• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERUSAHAAN PERKEBUNAN TEH DAN

4.6. Gaya Hidup

4.6.1 Perumahan

Bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Tangsi Baru, rumah merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga dan juga tempat mengadakan musyawarah diantara anggota keluarga. Besar atau kecilnya rumah yang dibangun tergantung kepada kemampuan yang dimiliki oleh penduduk tersebut. Masyarakat Kelurahan Tangsi Baru rata-rata sudah memiliki rumah. Membangun rumah sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga, ada yang membangun rumah permanen dan ada juga sebagianya

yang masih semi permanen. Membangun rumah bagi masyarakat Kelurahan Tangsi baru tergantung kemampuan ekonomi keluarga. Ketika disebuah keluarga jumlah anggota keluarganya banyak, maka dengan sendirinya uang hasil gaji di PT atau hasil kebun tidak dapat ditabung, apalagi untuk membuat rumah. Bagaimana kondisi rumah di Kelurahan Tangsi Baru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 :

Bangunan Rumah Menurut Jenisnya di Kelurahan Tangsi Baru Tahun 2009

N0 Jenis Rumah Jumlah

1. Rumah Tembok 297 buah

2. Rumah Kayu 82 buah

3 Rumah Bambu 19 buah

Jumlah

Sumber: Diolah dariProfil Desa/ Kelurahan Tangsi Baru Tahun 2009

Sejalan dengan semakin membaiknya ekonomi masyarakat, maka masyarakat Kelurahan Tangsi Baru secara berangsur angsur sudah banyak yang membangun rumah, walaupun sebagiannya masih rumah semi permanen atau rumah kayu. Dari tabel di atas menggambarkan bahwa rumah yang paling banyak di daerah Tangsi Baru saat itu adalah rumah yang terbuat dari tembok yang berjumlah 297 buah, sedangkan rumah yang terbuat dari kayu berjumlah sebanyak 82 buah, namun masih ada 19 buah rumah yang terbuat dari bambu.

Pemilikan dari bentuk setiap rumah tersebut bagi pekerja di PT umumnya untuk rumah permanen biasanya pemilik di samping ia bekerja di PT, ia juga berkebun atau berternak sapi. Hal ini sangat memungkinkan karena di samping bekerja di PT, mereka juga mempunyai kebun yang luas yang dapat menghasilkan pendapatan yang besar bila dibandingkan denganpekerja di PT. Dengan keadaan yang

Orang Jawa di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

102

demikian memungkinkan bagi pekerja di PT yang mempunyai usaha lainu ntuk mendirikan rumah yang bagus.

Menurut bapak Tuja masyarakat Kelurahan Tangsi Baru dan Kabawetan pada umumnya banyak mambangun rumah antara tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an. Pada saat itu karena PT sempat tidak beroperasi, sementara karyawan harus diberi makan dan dipertahankan, maka karyawan diperbolehkan untuk menggarap tanah perusahaan. Dengan catatan jika PT beroperasi kembali, atau mengambil tanahnya, maka tanah tersebut harus dikembalikan.

Ketika karyawan diperbolehkan menggarap tanah PT, maka ketika itu orang berlomba-lomba menggap tanah untuk dijadikan kebun atau ladang. Paling kurang satu keluarga punya kebun satu hektar. Banyak masyarakat Kabawetan khususnya orang Jawa yang mensumberngkan keluarga mereka dari Jawa untuk tenaga menggarap kebun. Pada saat itu kebun ditanami berbagai macam tanaman seperti kopi, jagung, padi,sayur-sayuran.Namun sebagian besar orang banyak tanam kopi di kebun, karena kopi saat itu harganya cukup menjanjikan19.

Tuja juga mengungkapkan ketika PT tidak beroperasi, kebun teh sudah tidak terurus, bahkan sudah rimba, rumputnya sudah tinggi-tinggi. Kondisi yang demikian itu dimanfaatkan oleh karyawan untuk memelihara sapi dan kerbau. Hampir setiap rumah memelihara sapi atau kerbau. Memelihara sapi dan kerbau saat itu sangat mudah. Sapi tidak dikurung seperti sekarang, tapi dilepas di alam terbuka. Ketika itu walaupun PT tidak beroperasi dan karyawan tidak bekerja, namun penghidupan masyarakat cukup sejahtera karena pada saat itu ada dua penghasilan yang didapat. Pertama dari hasil kebun kemudian dari hasil penjualan sapi. Pada saat itulah masyarakat Kabawetan 19 Wawancara dengan Tuja, tanggal 18 April 2015 di Kelurahan Tangsi Baru

dan KelurahanTangsi Baru pada khususnya banyak yang membangun rumah. Demikian Tuja mengungkapkan.

Awal mula masyarakat Kelurahan Tangsi Baru memelihara sapi adalah ketika ada bantuan Presiden Soeharto berupa Sapi Bandes ditahun 1982. Sapi yang diberikan pemerintah adalah sapi bali. Tahap pertama diberikan sebanyak 80 ekor. Sistem pemeliharaan sapi tersebut adalah dengan sistem bergilir antar kelompok, kalau sapi yang dipelihara sudah punya anak satu ekor anaknya itu diberikan kepada kelompok lain begitu sampai punya anak dua ekor. Jika sudah memberikan anaknya sebanyak dua ekor kepada kelompok lain, maka induk sapi tersebut sudah menjadi milik kelompok yang memeliharanya, begitu seterusnya. Menurut informasi dari beberapa orang informan mengatakan pada awalnya pemeliharaan sapi dengan sistem bergilir tersebut cukup lancar. Namun dalam perjalanannya ada terjadi penyimpangan. Pertama adalah anak sapi tersebut diberikan oleh keluarganya, kemudian tidak adanya transparan dalam memelihara sapi, bahkan ada juga konspirasi dalam kelompok.Sapiyang seharusnya digulir pada kelompok lain malah dijual. Maka lama kelamaan bantuan sapi dari pemerintah itu jatuh ke tangan pribadi-pribadi.

Mulai dari tahun 1982, semenjak ada bantuan sapi dari pemerintah, maka masyarakat di Kabawetan khususnya di Kelurahan Tangsi Baru menjadi gemar memelihara sapi sampai sekarang. Masyarakat bukan saja memelihara sapi bali, namun akhir-akhir ini juga banyak yang memelihara sapi smental. Sapi smental biasanya didapatkan dari toke-toke sapi. Toke sapi menawarkan siapa yang mau memelihara sapi smental. Anak sapi smental dibeli oleh toke. Kalau anaknya yang bagus biasanya dibeli seharga 6-8 juta/ ekor, kemudian dipelihara 1-3 tahun. Setelah besar sapi dijual, modalnya dikeluarkan, sisanya dibagi dua sama orang yang memelihara.

Orang Jawa di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

104

Masyarakat Kelurahan Tangsi Baru bukan saja memelihara sapi, tapi juga memelihara kambing. Dengan memelihara sapi dan kambing perekonomian masyarakat di Kelurahan Tangsi Baru cukup baik. Hasil penjualan sapi ditabung, gunanya bukan saja untuk urusan sekolah anak akan tetapi juga untuk membangun rumah. Saat sekarang sebagian besar masyarakat Kelurahan Tangsi Baru sudah banyak yang memelihara sapi sendiri, dengan alasan memelihara sapi orang lain tentu hasilnya akan dibagi dua. Apalagi untuk mencari makan ternak tidak susah, pulang dari kebun mereka bisa bawa rumput untuk sapi.

Dokumen terkait