• Tidak ada hasil yang ditemukan

hasil perumusan strategi sebagai pilihan yang akan direkomendasikan untuk menjadi kebijakan baru penembangan pasir besi di Kabupaten Cianjur (Alternatif Strategi), yang

terdiri dari: (A) Pembentukan BUMD smelter; (B) Perbaikan kualitas jalan; (C) Pengangkutan pasir besi via laut; (D) Diversifikasi produk.

Pembahasan dari elemen-elemen tersebut, adalah sebagai berikut:

a) Pemilihan Prioritas (Ultimate Goal)

Hierarki pemilihan alternatif strategi penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur dilakukan dengan pengolahan vertikal. Hal tersebut diperoleh Berdasarkan hasil Tingkat 1 Ultimate Goal Tingkat 2 Faktor Tingkat 3 Aktor Tingkat 4 Tujuan Tingkat 5 Alternatif

observasi dan wawancara mendalam dilanjutkan dengan menggali persepsi para pakar. Formulasi strategi penambangan pasir besi dilakukan dalam rangka mendapatkan altirnatif kebijakan terbaik dalam kegiatan penambangan, maka berdasarkan AHP diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Faktor paling penting adalah regulasi pemerintah (0,304) 2. Aktor paling penting adalah UPR (0,254)

3. Tujuan paling penting adalah kelestarian lingkungan dan infrastruktur (0,373) 4. Strategi paling penting adalah pembentukan BUMD smelter (0,291)

Secara rinci berikut ini dijelaskan kriteria, aktor, tujuan dan strategi pada masing-masing hierarki AHP:

b) Pemilihan Prioritas Faktor

Pengolahan data secara horizontal menggunakan metode AHP menunjukkan hubungan antar elemen-elemen dalam satu hierarki dengan elemen-elemen lainnya di tingkat hierarki yang berbeda. Hasil pengolahan dapat terlihat pengaruh antara satu faktor terhadap sejumlah faktor lainnya pada tingkat hierarki di bawahnya. Berdasarkan AHP, nilai bobot prioritas masing-masing faktor disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 47. Hasil Analisis Pemeringkatan Faktor Formulasi Strategi Penambangan Pasir Besi di Kabupaten Cianjur

No Faktor Bobot Prioritas

(1). Lingkungan dan insfratruktur 0,285 2

(2). Potensi pasar 0,109 4

(3). Peluang Investasi 0,230 3

(4). Regulasi pemerintah 0,304 1

Total Bobot 1

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa faktor regulasi pemerintah menjadi faktor paling penting dalam kegiatan penambangan. Dalam rangka pengelolaan penambangan dan menghadapi berbagai masalah lingkungan yang terus berkembang, keberadaan regulasi pemerintah merupakan kunci strategis untuk dapat menghadapi berbagai permasalahan tersebut. Regulasi yang baik dapat menentukan keberhasilan pengelolaan penambangan yang menguntungkan semua pihak dan ramah terhadap lingkungan. Regulasi yang sudah digulirkan terkait penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur adalah Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba. Selanjutnya undang-undang ini diturunkan ke dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010. Di tingkat Kabupaten Cianjur diterbitkan Peraturan Daerah No. 24 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Tambang Mineral. Dalam kegiatan penambangan keberadaan regulasi merupakan faktor pendorong usaha pertambangan agar beroperasi secara legal, tanpa adanya regulasi yang mengaturnya kegiatan penambangan dianggab illegal dan akan menghadapi banyak kendala.

Selanjutnya faktor kedua yang mendorong kegiatan penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur adalah faktor lingkungan dan infrastruktur. Lokasi penambangan

yang berada di pinggir pantai dengan akses ke lokasi yang cukup mudah, ditambah status tanah di lokasi penambangan merupakan Common poll resources (CPRs) menjadikan potensi tambang tersebut dilirik banyak pihak untuk dieksploitasi. Tersedianya insfratruktur jalan yang memadai untuk pengangkutan produk pasir besi turut mendorong kegiatan penambangan ini.

Faktor ketiga yang dapat mendorong kegiatan penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur adalah peluang investasi. Usaha penambangan pasir besi di berbagai tempat telah menunjukkan nilai manfaat yang menguntungkan bagi para pengusaha, hal ini mendorong beberapa investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Cianjur dalam rangka mengeksploitasi pasir besi yang ada di Pantai Cianjur. Investasi yang ditanamkan telah menggairahkan usaha penambangan pasir besi dalam rangka meningkatkan produksi dan memperluas pangsa pasarnya. Tanpa adanya investasi awal dari para investor kegiatan penambangan pasir besi yang dilakukan UPR sulit untuk berkembang karena keterbatasan kemampuan finansial UPR, oleh karena itu investasi merupakan faktor yang penting dalam kegiatan penambangan ini.

Faktor pasar merupakan faktor keempat yang mendorong pengembangan usaha penambangan pasir besi di kabupaten Cianjur. Keberlangsungan usaha harus ditunjang oleh pasar yang tersedia. Tanpa adanya pasar yang stabil dan siap menerima hasil produksi penambangan maka kontinuitas usaha dan pengembangan usaha sangat sulit dilakukan. Mungkin karena faktor pasar pasir besi bukan lagi merupakan masalah maka para ahli menempatkan faktor ini pada prioritas yang terakhir.

c) Pemilihan Aktor

Berdasarkan pengolahan AHP, pembobotan nilai aktor yang terlibat dalam penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur terhadap faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya usaha penambangan tersebut dapat dilihat secara rinci pada Tabel 48.

Tabel 48. Hasil Analisis Pemeringkatan Aktor berdasarkan Faktor dalam Kegiatan Penambangan Pasir Besi di Kabupaten Cianjur

No. Aktor Faktor UPR Pemda Perusahaan Pemegang IUP Penambang Pemdes LSM 1. Lingkungan dan insfratruktur 0,048 0,072 0,186 0,187 0,210 0,271 2. Potensi pasar 0,332 0,178 0,294 0,090 0,064 0,038 3. Peluang Investasi 0,363 0,294 0,168 0,084 0,054 0,036 4. Regulasi pemerintah 0,269 0,304 0,207 0,096 0,067 0,042

Berdasarkan nilai bobot AHP, aktor yang paling peduli terhadap faktor lingkungan dan insfrastruktur pada kegiatan penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Hal ini bisa dimengerti karena LSM yang ada di Cianjur yang melakukan kegiatan advokasi penambangan pasir besi pada umumnya menampakkan pembelaannya terhadap permasalahan kerusakan lingkungan dan insfrastruktur akibat penambangan pasir besi. Pemerintah desa menempati urutan kedua karena mereka struktur pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan warga dan aktivitas penambangan, maka pemdes berusaha untuk menampakkan kepedualiannya terhadap kerusakan lingkungan. Bentuk kepedulian pemerintah desa tersebut diwujudkan dalam bentuk perbaikan lingkungan yang rusak akibat penambangan pasir besi, penanaman pohon di sekitar area penambangan dan perbaikan beberapa fasilitas umum. Pendanaan kegiatan ini diambil dari kas desa yang berasal dari iuran tambang sebesar Rp. 10.000,00. Per kubik pasir besi. Nilai tersebut terbagi dua yaitu Rp. 7000,00 untuk perbaikan fasilitas umum dan jalan desa, serta Rp.3000,00 untuk penghijauan. 0,048 0,072 0,186 0,187 0,21 0,271 UPR Pemda Perusahaan Pemegang IUP Penambang Pemdes LSM

Gambar 17. Bobot Faktor Lingkungan dan Infrastruktur terhadap Aktor Penambangan Pasir Besi

0,332 0,178 0,294 0,09 0,064 0,038 UPR Pemda Perusahaan Pemegang IUP Penambang Pemdes LSM

Gambar 18. Bobot Faktor Potensi Pasar terhadap Aktor Penambangan Pasir Besi

Aktor yang paling peduli terhadap keberadaan potensi pasar besi adalah Usaha Pertambangan Rakyat (UPR) kemudian disusul perusahaan pemegang IUP dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. UPR dan perusahaan pemegang IUP memiliki kepedulian yang tinggi karena mereka bersentuhan langsung dengan pasar. Hidup matinya usaha tergantung pasar yang mau menyerap hasil tambang mereka.Bagi perusahaan potensi pasar harus terus digali sehingga banyak konsumen pasir besi yang mau menyerap produk mereka. Semakin tinggi daya serap pasar, mereka akan berusaha untuk meningkatkan kasasitas produksinya yang akhirnya akan meningkatkan keuntungan yang mereka peroleh.

