• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan Humas dalam Pelayanan Informasi Publik

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna, yang disampaikan oleh komunikator. Pesan juga dapat berfungsi sebagai informasi yang kita butuhkan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan oleh Humas dapat dilihat dari bagaimana pengemasan pesan itu sendiri menyampaikannya, program-program yang ada di perusahaan tentunya akan dipublikasikan.

a. Jenis Informasi

Dalam penelitian ini pesan dimaksudkan sebagai informasi yang diberikan oleh Humas Kemkominfo kepada publik. Bapak Gatot memberikan gambaran ruang lingkup informasi yang diberikan oleh Humas Kemkominfo melalui PPID, berikut petikannya :

“...kami memberikan pelayanan publik tentang masalah perizinan frekuensi, telekomunikasi, kemudian masalah kami bagaimana harus melakukan monitoring terhadap kualitas jaringan, itu adalah ruang lingkup pelayanan yang kami lakukan atau kemudian tentang perizinan, tentang penyiaran dan sebagainya”.104

Contoh konkrit pun diungkapkan oleh Bapak Gatot seputar pelayanan informasi publik yang ia berikan belakangan ini, berikut ceritanya :

“contohnya kalau tahun ini ada agak sedikit heboh karena pelayanan publik yang terkait dengan masalah monitoring internet di Kominfo itu sedang bermasalah. Itu karena anggarannya kan belum turun, namanya juga awal tahun sementara yang dikeluhkan DPR dan masyarakat kalau masalah monitoring itu belum jalan gimana dalam menghadapi situs-situs porno, meghadapi teroris kemudian menghadapi serangan hacker dan sebagainya. Dan kami

104

jelaskan tidak ada maksud untuk menghentikan pelayanan publik monitoring internet tapi semata-mata ada indikator. Jadi fungsi humas itu menjelaskan tidak boleh menimbulkan kebohongan karena hanya menjelaskan agar publik aware tentang apa yang terjadi”.105

Bapak James juga menambahkan informasi atau isu pokok yang dapat diberikan Humas Kemkominfo yaitu :

“isu yang terkait dengan pelayanan informasi publik adalah isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat dan dibutuhkan dalam rangka pemenuhan hak tahu masyarakat antara lain bidang polhukam, ekuin, dan kesra”.106

Ungkapan senada juga dilontarkan Ibu Nuzulina bahwa :

“....pelayanan informasi publik itu termasuk informasi yang ada di PPID ini berkaitan dengan informasi publik. Itu ada kategorinya, ada jenisnya, misalnya informasi yang berkala seperti laporan bulanan, laporan realisasi semacam itu”.107

Sedangkan pertanyaan peneliti tentang bagaimana memonitoring informasi yang sudah diberikan agar tidak disalahgunakan, pertanyaan ini terjawab sudah dengan adanya pernyataan Bapak Gatot sebagaimana yang diungkapkannya :

”Untuk memonitor agar informasi tidak disalahgunakan itu

sangatlah sulit. Maka untuk mengantisipasinya dapat dimulai dengan tidak mem-publish data pribadi. Sedangkankelemahan atau kekurangan dalam UU No.14/2008 itu jangan disiasati, misalkan adasengketa bisa mengacu pada pasal-pasal yang sudah ada dalam UU atau bisa mengacupada UU lain yang masih terkait dengan sengketa tersebut. Jadi harus selalu ada dasarhukumnya yang jelas”.108

105

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

106

Hasil wawancara dengan Bpk. James

107

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

108

Dalam siaran pers yang lalu Bapak Gatot sebelumnya sudah menjelaskan jenis informasi yang biasa diminta oleh pemohon informasi yaitu :

”Sejauh ini klualifikasi pemohon yang mengajukan pertanyaan ke

PPID Kementerian Kominfo sangat beragam: mulai dari LSM, badan publik lainnya, perorangan, kelompok masyarakat dan internal pegawai Kementerian Kominfo; Sedangkan kualifikasi informasi yang ingin diperoleh pemohon informasi publik juga sangat beragam: mulai dari DIPA, RKKL, LHKPN, data aset barang milik negara, pengadaan barang dan jasa, seleksi CPNS, informasi yang dikecualikan, perizinan telekomunikasi hingga kesepakatan BRTI dan RIM mengenai masalah BlackBerry”.109

Terkait dengan jenis informasi yang dapat disampaikan sesuai Undang-Undang, Bagaimana jika suatu Badan Publik tidak bersedia menyediakan informasi yang diminta misalnya permasalahan informasi tentang Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) masih sangat riskan untuk disebarkan, namun tidak seperti yang dibicarakan oleh Bapak Gatot bahwa ”kalau ada yang minta anggaran kita ya kita kasih, tapi

harus sesuai dengan aturan yang ada”.110

Serupa dengan yang diungkapkan Bapak James mengenai pelayanan informasi tentang APBN atau APBD yaitu :

“menurut UU No. 14 Tahun 2008 mengenai UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP), APBD bukan merupakan bagian dari informasi yang dikecualikan sehingga harus disediakan informasinya jika ada pemohon yang meminta informasi mengenai APBD”.111

109

Siaran Pers No. 33/PIH/KOMINFO/3/2011, 29 April 2011

110

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

111

Terdapat alasan mengapa ada informasi-informasi yang dikecualikan, inilah yang dijelaskan Bapak Teguh dalam wawancaranya :

”Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Bila konsekuensi yang timbul akibat suatu informasi diberikan kepada masyarakat dan setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar dapripada membuka informasi tersebut”.112

Hal ini juga diuraikan dalam siaran pers yang dimuat Bapak Gatot dalam website Kemkominfo yang menceritakan salah satu pemohon informasi yang meminta informasi tentang DIPA, berikut uraiannya :

”Khusus mengenai permintaan mengenai DIPA, PPID Kementerian Kominfo sejak semula commit untuk memberikan pada setiap pemohon yang meminta, sebagaimana pernah diminta di antaranya oleh LSM Fitra (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran), Permintaan tersebut langsung diproses oleh staff PPID Kementerian Kominfo dan langsung diberikan kepada seorang staff perwakilan LSM FITRA dengan tanda bukti penyerahan informasi publik”.113

Dalam ketentuan keterbukaan informasi publik memang terdapat jenis-jenis informasi yang wajib diberikan dan yang dikecualikan. Penjelasan ini juga tertera dalam siaran pers Kemkominfo pada 17 April 2010 lalu, berikut penjelasannya :

”Namun demikian tanpa mengurangi esensi dan manfaat dari UU KIP tersebut, maka Pasal 6 menyebutkan, bahwa (1) badan publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; (2) badan publik berhak menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (3) informasi publik yang tidak dapat diberikan oleh badan publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. informasi yang dapat

112

Hasil wawancara dengan Bpk. Teguh melalui email

113

membahayakan negara; b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat; c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau e. informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan”.114

Meskipun sudah 2 (tahun) diberikan waktu untuk menyiapkan pelayanan publik namun masih banyak Badan Publik yang belum mengimplementasikannya, Ibu Nuzulina membantu peneliti menjelaskan tentang ranah permasalah ini berikut penjelasannya :

“....dari Undang disebutkan pemberlakuan Undang-Undang itu kan sudah tunjang waktunya 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang KIP itu ditetapkan. Kemudiaan ada pelaksanaan dari Undang-Undang 14 itu yang ditambah Undang-Undang Pelayanan Publik menyebutkan memang diwajibkan untuk membentuk mekanisme pengelolaan informasi dan dokumentasi. Cuma memang pengenaan sanksinya tidak tegas, memang diwajibkan tapi tidak tegas walaupun mereka baru mau mulai mengadakan. Kemudian di daerah secara bertahap, kemudian didukung dengan sarana dan pra sarana dan juga pengumpulan informasi yang dikuasai oleh instansi atau Badan Publik”.115

Ini diperkuat juga dengan argumen Bapak James yang mengungkap sanksi yang seharusnya didapat Badan Publik jika belum melaksanakan pelayanan publik bahwa :

“sesuai dengan UU KIP Bab XI Pasal 52, yaitu : Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan atau tidak menerbitkan informasi publik berupa informasi publik secara berkala, informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta, informasi publik yang wajib tersedia setiap saat, dan atau informasi publik yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai dengan Undang-Undang ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

114

Siaran Pers No. 29/PIH/KOMINFO/3/2011, 30 Maret 2011

115

tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Sanksi tersebut sudah berlaku saat UU KIP telah diterbitkan”.116

Dokumen terkait