• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumpamaan dalam Injil

Dalam dokumen BAB III METODE PENELITIAN (Halaman 72-83)

Seperti diuraikan sebelumnya, perumpamaan merupakan sebuah perbandingan yang digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu. Pesan yang disampaikan adalah datangnya Kerajaaan Allah. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa Yesus menyampaikan tentang Kerajaan Allah yang memiliki dimensi dan cakupan yang sangat luas. Oleh karena itu, masing-masing perumpamaan menonjolkan aspek yang berbeda-beda dari Kerajaan Allah (Hultgren, 2002: 1-2).

Di samping itu, perumpamaan juga memiliki tiga tahapan tujuan dalam penceritaannya, yaitu orientasi, reorientasi, dan disorientasi (Hultgren, 2002: 4-5). Perumpamaan yang memiliki tujuan orientasi digunakan agar pendengar lebih mudah memahami makna dan tujuan perumpamaan tersebut. Cerita, bahasa, tokoh dan unsur-unsur yang ada dalam perumpamaan diambil dari realitas atau gambaran kehidupan sehari-hari. Ada kalanya ditemui unsur-unsur berlebihan yang disengaja dan sikap yang tidak biasa muncul dalam perumpamaan. Kemunculan unsur-unsur tersebut memiliki tujuan reorientasi sehingga pendengar memikirkan ulang dirinya. Demikian pula, seringkali sebuah perumpamaan menjungkirbalikkan situasi sehari-hari. Dalam perumpamaan seperti itu, ada pertentangan dua sudut pandang, yakni sudut pandang manusiawi dan sudut pandang ilahi, sehingga pendengar secara serius melihat dan mengevaluasi diri mereka.

Setidaknya ada empat karakteristik yang melekat pada perumpamaan, yaitu (a) eskatologis yang berarti akhir zaman, di mana unsur kemendesakan sangat menonjol. Karakteristik tersebut sebagaimana yang terdapat dalam ungkapan “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Markus 1: 15). Dari ungkapan tersebut tersirat pewarta tidak memberikan kesempatan kepada pendengar menunda-nunda untuk membuat keputusan. Demikian pula ungkapan “Ikutlah Aku biarlah orang-orang

mati menguburkan orang-orang mati mereka” (Matius 8: 22). Dari ungkapan ini tersirat kemendesakan tersebut, karena salah satu hal utama dalam kehidupan, yakni memakamkan orang meninggal harus ditinggalkan demi mengikut Yesus; (2) eksistensial yang berarti perumpamaan yang memiliki karakteristik untuk menyadarkan manusia terhadap eksistensinya. Pertemuan antara keyakinan manusiawi dan ideologi ilahi mengungkapkan sejauh mana nilai-nilai yang dianut oleh manusia. Hal tersebut terlihat dalam perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh (Mat 25:1-13) untuk mengingatkan manusia posisi mereka saat ini; (3) etis yang bermakna perumpamaan dalam Injil menyangkut relasi dengan orang lain. Hal ini terdapat dalam perumpamaan tentang biji sesawi (Mat 13: 31-35), yang digarisbawahi dalam perumpamaan ini adalah kesediaan anggota Kerajaan Allah melayani sesamanya; dan (4) Injili yang memiliki karakteristik agar semakin banyak orang terlibat dalam Kerajaan Allah.

Beberapa konsep yang terdapat dalam perumpamaan yang sebenarnya menjadi konsep pokok dalam seluruh pengajaran Yesus sebagaimana dijelaskan dalam paparan di bawah ini.

a. Kerajaan Allah

Kerajaan Allah atau pemerintahan Allah dijelaskan dalam berbagai perumpamaan, yang konsep intinya adalah bahwa Kerajaan Allah diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai karunia (Luk. 12:32), tanpa jasa manusia

(Luk.22:29). Hal ini terdapat dalam perumpamaan tentang benih dan seorang penabur (Luk. 8 : 4-15, Mat. 13:1-23, Mrk. :1-20), perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Mat. 13:31-35, Mrk. 4:30-34, Luk. 13: 18-21). Di samping itu, Kerajaan Allah juga dijelaskan melalui perumpamaan tentang harta yang terpendam dan mutiara yang berharga (Mat. 13:44-46). Dalam perumpmaan tersebut tersirat bahwa Kerajaan Allah yang merupakan karunia itu memiliki nilai yang sangat tinggi dan penting.

b. Allah

Dalam beberapa perumpamaan digambarkan sikap Allah yang aktif mencari pendosa dan menanti pertobatan mereka dengan tangan terbuka. Hal ini diilustrasikan melalui perumpamaan domba yang hilang (Luk. 15:1-7), perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk. 15:-10), perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15: 11-32). Sejumlah perumpamaan digunakan untuk menggambarkan jati diri Allah sebagai Hakim Yang Maha Pengampun. Hal ini digambarkan melalui perumpamaan tentang hamba yang jahat (Mat. 18:23-35), dan perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur (Mat. 20:1-16). Demikian pula kemurahan hati Allah digambarkan dengan perumpamaan tentang seorang yang meminta makanan pada sahabatnya pada malam hari (Luk. 11:5-8) dan perumpamaan tentang hakim yang tidak takut akan Allah (Luk. 18:1-8). Pada kedua perumpamaan tersebut tersirat kesediaan Allah mendengarkan doa-doa yang disampaikan kepada-Nya.

c. Bertobat

Perumpamaan juga mengajarkan agar manusia bertobat, agar diterima menjadi warga Kerajaan Allah. Selain mengungkapkan kemurahan hati Allah, perumpamaan tentang anak yang hilang juga menekankan pentingnya pertobatan. Melalui perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah (Luk. 18:9-14), diajarkan pertobatan sebagai sikap yang benar di hadapan Allah. Manusia yang mengakui dosa dan menghadap Allah tanpa kesombongan rohani dipandang benar oleh Allah.

d. Mengampuni

Pengampunan yang telah diterima manusia dari Allah jauh lebih besar daripada pengampunan yang seharusnya diberikan manusia kepada orang yang bersalah kepadanya. Hal tersebut dijelaskan melalui perumpamaan tentang hamba yang berhutang (Mat. 18:21-35)

e. Rendah Hati

Beberapa perumpamaan digunakan untuk menggambarkan kerendahan hati di hadapan sesama dan Tuhan. Hal tersebut dijelaskan melalui perumpamaan tentang tuan dan hamba (Luk. 17:10, Luk. 18:8-14, Luk. 14: 7-11). Dalam perumpamaan ini dijelaskan agar manusia tidak mencari pujian ketika melakukan perbuatan baik dan tidak suka mencari kehormatan diri sendiri.

f. Mempergunakan Anugerah

Dalam perumpamaan tentang talenta Yesus mengajarkan bahwa manusia pun harus mempergunakan semua talenta yang diberikan oleh Allah dengan sebaik-baiknya (Mat. 25:14-30). Semua itu telah dipercayakan Allah kepada manusia karena Ia percaya bahwa manusia dapat mengembangkannya. Pada waktunya kelak, Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua yang telah dipercayakan-Nya kepada manusia.

g. Mengasihi

Orang yang telah menjadi anggota Kerajaan Allah akan mengasihi orang lain, seperti Allah telah mengasihi semua manusia. Kasihnya tidak akan terbatas pada orang-orang yang telah mengasihinya atau yang dapat membalas kasihnya. Allahlah yang harus menjadi “model” untuk mengasihi. Ia bermurah hati kepada semua orang. Ia memberikan hujan tidak hanya kepada orang benar, tetapi juga kepada orang yang tidak benar (Mat. 5:44-45). Ia pun akan mengasihi Allah yang hadir dalam kehidupan nyata, seperti Allah telah mengasihinya. Yang menjadi ukuran dalam pengadilan Allah adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap Allah selama ia hidup di dunia ini (Mat. 25:31-46). Allah hadir dalam diri orang-orang yang menderita dan kekurangan. Apa pun yang dilakukan terhadap mereka sebenarnya dilakukan terhadap Allah sendiri.

h. Selalu berjaga-jaga

Pada sejumlah perumpamaan Yesus yang berbicara tentang akhir zaman. Perumpamaan yang bertema eskatologi ini bertujuan untuk mengingatkan para pendengar agar mengambil sikap yang benar untuk menghadapi akhir zaman. Para murid hendaknya senantiasa berjaga-jaga karena mereka tidak tahu kapan akhir zaman tiba (Mrk. 13:34-36, Luk. 12:35-38, Mat. 24:42-44, Luk. 12:39-40; Mat. 24:45-51, Mat. 12:42-46, Mat. 25:1-13, Luk. 12:13-21), pada akhir zaman akan terjadi pemisahan antara orang yang baik dan yang jahat (Mat. 7:16-20, Mat. 13:47-50, Mat. 13:24-30, Mat. 13: 36-43, Mat. 25:31-46). Dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut Yesus mengajak umat untuk menghayati kehidupan di dunia ini dengan perspektif akhir zaman dan kehidupan kekal. Hidup di dunia ini hanya sementara, oleh karena itu semua manusia hendaknya berjaga-jaga untuk menghadapi pengadilan terakhir.

Dari uraian tersebut, di bawah ini dipaparkan rangkuman tentang pokok pewartaan dan konsep yang digambarkan melalui perumpamaan yang terdapat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes sebagaimana tabel berikut.

Konsep Perumpamaan Markus Matius Lukas

Doa Hal pengabulan doa 7:9-11 11:11-13

Sahabat yang datang

tengah malam 11:5-8

Orang Farisi dan

pemungut cukai 18:9-14

Hakim yang tak

benar 18:1-8

Menjadi pendengar dan pelaku firman

Rumah di atas batu

dan pasir 7:24-27 6:47-49

Dua orang anak 21:28-32

Penabur benih 4:1-9, 13-20 13:1-9 8:4-8.11-15 Hamba yang rendah

hati 17:7-10

Eskatologi

(Akhir zaman) Nasihat berjaga-jaga

13:34-36 12:35-38 Pencuri di waktu

malam 24:42-44 12:39-40

Hamba yang setia

dan tidak setia 24:45-51 12:42-46

Orang kaya yang

bodoh 12:13-21

Domba dan

kambing 25:31-46

Sikap iman yang benar

Tentang

puasa 2:19-20 9:15 5:33-39 Pohon baik dan tidak

baik 7:16-20

Secarik kain dan

anggur baru 2:21-22 9:16-17 5:36-39 Dua macam jalan 7:13-14 13:23-27 Pelita dan ukuran 4:21-25 8:16-18 Pohon ara 13:28-32 24:32-36 21:29-33 Membangun menara 14:28-30

Raja yang maju

perang 14:31-33

Bendahara yang

tidak jujur 16:1-9

Orang kaya dan

Lazarus yang miskin 16:19-31

Pohon ara yang tidak

berbuah 13:6-9

Kerajaan Allah Benih yang tumbuh

diam-diam 4:26-29 13:18-19 Biji sesawi 4:30-32 13:31-32 Pukat 13:47-50 Lalang di ladang gandum 13:24-30,36-43 Harta terpendam 13:44 Mutiara yang berharga 13:45-46 Pesta perkawinan 22:1-14 14:15-24 Ragi 13:33 13:20-21 Orang upahan di kebun anggur 20:1-16

Gadis bijak dan

gadis bodoh 25:1-13

Talenta 25:14-30 19:11-27

Mengasihi dan

mengampuni Domba yang hilang

18:12-14 15:1-7

Domba yang hilang 15:1-7

Dirham yang hilang 15:8-10

Anak yang hilang 15:11-32

Hamba yang jahat 18:23-35

Dua orang yang

berhutang 7:41-50

Orang Samaria yang

baik hati 10:25-37

Sikap penolakan

terhadap Yesus Tentang Beelzebul Penggarap kebun 3:22-27 12:29-30 11:21-23

anggur 12:1-12 21:33-46 20:9-19

Jati diri Yesus Gembala yang baik Yoh. 10:1-18 (Mat. 18:12-14; Luk. 15:1-7)

4.4 Penutup

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa metafora konseptual digunakan secara luas dalam perumpamaan Injil Lukas. Sebaran penggunaannya dalam subkorpus TSu meliputi ketiga kategori metafora konseptual (metafora orientasional, metafora ontologis, dan metafora struktural) dalam berbagai jenis metafora misalnya, metafora pohon, metafora garam, metafora status sosial, metafora binatang, metafora kain, metafora anggur, metafora entitas, dan metafora wadah serta dalam berbagai jenis PK.

Sebagai hasil analisis untuk menjawab permasalahan pertama dalam penelitian ini, ditemukan 20 jenis metafora yang meliputi ketiga kategori tersebut dan delapan belas jenis PK yang tergabung ke dalam ketiga kategori metafora konseptual. Metafora struktural lebih banyak digunakan daripada dua kategori metafora yang lain, yakni metafora orientasional dan metafora ontologis. Fenomena ini dapat dipahami karena sejumlah konsep dan prinsip-prinsip kebenaran Kristiani ternyata lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan asosiasi, analogi, objek, wadah, dan entitas (manusia dan bukan manusia) atau personifikasi serta struktur objek.

Selain hal tersebut di atas, penulis TSu sering menggunakan sejumlah PK yang termasuk jenis metafora pohon, metafora garam, metafora status sosial, metafora bangunan, metafora benih, dan metafora tumbuhan sebagai RSu untuk menjelaskan sejumlah konsep, model, pendekatan, ide serta pemikiran dalam

teks perumpamaan sebagai RSa. Konsep-konsep yang dimaksud juga lebih mudah dijelaskan dan dipahami, antara lain, melalui konsep die, word, faith, pray, dan love sebagai RSa.

Analisis data pada bab ini memperlihatkan kurang paralelnya pengategorian metafora konseptual yang diprakarsai oleh Lakoff dan Johnson. Misalnya, jenis metafora orientasional dapat dikategorikan ke dalam jenis metafora struktural, metafora ontologis ternyata juga dapat dikategorikan ke dalam jenis metafora struktural, demikian pula ungkapan metaforis yang sama dapat dipetakan dengan PK yang berbeda. Sebaliknya, satu PK diungkapkan dengan banyak ungkapan metaforis terdapat pada PK: THE WORD OF GOD IS A PLANT, KEEP PRAYING IS FAITH BASIS, FAITH OF LIFE IS WAKEFUL, KINGDOM OF GOD IS GREAT BANQUET, AFFECTION IS WARMTH, GOD IS LOVE, dan FAITH IS SALT.

Pada tulisan ini peneliti mencoba merekonstruksikan beberapa PK di atas yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson (1980, 1993), PK: IDEAS ARE PLANTS yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson (1980, 1993) sesuai pula dengan PK: THE WORD OF GOD IS A PLANT, yang disebabkan oleh kaitan antara ranah sumber dan ranah target untuk teori, melalui PK: IDEAS ARE PLANTS sesuai juga untuk PK: THE WORD OF GOD IS A PALNT. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kedua PK tersebut berada pada ruang lingkup yang sama.

Hal yang sama juga terjadi pada ranah sumber bangunan, selain sesuai diterapkan untuk PK: THEORIES ARE BUILDINGS sesuai pula diterapkan untuk kehidupan iman melalui PK: FAITH IS AFOUNDATION.

Perumpamaan digunakan untuk menyampaikan pesan datangnya Kerajaaan Allah yang memiliki dimensi dan cakupan yang sangat luas, yang menonjolkan aspek berbeda-beda dari Kerajaan Allah (Hultgren, 2002: 3-4). Di samping itu, perumpamaan juga memiliki tiga tahapan tujuan dalam penceritaannya, yaitu orientasi, reorientasi, dan disorientasi (Hultgren, 2002: 4-5). Demikian pula, ada empat karakteristik yang melekat pada perumpamaan, yaitu (a) eskatologis yang berarti akhir zaman, di mana unsur kemendesakan sangat menonjol; (2) eksistensial yang berarti perumpamaan yang memiliki karakteristik untuk menyadarkan manusia terhadap eksistensinya; (3) etis yang bermakna perumpamaan dalam Injil menyangkut relasi dengan orang lain; dan (4) Injili yang memiliki karakteristik agar semakin banyak orang terlibat dalam Kerajaan Allah.

Dalam dokumen BAB III METODE PENELITIAN (Halaman 72-83)

Dokumen terkait