• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peryataan tentang komitmen petugas KIA di puskesmas tentang program ASI eksklusif

Luas wilayah/Ha

4.3 Hasil wawancara mengenai implementasi program ASI Ekslusif dan peran petugas KIA di wilayah kerja puskesmas Bandar Durian

4.3.1 Implementasi program ASI Eksklusif dan peran petugas KIA

4.3.1.9 Peryataan tentang komitmen petugas KIA di puskesmas tentang program ASI eksklusif

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalau dibilang komitmen, gimana ya bingung juga. Maksudnya kan kadang karena disebabkan oleh masyarakat itu sendiri kadang karena ketidaktahuan dan bahkan ketidakmautahuan dari ibunya sendiri, dan belum lagi tradisi atau adatnya, makanya sampai sekarang keadaannya pun masih seperti ini.

Tapi kami usahakanlah sebaik mungkin.

Oooh ia, bagus juga idenya itu, ya mungkin akan kami buat jugalah lomba bayi sehat ya kan, maksudnya ada contoh bayi-bayi yang tetap gemuk dan sehat walaupun hanya di kasih ASI aja sampai usia 6 bulan. Ya benar-benar, itulah yang mau dipikirkan pelaksanannya nya, doakanlah ya.

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bagaimana komitmen yang akan dikerjakan petugas KIA di puskesmas.

BAB V PEMBAHASAN

Pemberian ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan masih dirasakan sangat kurang dalam pengimplementasiannya, karena banyak ibu atau keluarga yang menganggap bahwa pemberian ASI selama 6 bulan (pemberian ASI eksklusif)tidak mungkin karena melihat bayi yang sering menangis dianggap lapar, dan belum lagi produksi ASI si ibu kurang bisa mencukupi kebutuhan bayinya. Sampai saat ini jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Labuhanbatu masih sangat sedikit.

Implementasi mengarah pada aktivitas apapun yang dibutuhkan untuk mengaktifkan manusia dan menggunakan berbagai jenis sumber daya untuk mencapai rencana yang telah disusun dalam proses perencanaan. Perilaku pekerjaan yang menyimpang dari peran yang diharapkan akan menjadi penyebab kegagalan implementasi (Steiner , 1997).

Implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, adapun faktor-faktor internal yang mempengaruhi imlementasi program yaitu adanya organisasi, interpretasi dan penerapan (Jones, 1991).

5.1 Organisasi

Organisasi yang dimaksud disini ialah organisasi pelaksana program yaitu puskesmas dan organisasi lain yang terkait yaitu lembaga-lembaga lain baik pemerintah maupun non pemerintah seperti organisasi profesi, lembaga pendidikan dan masyarakat, yang memiliki komitmen untuk bersedia melakukan perbaikan

dalam pengimplementasiannya dengan tujuan meningkatkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif dan mengefisienkan pelaksaan program tersebut.

Salah satu organisasi profesi yang berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam pencapaian program Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI). IBI sebagai satu-satunya organisasi profesi yang menaungi bidan di seluruh Indonesia memiliki tujuan untuk membina dan mengayomi anggota serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama dalam profesi kebidanan dan mendukung program pemerintah untuk berperan serta dalam pembangunan, melalui pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak (Damayanti, 2011).

Rapat Kerja Nasional IBI periode masa bakti 2008-2013 Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI) juga mendeklarasikan komitmen IBI untuk mendukung pemerintah dalam mencapai target MDGs tahun 2015 yang berfokus pada penurunan Angka Kematian Bayi dengan salah satu kegiatan adalah mencanangkan program Pos Bhakti Bidan. Program Pos Bhakti Bidan sebagai upaya IBI dalam meningkatkan peranan bidan untuk melakukan promosi pemberian ASI eksklusif dengan memberikan penghargaan kepada bidan yang mampu menunjukkan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan berkaitan dengan peningkatan Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerjanya.

Meskipun demikian masih banyak bidan yang kurang paham mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, hal ini dapat dilihat dari jarangnya bidan desa melakukan penyuluhan pada saat posyandu dengan alasan lupa. Dari alasan tersebut dapat di lihat bahwa pemberian ASI eksklusif dirasakan masih belum penting.

Lembaga non pemerintah lainnya yang juga memiliki pengaruh terhadap keberhasilan program ASI eksklusif yaitu masyarakat, pemuka agama dan kader pembangungan kesehatan yang ada didaerah. Misalnya pemuka agama memberikan pengertian tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada saat wirit ataupun pada saat pertemuan dengan masyarakat, karena berdasarkan UU no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Masyarakat yaitu ibu yang memberikan bayinya ASI eksklusif juga dapat menceritakan pengalamannya saat menyusui bayinya sampai usia 6 bulan dan menceritakan kondisi bayinya, hal ini dapat dilakukan di arisan ibu-ibu maupun pertemuan ibu PKK. Hal ini dirasa akan berdampak karena ketika seorang ibu melihat conroh yang baik maka mereka pun akan berusaha meniru.

Karena program ASI eksklusif bukan hanya tanggungjawab petugas kesehatan saja melainkan banyak pihak yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pelaksanaannya namun Puskesmas kurang memanfaatkan organisasi- oraganisasi yang juga dapat mempengaruhi keberhasilan program ASI eksklusif, dan hingga saat ini tidak ada daerah yang mencapai target dalam pemerian ASI eksklusif yaitu 80%.

Selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki strukutur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas.Stuktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut Sumber daya manusia yang

berkualitas berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Aparatur dalam hal ini petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program. Tugas aparat pelaksana program yang utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai tujuan negara. Agar tugas-tugas pelaksana program dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap aparatur dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa puskesmas sebagai pelaksana program masih kurang maksimal menjalin kerjasama dengan organisasi lain bahkan belum terlihat kerjasama yang dilakukan dalam meningkatkan jumlah bayi yang mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan. Hal ini mengakibatkan masih banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa bayi harus diberi ASI sampai usia 6 bulan. Seperti apa yang dikemukakan oleh salah seorang informan yaitu bahwa ketika memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan tidak ada dianjurkan agar memberikan hanya ASI saja sampai bayi usia 6 bulan, informan lain juga mengatakan bahwa kalau mereka tidak bertanya mungkin petugas tidak akan memberitahu. Hal ini bisa saja tidak terjadi jikalau ada kerjasama puskesmas dengan masyarakat yang mengetahui manfaat ASI eksklusif, karena jika petugas kesehatan lupa memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif maka mereka bias mendapat pengetahuan dari masyarakat, dan tidak membuat banyak ibu yang tidak tahu sama sekali.

Penelitian lain juga mengatakan bahwa penyebab kegagalan ASI eksklusif ada banyak yaitu seperti budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Berdasarkan Studi

kualitatif Fikawati dan Syafiq (2010) mengatakan bahwa faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD.

Hal ini juga dapat terjadi karena tidak adanya peraturan tertulis yang mengharuskan bahwa setiap ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan harus memberikan hanya ASI, selanjutnya diatas usia 6 bulan bayi baru boleh diberi makanan tambahan dan susu formula. Belum adanya sanksi yang tegas tentang hal ini membuat implementasi program ASI eksklusif tidak terlaksana dengan baik. (Fikawati dan Syafiq)

Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan puskesmas khususnya petugas KIA masih kurang melakukan tugas mereka dalam memperkenalkan ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, dan mereka pun kurang dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan ke masyarakat. Karena banyak ditemukan ibu-ibu yang belum mengetahui pemberian ASI eksklusif dan apa manfaat jika diberikan pada bayinya, dilain kondisi walaupun sudah tahu apa itu ASI ekslusif dan manfaatnya pada bayi tapi masih tetap tidak dapat memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan dengan alasan produksi ASI nya sedikit. Mungkin dari petugas puskesmas harus melakukan penyuluhan juga kepada pasangan suami istri yang baru, dan juga pada calon-calon ibu agar menjaga asupan gizi sebelum hamil dan benar-benar harus memperkenalkan ASI eksklusif serta manfaatnya. Untuk itu diperlukan usaha peningkatan keyakinan calon ibu, dan keluarga dengan cara memberikan informasi yang berasal dari buku, artikel, seminar, poster dan sebagainya (Maramis,

2006). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, salah satu media penampil informasi yang banyak ditemukan di lingkungan puuskesmas Bandar durian adalah poster yang terkait pemberian ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan.

5.2 Interpretasi

Maksudnya disini agar program dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwewenang. Karena jika dilihat dari Inpres (1975) bahwa salah satu program dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan program ASI.

Program ASI eksklusif yang ada di puskesmas apakah sudah sesuai pelaksanaannya dengan program dari pemerintah, dilihat dari apa saja yang sudah dikerjakan puskesmas itu sendiri dan apa komitmen yang mereka buat agar program bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan dari program ASI eksklusif dan juga dilihat dari kebijakan-kebijakan yang ada terkait dengan ASI eksklusif.

Jika dilihat dari manfaat ASI eksklusif salah satunya adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, penelitian dari Brown University (2011) mengatakan yakni bayi yang berusia 2 tahun yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki perkembangan otak yang lebih baik dibanding bayi yang hanya diberikan susu formula pada usia 0-6 bulan. Oleh sebab itu dari sejak baru lahir harus segera disusui karena begitu banyak manfaat yang didapat ketika seorang bayi mendapat ASI eksklusif, namun mungkin hal ini akan sulit dilakukan oleh ibu yang mengatakan bahwa ASI mereka sedikit atau bahkan tidak ada. Hal ini akan selalu terjadi jika calon ibu tidak mempersiapkan dirinya sejak sebelum kehamilan untuk

memberikan hanya ASI saja pada bayi nya.Karena beberapa informan mengatakan bahwa mereka tidak ada mengkonsumsi asupan gizi yang baik atau vitamin sebelum kehamilan yang berfungsi untuk menjaga kandungan dan melancarkan produksi ASI nantinya. Ketika setelah melahirkan, ASI mereka tidak mau keluar, beberapa hari setelah melahirkan barulah ASI nya keluar dan itu juga tidak banyak. Berbeda dengan 2 dari 8 informan yang sudah mengetahuibahwa sebelum hamil pun harus sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi dan jika ada uang konsumsi susu juga, selain untuk menjaga kandungan hal ini juga agar produksi ASI banyak.Setelah melahirkan ASI mereka keluar dengan sebelumnya melakukan IMD dan produksi ASI nya juga banyak.

Jika dilihat dari apa yang sudah dikerjakan oleh puskesmas dalam implementasi program ASI eksklusif yaitu seperti yang dinyatakan oleh petugas KIA yaitu memang program nya sudah berjalan, tapi masih belum maksimal dan belum sesuai dengan target yaitu 80%. Kalau ada ibu hamil yang datang ke puskesmas sudah dilakukan penyuluhun tentang pemberian ASI eksklusif yaitu bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya boleh di kasih ASI saja, tapi kalau dilapangan masih tidak bisa pastikan karena keterbatassan Sumber Daya Manusianya (SDM) yaitu petugasnya sendiri yang merasa kesulitan dilapangan, karena pelaksanaannya hanya dilakukan di posyandu tapi bidan yang melakukan posyandu masih sering lupa dalam melakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif. Hal inilah yang menyebabkan masih banyaknya ibu yang tidak mengetahui apa itu ASI eksklusif dan mengapa harus 6 bulan. Namun sampai saat ini di beberapa desa di wilayah kerja puskesmas Bandar Durian ini sudah

ada peninggkatan jumlah ibu yang hanya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Permenkes (1985) menyatakan bahwa ada larangan produsen susu formula untuk mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya daripada ASI. Namun pada kenyataannya masih banyak ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada bayinya karena melihat promosi pada susu formula yaitu manfaat yang tertulis pada kemasan susu formula.Bahkan ada informan yang menyatakan bahwa pada saat periksa kehamilan mereka ada dianjurkan agar memberi susu formula kepada bayinya, ini menunjukan bahwa dari petugas kesehatan saja masih ada yang tidak mengindahkan peraturan dari menteri kesehatan.

