• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BENGKULU DAN KELURAHAN TANGSI BARU 19

2.4 Sistem Kekerabatan

Penduduk Kelurahan Tangsi Baru yang sebagian besar merupakan bekas keturunan kolonisasi orang Jawa di perkebunan Kabawetan, sampai saat ini merupakan generasi ketiga yang bermukim di daerah ini. Sistem kekerabatan yang dikenal luas oleh masyarakat sekitarnya tentunya merujuk pada referensi kekerabatan dalam tradisi budaya Jawa. 15 Akan tetapi identitas dan juga tradisi tidak sepenuhnya kukuh dari perubahan. Merujuk pada pernyataan Stuart Hall, yang menyebutkan bahwa identitas dalam masyarakat modern tak pernah utuh tetapi semakin

15 Rujuan untuk sistem kekerabatan dan tradisi orang Jawa dikutip dari Kodiran, ‘Kebudayaan Jawa’ dalam Koentjaraningrat (ed), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan, Cetakan ke12, 1988, hlm. 329-352.

Orang Jawa di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

38

terfragmentasikan. Identitas tidaklah bersifat tunggal tetapi terbentuk secara bergelombang lintas wacana, praktik dan posisi yang berbeda, yang semuanya terjadi sebagai akibat adanya proses kesejarahan didalamnya, yang terus menerus berproses yang diwarnai adanya perubahan dan transformasi. Identitas dibangun melalui perbedaan adanya relasi dan dialog dengan pihak lain. Identitas juga merupakan produk dari perbedaan dan pengecualian dari simbol-simbol kesatuan yang terbentuk secara alami dan identik. 16

Identitas orang Jawa di Kelurahan Tangsi Baru, tidak hanya lekat dengan referensi kekerabatan lokal, dalam aspek lingusitik atau kebahasaan juga terlihat adanya ‘pengidentisan’ baru atas kediriannya atau self identity

dimana orang Jawa lebih suka menyebut identitas sebagai orang ‘Kabawetan’ dan bukan sebagai orang Jawa. Identitas sebagai Kabawetan membedakan dia dengan orang Jawa yang tinggal di Pulau Jawa atau orang Jawa di tempat lainnya. Penamaan Kabawetan sebagai refernesi bahwa mereka adalah orang Jawa yang tinggal di Kabawetan.

Beberapa pola hibridisasi dalam aspek linguistik dan referensi kekerabatan pada generasi ketiga orang Jawa di Kelurahan Tangsi Baru memperlihatkan adanya perpaduan antara tradisi Jawa dan juga masyakarat Melayu Bengkulu dan Melayu Palembang, dimana komunitas orang Jawa tinggal berdampingan, berkomunikasi dan berineteraksi sehari-hari, seperti dengan orang Rejang, Besemah maupun kelompok etnik lainnya di Kelurahan Tangsi Baru. Hibridisasi juga tidak lepas adanya proses pembauran seperti kawin campur, yang tentu saja merubah pola kebahasaan dan kekerabatan pada orang Jawa yang ada di 16 Stuart Hall, ‘Who Needs an Identity’ dalam Stuart Hall dan Paul du Gay (ed), Questions of Cultural Identity, London: SAGE Publications, 1996b. hal. 4 dalam Chang Yau Hoon, Identitas Tionghoa Pasca Suharto Budaya, Politik dan Media, Jakarta: Yayasan Nabil dan LP3ES, 2012, hlm. xii.

Kelurahan Tangsi Baru. Secara garis besar pada dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. 3

Panggilan Dalam Keluarga Orang Jawa di Tangsi Baru

No. Istilah

Jawa

Orang Jawa

Tangsi Baru Panggilan

1. Mbak Ayuk Kakak Perempuan 2. Mas Kakak Kakak laki-laki

3. Pak De Pak Uo Saudara laki-laki tua dari ibu atau bapak

4. Mak De Mak UO Saudara perempuan tua dari ibu atau bapak 5 Pak Lik Mamang Saudara laki-laki muda

dari ibu atau bapak 6. Bu Lik Bibi Saudara perempuan muda

dari ibu atau bapak

Sumber: Diolah dari hasil wawancara tanggal -25 April 2015

Hibridisasi orang Jawa tidak telepas adanya saling pengaruh antara tradisi Jawa yang dibawa oleh kakek dan nenek orang Jawa yang menetap pertama di Kabawetan. Akan tetapi pengaruh bahasa dan adat penduduk lokal, seperti orang Rejang, Besemah dan lainnya dimana orang Jawa tinggal di Kabawetan. Pada beberapa pernikahan campuran adaptasi dan kompromi dan dalam segi kebahasaan mudah ditemukan, sehingga muara bahasa nasional yakni bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar utama dalam kominikasi dikeluarga. Tidak ada keterangan yang pasti tentang berapa jumlah adanya perkawinan campur. Sumber dari salah satu informan, yakni Pak Jumono, menyebutkan bahwa tingkat perkawinan campur antara orang Jawa dan orang Rejang jumlahnya (frekuensi) lebih dari separuh, sumber ini merujuk pada status sosial dan ekonomi karyawan perkebunan dimana pak Juwoo sebagai pimpinannnya.

Orang Jawa di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

40

Kekerabatan dan tradisi yang ada pada komunitas orang Jawa yang tinggal di Kelurahan Tangsi Baru juga menunjukkan adanya keunikan yang membedakan dengan orang Jawa yang di Pulau Jawa atau tempat lainnya. Beberapa tradisi Jawa seperti daur hidup (life cycle) masih merujuk pada tradisi Jawa, seperti kelahiran dikenal istilah mitoni (menuju 7 bulan kandungan), babaran (habis kelahiran), selapan (bayi berumur 40 hari), sunatan (untuk anak laki-laki menjelang dewasa hingga ritual kematian, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari. Salah satu tradisi unik yang membedakan dengan orang Jawa ditempat asalnya adalah orang Jawa ikut berburu babi (buru babi).17 Kesenian seperti kuda kepang yang merupakan khas budaya Jawa ditemukan di daerah Tangsi Baru. Proses kolonisasi orang Jawa di Kabawetan sebagai secara kultural melekat dalam memori pada mereka yang bertautan dengan masa lampau dunia perkebunan, hal ini tercermin dari mars yang pernah diingat dalam narasi orang Jawa di perkebunan teh Kabawetan. Jika pada umunya anak sekolah lebih mengenal 17 Tradsisi Buru Babi Hutan yang pada umumnya dikenal pada masyarakat

Minang atau penduduk lainnya di Pulau Sumatera, adalah suatu tradisi dimana laki-laki dewasa dengan membawa anjing pemburu untuk mengusir babi hutan yang biasanya merusak tanaman di ladang milik penduduk yang ada dsekitar perbukitan.

Gamba r: 1

Gerbang masuk ke kawasan Kabawetan Kepahiang (Dokumentasi: Tim)

lagu Indonesia Raya, maka mars orang Jawa di Tangsi Baru Kabawetan pada masa pendudukan Jepang, yakni sebagai berikut: “Dikaki Bukit Kaba, disanalah letaknya Kabawetan yang terkenal padi dengan jagungnya yang berguna bagi

rakyat Indonesia”.18

18 Mars ini menunjukan bahwa Kabawetan melekat dan menjadi bagian dari politik kolonial, yang menjadi identitas kelokalan dan kebanggaan akan tempat asal-usul atau kelahiran, seperti diungkapkan oleh Pak Tuja, wawancara tanggal 18-24 April 2015 di Kelurahan Tangsi Baru.

Gambar: 2

Kantor Lurah Tangsi Baru (Dokumentasi: Tim)

Gambar: 3

Kantor Camat Kecamatan Kabawetan

BAB III

ORANG JAWA DI KELURAHAN

TANGSI BARU

BAB III

ORANG JAWA DI KELURAHAN

TANGSI BARU

Kabawetan adalah salah satu nama dari kecamatan di Kabupaten Kepahiang. Masyarakat yang mendiami Kecamatan Kabawetan pada awalnya berasal dari masyarakat Jawa yang dulunya disumberngkan oleh pemerintah Belanda untuk menjadi tenaga kerja sebagai kuli kontrak di perkebunan teh. Kuli kontrak keturunan orang Jawa tersebut sampai sekarang mendiami desa-desa dan kelurahan di Kecamatan Kabawetan. Mereka tersebar di beberapa desa dan kelurahan antara lain Desa Tangsi Duren, Desa Babakan Bogor, Desa Barat Waten, Desa Tugu Rejo, Desa Bukit Sari dan Kelurahan Tangsi Baru. Dalam bab tiga ini akan dipaparkan bagaimana proses kesumberngan orang Jawa ke Kabawetan serta dari daerah mana saja asal mereka, selain itu dalam bab ini juga akan dilihat bagaimana orang Jawa beradaptasi dengan penduduk setempat.

Dokumen terkait