viii) Pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya udang.

b. Kerapu

Trend produksi ikan kerapu dari Tahun 2010 s/d 2013 menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata per tahun sebesar 11,73%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 23,41%. Jika dibandingkan terhadap target tahunan, maka produksi dalam kurun waktu Tahun 2010 - 2013 telah mampu melapau target dengan rata-rata capaian 126,4%, dimana capaian nilai produksi ikan kerapu pada Tahun 2013 juga mampu melampaui target sebesar 261,8% dari target yang di tetapkan pada tahun yang sama.

Target (ton) Capaian(ton)

2010 400.300 380.973 2011 460.000 372.577

2012 529000 415703

2013 608.000 619.400

2010 2011

2012

2013

400.300 460.000

529000 608.000

380.973

372.577 415703

619.400

(34)

27

Gambar 7. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kerapu, Tahun 2010 - 2013

Pencapaian volume dan nilai produksi yang cukup baik ini dikarenakan (i) Penyediaan benih ikan kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan skala rumah tangga (HSRT); (ii) Jaminan harga pemasaran yang cukup baik, dengan harga ikan kerapu yang cukup tinggi; serta (iii) Adanya kebijakan program demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa daerah potensial yang memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu di beberapa daerah potensial.

Perbandingan total produksi ikan kerapu nasional terhadap total produksi ikan kerapu dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan kerapu dengan memberikan kontribusi sekitar (12,1% terhadap total produksi ikan kerapu dunia yang sebesar 87.104 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan konstribusi sebesar (68,3%), disusul Taiwan sebesar (15,4%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Dalam upaya pencapaian target pada Tahun 2014, maka perlu ada upaya-upaya maksimal antara lain mendorong pengembangan jenis ikan ikan kerapu lainnya selain ikan kerapu bebek khususnya pengembangan ikan ikan kerapu macan, penyediaan induk dan benih berkualitas, serta kemungkinan dalam melakukan ekpansi pasar tujuan ekspor selain China dan Hongkong. Program pengembangan kawasan budidaya laut melalui optimalisasi pemanfaatan lahan offshore berbasis pada teknologi budidaya yang berkelanjutan, menjadi alternatif dalam mendorong pencapian target produksi tersebut.

c. Kakap

(35)

28

ditetapkan).

Kinerja capaian volume dan nilai produksi ikan kakap yang fluktuatif tersebut antara lain lebih disebabkan fenomena bahwa saat ini aktivitas usaha budidaya ikan kakap masih belum memasyarakat dan secara umum didominasi oleh beberapa perusahaan sehubungan nilai investasi yang besar, disamping itu penyediaan benih unggul ikan kakap masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan bagi beberapa perusahaan.

Gambar 8. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kakap, Tahun 2010 - 2013

Perbandingan total produksi ikan kakap nasional terhadap total produksi ikan kakap dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk ikan kakap dengan memberikan share sekitar (7,6% terhadap total produksi ikan kakap dunia yang sebesar 69.116 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Taiwan yang memberikan share sebesar (34,8%), disusul Malaysia sebesar (25,5%), dan Thailand (23,6%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang semakin menjanjikan, diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa daerah. Disisi lain, Kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi untuk pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti ikan kakap akan terus

dilakukan yaitu melalui pengembangan marikultur pada perairan offshore.

Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka target capaian volume dan nilai produksi ikan kakap pada Tahun 2014 optimis akan mampu tercapai.

d. Bandeng

Rata-rata kenaikan produksi bandeng dari Tahun 2010 - 2013 sebesar 16,8%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 27,19%. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013 target tersebut telah mampu dicapai dengan rata-rata capaian

Target (ton) Capaian(ton)

2010 5.000 5.738 2011 5.500 5.236

2012 6500 6198

2013 7.000 7.504

2010

2011

2012

2013 5.000 5.500

6500 7.000 5.738

5.236

6198

7.504

(36)

29

107,6%, kecuali untuk Tahun 2013. Pencapaian ini distimulus dengan stabilitas harga pasar yang cukup baik serta berbagai teknologi diversifikasi olahan bandeng yang menyebabkan minat masyarakat akan produk bandeng tetap tinggi. Selain itu juga didukung oleh kegiatan industrialisasi bandeng yang dimulai sejak Tahun 2012.

Gambar 9. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Bandeng, Tahun 2010 - 2013

Tidak tercapainnya target volume dan nilai produksi bandeng pada Tahun 2013 dikarenakan secara umum pelaku usaha masih menghadapi beberapa tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di hulu, antara lain : 1) Ketersediaan benih bandeng berkualitas yang masih minim, sehingga mempengaruhi produktivitas; 2) Keterbatasan penggunaan bandeng kualitas baik ditingkat

pembudidaya disebabkan karena terbatasnya pusat broodstock dan benih bandeng

khususnya di sentral-sentral produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih masih di datangkan dari Bali. Disamping ada kenyataan bahwa kualitas bandeng yang baik justru masih banyak yang diekspor ke Malaysia dan negara lainnya, 3) Masalah efesiensi produksi, khususnya pada budidaya intensif, hal ini terkait masih tingginya biaya produksi seiring terus meningkatnya harga pakan.