Pada faktor peluang investasi, aktor yang paling peduli untuk mendapatkan suntikan dana adalah UPR, bagi UPR dana investasi sangat membantu pengembangan usaha mereka. Pada awal pembangunan usaha penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur para pengusaha mengalami kesulitan dana untuk membangun usaha, maka pemerintah daerah membuka kran investasi bagi para investor. Investor yang masuk harus bermitra dengan calon UPR dan peran mereka sebagai bapak angkat dengan mendapatkan ijin usaha produksi (IUP). Tetapi IUP ini terbatas pada produksi pengolahan dan pemasaran sedangkan produksi raw material dan penguasaan wilayah tambang ada pada UPR. Perusahaan pemegang IUP sendiri memiliki skor 0,168 lebih rendah dari skor UPR dan Pemda Cianjur hal ini karena pemegang IUP tersebut berperan sebagai Investor, jadi responden menilai bahwa kebutuhan investasi lebih tinggi pada UPR dan Pemda Kabupaten Cianjur.

Aktor yang paling peduli terhadap keberadaan regulasi pemerintah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. Meskipun mereka pembuat regulasi dan pengimplementasi regulasi pemerintah pusat namun bagi pemerintah daerah keberadaan regulasi yang formal sangat berperan sebagai panduan dan dasar hukum dalam kegiatan penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur, tanpa regulasi illegal mining akan marak dan PAD tidak bisa ditarik karena tidak ada payung hukumnya. Aktor berikutnya yang membutuhkan regulasi ini adalah UPR dan Perusahaan Pemegang IUP dengan bobot masing-masing 0,269 dan 0,207. Tanpa regulasi perusahaan-perusahaan pertambangan ini tidak bisa melakukan penambangan secara legal, andaikan mereka nekat melakukan kegiatan penambangan ilegal maka akan menghadapi resiko yang tinggi berupa tuntutan

0,363 0,294 0,168 0,084 0,054 0,036 UPR Pemda Perusahaan Pemegang IUP Penambang Pemdes LSM

Gambar 19. Bobot Faktor Peluang Investasi terhadap Aktor Penambangan Pasir Besi

hukum dan penolakan dari warga. Penambang juga membutuhkan regulasi yang jelas agar keberlangsungan pekerjaan dan pendapatan mereka mendapat jaminan. Berikut ini gambar pemeringkatan bobot faktor regulasi terhadap aktor penambangan pasir besi.

d) Pemilihan Tujuan

Berdasarkan nilai bobot AHP maka tujuan penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur terhadap kepentingan para aktor disajikan secara lengkap pada tabel berikut ini. Tabel 49. Pemeringkatan Tujuan Berdasarkan Kepentingan Aktor dalam Kegiatan

Penambangan Pasir Besi di Kabupaten Cianjur

No Tujuan PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha 1 UPR 0,109 0,167 0,269 0,441 2 Pemda 0,484 0,240 0,164 0,095 3 Perusahaan 0,254 0,102 0,218 0,354 4 Penambang 0,082 0,155 0,462 0,296 5 Pemdes 0,185 0,485 0,256 0,071 6 LSM 0,190 0,472 0,212 0,093

Bagi UPR tujuan utama kegiatan penambangan pasir besi adalah mendapatkan keuntungan usaha dengan bobot skor tertinggi 0,441, sedangkan kesejahteraan penambang menduduki urutan kedua sebesar 0,269.

0,269 0,304 0,207 0,096 0,067 0,042 UPR Pemda Perusahaan Pemegang IUP Penambang Pemdes LSM

Gambar 20. Bobot Faktor Regulasi terhadap Aktor Penambangan Pasir Besi

Menurut responden dari UPR, menjaga hubungan baik dengan para penambang lebih utama dari pada membayar PAD. Kalau pembayaran PAD mungkin bisa ditunda sebagian dan baru dibayarkan pada bulan berikutnya, tetapi penundaan pembayaran ke penambang akan berdampak pada penurunan kinerja mereka atau penambang pindah ke UPR yang lain, bila ini terjadi maka kegiatan operasi produksi akan terganggu.

Tujuan paling tinggi untuk penerimaan PAD dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dengan bobot sebesar 0,484. Kelestarian lingkungan dan terjaganya infrastrukut menjadi tujuan kedua Pemda Cianjur. Mereka lebih mementingkan penerimaan PAD daripada masalah kerusakan lingkungan, hal ini dapat dilihat pada indikasi pembiaran terhadap masalah kerusakan jalan. Kesejahteraan penambang menjadi prioritas berikutnya dengan bobot sebesar 0,164, sedangkan nilai bobot terkecil adalah keuntungan usaha bagi perusahaan. Sebenarnya bisa dimengerti bahwa Pemda tidak terlalu peduli dengan keuntungan perusahaan selama mereka masih membayar kewajibannya kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang benar, peduli terhadap kelestarian lingkungan dan memperhatikan kesejahteraan penambang.

0,109 0,167 0,269 0,441 PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha

Gambar 21. Bobot Kepentingan UPR terhadap Tujuan Penambangan Pasir Besi

0,484 0,24 0,164 0,095 PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha

Gambar 22. Bobot Kepentingan Pemda Cianjur terhadap Tujuan Penambangan Pasir Besi

Keuntungan usaha menjadi tujuan paling tinggi perusahaan pemegang IUP, hal ini sama dengan tujuan UPR. Sedangkan pembayaran PAD menjadi prioritas kedua dan kesejahteraan penambang menjadi prioporitas berikutnya. Sedangkan kelestarian lingkungan menjadi tujuan terakhir dengan bobot sebesar 0,102. Umumnya perusahaan berusaha untuk mendapatka keuntungan yang sebesar besarnya, maka untuk mencapai hal tersebut mereka berusaha memperkecil biaya operasional. Agar biaya operasional berkurang bisanya perusahaan tidak memasukkan komponen biaya perbaikan lingkungan, mereka berargumen bahwa biaya-biaya tersebut sudah dibayarkan kepada pemerintah sebagai biaya reklamasi dan perbaikan lingkungan. Pemerintah desa juga telah meminta biaya perbaikan lingkungan dan reboisasi untuk setiap kubik pasir besi yang di kirim keluar. Oleh karena itu perusahaan tambang terkesan kurang peduli terhadap kelestarian lingkungan dan perbaikan insfrastruktur yang rusak.

Kesejahteraan penambang penjadi tujuan paling penting para pekerja tambang dengan nilai bobot sebesar 0,462, sedangkan keuntungan usaha perusahaan atau UPR menjadi prioritas kedua, hal ini bisa dimengerti karena mereka adalah para karyawan perusahaan tambang. Kelestarian lingkungan menjadi tujuan ketiga dan penerimaan PAD menjadi tujuan terakhir. Para pekerja tambang tidak terlalu peduli dengan penerimaan PAD pemerintah karena mereka merasa tidak bersentuhan langsung dengan

0,254 0,102 0,218 0,354 PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha

Gambar 23. Bobot Kepentingan Perusahaan terhadap Tujuan Penambangan Pasir Besi

0,082 0,155 0,462 0,296 PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha

Gambar 24. Bobot Kepentingan Penambang terhadap Tujuan Penambangan Pasir Besi

pembayaran iuran ke pemerintah tersebut. Mereka lebih mementingkan aspek lingkungan daripada PAD kerena bersentuhan langsung dengan lingkungan dimana mereka bekerja. Jika lingkungan tambang rusak atau tercemar maka pekerja tambang akan terkena dampak langsung karena sehari-hari bekerja di area tersebut.

Pemerintahan desa memiliki tujuan terhadap pengelolaan lingkungan dan infrastrukur sebesar 0,485, nilai ini merupakan nilai paling besar dibandingkan tujuan- tujuan lain. Ini bisa dimengerti karena kerana mereka merupakan bagian dari pemerintahan yang bersentuhan langsung denga kegiatan penambangan, disamping itu pemdes memperoleh dana perbaikan lingkungan dan reboisasi untuk tiap kubik pasir besi yang dikirim keluar area tambang. Tujuan pemdes selanjutnya adalah kesejahteraan penambang terutama yang menjadi warga desa mereka.

Tujuan LSM paling tinggi adalah kelestarian lingkungan dengan bobot sebesar 0,472. Tujuan kedua adalah kesejahteraan penambang, diikuti PAD yang diterima pemerintah dan tujuan terakhir dengan bobot paling terendah bagi LSM adalah keuntungan usaha perusahaan. Mereka tidak terlalu peduli dengan keuntungan perusahaan, bagi mereka yang paling utama adalah kelestarian lingkungan, kesejahteraan penambang dan PAD yang harus ditingkatkan penerimaannya.

d) Pemilihan Strategi Alternatif

Berdasarkan nilai bobot AHP maka strategi penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur terhadap tujuan kegiatan penambangan tersebut disajikan secara lengkap pada tabel berikut ini.

0,185 0,485 0,256 0,071 PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha

Gambar 25. Bobot Kepentingan Pemerintah Desa terhadap Tujuan Penambangan Pasir Besi

0,19 0,472 0,212 0,093 PAD Kelestarian Lingkungan Kesejahteraan Penambang Keuntungan Usaha

Gambar 26. Bobot Kepentingan LSM terhadap Tujuan Penambangan Pasir Besi

Tabel 50. Hasil Analisis Pemeringkatan Strategi Penambangan Pasir Besi di Kabupaten Cianjur terhadap Tujuan Penambangan

Strategi Tujuan Pembentukan BUMD Smelter Perbaikan Kualitas Jalan Pengangkutan Via Laut Diversivikasi Produk PAD 0,441 0,295 0,159 0,095 Kelestarian Lingkungan dan Insfrastruktur 0,112 0,281 0,403 0,194 Keuntungan Usaha 0,401 0,088 0,190 0,309 Kesejahteraan Penambang 0,438 0,088 0,179 0,291

Berdasarkan gambar di atas tujuan peningkatan PAD paling tinggi dapat dipenuhi dengan pembentukan BUMD Smelter dengan bobot 0,441. BUMD Smelter

adalah Badan Usaha Milik Daerah yang melakukan kegiatan pengolahan pasir besi menjadi produk turunannya yang siap diolah menjadi logam baja atau baja campuran. Produk turunan yang dihasilkan umumnya berupa spons iron dan pig iron. Pilihan berikutnya adalah diversifikasi produk dengan bobot 0,295. Apabila perusahaan penambangan (pemegang IUP dan UPR) bisa melakukan diversifikasi produk dengan menghasilkan konsentrat berkadar besi tinggi atau mampu membangun smelter secara mandiri, maka keuntungan akan meningkat jika dibandingkan hanya menjual raw material, usaha ini juga akan meningkatkan PAD Pemda Cianjur. Pengangkutan via laut menjadi strategi berikutnya dengan bobot 0,159. Usaha pengangkutan pasir besi via laut membutuhkan investasi yang besar, terutama untuk membangun dermaga dan menyewa kapal tongkang. Namun jika dermaga sudah terbangun ada harapan pada peningkatan kapasitas produksi, karena keberadaan dermaga akan memperlancar distribusi pasir besi dibandingkan pengangkutan via darat, distribusi yang lancar akan menggairahkan usaha penambangan yang berimplikasi pada peningkatan produksi. Pilihan terakhir adalah perbaikan kualitas jalan dengan bobot 0,095. Jalan yang baik dan tidak rusak diharapkan

0,441 0,295

0,16 0,095

Pembentukan BUMD Smelter Perbaikan Kualitas Jalan Pengangkutan Via Laut Diversivikasi Produk

Gambar 27. Bobot Tujuan Peningkatan PAD terhadap Strategi Alternatif Penambangan Pasir Besi

akan meningkatkan gairah usaha dan meningkatkan produksi, sehingga penerimaan PAD juga semakin meningkat.

Tujuan kelestarian lingkungan dan infrastruktur paling tinggi bobotnya terletak pada pengangkutan hasil tambang via laut dengan bobot sebesar 0,403. Dengan pengangkutan via laut kerusakan jalan bisa dikurangi secara signifikan. Alternatif berikutnya adalah perbaikan kualitas jalan dengan bobot 0,281. Diversifikasi produk memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan strategi pembentukan BUMD Smelter. Untuk memahami hal ini responden memberikan perbandingan produk yang paling potensial dihasilkan oleh BUMD smelter dengan usaha diversifikasi produk oleh perusahaan penambangan (UPR dan Perusahaan pemegang IUP Produksi). Jika BUMD

Smelter dibangun maka produk yang dihasilkan setidaknya ada tiga bentuk dengan tingkat pencemaran yang berbeda yaitu konsentrat, spons iron dan pig iron. Produksi konsentrat akan menyebabkan pencemaran air akibat pencucian bahan mineral, produksi

pig iron dan spons iron akan menyebabkan pencemaran udara yang berasal dari asap pembakaran pasir besi dengan batu bara atau bahan lain. Namun jika perusahaan penambangan melakukan diversifikasi produk, potensi terbesar yang mampu mereka produksi berupa konsentrat saja, untuk melangkah mendirikan smelter yang menghasilkan spons iron dan pig iron memerlukan investasi yang besar.

Keuntungan usaha perusahaan penambangan paling berpeluang meningkat menurut responden apabila BUMD Smelter didirikan dengan bobot 0,400. Pendirian BUMD Smelteryang berada di sekitar lokasi penambangan diharapkan bisa memangkas biaya pengiriman pasir besi ke konsumen yang cukup besar selama ini. Alternatif berikutnya adalah diversifikasi produk (0,309), usaha ini bisa memberi nilai tambah

0,112

0,281

0,403 0,194

Pembentukan BUMD Smelter Perbaikan Kualitas Jalan Pengangkutan Via Laut Diversivikasi Produk

Gambar 28. Bobot Tujuan Kelestarian Lingkungan terhadap Strategi Alternatif Penambangan Pasir Besi

0,401 0,088

0,19

0,309

Pembentukan BUMD Smelter Perbaikan Kualitas Jalan Pengangkutan Via Laut Diversivikasi Produk

Gambar 29. Bobot Tujuan Keuntungan Usaha terhadap Strategi Alternatif Penambangan Pasir Besi

pada produk pasir besi, sehingga bisa menambah pendapatan perusahaan. Akan tetapi diversifikasi produk sampai saat ini belum dilakukan karena keterbatasan kemampuan perusahaan untuk melakukannya. Pengangkutan via laut memiliki bobot 0,189 diikuti perbaikan kualitas jalan dengan bobot 0,088.

Kesejahteraan penambang diharapkan meningkat dengan meningkatnya keuntungan perusahaan akibat pemangkasan biaya produksi, hal ini tejadi karena pengiriman pasir besi cukup ke BUMD Smelter pemerintah daerah (0,438). Alternatif kedua adalah perusahaan melakukan diversifikasi produk (0,291), sehingga keuntungan perusahaan meningkat dan diharapkan berimbas pada peningkatan kesejahteraan penambang. Alternatif ketiga adalah pengangkutan via laut dan alternatif terakhir perbaikan kualitas jalan.

Agar tujuan penambangan pasir besi dapat terealisir dengan baik maka ada beberapa hal yang harus dilakukan:

a. Membangun kesadaran kepedulian pada lingkungan

Membangun kepedulian pada kelestarian merupakan prasyarat bagi pelaku usaha agar lebih peduli pada dampak negatif penambangan pasir besi pada lingkungan. Kesadaran ini tidak hanya pada kalangan pengusaha tetapi semua stakeholder harus memiliki kesadaran tersebut, sehingga penambangan pasir besi yang berkelanjutan dan ramah lingkunganbisa diwujudkan.

b. Pendidikan dan pelatihan good mining practice

Teknik penambangan yang baik dan ramah terhadap lingkungan dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat). Dalam diklat diperkenalkan teknik-teknik penambangan pasir besi yang benar. Selain itu diperkenalkan pengelolaan bekas galian tambang dan penanganannya.

c. Pendidikan dan pelatihan manajemen perusahaan

Kemampuan manajemen perusahaan harus dilatih secara kontinu sehingga lebih efektif dan efisien. Kemampuan pengusaha untuk memobilisasikan sumber daya dan mengkombinasikannya pada sebuah sistem tergantung pada sistem pendidikan dan pelatihan yang diterima. Pendidikan dan pelatihan memberikan kontribusi untuk mempersiapkan pengusaha potensial dengan keterampilan manajerial dasar yang

0,438 0,088

0,179

0,291

Pembentukan BUMD Smelter Perbaikan Kualitas Jalan Pengangkutan Via Laut Diversivikasi Produk

Gambar 30. Bobot Tujuan Kesejahteraan Penambang terhadap Strategi Alternatif Penambangan Pasir Besi

diperlukan untuk memulai dan menjalankan usaha bisnis, yaitu manajemen keuangan, pemasaran, SDM, dan manajemen mutu.

d. Studi banding

Peningkatan mutu SDM dapat ditingkatkan melalui studi banding ke perusahaan yang dianggap berhasil dalam mengembangkan produk pengolahan pasir besi. Studi banding dapat membuka dan memperluas cara pandang pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Selain mengunjungi ke daerah lain, dapat juga dilakukan dengan studi banding ke PT. Krakatau Steel.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan alternatif strategi pengelolaan penambangan pasir besi di Kabupaten Cianjur antara lain:

a. Meningkatkan Sosialisasi Perlunya Pembangunan BUMD Smelter

Sosialisasi penting untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan daya dukung masyarakat terhadap rencana kebijakan pembangunan BUMD Smelter. Tanpa sosialisasi bisa menyebabkan salah persepsi di masyarakat dan berakibat pada penolakan rencana pemerintah tersebut. Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai pemberitaan di media masa, rapat-rapat koordinasi instansi pemerintah atau seminar yang membahas pentingnya BUMD Smelter dibangun

b. Penyiapan Payung Hukum

Setiap kegiatan di pemerintahan yang menggunakan anggaran negara harus memiliki payung hukum. Begitu juga dengan pembentukan BUMD Smelter memerlukan peraturan daerah yang ditanda tangani Bupati dan DPRD II. Perda tersebut diperjelas dengan diterbitkannya peraturan bupati tentang pembentukan BUMD Smelter Pasir besi. Jika Perda dan Perbup telah disiapkan maka tinggal membuat perencanaan pembangunan dan operasi produksi, penyiapan anggaran dan penyiapan SDM.

c. Persiapan Perencanaan dan Anggaran

Pembentukan BUMD membutuhkan perencanaan yang matang dan anggaran yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan keseriusan pihak Pemerintah daerah kabupaten Cianjur untuk menggodok rencana pembangunan BUMD Smelter beserta persiapan anggaranya. Jika perencanaan dan penganggaran sudah disiapkan maka tinggal diaplikasikan dalam tataran teknis.

d. Menjalin kemitraan dengan produsen dan konsumen

Agar smelter yang dibangun nanti mendapatkan kontinuitas suplai raw material

maka menjalin komunikasi dan kemitraan dengan UPR harus dilakukan. Begitu juga kemitraan dengan konsumen yang akan membeli produk hasil smelting, kemitraan ini untuk memastikan terserapnya produk secara kontinu.

e. Pembangunan Pabrik Smelter dan Perekrutan Tenaga Kerja

Langkah terakhir apabila semua keperluan pembangunan BUMD Smelter telah disiapkan adalah membangun pabrik dan perekrutan tenaga kerja. Pembangunan ini merupakan wujud realisasi dari perencanaan yang sudah dilakukan. Perekrutan tenaga kerja yang sesuai dengan tingkat keahliannya harus dilakukan untuk memastikan SDM yang akan mengelola smelter memiliki satandar kompetensi yang handal. SDM yang

handal dan didukung dengan kinerja yang baik akan dapat mendorong perkembangan

Dokumen terkait