5.3Penerapan

Maksudnya disini adalah bagaimana peraturan berupa petunjuk pelaksana dan teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan, untuk dapat melihat ini harus dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan yang disiplin.

a. Prosedur kerja yang jelas

Yaitu prosedur kerja yang sudah ada harus jelas agar dalam pelaksanaannya tidak tejadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara unit kegiatan yang terdapat di dalamnya. Apakah prosedur kerja dalam pengimplementasian program ASI eksklusif sudah sesuai dengan apa yang direncanakan atau yang sudah ditargetkan. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa program masih belum berjalan dengan lancer walaupun sudah menjadi program kerja.

b. Program kerja

Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.Yaitu bagaimana program ASI eksklusif yang sudah dikerjakan dan yang akan terus dikerjakan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan dan agar semua ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif.

Seperti yang dikatakan oleh petugas KIA bagaimana agar program ini dapat berjalan yaitu dengan mempromosikan program ASI eksklusif pada masyarakat, dengan membuat semacam poster atau brosur untuk dibagikan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, dan khususnya pasangan yang baru menikah agar mereka dapat mempersiapkan kehamilannya pada saat sebelum dan selama kehamilan dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi agar produksi ASI nya lancar nantinya setelah melahirkan, dan lebih sering lagi melakukan penyuluhan baik di posyandu, di pewiritan maupun di arisan ibu-ibu. Agar tiap tahun bertambah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

c. Jadwal kegiatan

Program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan diakhiri suatu program agar mudah dalam mengadakan evaluasi.Dalam hal ini yang diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program sudah ditentukan sebelumnya. Harus diketahui jadwal kegiatan dari setiap yang akan dikerjakan untuk agar program yang dikerjakan sesuai dengan yang diinginkan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa setiap bulan pada tanggal yang sudah ditentukan petugas puskesmas akan turun ke lapangan untuk mengadakan posyandu,

namun banyak ibu yang tidak pergi ke posyandu dengan alasan malas, takut bayinya demam kalau diimunisasi. Padahal pada saat posyandu dilakukan penyuluhan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, dan jika ibunya tidak dating maka dari pihak puskesmas tidak menanyakan alasan tidak membawa posyandu. Namun terkadang juga dari petugas yang ada dilapangan atau saat melakukan posyandu kurang dalam memberikan penyuluhan, dan bahkan mereka tidak bertanya kenapa bayi nya tidak diberi ASI saja, atau memberikan saran kepada ibu yang tidak memberikan ASI saja pada bayinya.

Selain itu ternyata ada juga faktor lain yang mempengaruhi ibu-ibu menjadi tidak memberikan ASI saja pada bayinya, yaitu factor psikologis dan ketidak pedulian petugas kesehatan atau tidak adanya apresiasi pada mereka yang bayinya sehat dan setiap bulan mengalami kenaikan berat badan. Para ibu menginginkana agar petugas membuat suatu perlombaan bayi sehat dan memasukannya dalam kegiatan rutin, karenan itu juga termasuk salah satu agar ibu-ibu semangat dalam memberikan nutrisi yang baik dan sesuai pertumbuhaan bayinya juga dengan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Agar suatu program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka dibutuhkan komitmen dari pelaksanaan program tersebut dan kerjasama dari pihak lain yang terkait dengan program ASI eksklusif karena ini bukan hanya tanggung jawab dari petugas kesehatan melainkan tanggungjawab berbagai pihak, seperti: camat, lurah, kepala desa dan pihak-pihak yang dianggap berpengaruh untuk terhadap implementasi program ASI eksklusif, agar kedepannya program ini dapat

berjalan dengan baik, khususnya pada program ASI ekslusif agar setiap bulan meningkat jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Komitmen dari petugas KIA Puskesmas Bandar Durian terkait implementasi program ASI ekskluusif yaitu tetap mengusahakan semaksimal mungkin, menjalin kerjasama dengan pihak lain dan semakin semangat dalam mempromosikan ASI eksklusif. Dari petugas KIA jugaakan memikirkan pelaksanaan perlombaan bayi sehat yaitu bayi yang tetap gemuk, lincah dan sehat walau hanya diberi ASI saja selama 6 bulan.

Menurut Malayu S.P Hasibuan (1996) bahwa Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlak. Disiplin penting untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu adanya disiplin kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Karena hal ini akan mendorong gairah kerja atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Dalam hal ini diharapkan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan berkualitas, maka petugas puskesmas harus lebih mendengung-dengungkan lagi apaitu ASI eksklusif dan apa manfaat ketika bayi mendapatkan ASI eksklusif.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait