• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Dalam sebuah penelitian tentu saja ada beberapa hal yang menjadi saran peneliti untuk keperluan yang bermanfaat dati berbagai pihak. Setelah melakukan penelitian mengenai Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama Kisaran dalam Memediasi Masalah Perceraian, berikut beberpa saran peneliti, yaitu:

1. Sebelum melaksanakan penelitian, disarankan kepada mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU khususnya agar memperdalam pemahaman mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian kualitatif. Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi juga harus memperbanyak referensi yang berkaitan dengan komunikasi untuk menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang komunikasi.

2. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, mediator dapat

memaksimalkan komunikasi persuasifnya dalam memediasi masalah perceraian, sehingga keberhasilan mediasi dapat meningkat. Mediator dapat memberikan gambaran lebih banyak tentang dampak dari percerian baik bagi para yang di mediasi ataupun dampaknya bagi anak dan keluarga.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran

baru bagi para pembaca yang ingin melakukan penelitian serupa lebih lanjut serta dapat memperbaiki penelitian berikutnya serta yang lebih penting meberikan masukan dan saran demi meperbaiki proses mediasi serta pendekatan baru dalam mediasi di Pengadilan Agama Kisaran.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR REFERENSI

Ardianto, Elvinaro & dkk. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Baron, Robert A. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Effendi, Onong Uchana. 1993. Ilmu,Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta Kencana. Margono, Suyud. 2010. Penyelesaian Sengketa Bisnis, Alternative Dispute

Resolutions (ADR). Bogor : Ghalia Indonesia

Moleong, Lexy.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, Dedi. 2008, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda karya

. 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda karya

. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda karya

. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosda karya

Rahmat, Jalalludin, 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remadja Rosda Karya

Richard W. &Turner LH. 2009. Pengantar Teori Komunikasi, analisis dan aplikasi (3th ed). Jakarta: Salemba Humanika

Roekemy, 1992. Dasar- Dasar Persuasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Salim HS. 2001. Pengantar Hukum Tertulis (BW). sinar Grafika

Severin, Werner J & James W Takard, JR, 2008. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, & Terapan di dalam Media Massa, Jakarta : Kencana

Suprapto, Tommy. 2009. Pengatar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo

Tubbs, Stewart L & Sylvia Moss. 2005. Human Communication. MC.Graw Hill. Singapore. Editor. Deddy Mulyana

__________________________.1996. Human Communication: Konteks Konteks Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Publikasi Elektroni

Fuadi, Hasan,2013. Persepsi Mediator Tentang Keberhasilan Mediasi Dalam Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Semarang.

Maharani, Prasiwi Feria, . Peran Komunikasi Persuasi dan Perceraian (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran komunikasi Persuasi Oleh Hakim Pengadilan Agama Surakarta Dalam Mengurangi Angka Perceraian)

Mayangkusuma, jinggasari rinovinta, 2013. Problematik Dan Upaya Penyelesaian Mediasi Di Pengadilan Agama Malang

Eko Budi Purnomo,2012. Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Gunung Kidul Dalam Memediasi Masalah Perceraian

Sumber Lain:

Desember 2014 Pukul 08.08 WIB)

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Anita Wulandari

NIM : 110904098

PEMBIMBING :Drs. Humaizi, M.A

NO TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 1 2 3 4 5 6 7 8 9 21 januari 2015 26 Januari 2015 23 Februari 2015 3 Maret 2015 10 Maret 2015 16 Maret 2015 28Maret 2015 5 Oktober 2015 12 Oktober 2015 Seminar Proposal

Menyerahkan Revisi Proposal Menyerahkan dan diskusi bab 1 Menyerahkan perbaikan bab 1 Diskusi bab 1 – bab 3

Menyerahkan dan diskusi pedoman wawancara

Acc pedoman wawancara Menyerahkan bab 1 – bab 4 Menyerahkan Revisi bab 1 – bab 5

Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Pedoman Wawancara

Isu Utama Sub Isu Pertanyaan

Komunikasi Persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan khusus dan terarah untuk mengubah perilaku komunikan sebagai sasaran komunikasi. • Kredibilitas • Pesan • Fear Appeals • Rute sentral • Rute Eksternal • Komponen kognitif • Komponen afektif • Komponen konatif Hambatan Komunikasi Persuasif • Noise factor • Semantic factor • Kepentingan

Sudah berapa lama Anda memediasi masalah perceraian?

