• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.7. Perubahan Sikap Pasangan Suami Istri Setelah Melakukan Proses

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan salah satu tujuan pada pelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan sikap pasangan suami istri setelah melakukan proses mediasi. Melalui data wawancara yang telah dikumpulkan akan di ketahui terjadi atau tidak perubahan sikap pasangan yang telah dimediasi.Berikut narasi hasil wawancara dan observasi yang telah dikumpulkan.

Informan I

Nama : Wafa’, S.Hi

Tanggal Wawancara : 7 April 2015

Tempat : Ruang Hakim Wanita Pengadilan Agama Kisaran

Pukul : 10.50 WIB

Berdasarkan hasil wawancara, ibu wafa’ menjelaskan bahwa keterbukaan tentang masalah rumah tangga para pihak yang di mediasi tergantung dari cara mediator membangun komunikasi yang baik kepada para pasangan yang di mediasi. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi para mediator sangat di perlukan.Menurut ibu wafa’, seorang mediator harus bisa membawa diri masuk ke lingkungan para pihak yang di mediasi sehingga mereka bisa lebih terbuka terhadap masalah rumah tangga yang mereka hadapi. Jika para pihak yang di mediasi merasa nyaman dengan sikap dan cara berkomunikasi mediator makan akan lebih mudah bagi mereka membuka diri untuk bercerita. Mediasi juga butuh seni, seni dalam menyampaikan pesan dan mendekatkan diri kepada para pihak yang di mediasi.

“Kita sebagai mediator harus bisa membawa diri masuk ke lingkungan mereka supaya mereka terbuka, kalau mediatornya susah untuk berkomunikasi mencari bagaimana mereka bisa terbuka kepada kita jadi gak ketemu juga inti masalahnya, jadi yang ada gagal aja.Kebanyakan masalah cerai ini gagal hasilnya karena butuh seni dalam mediasi.Awal2 saya menjadi hakim banyak perkara mediasi yang berhasil saya buat, artinya mereka saling memafkan akhirnya pihaknya mencabut perkara hingga mereka damai.

Perubahan yang dialami pasangan ketika usai di mediasi menurut Ibu Wafa’ yakni sikap keras mereka yang menjadi lebih lunak dibandingkan ketika pertama kali mereka mengajukan gugatan. Mereka yang bersikeras untuk tetap berpisah, biasanya menjadi tenang dan berfikir jernih untuk kembali

mempertimbangkan keputusan mereka. Ada juga salah satu meminta persyaratan kepada pihak yang lainnya untuk membuat surat perjanjian yang disaksikan oleh mediator agar tidak lagi mengulangi perbuatan yang pasangannya lakukan sebelumnya. Tujuannya agar pihak yang meminta surat perjanjian kepada pasangannya tersebut merasa tenang karena si pasangan telah berjanji akan berubah.

“Boleh buk damai sama suami saya asalkan ada surta perjanjian, oh boleh saja kita buat perjanjian kami bisa bantu, misalakn saya mau balikan sama suami saya asalkan suami saya begini begini. Anda tanda tangan mediator juga.Itu aja pegangannya nanti di sampaikan ke majelis hakim.Kami ingin damai ingin cabut perkara, ini utk buat tenang si pihak aja.”

Sebelum menjadi mediator para hakim telah menjalani latihan untuk menjadi mediator, namun tidak ada teknik khusus dalam memediasi, berbeda mediator berbeda pula cara mediasinya. Menurut Ibu Wafa’, yang paling penting dalam mediasi adalah seorang mediator harus mengetahui inti dari masalah yang dihadapi, sehingga dapat membantu memberi nasehat dan menemukan jalan keluar yang tepat.Jika telah di ketahui inti dari masalah tersebut maka di ambil jalan tengah untuk menyelesaikannya, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Dengan proses mediasi tidak jarang pasangan suami istri jadi mengetahui apa yang tidak pernah disampaikan selama ini dan mengetahui apa yang menjadi latar belakang dalam rumah tangga mereka selama ini, intinya menjadi lebih terbuka mengenai masalah yang mereka pendam selama ini, mengetehaui kesalahan masing – masing, sehingga menjadi acuan bagi keduanya untuk memperbaiki diri lebih baik lagi ke depannya.

“Tergantung juga mediator nya cara mengorek masalahnya gimna, jadi cara kita berkomunikasi dengan pihak itu bgaimana. Kami para mediator juga gak tau bagaimana cara mediator lainnya. Kami ada pelatihan pelatihan mediasi ada, Cuma kalau saya pribadi kita harus tau apa inti masalah nya kan jadi pihaknya juga tau oh rupanya maunya begini maunya begini langkah baiknya begini, jadi kita ambil jalan tengahnya. Jadi kalau kita gak tau inti masalahnya pa kita gak tau cara mencari jalan kluarnya bagaimana. Dan setelah mediasi mereka jadi tau oh ternyata selama ini begini yang dia rasain.”

Dengan mengetahui inti masalah rumah tangganya, maka akan lebih mudah bagi Ibu Wafa’ juga bagi paha pihak menerima pesan dan saran yang di berikan

Universitas Sumatera Utara oleh mediator.Tetapi berdasarkan hasil wawancara, perubahan sikap pasangan suami istri yang telah di mediasi tidak dapat terlihat karena pertemuan mediator dan para pihak yang di mediasi hanya sekali atau dua kali jika mediasi mengalami penundaan.Perubahan sikap hanya dapat terlihat jika mereka berubah pikiran dan berdamai, maka perkara perceraian di cabut.Lebih dari itu para mediator tidak mengetahui lagi perubahannya karena tidak adalagi pertemuan setelah mediasi.Jika mereka mencabut perkara maka sikap mereka telah berubah terhadap pasangan mereka.Jika tetap ingin melanjutkan perceraian maka menurut Para Ibu Wafa’ tidak ada perubahan sikap.Mediator menganggap tugasnya selesai jika laporan di blangko mediasi sudah di serahkan kepada Majelis Hakim.

Perubahan sikap para pihak yang di mediasi tidak terlihat karena pertemuan yang singkat, sedangkan jika untuk merubah sikap seseorang pasti ia cenderung membutuhkan waktu berfikir yang panjang untuk membuat keputusan tersebut. Maka keberhasilan sebuah mediasi dan perubahan sikap hanya dapat di tentukan oleh di cabut atau tidaknya perkara perceraian tersebut.Tetapi hal ini juga tidak bisa menjadi jaminan karena perkara perceraian juga masih bisa di ajukan walaupun telah di cabut gugatannya dari pengadilan.

“Ya kadang kadang, tidak semua pihak yang kita mediasi sikapnya berubah.Kadang tetap berthan mau cerai kadang ada yang mau damai. Ketika kita mendapat perkara yang harus kita mediasi itulah waktu kita mediasi sebelum sidang apakah mediasi itu gagal atau berhasil , kalau gagal berarti perkara di lanjutkan. Setelah mediasi kami tidak tau lagi mereka membaik atau tidak, yang kami tau setelah mediasi mereka berdamai atau tidak kalau mereka berdamai berarti ada perubahan sikap. Yang tadinya mau cerai tetapi gak jadi cerai berarti kan mereka membaik. Kadang ada juga kita membuta laporan berhasil tau tau di sidang nanti berubah lagi keputusannya mau lanjut.Kadang kita mengeluarka gagal tidak mencapai kesepakatan .pada intinya siapa yang mengajukan itu juga yang mencabut gugatan. Kita setelah mediasi tidak betemu lagi sama pihak itu, lepas tanggung jawab kita ketika laporan di blangko sudah kita serahkan.

Informan II

Nama : Hj. Wardiyah, S.Ag.

Tempat : Ruang Hakim Wanita PA Kisaran

Waktu : 12.05 WIB

Ibu Wardiyah menjelaskan bahwa penjelasan tentang masalah rumah tangga yang dialamai oleh para pihak yang di mediasi sangat penting. Jika mediator mengetahui masalah yang mereka hadapi maka akan lebih mudah bagi mediator untuk membantu. Memberikan contoh dan pandangan tentang masalah rumah tangga yang Ibu Wardiyah atau orang lain hadapi merupakan salah satu cara yang di gunakan untuk menarik perhatian dan membujuk agar para pihak yang di mediasi mau bercerita.

“Kalau udah kita tanya di jelaskan jadi tau lah dia, kadang kami contohkan ke diri kami “kami juga orang pengadilan ini buk, kami berumah tangga bukan gak ada masalah ya ada juga masalahnya”. Tapi gitu cara kita kalau yang satu marah ya yang satu diam nanti kalau dua duanya ngomong jadi rame. Jadi kita memang harus tau hati pasangan ini.”

Tidak semua pasangan yang telah di mediasi hubungannya jadi membaik, ada yang membaik karena mau mendengarkan apa yang disampaikan mediator ada juga yang tetap dengan sikapnya untuk bercerai. Mediasi masalah percerian banyak melibatkan perasaan sehingga sulit untuk di prediksi dan dirubah pendirian seseorang terhadap keputusan yang telah dibuat. Untuk beberapa pasangan merekamenjalani mediasi bukan karena mereka ingin mempernbaiki hubungan mereka namun mereka hanya ingin menjalani prosedur pengadilan. Seperti penuturan Ibu Wardiyah, ada pasangan yang datang ke pengadilan masih sama – sama, berboncengan naik sepeda motor, di ruang mediasi mereka masih terlihat saling tertawa, baik – baik saja namun mereka menjelaskan bahwa mereka sudah sepakat untuk bercerai.

“Ada juga yang membaik. Ada juga yang datang mau cerai itu bagus bagusnya jadi kita mediasi mereka pun santai “ah, kami udah sepakat kok Buk, memang udah gak bisa lagi untuk di teruskan, kami sadar sama kekurangan kami masing - masing” ya kita liat bagus ya ketawa – ketawa cerita tapi kita mediasi pun tetap juga mau cerai.”

Menurut Ibu Wardiyah perubahan sikap dari para pihak yang di mediasi itu tergantung oleh masalah rumah tangga yang di hadapi. Jika masalah dalam rumah

Universitas Sumatera Utara tangganya tidak terlalu fatal dan rumit maka mereka akan lebih mendengarkan apa yang disampaikan mediator, namun jika masalah rumah tangga yang mereka hadapi sudah begitu parah maka akan sulit bagi mediator merubah sikap dan keputusan mereka untuk bercerai. Ada beberapa pasangan yang terlihat membaik setelah mediasi, jika sebelum mediasi mereka tidak saling bertegur sapa maka setelah mediasi mereka sudah bisa saling ngobrol walaupun tetap saja perkaranya di lanjutkan. Ada yang diam – diam saja namun setelah itu mereka bertengakar di ruang mediasi.

“Kalau yang masuk ke hatinya nasehat kita itu mungkin belum parah kali lah keadaan rumah tangganya, jadi nnti dia mikir oh gtu ya, “jadi kayak kami ini buk bekerja tapi di rumah gak kita banggakan kita yang bekerja itu, dirumah ya kita ibu rumah tangga, saya juga buk dirumah masak, bangu pagi, menyiapkan sarapan, mana lagi mau pergi kerja bukan ada pakai pembantu, sampai rumah gak kita bawa lagi cerita kita yang bekerja ini”. Kadang kadang ya dia sadari, kalau kita perempuan yang udah bekerja ini agak sombong sedikit karena kita juga kerja. Tapi kan gak gitu. Kalau bapak juga keluar pintu kantor itu ya udah dirumah jangan di bawa – bawa masalah yang di kantor itu ke rumah.Ada yang sebelum mediasi diam diaman abis itu bisa ngobrol tapi perkara cerainya masih tetap di lanjutkan. Ada yang diam – diaman terus sampai dia ikut kan kita marah. Ibu juga pernah gitu kan “udah Buk kan saya yang udah merasakan berapa tahun ini” ya saya bilang “Ibu marah sama Bapak kan, jangan sama saya marahnya, kita kan baru ini kenal, saya juga baru ini ketemu ibu sama bapak juga. Tapi ini tugas kami memediasi ibu menasehati ibu. Tapi kalau ibu gak mau apa boleh buat ya kan”

Informan III

Nama : H. Armansyah, Lc. MH

Tangal Wawancara : 10 April 2015

Tempat : Ruang Mediasi Pengadilan Agama Kisaran

Waktu : 10.39 WIB

Selama bertugas menjadi mediator, telah banyak pengalaman yang di dapatkan oleh Pak Armansyah, termasuk dalam hal perceraian. Menurut Pak Armansyah, proses mediasi masalah perceraian cenderung lebih rumit karena ini

menyangkut soal perasaan. Bagi setiap orang jika perasaannya terluka maka akan sulit untuk memperbaikinya seperti semula. Sama halnya dengan masalah yang dihadapi setiap pasangan yang di mediasi, selama proses mediasi maka pasti mereka akan mengetahui masalah apa saja yang mereka hadapi dirumah melalui pembicaraan yang telah dilakukan namun akan sulit buat mereka menerima semuanya karena telah terlanjur terluka.

“Itulah yang saya bilang tadi dia tau “ya saya keliru”.Tapi karena ini soal perasaan dan terlanjur tidak enak maka sudahlah. Karena kan kalau orang terlanjur terluka itu walaupun sudah sembuh tapikan bekasnya masih ada, ya begitulah dalam mediasi.”

Pak Armansyah tidak selalu mengetahui hubungan para pihak yang telah ia mediasi membaik atau tidak, sama hal nya dengan Ibu Wafa’ mengingat pertemuan dengan pihak yang di mediasi hanya pada saat itu saja maka keadaan diluar setelah mediasi selesai para mediator tidak tahu. Karena jika sudah keluar ruang mediasi, mediator juga para pihak tidak bertemu karena mediator tidak menjadi hakim dalam sidang perceraian dengan orang yang sama. Oleh karena itu perubahan hubungan juga tidak bisa terlihat.

“Kalau itu saya kurang tau. Karena kita kan bertemu hanya di ruang mediasi setelah itukan hubungan mereka diluar kita gak tau”

Pak Armansyah juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan persepsi tentang mediasi di Indonesia juga di luar negeri. Di Indonesia mediasi di katakan berhasil jika perkara perceraian di cabut dan artinya ada perubahan sikap dari mereka setelah di mediasi, namun jika di luar negeri contohnya jepang, jika seseorang memutuskan menikah dan satu pihak memutuskan untuk bercerai tetapi pihak satu nya tidak mau bercerai, jika perkara perceraian di ajukan ke pengadilan dan mereka di mediasi jika selama proses mediasi mereka sepakat untuk bercerai secara baik – baik maka mediasi di katakana berhasil. Karena dengan mencabut perkara percerian terlihat bahwa sikap dan keputusan mereka telah berubah maka disini tidak banyak perubahan sikap yang terjadi setelah proses mediasi.

“Ada yang diem dieman awalnya setelah mediasi jadi ngobrol. Bahkan ada yang unik mau mediasi mereka masih boncengan ya biasa karena mungkin mereka udah sepakat bercerai. Walaupun sebenarnya sepakat bercerai itu tidak boleh tapi itulahkan orang itu tidak ada yang sama. Kalau di

Universitas Sumatera Utara Indonesia ada yang beranggapan kalau mediasi itu sukses kalau keduanya tidak jadi bercerai.Tapi mediasi itu dikatakan sukses kalau hubungan keduanya membaik. Jadi buat mereka hak menikah dan hak bercerai merupakan hak asasi yang mendasar, tapi kan faktanya kita menganggap orang yang berada dalam perkawinan itu sedapat – dapatnya jangan bercerai. Jadi kalau mereka bercerai walaupun perceraiannya dilakukan baik baik maka di anggap gagal medaisinya.Beda dengan orang diluar negeri, jepang contohnya suami istri bertengkar yang satu mau bercerai yang satu tidak mau bercerai tapi setelah mediasi mereka mau bercerai secara baik baik itu di anggap berhasil mediasinya, tapi kalau di Indonesia yang seperti itu di anggap gagal mediasinya.Kalau di kita kan standar perkawinan itu suatu yang sakral buat kita kalau di mereka kan tidak macam macam hubungan itu kan berbeda.”

Informan IV

Nama : Drs. Said Safnizar, MH

Tangal Wawancara : 10 April 2015

Tempat : Ruang Wakil Ketua Pengadilan Agama Kisaran

Waktu : 11.55 WIB

Sebelum mediasi di mulai, pak said melihat berkas gugatan hanya untuk melihat latar belakang personal para pihak yang akan di mediasi, bukan untuk membaca latar belakang masalah mereka. Karena semua hal yang di cantumkan dalam berkas perkara hanya secara umumnya saja, untuk lebih jelas mengetahui apa sebenarnya yang sedang di hadapi maka kita harus bertanya secara langsung, membiarkan mereka bercerita sampai selesai dan tenang. Dengan begitu mediator akan mengetahui inti masalah yang mereka hadapi dalam rumah tangganya.

