• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Nilai L* pada Berbagai Perlakuan

tanpa hyd, 4oC air sumur, 4oC air es, 4oC

tanpa hyd, 0oC air sumur, 0oC air es, 0oC

-20 -18 -16 -14 -12 -10

Hari 0 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

N

il

a

i a

*

Perubahan Nilai a* pada Berbagai Perlakuan

tanpa hyd, 4oC air sumur, 4oC air es, 4oC

tanpa hyd, 0oC air sumur, 0oC air es, 0oC

15 17 19 21 23 25

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

N

il

a

i b

*

Perubahan Nilai b* pada Berbagai Perlakuan

tanpa hyd, 4oC air sumur, 4oC air es, 4oC

tanpa hyd, 0oC0oC air sumur, 0oC0oC air es, 0oC0oC

4oC 4oC 4oC

4oC 4oC 4oC

0oC 0oC 0oC

0oC 0oC 0oC

54

Untuk sayuran pak choidapat dilihat pada Gambar 23. bahwa nilai L dan a cenderung tetap, hal ini menunjukkan bahwa kecerahan dan warna hijau daun pak choi dapat dipertahanakan. Sedangkan nilai b selama penyimpanan cenderung menurun, namun besarnya penurunan tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu mempengaruhi penampakan warna daun pak choi. Pada awal penyimpanan warna daun pak choi hijau dengan nilai a berkisar antara -11,31 sampai -12,15 dan nilai b berkisar antara 19,16 sampai 20,39 (Gambar 22a). Sedangkan pada akhir penyimpanan nilai a berkisar antara -11,31 sampai -13,51 dan nilai b berkisar antara 18,70 sampai 19,86(Gambar 22b).

Nilai a dan b untuk sayuran pak choi pada Gambar 23. menunjukkan peningkatan pada hari ke-3 untuk kombinasi perlakuan hydrocooling dengan air sumur dan hydrocooling dengan air es pada suhu penyimpanan 4oC. Hari ke-3 merupakan puncak tertinggi nilai a dan b selama proses penyimpanan. Selanjutnya nilai a dan b menujukkan penurunan pada penyimpanan hari ke-5 dan sedikit naik pada hari ke-7, namun kenaikan yang terjadi tidak signifikan. Pada analisa sidik ragam juga dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai a pada penyimpanan hari ke-3, sementara untuk nilai b pada penyimpanan hari ke-3 dan hari ke-5 (Tabel 10.-Tabel 12.).

(a) (b)

55

Gambar 23. Perubahan nilai variabel L, a dan b daun pak choi pada berbagai perlakuan 40 42 44 46 48 50

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

N

il

a

i L

*

Perubahan Nilai L* pada Berbagai Perlakuan

tanpa hyd, 4oC air sumur, 4oC air es, 4oC

tanpa hyd, 0oC air sumur, 0oC air es, 0oC

-20 -18 -16 -14 -12 -10

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

N

il

a

i a

*

Perubahan Nilai a* pada Berbagai Perlakuan

tanpa hyd, 4oC air sumur, 4oC air es, 4oC

tanpa hyd, 0oC air sumur, 0oC air es, 0oC

15 17 19 21 23 25

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

N

il

a

i b

*

Perubahan Nilai b* pada Berbagai Perlakuan

tanpa hyd, 4oC air sumur, 4oC air es, 4oC

tanpa hyd, 0oC air sumur, 0oC air es, 0oC

4oC 4oC 4oC 0oC 0oC 0oC 0oC 0oC 0oC 4oC 4oC 4oC 4oC 4oC 4oC 0oC 0oC 0oC

56

Tabel 10. Uji lanjut Duncan nilai L daun pak choi

Tabel 11. Uji lanjut Duncan nilai a daun pak choi

Tabel 12. Uji lanjut Duncan nilai b daun pak choi

Pada analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perubahan warna yang terjadi selama proses penanganan pascapanen untuk sayur jenis pak choi yang diperlihatkan oleh nilai L, a dan b lebih dominan dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dalam rantai dingin, walaupun pada hari ke-3 hydrocoling juga berpengaruh terhadap warna daun. Dimana untuk suhu penyimpanan 4oC memberikan pengaruh terbaik terhadap warna daun pak choi pada hari ke-3, ini menunjukkan bahwa suhu penyimpanan 4oC dapat digunakan untuk sayur pak choi yang akan dipasarkan sekitar 3 hari setelah panen. Sementara untuk suhu penyimpanan 0oC dapat digunakan untuk sayur pak choi yang akan dipasarkan sekitar 5 hari setelah panen. Sehingga penggunaan suhu penyimpanan selama proses rantai dingin sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan umur simpan sayur untuk mengoptimalkan nilai ekonomis produk.

Secara umum pada kedua jenis sayuran tersebut walaupun terjadi perubahan nilai L, a dan b selama proses penyimpanan, namun secara

Suhu Simpan Hydrocooling

4 Tanpa hydrocoling 47,53 a 48,04 bc 47,29 a 47,28 a Air sumur 46,92 a 48,61 c 47,34 a 47,2 a Air es 46,55 a 49,76 d 47,64 a 47,05 a 0 Tanpa hydrocoling 47,53 a 47,03 a 48,05 ab 46,36 a Air sumur 46,92 a 47,15 ab 48,52 b 46,55 a Air es 46,55 a 46,46 a 48,91 b 46,69 a

Perlakuan Hari Penyimpanan

0 3 5 7

Suhu Simpan Hydrocooling

4 Tanpa hydrocoling -12,15 a -12,97 a -13,38 a -12,91 a Air sumur -11,7 a -14,97 b -12,21 a -12,85 a Air es -11,31 a -16,21 b -12,56 a -13,51 a 0 Tanpa hydrocoling -12,15 a -12,00 a -14,39 a -11,32 a Air sumur -11,7 a -11,54 a -13,75 a -11,31 a Air es -11,31 a -11,24 a -14,61 a -11,44 a

Perlakuan Hari Penyimpanan

0 3 5 7

Suhu Simpan Hydrocooling

4 Tanpa hydrocoling 20,39 a 19,63 ab 18,83 a 19,80 a Air sumur 19,47 a 20,85 b 18,3 a 19,86 a Air es 19,16 a 23,98 c 19,03 a 19,36 a 0 Tanpa hydrocoling 20,39 a 19,23 a 20,52 b 18,70 a Air sumur 19,47 a 19,39 a 20,76 b 18,91 a Air es 19,16 a 18,63 a 21,79 b 19,21 a

Perlakuan Hari Penyimpanan

57

penampakan perubahan warna yang terjadi tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.

Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik atau disebut juga pengujian sensori adalah suatu proses identifikasi, pengukuran ilmiah, analisis dan interpretasi atribut-atribut produk melalui lima pancaindra manusia; indra penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran (Setyaningsih et all. 2010). Pada pengujian ini pancaindra yang digunakan adalah indra penglihatan dan peraba. Penilaian warna dan kesegaran daun serta penilaian secara umum menggunakan indra penglihatan, sedangkan untuk kekerasan petiole menggunakan indra peraba. Masing-masing penilaian menggunkan 15 orang panelis.

a) Warna dan Kesegaran Daun

Respon 15 orang panelis terhadap warna dan kesegaran daun caisin yang dilakukan perlakuan hydrocooling dapat dilihat pada Gambar 24, sedangkan respon panelis terhadap warna dan kesegaran daun pak choi dapat dilihat pada Gambar 25. Uji organoleptik dilakukan sebanyak empat kali yaitu; setelah dilakukan perendaman, pada hari ke-3, hari ke-5 dan hari ke-7 penyimpanan.

Pada Gambar 24. dapat dilihat berdasarkan rata-rata penilaian 15 orang panelis terhadap warna dan kesegaran daun caisin seluruh perlakuan menujukkan bahwa panelis menyukai warna dan kesegaran daun selama 7 hari penyimpanan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai terendah adalah 3,67 yaitu untuk kombinasi perlakuan tanpa perendaman dengan penyimpanan pada suhu 4oC pada hari ke-3 penyimpanan. Sedangkan untuk nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 5 untuk kombinasi perlakuan perendaman air sumur dengan suhu penyimpanan 0oC pada hari ke-3. Pada sesaat setelah perendaman rata-rata nilai terendah adalah 4.07 sedangkan rata-rata nilai tertinggi 4.20, hari ke-3 rata-rata nilai antara 3,67-5.00, hari ke-5 rata-rata nilai 3.93-4.93, sedangkan pada akhir penyimpanan pada hari ke-7 rata-rata nilai berada antara 4.20-4.87. Dengan proses hydrocooling yang dilakukan dapat dilihat bahwa secara umum terjadi peningkatan skor warna dan kesegaran daun pada hari ke-3 sampai hari ke-5 dan kembali turun pada hari ke-7 penyimpanan.

58

Berdasarkan analisa sidik ragam(Lampiran 41.) setelah perendaman tidak terjadi pengaruh yang nyata antar perlakuan terhadap warna dan kesegaran daun, sedangkan untuk hari ke-3, hari ke-5 dan hari ke-7 terjadi beda nyata antar kombinasi perlakuan terhadap warna dan kesegaran daun (Lampiran 44.).

Gambar 24. Skor penilaian warna dan kesegaran daun caisin pada berbagai

perlakuan

Penilaian panelis terhadap warna dan kesegaran daun pak choi pada Gambar 23. Menunjukkan bahwa rata-rata penilaian panelis berada pada nilai antara 2,86 sampai dengan 4,87. Untuk rata-rata nilai terendah yaitu 2.86 merupakan penilaian panelis terhadap kombinasi perlakuan tanpa perendaman dengan suhu penyimpanan 0oC pada hari ke-7, sedangkan nilai tertinggi 4,87 merupakan kombinasi perlakuan perendaman air sumur dengan suhu penyimpanan 0oC pada hari ke-5. Sama halnya pada caisin, pada pak choi juga

4,07 4,20 4,20

Setelah Perendaman

Suhu 4oC Suhu 0oC

3,67 4,40 4,60 5,00 4,20 4,53 Hari ke-3

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC

3,93

4,33

4,93 4,93 4,87 4,93

Hari ke-5

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC

4,20 4,27 4,67 4,87 4,53 4,27 Hari ke-7

tanpa perendaman air sumur air es

4oC 0oC

4oC 0oC 4oC 0oC

59

memperlihatkan proses hydrocooling yang dilakukan secara umum dapat mempertahankan warna dan kesegaran produk sampai hari ke-5, bahkan ada yang sampai dengan hari ke-7.

Gambar 25. Skor penilaian warna dan kesegaran daun pak choi pada berbagai

perlakuan

Sesaat setelah perendaman dapat kita lihat bahwa penilaian panelis terhadap warna dan kesegaran daun pak choi berada pada rata-rata nilai antara 4.07-4.40, pada hari ke-3 rata-rata nilai panelis adalah antara 3.87-4.67, hari ke-5 antara 3.07-4.87 dan hari ke-7 antara 2.86-4.73. Analisa sidik ragam menunujukkan bahwa perlakuan perendaman setelah panen tidak berpengaruh nyata terhadap warna dan kesegaran daun pak choi, selanjutnya kombinasi perlakuan perendaman dengan suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata pada hari ke-3 tapi berpengaruh nyata pada hari ke-5 dan hari ke-7 terhadap warna dan kesegaran daun pak choi.

4,20 4,40 4,07

Setelah Perendaman

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,87 4,67 4,27 4,40 4,07 4,67 Hari ke-3

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,07

4,07

4,60 4,73 4,87

4,33

Hari ke-5

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 4,20 2,86 4,60 4,07 4,73 4,36 Hari ke-7

tanpa perendaman air sumur air es

4oC 0oC

4oC 0oC 4oC 0oC

60

Secara keseluruhan sampai hari ke-7 panelis masih dapat menerima warna dan kesegaran daun pak choi untuk seluruh kombinasi perlakuan, karena nilai rata-rata terendah berada diatas nilai penerimaan panelis yaitu pada rata-rata nilai 2.50.

b) Kekerasan Petiole

Kekerasan petiole dinilai berdasarkan kemudahan panelis dalam mematahkan petiole caisin dan pak choi. Berdasarkan penilaian panelis terhadap kekerasan petiole panelis memberi nilai agak tidak suka sampai suka, sedang nilai rata-rata untuk kombinasi perlakuan adalah 3.47 sampai 4.60 untuk sayur caisin (Gambar 26.) dan nilai rata-rata 3.33 sampai 4.47 untuk sayur pak choi (Gambar 27.).

Dari analisa sidik ragam pada sayur caisin (Lampiran 46 dan Lampiran 48.) dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan perendaman dan suhu penyimpanan memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan petiole pada hari ke-3 dan hari ke-7 penyimpanan. Dari Gambar 26. juga dapat dilihat bahwa penilaian panelis terhadap kekerasan petiole caisin sesaat setelah perendaman dengan nilai rata-rata antara 4.00-4.07, pada hari ke-3 nilai rata-rata antara 3.27-4.40, pada hari ke-5 nilai rata-rata antara 3.47-4.40 dan pada hari ke-7 nilai rata-rata antara 3.53-4.60.

Berdasarka uji organoleptik ini penerimaan panelis terhadap kekerasan petiole sayur caisin masih cukup baik, dimana nilai rata-rata terendah yaitu 3.27 masih di atas batas penolakan penelis yaitu 2.50.

Dari Gambar 27. dapat dilihat bahwa untuk sayur pak choi sesaat setelah hydrocooling rata-rata nilai kekerasan antara 3.60-4.27, pada hari ke-3 penyimpanan rata-rata nilai terendah adalah 3.47 dan rata-rata nilai tertinggi 4.47, selanjutnya pada hari ke-5 rata-rata nilai berada pada selang 3.53 sampai 4.47 dan hari ke-7 rata-rata nilai antara 3.33-3.93. Sedangkan dari analisa sidik ragam (Lampiran 57-Lampiran 60) diketahui bahwa kombinasi perlakuan perendaman dengan suhu penyimpanan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penilaian panelis atas kekerasan petiole pak choi.

Sama halnya dengan sayur caisin, pada sayur pak choi seluruh kombinasi perlakuan perendaman dengan suhu penyimpanan dapat diterima oleh panelis mulai panen sampai dengan hari ke-7, dimana rata-rata nilai terendah adalah 3.33

61

untuk kombinasi perlakuan perendaman air sumur dan perendaman air es dengan suhu penyimpanan 0oC berada diatas batas penolakan panelis yaitu 2.50.

Gambar 26. Skor penilaian kekerasan petiole caisin pada berbagai perlakuan

3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 4,00 4,07 4,00 Setelah Perendaman 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,60 4,40 3,27 4,33 3,80 4,27 Hari ke-3

tanpa perendaman air sumur air es

3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,87 4,20 3,67 4,20 3,47 4,40 Hari ke-5

tanpa perendaman air sumur air es

3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

Suhu 4oC Suhu 0oC

3,533,53 3,73

4,07 3,87

4,60

Hari ke-7

tanpa perendaman air sumur air es

4oC 0oC

62

Gambar 27. Skor penilaian kekerasan petiole pak choi pada berbagai perlakuan

c) Penilaian Umum

Penilaian secara umum untuk caisin (Gambar 28.) dan pak choi (Gambar 29.) menunjukkan penerimaan panelis terhadap penampilan sayur secara umum. Pada Gambar 24. dapat dilihat umumnya rata-rata penilaian panelis biasa-biasa saja/netral sampai suka dengan nilai rata-rata 3.47 sampai dengan 4.80. Sesaat setelah perendaman rata-rata nilai antara 3.67-4.07(agak suka), pada hari ke-3 rata-rata nilai antara 3.47(netral) sampai 4.67(suka) selanjutnya pada hari ke-5 rata-rata nilai 3.47(netral) sampai 4.80(suka) dan hari ke-7 rata-rata nilai 3.67(agak suka) sampai 4.67(suka).

Pada analisa sidik ragam caisin kombinasi perlakuan perendaman dengan suhu penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata terhadap penilaian umum panelis pada hari ke-3 dan hari ke-5 penyimpanan.

3,67 3,60

4,27

Setelah Perendaman

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,73 4,47 3,67 4,20 3,47 4,33 Hari ke-3

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,93 4,47 3,53 4,07 3,67 4,07 Hari ke-5

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,60 3,36 3,33 3,93 3,33 3,93 Hari ke-7

tanpa perendaman air sumur air es

4oC 0o

C

63

Gambar 28. Skor penilaian umum caisin pada berbagai perlakuan

Sedangkan analisa sidik ragam pak choi kombinasi perlakuan perendaman dengan suhu penyimpanan hanya memberikan pengaruh nyata terhadap penilaian umum panelis pada hari ke-5. Secara umum penerimaan panelis terhadap pak choi yang diberi kombinasi perlakuan perendaman dengan suhu penyimpanan pada sesaat setelah perendaman sampai hari ke-7 penyimpanan masih diatas batas bawah penerimaan (Gambar 29.). Sesaat setelah perendaman rata-rata nilai yang diberikan panelis antara 4.00-4.40(agak suka), pada hari ke-3 dengan rata-rata nilai 3.87(agak suka) sampai 4.80(suka), hari ke-5 dengan rata-rata nilai antara 3.00(netral) sampai 4.93(suka) sedangkan hari ke-7 dengan rata-rata nilai antara 3.14(netral) sampai 4.27(agak suka).

3,93 4,07

3,67

Setelah Perendaman

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,47 3,87 4,20 4,53 3,73 4,67 Hari ke-3

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,47 4,27 4,53 4,80 4,73 4,40 Hari ke-5

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,67 4,40 4,13 4,60 4,13 4,67 Hari ke-7

tanpa perendaman air sumur air es

4oC 0oC

64

Gambar 29. Skor penilaian umum pak choi pada berbagai perlakuan

Berdasarkan uji organoleptik terhadap warna dan kesegaran daun, kekerasan petiole dan penilaian secara umum memperlihatkan pola yang beragam, namun secara umum panelis masih dapat menerima sayuran pada berbagai kombinasi perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor penilaian yang berada diantara 2,86 sampai dengan 5,00 yang berarti panelis memberikan penilaian biasa-biasa saja/netral sampai suka terhadap sayuran, baik caisin maupun pak choi. Dengan demikian sampai dengan hari ke-7 penyimpanan sayuran masih layak untuk dijual ke pasar lokal jika ekspor gagal dilaksanakan.

Dari hasil uji organoleptik dapat direkomendasikan produk untuk ekspor dapat disimpan sampai hari ke-3, kelebihan pasokan setelah 3 hari akan dijual/didistribusikan ke pasar lokal. Ini didukung dengan nilai penerimaan dari konsumen yang masih baik selama 5 hari penyimpanan atau lebih.

4,00

4,40

4,00

Setelah Perendaman

Suhu 4oC Suhu 0oC 4,07 4,67 3,87 4,00 4,40 4,80 Hari ke-3

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 3,00 3,60 4,20 4,93 4,60 4,40 Hari ke-5

tanpa perendaman air sumur air es

Suhu 4oC Suhu 0oC 4,27 3,14 4,20 3,93 3,87 4,21 Hari ke-7

tanpa perendaman air sumur air es

4oC 0oC

65

Penelitian Tahap Ketiga (Optimasi Penanganan Pascapanen dan Ekspor)

Dalam membuat formulasi model optimasi, sistem terbagi dalam dua subsistem yang saling berkaitan satu sama lain, dimana kedua subsistem tersebut adalah :

Optimasi penanganan pascapanen

Optimasi penanganan pascapanen melihat sejauh mana daya dukung pasca panen terhadap sistem ekspor secara keseluruhan. Pada subsistem penanganan pascapanen ini mempunyai fungsi tujuan untuk memaksimumkan perolehan sayur yang siap untuk dipasarkan. Fungsi tujuan yang akan dicapai dipengaruhi oleh fungsi kendala yang akan membatasi perolehan sayur yang siap untuk diekspor. Fungsi kendala merupakan kemampuan maksimum sumberdaya yang ada pada unit prosesing yang akan membatasi kapasitas maksimum perolehan sayur siap ekspor.

Fungsi kendala yang ada meliputi : a. Ketersediaan meja pascapanen.

1. Meja untuk menangani proses pascapanen sayur terdapat sebanyak 16 unit, dimana untuk setiap meja dapat digunakan oleh 2 orang tenaga kerja. Setiap meja dilengkapi dengan 2 unit timbangan dan 2 set peralatan pendukung lainnya. Dengan meja pascapanen yang tersedia maka setiap harinya hanya dapat mempekerjakan 32 orang tenaga kerja dalam waktu yang bersamaan. b. Kapasitas simpan cold storage.

2. Kapasitas simpan cold storage yang ada saat ini pada unit prosesing adalah sebesar 20 ton sayur siap kirim. Dengan kondisi demikian apabila produksi sayur siap kirim yang dihasilkan melebihi 20 ton, maka sayur otomatis langsung dijual ke pasar lokal.

c. Pasokan sayur.

3. Lahan siap tanam yang ada lebih kurang 27 hektar. Untuk menjaga kontiniutas pasokan maka setiap hari lahan yang dipanen lebih kurang seluas 1 hektar. Dengan rata-rata produktivitas lahan sebesar 9 ton per hektar, maka setiap hari sayur yang masuk ke unit prosesing sekitar 9 ton. Sayur sebesar 9 ton tersebut terdiri dari 4 jenis sayur yaitu xiao bay chay(40%), caisin(40%), bay chai(10%) dan chinese cabbage(10%).

66

d. Produktivitas kerja.

