• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Analisis Aktivitas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Analisis Rasio Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

4.6.1. Analisis Likuiditas

Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya, yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini

juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati menggunakan rasio kas, rasio lancar dan rasio cepat.. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dapat dilihat dalam gambar 8.

Tabel 6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas (%)

Komponen 2003 2004 2005

Rasio Lancar 101,2 50,8 14,2

Rasio Cepat 32 23,3 7,5

Rasio Kas 4,4 3,2 1,05

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 -2005 (diolah)

a. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini persediaan diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar yang likuid atau cepat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari hasil analisis, rata-rata rasio cepat PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 21,9 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 21,9,- aktiva lancar tanpa persediaan, nilai rasio ini dianggap kurang baik karena berada dibawah standar yang ditentukan yakni >100 %. Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada gambar 8 dengan tren yang menurun tiap tahunnya dengan penurunan terbesar terjadi di tahun 2005. Keadaan ini terjadi karena di tahun tersebut terjadi peningkatan jumlah utang lancar yang sangat besar.

b. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 55,4

% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,- aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, kemampuan perusahaan kurang baik karena berada dibawah standar yang ditetapkan sebesar 200 %. Perkembangan nilai rasio ini selama tiga periode terakhir menunjukkan tren menurun. Penurunan ini disebabkan naiknya jumlah kewajiban lancar perusahaan dalam tiga periode terakhir dan adanya tren menurun dari jumlah aktiva lancarnya.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat likuid karena berada di bawah standar minimal yaitu 40 %. Jika dilihat dalam gambar 7 dibawah, perkembangan indikator rasio kas dalam empat periode terakhir cenderung menurun.

0 20 40 60 80 100 120 (%) 2003 2004 2005 Tahun Rasio Lancar Rasio Cepat Rasio Kas

Gambar 8. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

4.6.2. Analisis Solvabilitas

Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik belum tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik pula. Analisis solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan rasio utang, rasio utang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap total aktiva dan rasio ekuitas terhadap aktiva tetap. Perkembangan nilai rasio-rasio solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati tersaji dalam gambar 9. Tabel 7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas (%)

Komponen 2003 2004 2005 Rasio Utang 1 1,1 4,3 Rasio Utang dengan Modal 1 1,1 4,5 Rasio Modal Dengan Aktiva 95,6 96,8 98,9 Rasio Modal Terhadap Aktiva Tetap 104,3 105,1 105

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 -2005 (diolah)

0 20 40 60 80 100 120 (%) 2003 2004 2005 Tahun Rasio Utang

Rasio Utang Dengan Modal Rasio Modal Dengan Aktiva Rasio Modal Terhadap Aktiva Tetap

Gambar 9. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

a. Rasio Utang (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan rasio untuk menunjukkan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Selama tiga periode (2003-2005), nilai rata-rata rasio ini sebesar 2,27 % yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 2,27 %, dan sisanya dibiayai dari modal sendiri sebesar 97,73 %, nilai untuk rasio ini dianggap baik karena berada diatas standar yang ditetapkan sebesar <50 %. Kondisi ini menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan relatif kecil karena hampir seluruhnya kepemilikan aktiva dibiayai sendiri. Dalam gambar 9 terlihat adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan melakukan pinjaman yang lebih besar untuk membiayai aktivanya.

b. Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar modal sendiri dapat menjamin utang perusahaan. Rata-rata rasio ini untuk empat periode terakhir adalah 2,33 %. Menurut standar angka ini dianggap baik karena perusahaan mampu

menjamin utang Rp. 2,33,- dengan modal Rp. 100,- artinya perusahaan mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri. Nilai standar yang ditetapkan adalah minimal 100 %. Seperti yang terlihat dalam gambar 8, perkembangan nilai rasio ini cenderung menurun. Penurunan ini terjadi karena peningkatan jumlah ekuitas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan dari jumlah utang perusahaan.

c. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap

Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai dari modal sendiri. Nilai rata-rata rasio adalah sebesar 104,8 %. Angka ini menunjukkan bahwa seluruh aktiva tetap dan sebagian aktiva lancarnya dibiayai oleh modal sendiri karena nilainya yang berada diatas standar umum sebesar >100 %. Nilai rasio yang sangat baik tersebut memperlihatkan keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri sehingga tidak mengganggu terhadap likuiditas perusahaan saat pembayaran utang tiba (jatuh tempo). Namun jika dilihat dari perkembangannya, nilai rasio ini berfluktuasi seperti yang terlihat dalam gambar 8 diatas. Perubahan nilai ini disebabkan adanya perubahan dari jumlah aktiva tetap perusahaan.

d. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva yang dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang dibiayai pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (2003-2005) mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena perusahaan selalu mengoptimalkan modal yang dimiliki untuk membiayai aktivanya.

4.6.3. Analisis Profitabilitas

Analisis Profitabilitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode

tertentu. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahaan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar -15,8 %. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan, akan menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- .

Walaupun untuk indikator ini nilainya negatif, namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami kenaikan seperti yang terlihat dalam gambar 10.

