• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN Sejarah Umum Kementerian Komunikasi dan Informatika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN Sejarah Umum Kementerian Komunikasi dan Informatika"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Umum Kementerian Komunikasi dan Informatika

Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika yang kini menjadi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) di tetapkan berdasarkan Perubahan itu merupakan salah satu implementasi dari UU Kementerian Negara No 39 tahun 2008. Dalam undang-undang itu tidak disebutkan nama departemen, namun kementerian. Sebagaimana pula dengan Peraturan Presiden yang dikeluarkan pada 3 November 2009, Perpres No 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, mengubah semua bentuk Departemen, Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi Kementerian Negara. Sedangkan organisasi dan tata kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika di tetapkan sesuai peraturan Mentri Kominfo No: 01/P/M.KOMINFO/4/2005.

Tugas dan fungsi utama Kemkominfo adalah merumuskan kebijakan nasional, pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang komunikasi dan informatika yang meliputi pos, telekomunikasi, penyiaran, teknologi komunikasi, dan informasi, layanan multimedia, dan diseminasi informasi. Untuk merealisasikan tugas dan fungsi tersebut Kementerian Kominfo berusaha melayani, menfasilitasi, memajukan, dan bekerja sama

(2)

dengan semua stakeholders sehingga manfaat di bidang komunikasi dan informatika dapat dirasakan oleh publik serta dapat mewujudkan masyrakat yang sejahtera dan berbudaya informasi.

Kementerian Kominfo yang terletak dikawasan Jakarta Pusat memiliki tagline “menuju masyarakat informasi Indonesia”. Untuk mewujudkan visinya Kemkominfo membuka sarana media center atau tempat Pusat Pelayanan Informasi yang disebut dengan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) untuk memenuhi kebutuhan informasi publik. Hal ini juga digunakan untuk implementasi undang-undang Keterbukaan Informasi Publik. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) berada dalam tanggung jawab Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemkominfo.

4.1.2 Visi dan Misi Kementerian Komunikasi dan Informatika VISI

Terwujudnya masyarakat informasi yang sejahtera melalui penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

MISI

1. Meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat berbudaya informasi;

(3)

2. Meningkatkan daya jangkau infrastruktur pos, komunikasi dan informatika untuk memperluas aksesibilitas masyarakat terhadap informasi dalam rangka mengurangi kesenjangan informasi;

3. Mendorong peningkatan aplikasi layanan publik dan industri aplikasi telematika dalam rangka meningkatkan nilai tambah layanan dan industri aplikasi;

4. Mengembangkan standardisasi dan sertifikasi dalam rangka menciptakan iklim usaha yang konstruktif dan kondusif di bidang industri komunikasi dan informatika;

5. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan serta pemberdayaan lembaga komunikasi dan informatika pemerintah dan masyarakat;

6. Mendorong peranan media massa dalam rangka meningkatkan informasi yang beretika dan bertanggung jawab serta memberikan nilai tambah pembangunan bangsa;

7. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan dalam rangka menciptakan kemandirian dan daya saing bidang komunikasi dan informatika;

8. Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bidang komunikasi dan informatika dalam rangka meningkatkan literasi dan profesionalisme;

(4)

9. Meningkatkan peran serta aktif Indonesia dalam berbagai kegiatan internasional di bidang komunikasi dan informatika dalam rangka meningkatkan citra positif bangsa dan negara. 10. Meningkatkan kualitas pengawasan menuju terselenggaranya

kepemerintahan yang baik (good governance). 4.1.3 Logo Kemkominfo

Gambar 1.1

Visualisasi Logo Kemkominfo

A. Bentuk dengan mengambil dari unsur-unsur sebagai berikut:

a. Secara mnyeluruh bentuk logo ini terbentuk dari susunan tiga huruf C yang merupakan singkatan dari : Comunication, Content dan

Computer, yang merupakan bidang utama tugas Kementerian

Komunikasi dan Informatika.

b. Bentuk geometris yang membentuk tiga bidang yang secara optimis bersumber dari satu titikpusat memutar, menyebar atau melebar, mengandung pengertian bahwa Kementerian Komunikasi

(5)

dan Informatika menpunyai tugas untuk meningkatkan akses komunikasi dan pos yang berkualitas, merata dan terjangkau, yang menggambarkan unsur kegiatan penyiaran. Bentuk inipun menyiratkan kesan “berkembang”, sesuai dengan visi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam peningkatan litbang dan industry. Bentuk inipun secara garis besar membentuk lingkaran, menyiratkan kemandirian.

c. Secara sepintas bentuk logo ini menyerupai sebuah kerang, terinspirasi oleh nafiri, alat komunikasi tradisional yang sering dipakai ole leluhur bangsa Indonesia untuk berkomunikasi.

B. Warna

5. Merupakan kombinasi warna biru, yang mempunyai karakter, lugas, kokoh, teknologis, dinamis, optimis dan professional.

6. Akses warna biru muda, selain menambah kesasn estetis, juga menyiratkan pengertian “perlindungan terhadap perindungan publik” (digambarkan dengan bidang biru muda yang “dipayungi” oleh dua bidang biru).

C. Tipografi:

Logo tipe menggunakan huruf Futura MD Bt, yang merupakan karakter lugas, berwibawa, dan modern.

(6)

4.1.4 Tugas dan Fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tugas :

Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi :

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informatika;

2. Pengelolaan barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika;

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan _upervise atas pelaksanaan urusan Kementerian Komunikasi dan Informatika di daerah; dan 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

4.1.5 Tugas dan Fungsi Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Tugas :

Melaksanakan pelayanan informasi dan urusan hubungan masyarakat, promosi, dan publikasi kepada publik baik langsung maupun melalui media.

(7)

Fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program di bidang pelayanan informasi dan hubungan masyarakat;

2. Pelaksanaan tugas di bidang pelayanan informasi dan hubungan masyarakat;

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugs di bidang pelayanan informasi dan humas;

4. Pelaksanaan administrasi pusat.

4.1.6 Struktur Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

STAF AHLI

1. Staf Ahli Bidang Hukum;

2. Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya; 3. Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa; 4. Staf Ahli Bidang Teknologi; dan

5. Staf Ahli Bidang Politik dan Keamanan.

SEKRETARIAT JENDERAL 1. Biro Perencanaan;

2. Biro Kepegawaian dan Organisasi; 3. Biro Keuangan;

4. Biro Hukum; dan 5. Biro Umum;

6. Pusat Data Dan Sarana Informatika; 7. Pusat Kerja Sama Internasional;

(8)

8. Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat; 9. Pusat Diklat Pegawai;

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA DAN PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA

1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Penataan Sumber Daya; 3. Direktorat Operasi Sumber Daya;

4. Direktorat Pengendalian Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika; dan

5. Direktorat Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika.

DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA

1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Pos;

3. Direktorat Telekomunikasi; 4. Direktorat Penyiaran;

5. Direktorat Telekomunikasi Khusus, Penyiaran Publik, dan Kewajiban Universal; dan

6. Direktorat Pengendalian Pos dan Informatika.

DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA 1. Sekretariat Direktorat Jenderal;

2. Direktorat e-Government; 3. Direktorat e-Business;

4. Direktorat Pemberdayaan Informatika;

5. Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika; dan 6. Direktorat Keamanan Informasi.

(9)

DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK

1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Komunikasi Publik;

3. Direktorat Pengolahan dan Penyediaan Informasi; 4. Direktorat Pengelolaan Media Publik;

5. Direktorat Kemitraan Komunikasi; dan 6. Direktorat Layanan Informasi Internasional.

INSPEKTORAT JENDERAL

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal; 2. Inspektorat I;

3. Inspektorat II; 4. Inspektorat III; dan 5. Inspektorat IV.

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Sekretariat Badan;

2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Infomatika;

3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika;

4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik; dan

5. Pusat Penelitian dan Pengembangan Literasi dan Profesi SDM Komunikasi dan Informatika

(10)

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam dan setelah melakukan penelitian melalui deskriptif kualitatif yang dilakukan penulis kepada key informan yakni Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bapak Gatot S. Dewabroto bertempat di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gedung Belakang Ruang Tata Usaha Lantai Dasar, Jl. Medan Merdeka Barat No. 9, Jakarta. Sebelumnya penulis berharap dapat mewawancarai Menteri Komunikasi dan Informatika yakni Bapak Tiffatul Sembiring, namun karena prosedur yang tidak memungkinkan maka key informan dalam penelitian ini difokuskan pada Kepala Pusat Informasi dan Humas. Dari Unit Kerja Humas peneliti juga dibantu oleh Bapak Teguh selaku Kasubbid Analisis Berita dan Pengelolaan Opini Publik melalui wawancara dengan email,.