Dalam upaya mendorong industrialisasi bandeng di atas, maka beberapa langkah kebijakan strategis yang akan dilakukan antara lain : a) Membentuk model penerapan industrialisasi bandeng sebagai upaya dalam rangka menumbuh kembangkan usaha

budidaya bandeng pada kawasan-kawasan potensial; b) Pengembangan broodstock

bandeng dalam upaya pemenuhan kebutuhan benih berkualitas di sentral-sentral produksi; c) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; d) Menggandeng Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI), yang dalam hal ini diposisikan sebagai partner Pemerintah khususnya dalam mendorong implementasi kebijakan industrialisasi bandeng. Langkah-langkah di atas akan terus di dorong sehingga capaian volume dan nilai produksi di Tahun 2014 akan mampu tercapai. Posisi Indonesia terhadap produk bandeng dunia, pada Tahun 2011 Indonesia mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan kontribusi sebesar 52,4% disusul Philipina dengan share sebesar 41,8% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Produksi bandeng di dunia Tahun 2011 sebesar 891.407 ton.

(37)

30 e. Patin

Produksi ikan patin dari Tahun 2010 hingga 2013 mengalami kenaikan rata-rata 95,57%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 81,77%. Namun demikian produksi pada kurun waktu Tahun 2010 s/d 2012 ini masih jauh dari target tahunan yang telah ditetapkan dalam renstra dengan capaian rata-rata 77,1% sebagaimana pada grafik dibawah. Belum tercapainya produksi ikan patin di Tahun 2010 - 2012 antara lain disebabkan terjadinya over produksi di beberapa sentra produksi seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Riau dan Jambi yang secara langsung mempengaruhi terhadap penurunan harga ikan patin di pasar secara signifikan. Disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efisiensi masih cukup rendah.

Sedangkan kinerja positif capaian volume produksi Tahun 2013 yang mencapai 129,7% dari target dan diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 162,13% dari target yang ditetapkan tidak terlepas dari upaya-upaya untuk mendorong pengembangan budidaya ikan patin melalui kerjasama sinergi, baik lintas sektoral, swasta maupun stakeholders lain. Kerjasama tersebut diarahkan dalamg rangka : (i) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien; (iii) Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara terintegrasi, serta (iv) Peningkatan nilai tambah produk menjadi hal mutlak dan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi produk olahan berbahan baku ikan patin dan pengembangan unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara langsung akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya siklus bisnis yang positif dan berkesinambungan. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap pencapaian target volume dan nilai produksi ikan patin di Tahun 2014 dapat tercapai.

Gambar 10. Trend Target dan Capaian Produksi Patin dan Nilai Produksi, Tahun 2010 - 2013

Perbandingan total produksi ikan patin nasional terhadap total produksi ikan patin dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk patin dengan memberikan share sekitar (16,1% terhadap total produksi ikan patin dunia yang sebesar 1.422.634 ton). Posisi Indonesia

(38)

31

tersebut masih di bawah Vietnam yang memberikan share sebesar (80,9%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

f. Nila

Produksi ikan nila dari Tahun 2010 hingga s/d 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan 34,85%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 45,81% sebagaimana tersaji dalam gambar 11.

Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target Tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013 target tersebut belum dapat dicapai yaitu dengan rata-rata capaian masih 89,4%. Namun demikian capaian nilai produksi pada Tahun 2013 mampu mencapai 167,17% dari target yang ditetapkan pada Tahun yang sama.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainnya target volume produksi pada kurun waktu tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah.

Rencana aksi dalam upaya pencapaian kinerja antara lain melalui (i) Pengembangan gerakan minapadi, (ii) Pengembangan budidaya ikan nila melalui intensifikasi dengan

Bioflok dan Running Water; (iii) Mendorong pemanfaatan bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan secara mandiri yang berkualitas; (iv) Ekstensifikasi pada kawasan potensial; (v) Memberikan stimulan penguatan modal melalui Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB); serta (vi) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap pencapaian target produksi ikan patin Tahun 2014 akan bisa tercapai.

(39)

32

Gambar 11. Trend Target dan Capaian Produksi Nila dan Nilai Produksi, Tahun 2010 - 2013

g. Ikan Mas

Perkembangan produksi ikan mas menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata dari Tahun 2010 - 2013 sebesar 7,09% begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang cukup baik dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 5,66% sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah. Pencapaian yang cukup tinggi ini didorong oleh kegiatan

budidaya ikan mas melalui minapadi, penerapan running water system, serta paket

bantuan PUMP-PB.

(40)

33

Gambar 12. Trend Target dan Capaian Produksi Ikan Mas dan Nilai Produksi Tahun 2010 -2013

Dalam upaya pencapaian target volume dan nilai produksi Tahun 2014, maka perlu upaya-upaya yang secara langsung mendorong peningkatan efesiensi produksi, diantaranya : (i) Intensifikasi melalui pengembangan teknologi baik budidaya maupun aspek nutrisi (pakan) yang berkualitas berbasis bahan baku lokal; (ii) Pengembangan kapasitas usaha dengan dukungan penguatan modal bagi usaha skala kecil melalui penguatan kemitraan usaha; (iii) Perluasan akses pasar dan peningkatan nilai tambah. Jika upaya di atas mampu dilakukan, maka target produksi pada Tahun 2014 diprediksi akan mampu di capai.

Perbandingan total produksi ikan mas nasional terhadap total produksi ikan mas dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk ikan mas dengan memberikan share sekitar (8,9% terhadap total produksi ikan mas dunia yang sebesar 3.733.418 ton). Namun demikian posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan share sebesar 72,8% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

h. Lele

Selama kurun waktu Tahun 2010 2013 produksi ikan lele menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata sebesar 47,2%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 54,71%. Namun demikian produksi ikan lele Tahun 2010 - 2012 masih dibawah dari target tahunan dimana prosentase pencapaiannya cenderung menurun setiap Tahunnya sebagaimana grafik dibawah ini. Tidak tercapainnya target pada kurun waktu tersebut dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil, sehingga secara ekonomis tidak efisien. Disisi lain tingginya cost produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan secara langsung berpengaruh terhadap margin keuntungan yang didapatkan.

(41)

34

Gambar 13. Trend Target dan Capaian Produksi Lele dan Nilai Produksi Tahun 2010 -2013

Melalui upaya langkah strategis yang telah dilakukan pada Tahun 2013 capaian produksi ikan lele mampu melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian (108,35%) yang diikuti oleh capaian positif nilai produksi yang mencapai 140,86% dari target. Upaya-upaya tersebut antara lain melalui (i) Pengembangan teknologi budidaya secara intensifikasi dengan bioflok untuk efisiensi pakan; (ii) Penggunaan teknologi budidaya ikan lele dengan terpal sebagai upaya efesiensi pemanfaatan lahan; dan (iii) Extensifikasi melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya. Melihat kinerja yang telah dicapai pada Tahun 2013 serta upaya-upaya strategis yang terus dilakukan, maka target volume dan nilai produksi pada Tahun 2014 diprediksi dapat tercapai.

Perbandingan total produksi ikan lele nasional terhadap total produksi ikan lele dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk lele dunia dengan memberikan share sekitar (75,6% terhadap total produksi ikan lele dunia yang sebesar 446.321 ton), disusul oleh Malaysia dengan share sebesar 10,5%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013)

i. Gurame

Produksi gurame Tahun 2010 - 2013 menunjukkan kinerja yang positif, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 15,74%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 43,50%.

Dilihat dari capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukan bahwa capaian produksi ikan gurame telah mampu melapaui target tahunan yang ditetapkan dengan rata-rata capaian sebesar 138,3%, kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu mencapai target (69,42% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai 99,18%. Tidak tercapainya target pada Tahun 2013 disebabkan karena adanya perlambatan pengembangan kawasan pada daerah-daerah potensial

Gambar

Tabel 11. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya per  Komoditas Tahun 2010 -2013 148.54
Gambar 5. Target Dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya,  Tahun 2010 – 2013
Gambar 6. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang,   Tahun 2010 - 2013
Gambar 7. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kerapu, Tahun 2010 - 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

relevan dengan tujuan pembelajaran, menggunakan metode instruksional seperti contoh dan latihan dalam setiap pembelajarannya, menggunakan kata-kata dan gambar

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmisyari (2007) yang menyatakan bahwa motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem

Selain itu kalus embriogenik yang dihasilkan mempunyai penampilan visual yang baik, berwarna kekuningan, nodular, remah (Gambar 2 a dan e) dan dapat berkembang membentuk embrio

bahwa untuk melaksanakan amanat dalam ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan serta untuk

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Apikasi Ujian Saringan Masuk Online Perguruan Tinggi Dengan Sattolo Shuffle Algorithm Studi Kasus Universitas

Pada BS 3148 terdapat dua metode untuk menilai kelayakan air untuk campuran beton, yaitu dengan membandingkan waktu pengikatannya dan kuat tekan benda uji yang

Power input ini menunjukan besarnya horse power yang dibutuhkan oleh prime mover pada operasi pompa sucker rod.ada dua power load yang harus dipertimbangkan selama

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka harus dinyatakan bahwa perkara Nomor: 0173/Pdt.G/2011/PA.Bn yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan