• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1.2 Perumusan Masalah

PT. Istana Alam Dewi Tara atau disebut sebagai “Istana Alam Nursery”

merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Namun tidak hanya tanaman hias, seiring dengan adanya permintaan konsumen serta untuk lebih memperlengkap usaha, maka perusahaan ini mencoba untuk memproduksi dan memasarkan tanaman buah (lengkeng, rambutan, mangga, durian, jeruk, jambu citra, jambu kancing, srikaya, dan magic fruit). Jenis tanaman hias yang disediakan di PT. Istana Alam Dewi Tara antara lain adalah bonsai, adenium,

9 anthurium, aglaonema, euphorbia, zamioculcaas, rhapis humilis dan lain sebagainya. Selain dapat menyalurkan hobby untuk keindahan dan kecantikan, usaha tanaman hias juga memiliki kendala yang sangat besar yaitu tingginya tingkat risiko produksi yang dihadapi. Untuk persentase keberhasilan produksi tanaman hias Dipladenia crimson yaitu 60 persen sampai 70 persen. Sedangkan untuk tanaman hias lainnya dan tanaman buah persentase keberhasilannya lebih tinggi yaitu 80 persen sampai 90 persen.5

Selain risiko produksi juga terdapat risiko harga dalam usaha budidaya tanaman, sumber utama risiko harga adalah ketidakpastian harga produk ketika perusahaan membuat keputusan untuk melakukan perbanyakan atau menanam. Adanya risiko harga produk dapat menyebabkan harga yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi. Risiko harga produk tanaman hias sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan tanaman hias di pasaran.

Namun untuk risiko harga dan pemasaran tidak terdapat pada komoditi

Dipladenia crimson, karena dapat diihat dari tingginya angka permintaan tanaman hias ini jika dibandingkan dengan angka penawaran yang diberikan perusahaan. Penawaran yang diberikan oleh PT Istana Alam Dewi Tara adalah merupakan jumlah hasil perbanyakan yang berhasil dilakukan. Seluruh tanaman yang berhasil dalam proses produksi akan ditawarkan kepada konsumen dan seluruh hasil produksi tersebut mampu diserap oleh pasar, hal ini dikarenakan tingginya minat konsumen terhadap tanaman hias Dipladenia crimson. Saat ini permintaan tanaman hias Dipladenia crimson masih belum bisa terpenuhi oleh PT Istana Alam Dewi Tara, salah satu faktornya adalah terjadinya tingkat kegagalan yang tinggi dalam memproduksi. Setiap periodenya perusahaan melakukan kegiatan perbanyakan dalam jumlah indukan yang digunakan dan anakan yang ditanam selalu sama yaitu sebanyak 600 batang, namun keberhasilan produksi setiap periodenya tidak stabil. Dalam upaya menghasilkan produsi tanaman hias bermutu dari indukan varietas unggul (bersertifikat), perusahaan memiliki indukan sebanyak 60 batang, setiap indukan mampu menghasilkan anakan 10 pucuk setiap periodenya. Indukan tersebut merupakan tanaman impor yang telah melewati

5

10 seleksi atau sertifikasi dan tahap karantina, oleh karena itu perusahaan mempunyai keterbatasan dalam meningkatkan kapasitas produksi yang disebabkan keterbatasan indukan. Untuk mengetahui data permintaan, penawaran dan selisih tanaman hias Dipladenia crimson pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Data Permintaan, Penawaran dan Selisih Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 No Uraian Jumlah/Pot/Tahun 2009 2010 1 Permintaan 2.460 2.912 2 Penawaran 1.282 1.632 3 Selisih 1.178 1.280

Sumber : Istana Alam Dewi Tara, 2011

Berdasarkan informasi pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa PT Istana Alam Dewi Tara masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena jumlah permintaan jauh lebih besar dari jumlah penawaran. Dalam menawarkan produknya PT Istana Alam Dewi Tara selalu memberikan penawaran dengan mutu dan kualitas yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen.

Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa jumlah penawaran masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah permintaan tanaman hias Dipladenia crimson. Biasanya untuk dapat memenuhi permintaan yang sesuai dengan kontrak maka PT Istana Alam Dewi Tara melalukan kerja sama dengan petani sekitar. Sedangkan perubahan harga produk pada PT Istana Alam Dewi Tara biasanya jarang terjadi. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan sesuai harga pasar dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya (adenium, anthurium dan aglaonema). Untuk itu harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan harga yang beredar dipasaran (stabil) dan tidak membuat produsen mengalami risiko (melebihi harga pokok produksi). Permintaan yang cukup tinggi juga membuat produsen tidak mengalami risiko pasar dalam pemasarannya. Risiko pasar dan harga biasanya merupakan risiko yang terjadi di luar kendali manajemen PT Istana Alam Dewi Tara dan risiko tersebut juga merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan karena timbul dari mekanisme pasar. Untuk menghindari risiko pasar perusahaan melakukan kerja sama dengan petani sekitar disaat kekurangan

11 pasokan. Gambar 2 dapat menjelaskan bahwa harga tidak mempunyai risiko dalam setiap penawaran atau penjualannya.

Gambar 1. Harga Jual Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara

Saat ini, PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko produksi yang cukup tinggi pada komoditas tanaman hias Dipladenia crimson. Dimana hasil produksi yang diperoleh bervariasi. Adanya risiko produksi diperjelas oleh fluktuasi keberhasilan produksi yang tidak stabil dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Keberhasilan Produksi Dipladenia crimson „Istana Alam Dewi

Tara‟ Tahun 2009-2010

Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara

s/m = umur tan 3-4

12 Pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat keberhasilan produksi

Dipladenia crimson yang dihasilkan mengalami kondisi yang tidak stabil setiap periodenya, hal ini dapat menunjukkan adanya risiko produksi pada Istana Alam Dewi Tara. Tanaman hias Dipladenia crimson sama seperti tanaman hias merambat lainnya yang memiliki produksi masih rendah dan belum mampu memenuhi seluruh permintaan. Sebagai tanaman pertanian erat kaitannya dengan faktor alam dalam perolehan hasil produksi. Seperti diketahui bahwa alam tidak dapat diprediksi, mudah berubah-ubah, sulit untuk diramalkan dan sulit untuk dikendalikan. Keadaan tersebut tentu dapat membawa dampak buruk pada pendapatan usaha karena mengalami kerugian. Kerugian tersebut merupakan risiko yang harus ditanggung PT Istana Alam Dewi Tara sebagai suatu kegiatan usaha.

Usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan melakukan produksi setiap tiga bulan sekali. Setiap tahunnya untuk tanaman hias Dipladenia crimson, perusahaan ini memproduksi empat periode tanam. Dengan jangka waktu periode selama tiga bulan. Keberhasilan produksi tertinggi dialami pada periode ketiga tahun 2010 yaitu sebesar 78 persen, sedangkan produksi terendah dialami saat periode kedua tahun 2009 yaitu sebesar 45 persen. Pada umumnya yang menjadi sumber utama penyebab terjadinya resiko produksi dalam memproduksi tanaman hias antara lain ialah kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, serta serangan hama, dan sulitnya mengendalikan penyakit yang terdapat di tanaman hias. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha tanaman hias masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat perbanyakan dengan stek batang. Adanya risiko produksi membawa dampak yang merugikan bagi PT Istana Alam Dewi Tara, yaitu dapat menyebabkan kegagalan dalam memproduksi atau melakukan perbanyakan.

Kerugian akibat risiko produksi yang dialami PT Istana Alam Dewi Tara adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang juga menurun karena banyaknya gagal panen. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima perusahaan. Berdasarkan perumusan diatas, disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:

13 1. Bagaimana risiko produksi yang dihadapi PT Istana Alam Dewi Tara pada

usaha tanaman hias Dipladenia crimson?

2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di PT. Istana Alam Dewi Tara?