Sedangkan dengan Informan kedua dari Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Bapak Freddy H. Tulung melimpahkan wewenangnya kepada Direktur Kemitraan Komunikasi yang dikepalai oleh Bapak James Pardede bertempat di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gedung Depan Lantai 5 Ruang Direktur Kemitraan Komunikasi, Jl. Medan Merdeka Barat No. 9, Jakarta.

Dalam pelaksanaan wawancara dengan Bapak James, peneliti mewawancarainya 2 (dua) kali melalui email dan wawancara tatap muka. Peneliti juga diberi kesempatan dengan penambahan narasumber dari para Kasubbid Direktorat kemitraan Komunikasi atas inisiatif Bapak James.

(11)

Kemudian dengan Kepala Bidang Pelayanan Informasi, Bapak Sukartono yang juga memberikan wewenangnya kepada Kepala Subbidang Media Baru yakni Ibu Nuzulina Qadarsih, sebelumnya dilakukan wawancara dengan Bapak Sukartono namun beliau kurang berkenan diwawancarai dengan menggunakan alat perekam atau tape recorder. Wawancara bertempat di Kemkominfo, Gedung Belakang Ruang Media Center Lantai Dasar, Jl. Medan Merdeka Barat No. 9, Jakarta.

Wawancara juga dilanjutkan dengan informan pembanding yakni pemohon informasi yang pernah mengajukan permohonan informasi di Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yaitu Subhi Ahmad, mahasiswa IPB dan Bapak Rijal Usman, staff Media Massa Kementerian Luar Negeri Consult. Wawancara ini dilakukan peneliti melalui email ke masing-masing narasumber.

4.2.1 Peran dan Fungsi Satuan Kerja Kemkominfo dalam Pelayanan Informasi Publik

Sebagai bentuk realisasi dari Undang Undang Pelayanan Publik No. 25 tahun 2009 dan Keterbukaan Informasi Publik No 14 Tahun 2008 Kemkominfo membuat suatu satuan kerja khusus yang memberikan pelayanan informasi untuk publik yaitu satuan kerja Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang berada dibawah tanggung jawab Kepala Humas Kemkominfo.

(12)

1. Tugas Humas dalam Pelayanan Informasi Publik

Merupakan kumpulan informasi dari informasi faktual yang merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan dan merupakan pertanggungjawaban yang melekat erat pada sebuah jabatan tertentu. Dalam konteks pelayanan informasi publik Kemkominfo, Kepala Pusat dan Informasi Humas (PIH), Bapak Gatot menjelaskan terlebih dahulu tentang pandangan pelayanan informasi publik yaitu “pandangan kami

hanya membatasi di Kominfo saja. Tentang pelayanan publik itu adalah apapun jenis pelayanannya yang harus dilakukan oleh Kemkominfo”.45

a. Tugas dan fungsi

Adapun tugas yang dilakukan Bapak Gatot selaku Kepala Pusat Informasi dan Humas adalah :

“kalau sesuai Undang-Undang kami itu, PIH ya sebagai unsur

pendukung dari tugas Kominfo yang dipimpin langsung oleh Bapak Menteri. Kami melaksanakan pelayanan informasi dan urusan humas, promosi, kemudian publikasi kepada publik baik langsung ataupun menggunakan media. Dalam pelayanan publik kami memback up apa yang dilakukan oleh pelayanan publik misalnya kami menjelaskan ranah pelayanan publik yang ada di Kominfo itu apa saja”. 46

Menurut Humas Kemkominfo Unit Kerja Pusat Informasi dan Humas (PIH) memiliki tugas sebagai unsur pendukung dari Kemkominfo dalam bidang pelayanan informasi dan humas. Tugas Humas dalam pelayanan informasi publik adalah memback up kegiatan yang berkaitan

45

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot S. Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH), pada tanggal 18 April 2011, bertempat di Ruang Tata Usaha PIH Lantai Dasar, pukul 14.00 WIB.

46

(13)

dengan pelayanan publik Kemkominfo. Sedangkan peran humas sendiri dalam pelayanan informasi publik diuraikan dengan panjang lebar oleh Bapak Gatot yaitu :

“kemudian peran humas yang pertama adalah harus inovatif dalam menyampaikan gagasan, jangan jadi ibaratnya hanya pemadam kebakaran saja. Kemudian yang kedua perannya adalah bagaimana itu menjembatani antara lembaga dengan publiknya. Jadi diluar fungsi saya sebagian besar kepada media, menjalin hubungan baik juga dengan lembaga lain seperti Telkom, XL, Indosat bukan hanya pas butuh saja baru dihubungi. Kemudian yang keempat yaitu kita membina hubungan baik dengan media karena media adalah alat untuk kita menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh publik”.47

Bapak Gatot juga menjelaskan tentang fungsi Humas dalam pelayanan informasi publik di Kemkominfo yang lebih mengutamakan pada proses komunikasinya yaitu :

“pada intinya fungsi humas ada tiga yaitu untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi tugas pokok dan fungsinya, untuk mendapatkan feed back apa yang paling current tentang isu yang langsung terkait dengan Kominfo dan yang non Kominfo, dan yang ketiga yaitu melakukan komunikasi publik seperti membuat PPID itu kan untuk melihat feed back masyarakat”.48

Dari penjelasan diatas fungsi humas yang dijalankan oleh Bapak Gatot, Humas berfungsi untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi kebijakan Kominfo untuk mendapatkan feed back dari publik.

47

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

48

(14)

Pernyataan yang diberikan Bapak Suhardi Kasubdit Kemitraan Media dan Dunia Usaha Ditjen IKP memperjelas posisi humas dalam pelayanan informasi publik yaitu :

“Kominfo telah memfasilitasi dalam pengertian infrastrukturnya dalam menyiapkan atau memfasilitasi lahirnya Komisi Informasi Pusat. Selanjutnya untuk mengawal kasus-kasus dalam terkait permintaan data dan sebagainya maka ada di PIH”.49

Disebutkan pula oleh Kasubbid Analisis Berita dan Pengelolaan Opini Publik bahwa :

“Peran PIH adalah sebagai Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi Kemkominfo yang berkewajiban melayani setiap permintaan informasi dari publik. Sebelum ada UU KIP, PIH (dulu Pusat Pelayanan Informasi/PPI) memberikan layanan informasi kepada publik melalui Call Center dengan nomor 0-800-5678-77”.50

Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Kasubbid. Media Baru yang menangani bagian PPID, Ibu Nuzulina beliau menjelaskan kedudukan Humas dalam pelayanan informasi publik bahwa :

“pelayanan publik ini memang sudah dilakukan berdasarkan tupoksi dari Kementerian Kominfo yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika dalam Permen Nomor 17 yaitu untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. PIH punya tugas fungsinya yang sudah dijelaskan juga salah satu tugas yang sifatnya khusus yaitu sebagai unsur pendukung tugas dari Kementerian, tapi dalam arti untuk koordinasi misalnya untuk mengadakan sosialisasi atau bimbingan teknis”.51

49

Hasil wawancara dengan Bpk. Suharli Kasubdit Kemitaan Media dan Dunia Usaha Ditjen IKP

50

Hasil wawancara dengan Bpk. Teguh Kasubbib Anilisis Berita dan Pengelolaan Opini Publik PIH melalui email.

51

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina, Kepala Sub Bidang Media Baru Pusat Informasi dan Humas (PIH), pada tanggal 29 April 2011, bertempat di Ruang PPID Lantai Dasar, pukul 14.55 WIB.

(15)

Dari serangkaian penjelasan diatas dapat digambarkan bagaimana karakteristik Humas yang diperlukan, Bapak Gatot dalam hal ini memberikan beberapa gambaran yaitu :

“...yang pertama sih networking yang namanya humas itu kan seorang yang betul-betul kalau bisa sih 24 jam, kemudian adalah stamina kerja humas itu dibutuhkan energi banyak. Kemudian yang terakhir itu adalah keberanian artinya keberanian dalam arti untuk positif, keberanian untuk ngomong, keberanian untuk tampil”.52

Tidak hanya networking, stamina dan keberanian yang perlu dimiliki tetapi seorang Humas juga memerlukan karakter yang kuat yang diperolehnya dari latar belakang pendidikan maupun latar belakang pengalamannya. Seperti yang diceritakan dengan panjang lebar oleh Bapak Gatot :

“saya alumni S1-nya UGM jurusan HI, kemudian saya melanjutkan lagi S2-nya di Australi saya ambil finance Cuma sempat dua kali ganti universitasnya karena trouble akhirnya saya selesaikan kuliah saya selama 3 hampir 4 tahun. Kemudian semasa kuliah saya menjadi wartawan lepas, kemudian mendapat penghargaan Dies natalies UGM dibidang Komunikasi. Awal masuk ke Humas, dulu saya di UGM tahun ’81 kemudian tahun ’82 itu di Bandung jadi penulis lepas khusus untuk masalah politik internasional jadi sampai tahun ’96”

