• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Strategi Peningkatan Perekonomian Kabupaten/Kota

VI. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM

6.2 Perumusan Strategi Peningkatan Perekonomian Kabupaten/Kota

Pembangunan di Jawa Barat merupakan hasil kerjasama berbagai komponen yang ada. Partisipasi dan dukungan rakyat adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan tersebut. Pemerintah daerah memegang peranan sebagai inisiator, koordinator, regulator, dan fasilitator, serta mengayomi kehidupan segenap masyarakat melalui sinergi dengan pemerintah pusat dan swasta. Permasalahan kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota di Jawa Barat tidak dapat diselesaikan secara sendiri-sendiri oleh kabupaten/kota. Untuk itu dibutuhkan strategi kerjasama dengan pertimbangan-pertimbangan mendasar, seperti: kewenangan yang melekat pada masing-masing kabupaten/kota, potensi wilayah yang dapat dikembangkan, dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Sehingga kebijakan yang ditetapkan diharapkan akan lebih aspiratif, akomodatif, dan responsif terhadap perkembangan yang terjadi. Kebijakan tersebut diarahkan untuk meningkatkan pendapatan (PDRB) kabupaten/kota yang bersangkutan, sehingga pertumbuhan ekonomi sebagai wujud kinerja perekonomian semakin terpacu di setiap kabupaten/kota. Pada gilirannya tingkat disparitas pendapatan antar kabupaten/kota akan memudar.

Analisis terhadap faktor-faktor kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota menunjukan bahwa inflasi, pengeluaran pembangunan, dan investasi swasta berpengaruh positif terhadap peningkatan kesenjangan. Kemudian, setelah dilakuan kemungkinan aplikasi strategi dan program secara parsial dengan melihat nilai probabilitas masing-masing faktor terhadap kelompok-kelompok menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh spesifik atas faktor-faktor tersebut terhadap karakteristik kelompok. Untuk itu dengan menitikberaktkan kepada koordinasi dan kerjasama antar kabupaten/kota, maka strategi yang dapat dilakukan untuk mengarahkan faktor-faktor tersebut menjadi unsur positif peningkatan perekonomian masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut.

6.2.1 Strategi Pengendalian Inflasi

Bank Indonesia (BI) sesuai amanat undang-undang memiliki tujuan untuk mencapai kestabilan nilai rupiah termasuk laju inflasi, akan tetapi pada kenyataannya laju inflasi tidaklah sepenuhnya di bawah kendali BI. Inflasi pada sisi permintaan (demand-pull inflation) yang dikaitkan dengan ketersediaan uang

65 beredar dimasyarakat dapat dipengaruhi melalui kebijakan moneter BI. Namun ditinjau dari sisi penawaran, pergerakan inflasi sangat dipengaruhi oleh sisi produksi dan distribusi. Peningkatan biaya-biaya produksi yang membebani produsen (cost-push inflation) pada akhirnya dapat memicu kenaikan harga barang dan jasa di tingkat konsumen. Selanjutnya gangguan-gangguan pada distribusi barang juga menjadi penyumbang kenaikan harga-harga barang dan jasa.

Mengingat keterbatasan BI di sisi penawaran, Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Jawa Barat mempunyai peranan yang penting serta strategis dalam turut mengendalikan laju inflasi di daerahnya. Strategi ini adalah upaya Pemda dengan kapasitas yang dimilikinya untuk mengendalikan inflasi di daerah, antara lain yaitu memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok, dan menghapuskan atau mengurangi jenis-jenis pungutan, baik yang legal maupun ilegal yang memberatkan biaya produksi barang/jasa. Dengan biaya-biaya produksi/distribusi yang lebih rendah maka harga produk lokal menjadi lebih murah sehingga menjadi lebih kompetitif secara regional maupun nasional. Sementara itu, peran strategis Pemda dalam mengendalikan laju inflasi akan tercermin dari tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif lebih baik. Seperti diketahui bahwa laju inflasi yang tinggi berdampak mengurangi daya beli masyarakat.

6.2.2 Strategi Peningkatan Alokasi Dana Pembangunan

Upaya peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah daerah adalah dengan cara menambah alokasi dana pembangunan kabupaten/kota di Jawa Barat. Strategi peningkatan alokasi dana pembangunan diawali dengan identifikasi potensi dan kebutuhan dasar masyarakat serta menjadikan sektor- sektor unggulan dalam PDRB sebagai salah satu acuan dalam menentukan proporsi alokasi anggaran pembangunan. Keterbatasan dana pembangunan mengarahkan pada Pemerintah Daerah untuk melakukan skala prioritas pembangunan dan kerjasama dengan pihak lain.

Skala prioritas dalam strategi ini dilakukan melalui koordinasi perencanaan di kabupaten/kota, dalam hal ini Bappeda membentuk tim anggaran yang meliputi Bagian Keuangan, Bagian Pembangunan-Bappeda dan unit terkait lainnya. Tim ini mengajukan permintaan usulan dari masing-masing dinas untuk menyampaikan usulan rencana pembangunan berdasarkan prioritas

66 (bottom-up). Usulan ini dikoordinasikan dan di bahas sebagai pembahasan awal rencana usulan APBD dengan melibatkan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat/wakil masyarakat, instansi/dinas sebagai suatu proses identifikasi potensi dan kebutuhan dasar masyarakat. Melalui pembahasan bersama ini diharapkan akan dapat mengakomodir semua kebutuhan prioritas dengan alokasi dana pembangunan yang tepat. Selanjutnya dari alokasi dana tersebut ditentukan sumber pembiayaannya. Keterbatasan pembiayaan, dengan pertimbangan adanya saling keterkaitan kebutuhan antar kabupaten/kota dan pihak lainnya, diarahkan untuk membentuk kerjasama dengan pihak-pihak tersebut.

6.2.3 Strategi Peningkatan Investasi Swasta

Strategi ini bertujuan untuk menarik minat para investor menanamkan modal di kabupaten/kota di Jawa Barat, dengan cara menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui promosi, deregulasi dan debirokratisasi secara terus menerus menyangkut bidang usaha, perizinan dan kelembagaan/dinas-dinas. Strategi diarahkan kepada fasilitasi beberapa hal pokok yang sangat terkait dengan penanaman modal, yaitu: kepastian hukum dalam arti adanya konsistensi peraturan-peraturan pusat dan daerah yang harus diikuti dan tidak sering berubah-ubah, jaminan keamanan baik terhadap kegiatan investasi dunia usaha maupun pelaku-pelaku usaha tersebut, jaminan kepercayaan terkait dengan beban hutang luar negeri Indonesia maupun daerah (baik hutang pemerintah maupun swasta) yang dapat menimbulkan rasa khawatir pengusaha terutama mengenai kelanjutan investasi dan hubungan dagang dengan mereka, terkait kekhawatiran atas modal yang ditanam dapat hilang karena digunakan oleh mitra bisnisnya untuk membayar hutang.

Usaha fasilitasi guna mendukung strategi peningkatan investasi yang tidak kalah pentingnya adalah percepatan pengembangan pembangunan infrastruktur kabupaten/kota di Jawa barat, seperti: listrik, jalan, air bersih, dan telekomunikasi. Untuk itu identifikasi dan pemetaan potensi investasi di masing- masing kabupaten/kota sangat diperlukan.

6.3 Perencanaan Program Peningkatan Perekonomian Kabupaten/Kota

Dokumen terkait