Tabel 8. Perkembangan Nilai Rasio Profitbilitas (%)

Komponen 2003 2004 2005 ROE - 19,9 - 17,5 - 10 ROI - 19,7 - 17 - 9,6 ROA - 19,9 - 17 - 10,7 Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1 -20 -18 -16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 (%) 2003 2004 2005 Tahun ROE ROI ROA

Gambar 10. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

b Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment)

Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini adalah sebesar -15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp. 15,43,-.

c. Tingkat Pengembalian Atas Total Aktiva (Return Of Asset)

Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasinya. Dari gambar 10 di atas, selama tiga periode terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dengan nilai rata- rata untuk rasio ini -15,87 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- modal akan mendapatkan kerugian sebesar Rp 15,87,-.

-1600 -1400 -1200 -1000 -800 -600 -400 -200 0 (%) 2003 2004 2005 Tahun

Margin Laba Bersih

Gambar 11. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

d. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)

Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Rata-rata nilai rasio ini adalah –1063,03 % yang berarti bahwa setiap Rp.100,- penjualan yang dilakukan mampu menghasilkan kerugian (rugi bersih) sebesar Rp.1063,03,-. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun (2003-2005) menunjukkan trend yang meningkat tiap tahunnya. Tercatat kenaikan paling besar terjadi di tahun 2005 dengan nilai rasio sebesar -663,1 % atau naik sebesar 426,1 % dari tahun 2003. Peningkatan ini lebih dikarenakan meningkatnya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena semakin menurunnya beban usaha.

4.6.4. Analisis Aktivitas

Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan

dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap.

Tabel 9. perkembangan Nilai Rasio Aktivitas

Komponen 2003 2004 2005 Perputaran Total Aktiva 0,01 0,01 0,01 Perputaran Aktiva Tetap 0,01 0,02 0,02 Perputaran Persediaan 1,93 4,96 5 Perputaran Piutang 233,3 0 18833

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 – 2005 (diolah)

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02 Kali 2003 2004 2005 Tahun

Perputaran Total Aktiva Perputaran Aktiva Tetap

Gambar 12. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

a. Rasio Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 0,01 kali yang mengandung arti bahwa dalam satu periode produksi, aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan penjualan sebanyak 0,01 kali. Nilai ini menunjukkan kurangnya efisiensi yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini cenderung statis yang terlihat dalam gambar 12. Kisaran nilai untuk rasio ini adalah hampir mendekati nol yang menunjukkan hampir tidak menggunakan aktiva tetapnya.

Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 0,01. Angka ini menunjukkan bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk melakukan penjualan adalah sebanyak 0,01 kali. Rendahnya nilai rasio ini menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk yang masih dalam proses pembangunan.

c. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan produk yang dilakukan perusahaan. Dalam gambar 13 terlihat tingkat perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati yang menunjukkan perkembangan yang meningkat pada periode 2003-2005. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan efisiensi dalam mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran persediaan perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah 3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati disimpan dalam gudang (trafo) selama kurang lebih 4 hari. Persediaan ini terutama berkaitan dengan oerasional perusahaan, seperti kabel, tiang, pcb dan lain sebagainya. Tingkat perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Dan sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan tidak efisiennya kegiatan operasi perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan modal kerja sehingga hanya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 Hari 2003 2004 2005 Tahun Perputaran Persediaan

Gambar 13. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

d. Rasio Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio ini adalah 6355,43 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 6355 kali. Terlihat dalam gambar 14 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode terakhir. Besarnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 Kali 2003 2004 2005 Tahun Perputaran Piutang

Gambar 14. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan

- Total Aktiva 2005 = Rp. 1,3 Milyar

- Total utang lancar = Rp. 56,7 Milyar - Penjualan tahun 2005 = Rp. 18,8 Milyar - Laba bersih sesudah pajak = - 58,9 %

Misalkan pada tahun 2006, perusahaan mengestimasi jumlah penjualannya Rp. 18,88 Milyar, dimana nilai ini didapat dari jumlah pendapatan perusahaan selama tiga bulan terakhir dikali dengan empat (Rp. 4,72 Milyar x 4) dengan asumsi tidak terjadi kenaikan pendapatan yang jumlahnya signifikan maupun kenaikan yang besar dalam beban operasional perusahaan, maka kebutuhan dana luar dapat dihitung sebagai berikut : (perhitungan dalam milyar)

EF = [{(1,3 – 56,7) : 18,8} x 0,08 ] – [(18,8 x - 0,589) (1 – 0) EF = - 0,23 + 11,07

Dari perhitungan ini terlihat bahwa jika perusahaan akan meningkatkan penjualannya, perusahaan harus mencari dana sebanyak Rp. 10,84 Milyar. Dana ini digunakan perusahaan untuk membiayai operasinya seperti memfungsikan kembali trafo yang ada tetapi belum digunakan secara optimal, maupun digunakan untuk out sourcing yakni perekrutan pegawai untuk tenisi, pencatat meter listrik maupun pegawai untuk rumah tangga perusahaan. Proyeksi kebutuhan dana untuk tahun berikutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Jika proyeksi penjualan telah ditentukan, kebutuhan dana luar dapat pula dihitung. Dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi mencari dana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya.

4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN

Analisis ini ditujukan untuk menilai perkembangan kinerja PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dalam suatu periode tertentu, berdasarkan pada ketentuan Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Penilaian kinerja ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan BUMN yang didasarkan pada penilaian kinerja perusahaan yang meliputi penilaian atas ketiga aspek tersebut. Tapi dalam pembahasan ini hanya di batasi pada aspek keuangannya saja.

Dokumen terkait