Dalam tingkatan kerja di Kemkominfo Bapak Gatot juga melewati jenjang karir yang cukup bagus yaitu :

“saya di kominfo sendiri mulai tahun 2007 di Postel eselon IV kemudian 2005 di Postel eselon III. Kemudian baru di tahun 2008 saya pindah di PIH ini, saya sudah hampir 3 tahun menjadi humas disini”.53

52

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

53

(16)

Pak Gatot juga menceritakan kemampuan-kemampuan yang beliau miliki yang dapat mendukungnya dalam menjalani profesi sebagai Humas yaitu :

“logika saya mungkin itu membentuk karakter seseorang karena humas itu kan tidak semata-mata sesuatu yang dipelajari di bangku kuliah tapi talentanya itu hidup. Nah itu yang saya merasakan, makanya kenapa kalau saya membuat siaran pers itu tidak pakai bahasa kaku karena ya itu tadi karena saya punya bakal writing tadi”.54

Namun dari berbagai latar belakang yang diuraikan panjang lebar oleh beliau, bagaimana dengan posisi Humas jika terjadi suatu problem di lingkungan Kemkominfo? Ketika peneliti menanyakan posisi Humas dalam decision maker untuk pelayanan informasi publik Bapak Gatot hanya menjawab :

”kalau pengambilan keputusan sih kita nggak, pengaruhnya tidak terlalu signifikan tapi kalau untuk rapat pimpinan kami ikut, supaya up date biar menteri tahu yang sudah kita lakukan. Saat rapat pimpinan biasanya kami tidak hanya apa sih yang menjadi isu paling terkini dan berkembang tapi memberi masukan yang ada”. 55

Karakteristik yang dijelaskan diatas juga diterapkan Bapak Gatot dalam mengelola pelayanan publik di PPID. Sedangkan tugas dan fungsi PPID yang dipimpin oleh seorang Kepala Humas sebagai PPID pertama pertama yang berdiri, ini dijelaskan oleh Ibu Nuzulina bahwa :

“PPID itu kan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dari aturan atau surat Keputusan Menteri No.117 Tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kominfo, PPID disebutkan bahwa sebagai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi itu melekat di Kepala PIH. Itu nomenklaturnya sudah jelas

54

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

55

(17)

Pak Gatot juga menceritakan kemampuan-kemampuan yang beliau miliki yang dapat mendukungnya dalam menjalani profesi sebagai Humas yaitu :

“logika saya mungkin itu membentuk karakter seseorang karena humas itu kan tidak semata-mata sesuatu yang dipelajari di bangku kuliah tapi talentanya itu hidup. Nah itu yang saya merasakan, makanya kenapa kalau saya membuat siaran pers itu tidak pakai bahasa kaku karena ya itu tadi karena saya punya bakal writing tadi”.54

Namun dari berbagai latar belakang yang diuraikan panjang lebar oleh beliau, bagaimana dengan posisi Humas jika terjadi suatu problem di lingkungan Kemkominfo? Ketika peneliti menanyakan posisi Humas dalam decision maker untuk pelayanan informasi publik Bapak Gatot hanya menjawab :

”kalau pengambilan keputusan sih kita nggak, pengaruhnya tidak terlalu signifikan tapi kalau untuk rapat pimpinan kami ikut, supaya up date biar menteri tahu yang sudah kita lakukan. Saat rapat pimpinan biasanya kami tidak hanya apa sih yang menjadi isu paling terkini dan berkembang tapi memberi masukan yang ada”. 55

Karakteristik yang dijelaskan diatas juga diterapkan Bapak Gatot dalam mengelola pelayanan publik di PPID. Sedangkan tugas dan fungsi PPID yang dipimpin oleh seorang Kepala Humas sebagai PPID pertama pertama yang berdiri, ini dijelaskan oleh Ibu Nuzulina bahwa :

“PPID itu kan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dari aturan atau surat Keputusan Menteri No.117 Tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kominfo, PPID disebutkan bahwa sebagai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi itu melekat di Kepala PIH. Itu nomenklaturnya sudah jelas

54

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

55

(18)

pengelolaan itu meliputi dari pengumpulan informasi, kemudian pengklarifikasiannya kemudian istilahnya mendokumentasikan yang ada di Kementerian kemudian ada lagi tugasnya melaksanakan pelayanan kepada publik”.56

Dalam uraiannya juga menceritakan sedikit tentang profil PPID bahwa:

“PPID berdiri pada 5 Mei 2010, yang pertama adalah Kominfo. Setelah Undang-Undang KIP diberlakukan kita langsung membuat ini. Sampai sekatang baru 12 Badan Publik yang buat PPID”.57