“Kadang kadang di permohonan itu kan masih sangat umum yang di tuliskan, ditulisnya bertengkar terus, tapi kan gak ada bertengkarnya kenapa? Lalu kan cerita “begini Pak, bagaimanalah kami gak rebut, udah saya bilang urus anak, dia asik menelepon, gak di urusnya anak, apa gak rebut saya pak”.Jadi inti gugatan itu belum ada tapi di mediasi nanti itu ketemunya, kenapa masalahnya. Itu yang wajib kita tahu, inti masalahnya apa.”

Dengan mengetahui inti masalahnya maka akan lebih mudah menemukan jalan keluar. Merupakan hal penting bagi mediator untuk mengetahui masalah apa

yang di hadapi oleh para pihak melalui semua cerita yang disampaikan dalam mediasi.

“Ya mereka tau siapa yang salah siapa yang benar.Apa yang kurang apa yang lebih ya walaupun yang lebih gak di bilang. Tapi saya bilang jangan bi bilang yang lebihnya. Itu kenikmatan kalian, tapi sampaikan apa yang membuat kalian sakit, sampaikan kekurangannya tapi jangan ada yang marah, suami sampaikan kekurangan istri ya begitu juga istri. Karena kita tidak bisa menilai diri kita sendiri, “ibu bisa bilang ibu benar, tapi kan yang menilai ibu benar atau tidak kan orang lain”, biarkan orang lain yang menilai, apalagi yang menilai orang yang kita syangi, orang yang kita sayangi adalah orang yang memperhatikan kita”

Pada umumnya pada pasangan yang telah di mediasi maka mereka kaan mengetahui dan menyadari kekurangan mereka, namun perubahan sikap itu tidak bisa kita lihat dan kita pegang. Semua hal yangada di mediasi ini menyangkut soal hati. Tidak ada yang tau bagaimana hati orang lain, semua hal yang menyangkut sola hati juga mudah berubah. Perubahan sikap dapat dilihat dari mereka mau mencabut perkara atau tidak.Jika mereka mencabut perkara maka itu tandanya mereka telah berdamai, dan sikap mereka untuk bercerai telah berubah.

“Ya paling mereka menyadari kekurangan mereka, namun kita gak bisa pegang karena ini kan hati. Bisa aja sampai depan pintu ini aja baik, taunya nanti di luar bertengkar lagi. Jadi mediator itu tidak bisa memaksa, keiklasan mereka aja mau berdamai, hati orang kan kita gak tau. Paling yang bisa kelihatan kalau dia bilang “udahlah pak kami udah baik – baik aja, kami cabut aja perkara ini ya pak”. Itu aja yang bisa kita lihat mereka damai cabut perkara, tanda damainya ya mencabut perkara itu.

Tabel 4.4 Klasifikasi perubahan sikap pasangan suami istri setelah melakukan proses mediasi.

Tujuan Penelitian

No. Nama Informan perubahan sikap pasangan suami istri setelah melakukan proses mediasi.

1 Wafa’, S.Hi 1. Saling memaafkan, mencabut tuntutan dan

berujung damai.

Universitas Sumatera Utara bercerai berubah menjadi lebih lunak dan kalem, walaupun pada akhirnya ada yang mencabut gugatan maupun tetap melanjutkan perkara.

3. Yang tadinya ragu dan tidak yakin

pasangannya akan berubah menjadi lebih tenang usai dimediasi dan menjadi yakin usai membuat surat perjanjian yang di tanda tangani oleh mediator sebagai saksi.

2 Hj. Wardiyah,

S.Ag

1. Menjadi membaik setelah mediasi, jika

sebelum mediasi mereka tidak saling bertegur sapasetelah mediasi mereka sudah bisa saling ngobrol walaupun tetap saja perkaranya di lanjutkan..

3 H. Armansyah,

Lc. MH

1. Mau berbicara satu sama lain usai dimediasi, padahal saat mengajukan gugatan mereka terlihat saling berdiam diri.

4 Drs. Said

Safnizar, MH

1. Perubahan sikap dapat dilihat dari mereka

mau mencabut perkara atau tidak. Jika mereka mencabut perkara maka itu tandanya mereka telah berdamai, dan sikap mereka untuk bercerai telah berubah.

Sumber : Hasil wawancara dan Pengamatan Penelitian

4.1.8 Hambatan – Hambatan yang dihadapi Hakim Pengadilan Agama

Dokumen terkait