• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN MENGIKUTI BUDAYA BATAK TOBA

5. Tangis Berru Pangiren

4.2.3 Perubahan yang Terjadi

Perubahan dalam sistem perkawinan. Sistem perkawinan sangat erat hubungannya dengan hal pembatasan jodoh. Adat suku bangsa Pakpak menganggap paling ideal apabila seorang anak laki-laki mengawini putri saudara laki-laki ibunya( puhun). Begitu juga dengan anak perempuan diharapkan kawin dengan putra saudara perempuan ayah (namberru).31

31

Lister Berutu, Adat dan Tata Cara Perkawinan Masyarakat Pakpak, Medan:Grasindo Monoratama,

2006. Hal 50.

Namun kenyataannya pada daerah penelitian, seorang anak laki-laki dan perempuan telah jarang mengawini putri Puhun nya dan anak Namberru nya bagi anak perempuan (yang disebut dengan

Impal).Mereka lebih cenderung kawin di luar kerabatnya atau sukunya bahkan dengan suku

bangsa lainnya yaitu Batak Toba.Penyebab dari jenis pemilihan jodoh ini berakibat menjadi adat sistem perkawinan masyarakat setempat menjadi kabur.Sedangkan tahapan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk melakukan perkawinan juga mengalami perubahan. Contohnya jika

seseorang yang ingin kawin dia akan mencari pasangan hidupnya yang cocok tanpa mempedomani adat sukunya sendiri.

Perubahan upacara perkawinan. Jalannya upacara perkawinan dilaksanakan di rumah kediaman pengantin laki-laki.Setelah hari yang ditentukan telah tiba, semua kerabat laki-laki mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan pesta.Mereka menari-nari yang diiringi musik keyboard dan menyanyikan lagu-lagu suku bangsa Batak Toba yang berhubungan dengan adat perkawinan.

Setelah rombongan pengantin perempuan sampai di depan rumah pengantin laki-laki, maka mereka menari sambil berbaris diiringi musik dengan tarian Tortor Somba. Tarian menyembah yang dilakukan oleh pihak pengantin laki-laki dan posisi paling depan adalah berru

pengantin laki-laki. Yang berbicara pertama sekali adalah pengetua adat pengantin perempuan yang mengucapkan tiga kali Horas.Artinya adalah selamat berjumpa dan senang bertemu dengan pihak pengantin laki-laki, serta pemberitahuan bahwa mereka yang datang dalam keadaan sehat walfiat. Sebelum pihak pengantin perempuan masuk ke rumah, maka pengetua adat kedua belah pihak akan bersahut-sahut dan saling berbalasan, seperti inilah perkataannya:

Kata-kata dari pihak pengantin laki-laki (bahasa Batak Toba): “Nunga ro hamu tu bagas name raja ni hula-hula name hundul ma hamu diamakna bolak asa marsipanganon hita.

Artinya: Raja kula-kula, kalian telah datang dengan rombongan serta membawa makanan dan minuman yang banyak masuk dan duduklah di dalam rumah biar kita makan bersama.

“Nauli Raja, pamoruon name anak niraja do hape hamu siboto uhum dohot adat, mauliate ma. Artinya: terimakasih rupanya kalian adalah keturunan dari seorang raja yang tahu dan mengerti akan adat dan hukum.

Setelah rombongan pengantin perempuan masuk ke rumah, mereka menyerahkan bawaannya kepada pihak pengantin laki-laki. Bawaannya disebut sebagai oleh-oleh atas kedatangan mereka seperti beras di dalam tandok, sumpit, dan ikan mas yang disebut Ikan merbaris, nasi dan daging ayam telah dipotong sebelumnya. Setelah pihak laki-laki menerima bawaan tersebut, maka nasi dan daging ayam langsung dimakan bersama pada saat itu juga sebelum pesta dimulai.32

Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama menurut adat yang telah diatur sebelumnya.Pihak laki-laki dan pihak perempuan duduk berhadap-hadapan.Pada saat itu juga pihak kerabat laki-laki memberikan daging atau jagal babi atau kerbau kepada pihak pengantin perempuan sebagai makanan untuk pihak pengantin perempuan. Pihak pengantin perempuan Setelah makan selesai dilanjutkan dengan tarian secara bergantian.Pihak berru atau saudara perempuan pengantin laki-laki yang pertama sekali menari, didampingi kedua pengantin serta orangtua pengantin laki-laki dan juga kerabat semarganya.Disaat mereka menari, pihak pengantin perempuan datang menemui mereka serta membawa uang untuk disumbangkan kepada kedua pengantin dan kepada kerabat pengantin.Memberkati atau memberikan pasu-pasu

(Kata-kata pemberkatan atau restu) kepada semua pihak pengantin laki-laki dan bergabung untuk menari bersama serta posisi saling berhadapan.Setiap barang yang dibawa oleh rombongan pihak pengantin perempuan dibalas juga oleh pihak pengantin laki-laki. Maksudnya akan ada balasan dari semua barang yang dibawa oleh pihak pengantin perempuan dan telah ditentukan sebelumnya.

akan memberikan Ikan sayur yaitu ikan mas dan daging yang telah dimasak sebelumnya untuk dimakan pihak kerabat laki-laki pada acara pesta tersebut.33

33Ibid, Hal 34.

Setelah acara makan selesai posisi duduk berhadapan kembali diantara kedua belah pihak sambil melanjutkan acara.Pihak pengantin laki-laki memberikan sebuah piring cantik kepada pengetua adat pihak perempuan (pinggan panungkunan), artinya piring pertanyaan yang isinya adalah uang, daging, dan beras.Setelah piring tersebut dikembalikan dan diterima oleh pihak pengetua adat pengantin laki-laki, diisi kembali berupa uang dan emas yang sudah dijanjikan atau ditentukan sebelumnya oleh kedua belah pihak. Emas tersebut berupa kalung atau

Todoan yang akan langsung diberikan kepada ibu dari pengantin perempuan. Todoan tersebut diberikan sebagai ungkapan terimakasih bahwa selama ini ibulah yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan anak perempuannya dan sekarang telah menjadi milik orang lain.

Acara penyerahan isi piring telah selesai akan dilanjutkan dengan memperkenalkan rombongan pengantin perempuan atau undangan mereka. Pihak pengantin laki-laki kemudian memberikan sejumlah uang kepada rombongan tersebut seperti pihak kerabat atau kaum semarga (dengan sibeltk) dari orangtua pengantin perempuan dan kerabat sesama perempuan (pariban) dan pihak saudara perempuan ayah yang berpesta (berru).Begitu juga dengan raja, pengetua adat, arisan semarga, pemerintah setempat dan semua golongan pihak perempuan yang datang menghadiri acara pesta tersebut, semuanya diberikan uang oleh pihak kerabat laki-laki. Uang tersebut adalah suatu alat atau cara mereka untuk bersalaman, sehingga menjadi saling kenal diantara kedua belah pihak.

Jika seorang laki-laki yang melakukan pesta tidak mengawini putri Puhun nya atau tidak mengawini Impal nya, maka akan dibuat sejenis Perjambaran yang diserahkan orangtua laki-laki kepada pamannya (Puhun) yang disebut Tittin Marakkup, yaitu berupa uang yang diberikan sebagai tanda bahwa bere nya tersebut telah mengawini putri orang lain. Begitu juga halnya dengan pihak pengantin perempuan memberikan sejumlah uang kepada Puhun pengantin laki-laki.Tujuan pemberian tersebut adalah menandakan bahwa mereka adalah sudah Sisada Berru atau telah sekerabat dengan adanya kesamaan bagi mereka yaitu statusnya adalah pihak pemberi isteri (kula-kula) kepada orangtua pengantin laki-laki.Pihak pengantin perempuan beserta rombongan selanjutnya Mengolesi atau memberikan kain kepada pihak laki-laki. Jenis

oles yang dipakai adalah Oles Batak yang diberikan oleh kerabat pengantin perempuan kepada kerabat pengantin laki-laki yang telah disepakati sebelumnya. Acara Mengolesi ini diiringi musik dan tari-tarian. Setiap oles yang diberikan kerabat perempuan akan dibalas oleh kerabat laki-laki dengan memberikan uang kepada yang mengolesi.

Sumbangan atau tuppak dari pihak kerabat pengantin laki-laki akan dibalas oleh pihak kerabat pengantin perempuan seperti Parjambaran kedua belah pihak kerabat yang berpesta. Bentuk tuppak yang dalam bahasa setempat disebut Roji adalah uang atau sumbangan. Diantara kedua belah pihak akan saling membalas tuppak, sumbangan dari lawan kerabatnya dengan jenis yang sama. Artinya bahwa pihak kerabat laki-laki akan membalas sumbangan kerabat pengantin perempuanberupa tuppak atau sumbangan yang sama.

Acara berikutnya adalah pemberian Boras Parbue Pir yang diberikan oleh pihak pengantin perempuan, yaitu berupa beras yang diberikan kepada pengantin laki-laki.Ini bertujuan agar selalu sehat, seia sekata dan menjadi keluarga yang teladan di tengah-tengah masyarakat serta berbakti kepada orangtua bagi pengantin baru tersebut.Beras ini diberikan oleh ibu

pengantin perempuan. Selanjutnya adalah acara ruhut-ruhut, yaitu syarat-syarat adat, dimana pihak perempuan akanmengolesi para pengetua adat kedua belah pihak yang artinya adalah adat perkawinan pada hari tersebut telah dijalankan olehnya (para pengetua adat) dengan baik, yaitu dengan memberikan uang kepada mereka. Pengetua adat kedua belah pihak juga saling

mengolesi, yaitu saling menyalamkan uang diantara pengetua adat tersebut.Tujuannya adalah

diantara pengetua adat atau raja-raja adat harus saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.

Setelah acara ini selesai, maka kegiatan atau adat perkawinan secara utuh telah dilaksanakan.Ucapan selamat jalan dan kata-kata olop-olop atau ucapan yang sangat menyenangkan juga turut menyemarakkan akhir pesta tersebut.Para pengetua adat meresmikan acara pesta perkawinan tersebut serta mengumumkan kepada seluruh undangan bahwa pesta telah selesai dilaksanakan dengan baik.

Pada saat ini masyarakat Pakpak Kelasen telah menggunakan adat Toba dalam pesta perkawinan dan mulai meninggalkan adat Pakpak. Adat Pakpak yang berubah tersebut adalah :