Apakah Anda menggunakan pendekatan yang berbeda pada setiap pasangan yang akan bercerai?

Apakah Anda memberi informasi serta dampak yang akan dialami setelah perceraian?

Apakah Anda memberi nasihat kepada pasangan suami istri?

ApakahAnda memperhatikan suasana hati pasangan suami istri saat memediasi?

Apakah setelah melakukan mediasi pasangan suami istri menjadi tahu inti masalah rumah tangga mereka?

Apakah setelah mediasi terjadi perubahan sikap pada pasangan suami istri?

Setelah melakukan mediasi apakah hubungan suami istri tersebut terlihat membaik?

Bagaimana cara Anda meredam konflik pada saat mediasi?

Apakah pernah terjadi kesalah pahaman atau salah pengertian karena perbedaan

pemaknaan kata atau pesan?

Apakah perbedaan kepentingan dalam mediasi menyebabkan perbedaan penerimaan dan tanggapan terhadap nasihat yang anda berikan?

Apakah perbedaan persepsi dari pasangan suami istri juga menjadi salah satu hambatan? Apakah perbedaan prasangka pasangan suami

Universitas Sumatera Utara

• Persepsi

• prasangka

istri merupakan hambatan bagi hakim dalam melakukan mediasi? Mediasi Masalah Perceraian • Peran mediator • fungsi mediator • Pengambilan keputusan

Apakah hakim turut mambantu menemukan jalan keluar dari masalah bagi pasangan suami istri?

Apakah hakim menawarkan atlernatif lain selain bercerai?

Faktor apa yang menjadi bahan acuan hakim bahwa mediasi tersebut berhasil, gagal atau mediasi akan dilanjutkan untuk memberi waktu berfikir?

Wawancara Informan I

A : Sudah berapa lama Anda memediasi masalah perceraian?

B : setiap hakim yang sudah di angkat menjadi hakim, sejak saat itulah dia

menjadi mediator. Kalau saya sendiri sudah sejak tahun 2010 sudah menjadi hakim, menerima SK Hakim maka sejak saat itu saya menjadi mediator. Untuk perkara perceraian sudah sejak 2010 saya memediasi maslah perceraian, sekarang kurang lebih sudah 5 tahun. Tidak hanya perkara perceraian, setiap perkara perdata yang masuk ke pengadilan jika kedua belah pihak hadir maka wajib dilakukan mediasi sesuai Perma No. 1 Tahun 2008, jika tidak dilakukan mediasi maka putusannya batal demi hukum jadi mediasi itu memang wajib untuk dilakukan.

A : Apakah Anda menggunakan pendekatan yang berbeda pada setiap

pasangan yang akan bercerai?

B : Ya berbeda setiap pasangan yang bercerai. Cara kita menyampaikan

berbeda jadi ketika kita terima berkas dari hakim kita baca sekilas apa masalahnya, lalu mediator menanyakan langsung bukan tanya jawab. Jadi mediasi semacam curhat sehingga ketika berbicara tidak seperti di ruang sidang, kalau mediasi lebih santai namun tetap menjaga kesopanan. Jadi kami sebagai mediator bersikap sebagai penengah tujuannya hanya mendamaikan bagaimana para pihak tidak jadi bercerai.

Kalau saya pribadi saya terapkan berbeda, watak orang kan berbeda beda ya, kalau misalkan saya lihat sekilas dan saya merasa mereka bisa di ajakn berbicara bertiga maka ya akan bicara bertiga. Namun jika saya lihat wataknya keras maka saya memanggil pihaknya satu persatu, jika seperti itu namanya kaukus. Kita tanya masing masing dulu apa yang terjadi masalahnya apa dan keluhannya apa, nah setelah itu baru kita panggil pihaknya bersama sama baru kita sampaikanapa apa yang harus kita sampaikan, solusinya apa, jalan keluarnya apa, dampaknya dan manfaatnya.

Jadi tanggapan dari setiap pasangan itu berbeda, tergantung bagaimana cara mediatornya dan setiap mediator berbeda caranya, karena tidak ada pedoman baku untuk melakukan mediasi ya jadi bisa bisa sendiri. Ya mananya orang lagi ada masalah jadi pandai pandai mediatornya biar suasananya nyaman tenang dan tidak emosi, tidak jarang juga pasangan yang di mediasi itu emosi.

Universitas Sumatera Utara

B : Pernah saya dapat pasangan yang seperti itu maka mediator juga tidak

bisa ikut keras juga, jadi jika pihaknya sudah keras kita gak boleh keras. Kita tenangkan dulu kita berikan masukan masukan di dengarnya juga kita.

Jadi kalau saya terima berkas, kadang saya kesampingkan dulu saya tanya langsung ke pihaknya. “ada apa buk / pak, coba di ceritakan masalahnya apa, apa yang ibuk rasakan”, biasanya begitu cara membuka pembicaraan. Nah, dari situlah dia mulai bercerita, suaminya dengar, bapak dengar aja dulu jangan di jawab jangan di potong. Nanti setelah itu baru kita tanya ke bapaknya “apa yang bapak rasain selama berumah tangga sama ibuk”, tapi kalau kita tanya gimana pak bener apa gak begitu nah nanti yang ada malah debat, jadi gak ada jalan keluar jadi tergantung mediatorlah bagaimana menanyakan pertanyaan yang baik dan berkomunikasi yang baik sehingga yang mendengarkan menerimanya baik juga. Jadi kalau kita menanyakan bener gak pak/ buk pasti akan ada bantahan dari pihaknya ya suasananya udah jadi seperti sidang. Banyak bantahan jadi tambah panjang masalahnya, mediatornya juga jadi bingung.

A : Apakah Anda memberi informasi serta dampak yang akan dialami

setelah perceraian?

B : Ya pasti kami member informasi, terutama ketika pasangan itu punya

anak. Bagaimana anak yang broken home. Kadang kita kasih pandangan juga ke mereka “jangan dikira kami yang kerja di pengadilan rumah tangganya aman – aman aja, jadi kita imbas ke kita sendiri jadi mereka berfikir ‘oh iya ya ibuk ini juga begini rumah tangganya”. Jadi kita kasih tau saya punya anak juga, ibuk juga punya anak jadi pikirkan lagi buk gimana anak anak kita nanti. Sama semua rumah tangga sama. Jadi kita memeberi masukan bukan seperti mengajari tetapi saing berbagi pengalaman jadi dengan begitu mereka akan menyadari bahwa keadaan seperti itu bukan dia sendiri yang mengalami. Sehingga nanti berubah pendiriannya.

A : Menurut ibuk lebih mudah mempersuasuif suami atau istrinya?

B : Kalau saya pribadi lebih mudah saya memediasi perkara cerai talaq yaitu suami yang mengajukan, kalau suami lebih mudah dia lluhnya lebih cepat luluhnya, dia vcepat memerima gak emosi. Asalkan ya kita buat semacam si ibuk kita bilang juga udah buk bapak udah mau menerima, ibuk mnta maaf mau suaminya terima kalau kayak gtu. Tapi kalau cerai cerai gugat susah, karena pada prinsipnya kalau wanita yang mengajukan itu emosinya tingginya, kadang kalau masalah seperti itu mediasi gak cukjup sekali, kadang kita bilang ibuk sama bapak pulang dulu tenangkan diri dulu nanti kita atur jadwal untuk mediasi lagi.

B : Itu tergantung dalam aturan perma di berikan wkatu 30 hari klau gak cukup ada tambahan 15 hari lagi, tapi di pengadilan ini di tetapkan tanggal nanti di taur lagi biasanya 2 minggu. Di situlah waktu kita unutk mementukan mediasi bisa sekali bisa dua kali. Nanti di mediasi ada blangkonya ya kita isi kalau sudah tuntas ya di isi sudah tuntas kalau blom yaudah d tulih belom tuntas. Dan di dalam laporan Cuma 2 gagal atau berhaasil.

Ya jadi kita wajib memberi tahu efek setelah bercerai itu apa, pandangan kedepannya itu apa dan bagaimana. Biar bagaimana pun jika kita menyandang status janda atau duda maka yang kita lakukan akan di nilai negatif jika berhubungan dengan orang lain. Kita punya adat ketimuran janda dan duda itu kan image yang sedikit kurang baik.

A : Apakah Anda memberi nasihat kepada pasangan suami istri?

B : Iya pasti kita kasih nasehat, memberi nasehat bukan menyalahkan,

nasehatnya bukan memojokkan bukan menyalahkan, kita hanya bilang ya baik baiklah berumah tangga atur dengan baik, tidak semua rumah tangga bagus, semuanya mengalami bertengakar. Begitu nasehat yang enak di terima bukan mengajari tapi dia bisa terima dengan baik sebab kita gak memojokkan juga gak juga kita bilang kita ngejuudge orang, sebab takutnya nanti tersinggung, sebabkan sensitive orang yang lagi bermasalah.

A : ApakahAnda memperhatikan suasana hati pasangan suami istri saat

memediasi?

B : Iya pasti kita ketika berhadapan dengan orang lain kita perhatikan juga

kondisinya bagaimana, kalau kondisinya tenang boleh juga kita lanjutkan obrolannya lbagaomana. Meurut sya mediasi itu hanya sebuah obrolan. Jadi kalau kita liat keadaan tidak memungkinkan tidak bisa kita lakukan mediasinya karena percuma nanti apa yang kita sampaikan menolak dia gak masuk ke hatinya.

A : Apakah setelah melakukan mediasi pasangan suami istri menjadi tahu

inti masalah rumah tangga mereka?

B : Iya, tapi tergantung juga mediator nya cara mengorek masalahnya gimna,

jadi cara kita berkomunikasi dengan pihak itu bgaimana. Kami para mediator juga gak tau bagaimana cara mediator lainnya. Kami ada pelatihan pelatihan mediasi ada, Cuma kalau saya pribadi kita harus tau apa inti masalah nya kan jadi pihaknya juga tau oh rupanya maunya begini maunya begini langkah baiknya begini, jadi kita ambil jalan tengahnya. Jadi kalau kita gak tau inti masalahnya pa kita gak tau cara mencari jalan kluarnya bagaimana. Dan setelah mediasi mereka jadi tau oh ternyata selama ini begini yang dia rasain..

Universitas Sumatera Utara

A : Apakah pasangan suami istri jadi lebih terbuka?

B : Kita sebagai mediator harus bisa membawa diri masuk ke lingkungan

mereka supaya mereka terbuka, kalau mediatornya susah utk berkomunikasi mencari bagaimana mereka bisa terbuka kepada kita jadi gak ketemu juga inti masalahnya, jadi yang ada gagal aja. Kebanyakan masalah cerai ini gagal hasilnya karena butuh seni dalam mediasi. Awal2 saya menjadi hakim banyak perkara mediasi yang berhasil saya buat, artinya mereka saling memafkan akhirnya pihaknya mencabut perkara hingga mereka damai.

Boleh buk damai sama suami saya asalkan ada surta perjanjian, oh boleh saja kita buat perjanjian kami bisa bantu, misalkan saya mau balikan sama suami saya asalkan suami saya begini begini. Anda tanda tangan mediator juga. Itu aja pegangannya nanti di sampaikan ke majelis hakim. Kami ingin damai ingin cabut perkara, ini utk buat tenang si pihak aja.

A : Apakah setelah mediasi terjadi perubahan sikap pada pasangan suami

istri?

B : Ya kadang kadang, tidak semua pihak yang kita mediasi sikapnya

berubah. Kadang tetap berthan mau cerai kadang ada yang mau damai. Ketika kita mendapat perkara yang harus kita mediasi itulah waktu kita mediasi sebelum sidang apakah mediasi itu gagal atau berhasil , kalau gagal berarti perkara di lanjutkan,

Setelah mediasi kami tidak tau lagi mereka membaik atau tidak, yang kami tau setelah mediasi mereka berdamai atau tidak kalau mereka berdamai berarti ada perubahan sikap. Yang tadinya mau cerai tetapi gak jadi cerai berarti kan mereka membaik. Kadang ada juga kita membuta laporan berhasil tau tau di sidang nanti berubah lagi keputusannya mau lanjut. Kadang kita mengeluarka gagal tidak mencapai kesepakatan . pada intinya siapa yang mengajukan itu juga yang mencabut gugatan. Kita setelah mediasi tidak betemu lagi sama pihak itu, lepas tanggung jawab kita ketika laporan di blangko sudah kita serahkan.

Pada intinya kita tidak tau perubahan sikapnya seperti apa kita gak tau karena pertemuannya Cuma sekali atau duakali setelah itu sudah tidak ada hubungannya lagi.

A : Setelah melakukan mediasi apakah hubungan suami istri tersebut terlihat membaik?

B : Ya tergantung baik tidaknya ketika mediasi aja, ketika kita berhadapan

dengan pihak aja. Mediator gak cukup sekali kalau lama waktunya. Pertemuan pertama kita dengar apa keluhan mereka, nanati kita tunda lagi pertemuan kedua.,

jadi gak boleh bertabrakan dengan hari sidang juga. Nanti di pertemuan kedua kita tanya kembali bagaima sudah di pikir2 blom

Kalau suami yang mengajukan perkara cerai ke pengadilan agak susah di bandingkan yang mengajukan pihak istri, memang iya kalau cerai gugat sidangnya 2 atau 3 kali tapi kalau cerai talak ada sidang ikrar juga jadi mengucapkan ikrar k majelis hakim, kalai cerai talaq istri bisa menuntut nafkahnya yang harus d penuhi suami, jadi beban buat suami makanya lebih banyak wanita yang mengajukan. Tapi tidak semua perkara di terima, kalau tidak sesuai denga hokum ya gak bisa di terima ataau masalah yang d ajukan tidak bisa d buktikan jadi tidak bisa di terima perkaranya.

A : Bagaimana cara anda merdam konflik dalam mediasi?

B : Ya kitanya sebagai mediator harus tenang menghadapi orang, kalau kita

tidak tenang tidak sabar ya kacau juga ya, semuanya pada emosi jadinya makanya ruang mediasi itu di desain sebagus mungkin ada ruang berbeda, dekornya juga berbeda yang buat adem hati , nyaman jadi ketika dia masuk ke ruangan itu hatinya jadi enak sedikit rileks jadi bagaimana caranya kita mediator meredamnya, jangan kita ikut ikutan emosi jangan kita menampakkan kekuasaan kita sebagai mediator, bisa aja sebernya tapi inikan bukan sidang, ini tujuannya kan mendamaikan. kalau ada masalah pribadi sebisa mungkin ya di kesampingkan gak boleh di campur adukkan,kita harus professional karena ini pekerjaan. Jangan sampai konflik pribadi kita jangan sampai kena ke mereka. Kadang kalau hakimnya perempuan kesel juga kita liat pihak yang misalkan suaminya mabuk di siksa segala macam kebawa juga kita kesal, tapi sebenarnya gak boleh, gak boleh kita memojokkan atau berpihak pada satu orang tetap aja kita harus sama perasaan kita ke mereka.

A : Apakah perbedaan kepentingan?

B : Paling kalau sikap meraka seperti itu ya kita juga harus ambil sikap mau di apakan perkara ini.

Jika perkara cerai gugat yang lebih mudah menerima informasinya ya suaminya. Tergugat lebih mudah di persuasi karena mereka tidak terima dan jarang yang terima di kalau penggugat maunya itu ya itu, tetap di pertahankan maunya itu, kecuali slama ,mediasi itu dapat merubah sikapnya.

Kalau dalam kondisi sudah mengajukan perceraian susah sekali membalikkan hatinya,. Makanya saya lebih suka mediasi cerai talaq daraipada cerai gugat, karna banyak keberhasilan mediasi itu di cerai talaq. Jika perkara cerai talaq nanti kita bilang udahlah pak istri bapak udah mau berubah terima ya pak. Kalau dia udah blang yaudahlah buk itu artinya perkaranya udah di cabut. Laki laki itu kadang cepat luluhnya. Palingan kita bilang ke bapak kasian ibuknya pak di tinggalin gini.

Universitas Sumatera Utara Tapi kalau cerai gugat agak susah dia terima suami karena biasanya masalahnya sudah memuncak. Tapi ada pernah kasus yang saya mediasi itu KDRT, sampai suaminya sujud sujud minta maaf ke istrinya dan mau bersumpah di Al Qur”an saya tidak mengulangi lagi.saya tanya bagaimana buk, sampai istrinya nangis mungkin karena nyesek dipukuli suaminya dan di ruangan mediasi keliatan suaminya khilaf dan menyesal sampai dia berani bersumpah. Saya tanya lagi gimana ini buk suami ibuk ini serius tidak bercanda, coba kita liat dlu gimana perubahannya nanti. Nanti kalau begini lagi ibuk bisa mengajukan gugatan lagi ke pengadilan. Ya akhirnya ibuk itu blang karena saya sayang sama suami saya mau cabut perkara dan mereka damai.

Hasil dari mediasi tidak bisa di prediksi karena kadang yang kita anggap susah malah itu gampang, kadang yang kita gampang malah susah jadi ya kita keluarkan aja laporan kalu itu gagal dan lepas tanggung jawab kita.

A : Perbedaan persepsi pasangan suami istri?

B : Sebenarnya mereka banyak yang tidak tahu apa itu mediasi, jadi ketika

kedua belah pihak hadir maka langsung di perintahkan oleh majelis hakim untuk mediasi. Kita mediasi mau ngobrol aja, mau curhat aja di ruang mediasi itu. Jadi kalau sidang pertama tidak datang maka nanti akan di panggil lagi untuk memanggil suaminya. Karena ini proses persidangan maka semua harus mematuhi untuk mediasi.

Ya kalau perkara cerai sudah jelas yang satu mau cerai yang satu lagi tidak mau cerai, jadi kita harus menyamakn persepsi mereka cerai itu apa dampaknya

A : Apakah ada perbedaan prasangka dalam mediasi?

B : Masih ada juga yang begitu, tapi ya itulah semua itu tergantung dari

mediatornya, namanya suami istri yang sedang ada dalam masalah. Prasangka mereka buruk terhadap para pasangannya.

Kita tidak tahu hubungan mereka membaik atau tidak, biasanya yang melihat mereka selama sidang.

Kalau perkara yang perkara saya sidangkan ya sama saja, tetap sama malah ada yang sudah mediasi gak taunya keduanya datang terus ke sidang suaminya gak bisa buktikan dan dia keberatan membayar tuntutan istrinya akhirnya perkaranya di cabut. Tapi melihat hubungan mereka ya gitu gitu aja, malah istrinya tidak mau cabut perkara karena dia tau suami saya tidak sanggup bayar tuntntannya jadi cabut perkara karena mau menghindar bukan mau rujuk.

A : Apakah hakim membantu menemukan jalan kluar dari masalah pasangan

B : Iya, itulah peran kita sebagi mediator wajib membantu mereka menemukan jalan kelura. Oleh karena itu kita harus tau apa masalah yang mereka

Dokumen terkait