• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

2. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Perubahan anggaran dasar dalam perseroan harus ditetapakan oleh RUPS (RUPS) dengan mencantumkan dengan jelas dalam acara/agenda surat pemanggilan RUPS kepada para anggota RUPS (pasal 19). Jika dalam rencana /agenda RUPS tidak mencantumkan perihal perubahan anggaran dasar, anggota dalam RUPS dapat menolak untuk pembahasan perubahan anggaran dasar tersebut.

Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan, kecuali dengan persetujuan kurator. Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud dilampirkan dalam permohonan persetujuan atau pemberitahuan persetujuan anggaran dasar kepada Menteri (pasal 20).

Persetujuan kurator dilaksanakan sebelum pengambilan keputusan perubahan anggaran dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya penolakan oleh kurator sehingga berakibat keputusan perubahan anggaran dasar menjadi batal.

A.2. a. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang harus mendapat persetujuan Menteri

Perubahan anggaran dasar perseroan yang harus mendapat persetujuan Menteri diatur dalam pasal 21 (ayat 2). Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut meliputi :

a. Nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan; b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan; c. Jangka waktu berdirinya perseroan;

d. Besarnya modal dasar;

e. Pengurangan modal ditempatkan dandisetor; dan/atau

f. Status perseroan yag tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.

Hal-hal yang disebut di ataslah yang dikategori perubahan anggaran dasar “tertentu” yang mesti mendapat “keputusan persetujuan” dari Menteri, barulah perubahan itu sah dan efektif berlaku.

Perubahan anggaran dasar ini dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia. Perubahan yang dimaksud diatas mulai berlaku sejak tanggal terbitnya keputusan Menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar.

A.2. b. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang cukup dengan pemberitahuan Menteri

Dalam pasal 21 (ayat 3) disebutkan bahwa perubahan anggaran dasar selain yang dimaksud dalam 21 (ayat 2) di atas, cukup diberitahukan kepada Menteri.

Oleh karena itu, tidak disyaratkan harus mendapat Keputusan persetujuan Menteri, cukup

Dengan demikian, untuk memperoleh keabsahan atas perubahan anggaran dasar dari Menteri ada yang berbentuk persetujuan untuk perubahan anggaran dasar tertentu, dan yang berbentuk pemberitahuan untuk pemberitahuan lainnya di luar anggaran dasar tertentu.

Selanjutnya sama halnya dengan perubahan anggaran dasar tertentu, perubahan anggaran dasar yang dimaksud dalam ayat (3) ini pun wajib dimuat dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia. Dan perubahan anggaran dasar ini mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri.

Dalam aspek legalitas perusahaan ini yang perlu diperhatikan, disamping mengenai status badan hukum perseroan tersebut juga perlu diperhatikan mengenai pajak (NPWP), ijin-ijin dan jaminan yang berhubungan perusahaan (perseroan terbatas) tersebut.

B. Aspek Manajemen dan Organisasi

Sistem manajerial berkembang sebagai kebutuhan untuk mengatur dan mengkoordinasikan pekerjaan dalam organisasi perusahaan.

Dalam UUPT kita kenal 3 (tiga) organ, yaitu Direksi, Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dan pada perseroan terbatas, perusahaan dipimpin oleh sekelompok pimpinan yang disebut Direksi. Direksi terdiri dari Presiden Direktur atau Direktur Utama dan beberapa orang Direktur yang memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman dari berbagai displin ilmu dan praktek yang berbeda-beda.

Jadi Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh Direksi. Sedangkan RUPS merupakan persekutuan modal dari para pendiri perseroan terbatas dan sekaligus sebagai pemegang saham perseroan terbatas yang telah memberikan konstribusi modal (kapital) awal (initial capital) untuk menjalankan kegiatan usaha serta seyogianya setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal (original objective) para pendiri dalam mendirikan perseroan terbatas berada di tangan mereka melalui RUPS. Disamping itu pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris bukan dari Rapat Direksi atau Dewan Komisaris namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, dan ini memperlihatkan kekuasaan yang besar yang tidak dipunyai oleh organ perseroan terbatas lainnya, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris.68

Undang Undang Perseroan Terbatas dengan tepat menggambarkan kedudukan RUPS tersebut sebagaimana dalam pasal 1 ayat (4) yang berbunyi:

“Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.”

Organisasi pada dasarnya merupakan suatu tempat atau alat yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada proyek aspek atau usaha yang akan dibiayai kredit bank sangat perlu dilakukan penilaian aspek manajemen dan organisasinya. Simpulan penilaian aspek ini harus dapat menentukan tentang kecukupan manajemen ketrampilan teknis (technical and managerial skill). Penyaluran kredit hendaknya lebih didasarkan pada prinsip saling menguntungkan (win-win solution). Pada keadaan seperti ini, pihak perbankan melakukan pemilihan secara selektif dari usaha/proyek yang prospektif dan dikelola

secara potensial. Tindakan ini sebagai cermin operasi bank yang hati hati (prudent

banking operation). 69

Oleh karena itu di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas, pimpinan dan kepemimpinan mempunyai peran yang sangat menentukan maju mundurnya perusahaan. Pemimpin merupakan orang-orang yang memimpin serta bertanggung jawab atas

68 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) halaman 2

terselenggaranya proses penggerakan orang-orang atau karyawan dan pengarahan fasilitas dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan perusahaan. Betapapun besarnya modal yang dimilikinya, namun bila pimpinan perusahaan tersebut tidak mampu mengelolanya, maka pada waktu yang tidak lama perusahaan itu akan terancam kesulitan (kebangkrutan). Oleh karena itu, karena begitu pentingnya peranan pimpinan perusahaan, pimpinan perusahaan disamping mempunyai status kedudukan pimpinan, haruslah benar-benar memiliki kualitas yang memadai sebagai pemimpin. Penilaian aspek manajemen meliputi pengamatan /penilaian terhadap kualitas orang-orang yang menduduki posisi penting, sampai berapa jauh mampu menerapkan fungsi manajemen dan menjalankan perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, hendaknya ditelaah pula apakah struktur organisasi dalam perusahaan tersebut cukup menunjang keberhasilan pimpinan perusahaan tersebut dalam menjalankan perusahaannya.

B.1. Direksi

Dalam UUPT pasal 1 ayat (5) dijelaskan bahwa yang dimaksud daripada Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Jadi tugas dan fungsi utama Direksi, menjalankan dan melaksanakan pengurusan Perseroan atau dengan kata lain Perseroan diurus, dikelola atau dimanage oleh Direksi. Lebih lanjut mengenai hal ini diatur dalam pasal 92 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan:

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(2) Direksi berwenang menjalankan kepengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar perseroan.

Dan dalam penjelasannya ini dijelaskan :

ayat (1) Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain, meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan.

ayat (2) Yang dimaksud dengan kebijakan yang dipandang tepat adalah kebijakan yang, antara lain, didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia,

dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.

Pengertian umum pengurusan Direksi dalam konteks Perseroan meliputi tugas atau fungsi melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan Perseroan. Dengan kata lain melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis Perseroan dalam arti sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan Perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepadanya.70

Tugas dan tanggung jawab Direksi serta wewenangnya ditetapkan oleh Undang- Undang. Dengan demikian keberadaan Direksi dalam suatu perseroan juga diatur berdasarkan Undang-Undang.

Dengan demikian dari tugas Direksi yang harus mengelola perseroan, wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya di RUPS, bahwa Direksi telah menjalankan perseroan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan ketentuan anggaran dasar perseroan.

Melihat tanggung jawab Direksi yang demikian itu maka untuk menjadi Direksi dalam pasal 93 ayat (1) menentukan syaratnya sebagai berikut:

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbutan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah :

a. Dinyatakan pailit;

b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Ketentuan persyaratan dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkankan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundangan-undangan.

Dalam Perseroan Terbatas, Direksi perseroan dapat terdiri atas 1 (satu) anggota Direksi atau lebih (ayat 3). Sedangkan dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS (ayat 5).

Dan dan dalam hal RUPS sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (5) tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi (ayat 6).

Direksi sebagai organ Perseroan yang melakukan pengurusan Perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak

menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi, sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh Direksi sendiri.

Mengenai pengaturan pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi dalam Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan dalam pasal 94, yang menyebutkan :

(1) Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.

(2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf b.

(3) Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

(4) Anggaran Dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi.

(5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan , penggantin dan pemberhentian anggota Direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.

(8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan.

(9) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh Direksi atas pengangkatan dirinya sendiri.

Selanjutnya apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas maka pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi tersebut batal karena hukum sejak

anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Hal ini diatur dalam pasal 95 ayat (1) Undang-Undang tersebut dan dalam ayat (2) nya di disebutkan bahwa dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Direksi yang bersangkutan dalam surat kabar dan pemberitahuannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.

B.2. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dalam pasal 108 ayat (1) bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.

Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Berbeda dengan Direksi, dalam hal perseroan yang mempunyai Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Hal ini secara tegas disebutkan dalam pasal 108 ayat (4).

Sama hal dengan anggota Direksi, maka anggota Dewan Komisaris dalam pasal 110 Undang-Undang Perseroan Terbatas, disebutkan:

Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbutan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

a. Dinyatakan pailit;

b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Ketentuan persyaratan dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkankan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundangan-undangan

Mengenai pengaturan pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan dalam pasal 111, yang menyebutkan:

(1) Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.

(2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf b.

(3) Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

(4) Anggaran Dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Dewan Komisaris.

(5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantin dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris,Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri

untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.

(8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan Dewan Komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi.

Selanjutnya apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas maka pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris tersebut batal karena hukum sejak saat anggota Komisaris lainnya atau Direksi mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Hal ini diatur dalam pasal 112 ayat (1) Undang-Undang tersebut dan dalam ayat (2) nya di disebutkan bahwa dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, Direksi harus harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan dalam surat kabar dan pemberitahuannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.

B.3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Secara umum, menurut pasal 1 ayat (4), RUPS sebagai organ Perseroan mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, namun dengan batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar Perseroan.

Kemudian kewenangan RUPS tersebut, dikemukakan ulang lagi pada pasal 75 ayat (1) yang berbunyi :

“RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang inidan/atau anggaran dasar”.

Jadi secara umum, kewenangan apa saja yang tidak diberikan kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris, menjadi kewenangan RUPS. Oleh karena itu, dapat dikatakan RUPS merupakan organ tertinggi perseroan. Namun itu tidak persis demikian, karena pada dasarnya ketiga organ perseroan itu sejajar dan berdampingan sesuai dengan pemisahan kewenangan (separation of power) yang diatur dalam undang-undang dan anggaran dasar. Dengan demikian, tidak dapat dikatakan RUPS lebih tinggi dari Direksi dan Dewan Komisaris. Masing-masing mempunyai posisi dan kewenangan sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang dimiliki. 71

Diantara kewenangan yang dimiliki RUPS adalah mengangkat anggota Direksi sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 94 ayat (1) dan memberhentikan anggota Direksi dalam pasal 105 ayat (2) serta mengangkat anggota Dewan Komisaris dalam pasal 111 ayat (1).

RUPS terdiri atas RUPS tahunan atau RUPS lainnya. Hal ini diatur dalam pasal 78 ayat (1). Dan dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan RUPS lainnya dalam praktek sering dikenal sebagai RUPS luar biasa.

Pada dasarnya yang berfungsi dan berwenang menyelenggarakan RUPS tahunan maupun luar biasa adalah Direksi. Hal itu ditegaskan dalam pasal 79 ayat (1). Penyelenggaraan diadakan RUPS, sepenuhnya merupakan inisiatif dari Direksi.

Akan tetapi ketentuan itu, tidak menutup kemungkinan penyelenggaran RUPS tahun atau RUPS luar biasa dilakukan atas permintaan sebagaimana yang diatur pasal 79 ayat (2) yaitu :

a. 1(satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah yang lebih kecil, atau

b. Dewan Komisaris

Sedangkan kuorum dan keputusan RUPS untuk perubahan anggaran dasar undang-undang mengaturnya sebagai berikut:

1. Pada RUPS pertama, rapat dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarakan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar (Pasal 88 ayat 1).

2. Selanjutnya dalam hal kuorum tidak tercapai, dapat diselenggarakan RUPS kedua (pasal 88 ayat 2). RUPS kedua sah dan berhak mengambil Keputusan jika dalam dalam rapat paling sedikit 3/5 (tiga perlima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan /atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar (Pasal 88 ayat 3).

3. Sedangkan RUPS ketiga ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri (pasal 88 ayat 4). Sehubungan dengan aspek manajemen dan organisasi ini, perseroan terbatas sebagai badan hukum dalam mengajukan pinjaman kepada Bank, maka Bank wajib melakukan proses yang disebut BI-Checking sebelum persetujuan kredit dilakukan.

Secara garis besar informasi yang saya dapat dari Pihak Bank, dapat jelaskan, BI-

Checking adalah suatu proses pengecekan yang dilakukan oleh lembaga keuangan baik

Bank maupun non-Bank, melalui suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola oleh Bank Indonesia.

Sistem Informasi Debitur (SID) adalah sistem yang menyediakan informasi Debitur yang merupakan hasil olahan dari Laporan Debitur yang diterima oleh Bank Indonesia.72

Jadi dalam SID merupakan suatu sistem yang didalamnya berisi data debitur dari seluruh anggotanya yang terdiri dari Bank Umum, BPR, dan beberapa Perusahaan Pembiayaan. Hasil keluaran atau output yang diperoleh dari pengecekan disebut Informasi Debitur Individual (IDI). Dan didalam IDI dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pembayaran debitur, digambarkan dengan informasi hari tunggakan dan kualitas kredit, seperti apakah status pembayarannya lancar, kurang lancar, dalam perhati khusus, diragukan atau macet.

Contohnya apabila debitur pernah menunggak pembayaran kredit dan dikategorikan macet dalam waktu 2 (dua) tahun terakhir, maka data tersebut akan terlihat di BI-Checking yang di akses.

Yang perlu juga diketahui adalah bahwa input data yang berisi informasi kualitas kredit ini bersumber dari bank atau perusahaan pembiayaan yang menjadi anggota SID, dan bukan dari BI. Jadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kebenaran data yang disampaikan kepada BI adalah pemilik data, yaitu lembaga keuangan anggota SID.

Tentunya BI sebagai pengelola data sangat “concern” dengan akurasi data yang ditampilkan dalam BI-Checking, oleh karena itu BI mengeluarkan ketentuan yang berlaku untuk anggota SID agar menyampaikan data yang urat, termasuk pengenaan sanksi apabila mereka tidak menyampaikan data yang benar.73

72 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/14/PBI/2007, pasal 1 angka 9. 73 http://amiek-myworld.blogspot.com

Jadi tujuan daripada BI-Checking ini bagi bank dan lembaga keuangan lainnya adalah diharapkan bisa membantu proses persetujuan kredit serta menjadi alat untuk pelaksanaan manajemen resiko khususnya resiko kredit. Penggunaan BI-Checking juga diharapkan bisa signifikan menekan angka kredit bermasalah, sehingga proses intenmediaasi perbankan dapat berjalan. Dalam prakteknya kalangan Bank dalam melakukan BI-Checking terhadap Debitur perseroan terbatas, selain melakukan BI-

Checking terhadap perusahaannya juga terhadap pengurusnya yaitu anggota Direksi dan

anggota Komisaris perseroan bahkan juga para pemegang sahamnya jika pemegang sahamnya bukan merupakan anggota Direksi dan anggota Komisaris. Hal ini agar Bank sebagai pemberi kredit (kreditur) dapat mengetahui profil calon debiturnya atas fasilitas kredit yang pernah diperoleh atau sedang dimiliki oleh perusaahan, anggota Direksi, anggota Komisaris bahkan para pemegang saham. Semua infomasi dan data yang didapatkan menjadi masukkan bagi Bank sebagai pemberi kredit untuk menindaklanjuti permohonan kredit oleh perusahaan Perseroan Terbatas.74

Disamping itu Bank juga menganalisa terhadap kelayakan usaha perusahaaan dengan mengecek legalitas atas segala ijin-ijin perusahaan dan berhubungan dengan usaha perusahaan tersebut seperti Surat Ijin Tanda Usaha (SITU), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Industri dan surat-surat lainnya yang disesuaikan dengan bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan calon debitur tersebut. Secara umum bagi debitur perusahaan (badan hukum), bank mensyaratkan usaha

74 Hasil wawancara dengan Bapak Budi Fransetia Tarigan, Credit Approver Comercial Bangking, Bank Danamon Indonesia, Tbk Wilayah VI, di Medan, Jumat, tanggal 9 April 2010

perusahaan tersebut telah berjalan minimal 2 (dua) tahun. Berhubungan dengan kelayakan usaha ini bank juga melakukan track checking, yaitu mengenai pengecekan hubungan antara perusahaan calon debitur dengan kolega ataupun rekan binisnya. Misalnya dengan buyer dan suppliernya dapat dimintakan informasi dan data mengenai rata-rata jumlah transaksi, bagaimana cara pembayarannya, ketepatan waktu order delivery dan sebagainya. Sehingga dengan informasi dan data ini bank sebagai pemberi kredit dapat mengetahui sumber dana serta kemampuan debitur dalam mengembalikan dan melunasi

Dokumen terkait