4. Tenaga kerja yang ada saat ini rata-rata memiliki kemampuan memproses 200kg sayur setiap harinya dengan jam kerja normal, dimana jam kerja normal setiap orang 8 jam/hari. Dengan demikian produktivitas kerja para pekerja rata-rata 25 kg/ jam.

Dengan fungsi kendala yang ada maka setiap harinya dengan jam kerja normal 8 jam/hari, produktivitas kerja 25 kg/jam dan ketersediaan meja penanganan pascapanen sebanyak 16 unit maka unit prosesing dapat memproses maksimum 6400 kg sayur yang masuk per hari pada jam kerja normal. Ini berarti dengan asumsi pasokan sayur rata-rata stabil sebesar 9000 kg/hari maka setiap harinya diperlukan tambahan jam kerja untuk menyelesaikan sisa sayur yang masuk lebih kurang 100 jam/hari. Namun untuk mengantisipasi pasokan yang fluktuatif maka dalam simulasi jumlah pasokan dapat disesuaikan dengan pasokan sesungguhnya dilapangan. Kuantitas sayur siap ekspor pada simulasi ini memperhitungkan persentase susut bobot yang terjadi akibat trimming, dengan masukan besaran persentase trimming dapat dipilih mulai level 10% sampai dengan 25%. Seluruh masukan data yang ada dapat dilihat pada Gambar 30. Dengan data-data di atas, maka produksi sayur siap ekspor setiap harinya berkisar antara 6750 sampai 8100 kg/hari.

Gambar 30. Masukan data simulasi pengiriman sayur.

67

Optimasi ekspor

Berdasarkan hasil penelitian tahapan sebelumnya diketahui bahwa kombinasi perlakukan hydrocooling dan suhu penyimpanan dapat mempertahankan mutu berupa kesegaran, warna dan kekerasan petiole bahkan penampilan secara umum sampai dengan hari ke-7. Sehingga dengan waktu penyimpanan selama 3 hari, dilanjutkan 2 hari diperjalanan, maka pada hari ke-6 sampai hari ke-7 produk masih bisa dipasarkan dengan penerimaan yang cukup baik oleh konsumen.

Simulasi optimasi ekspor yang dilakukan menghasilkan jadwal ekspor produk selama 1 bulan. Dengan kapasitas kapal sebesar 15 ton/trip dan perjalanan kapal menghabiskan waktu 3 hari untuk kapal kembali lagi, ditambah dengan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan rutin kapal, maka diperkirakan dalam 1 bulan hari efektif kapal selama 24 hari kerja. Simulasi juga memperhitungkan fluktuasi produksi setiap harinya sehingga input data produksi dapat diperbarui setiap hari. Selain itu simulasi juga memasukkan faktor penyusutan selama penyimpanan serta komposisi sayur yang akan dikirim berdasarkan permintaan.

Pada Gambar 31. dapat dilihat di Tabel Penjadwalan terdiri dari kolom hari, produksi, pasca trimming, penyimpanan, pengiriman dan pasar lokal. Kolom hari merupakan jumlah hari efektif unit prosesing pada bulan tersebut. Kolom produksi adalah jumlah sayur yang masuk ke unit prosesing pada hari tersebut. Jumlah produksi yang dihasilkan setelah proses trimming ditujukkan pada kolom pasca trimming. Sedangkan kolom pengiriman dan kolom pasar lokal masing-masing menunjukkan jumlah sayur yang dikirim pada hari tersebut untuk pasar ekspor dan pasar lokal. Sebagai contoh pada hari ke-3 kolom penyimpanan menunjukkan angka nol sedangkan kolom pengiriman menunjukkan angka 14.634 hal tersebut menunjukkan bahwa pada hari ke-3 seluruh produk dikirim untuk pasar ekspor.

Dengan simulasi yang dilakukan ternyata dapat memberikan pengeluaran yang optimum dimana setiap bulannya dapat dioptimumkan jumlah sayur yang akan diekspor dan yang akan dijual ke pasar lokal. Dari keluaran simulasi memberikan antisipasi awal bagi pemasaran produk, kemungkinan tambahan jam kerja serta penggunaan fasilitas prosesing yang ada (Gambar 32).

68

Namun simulasi yang dibuat belum sepenuhnya sempurna karena terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya data masukan yang sebagian besar dibuat statis pada rentang nilai tertentu membuat program tidak dapat digunakan bila data masukan berada di luar batas rentang nilai yang telah ditentukan.

Gambar 31. Jadwal kirim pada simulasi pengiriman sayur.

Dokumen terkait