Bapak Gatot juga menjelaskannya melalui siaran pers yang ia terbitkan 30 Maret lalu, Kepala PIH sebagai penanggung jawab jalannya PPID inilah uraiannya :

”Sejak berlakunya UU KIP pada tanggal 30 April 2010, beberapa produk hukum yang telah ditetapkan adalah Keputusan Menteri Kominfo No. 117/KEP/M.KOMINFO/3/2010 tentang Organisaai Pengelola Informasi dan Kementerian Kementerian Kominfo, yang merupakan keputusan untuk membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID / dalam hal ini Kepala Pusat Informasi dan Humas). Pembentukan PPID ini adalah sebagai amanat Pasal 13 ayat (1) butir a UU KIP”.58

Dari penjelasan Ibu Nuzulina yang mewakili Kepala Bidang Pelayanan Informasi, peran dan fungsi PPID meliputi proses dari pengumpulan informasi sampai pada pelayanan secara langsung kepada publik.

Bapak James Pardede, selaku Direktur Kemitraan Komunikasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) juga menjelaskan fungsi Humas dalam pelayanan informasi publik yang membedakannya dengan fungsi Ditjen IKP bahwa :

56

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

57

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

58

(19)

“kalau dilihat dari tataran umum Undang-Undang Pelayanan Publik, disini dalam Ditjen IKP pelayanan informasi publik itu hanya sebagian kecil tugas yang dikerjakan oleh IKP. Nah, diatas PIH ada namanya Ditjen IKP yang mengurusi informasi dan komunikasi negara atau pemerintaha. Kalau PIH mengurusi layanan informasi Kementerian Komunikasi dan Infomatika. Jadi kalau Bapak Gatot itu hanya mengurusi tugas pokok dan fungsi kemkominfo, tapi kalau IKP adalah dalam konteks informasi dan komunikasi publik. Pelayanan dalam konteks Kemkominfo, PIH mikro, makronya adalah Ditjen IKP”.59

b. Ruang Lingkup

Menurut penjelasan Bapak Gatot dalam pelayanan publik ada beberapa Unit Kerja yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan informasi publik dengan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan ruang lingkupnya. Berikut penjelasannya :

“ Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika sama Ditjen Sumberdaya dan Perangkat Pos & Informatika itu tuh melayani tentang masalah perizinan telekomunikasi, perizinan internet, perizinan penggunaan frekuensi. Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik juga melayani pelayanan publik untuk kemitraan lembaga eksternal. Memang lebih luas untuk Ditjen IKP, PIH itu kecil yang terkait dengan masalah misalnya yang terkait informasi yang keterkaitan langsung dengan masalah teknis. Kalau IKP bisa mulai dari flu burung, ASEAN kemudian masalah peledakan tabung gas dan lain sebagainya”.60

Penjelasan yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak James namun ia menguraikan dengan lebih jelas tugas dan fungsi Unit Kerja yang menurutnya terkait dalam pelaksanaan pelayanan informasi publik yaitu :

59

Hasil wawancara dengan Bpk. James Pardede, Direktur Kemitraan Komunikasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, pada tanggal 6 April 2011, bertempat di Ruang Kerja Direktur Kemitraan Komunikasi, pukul 14.30 WIB.

60

(20)

“kalau dilihat dari tugasnya ini memang Ditjen IKP melaksanakan perumusan kebijakan publik, penyusunan norma sampai prosedur pelaksanaan bukan perumusan pelaksanaan seperti yang tercatat itu, kalau menurut saya pointnya itu perumusan kebijakan. Nah, yang melaksanakannya itu salah satunya yaitu Direktorat Pengolahann dan Penyediaan Informasi, dia bukan lagi merumuskan kebijakan melainkan melaksanakan kebijakan kemudian melaksanakan norma, standar prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis, evaluasi dibidang pengolahan dan penyediaan informasi”.61

Selanjutnya Pak James mengatakan sama dengan point 5 (hasil wawancara yang dikirim melalui email oleh Bapak Gungun selaku Kasubdit Kemitraan Pemerintah dan Lembaga Negara). Berikut hasil penjelasan yang dikrim melalui email :

“Yang terkait dengan pelayanan informasi publik adalah semua direktorat yang ada di Ditjen IKP, yaitu:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal : Melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik.

2. Direktorat Komunikasi Publik : Melaksanakan kebijakan, melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang komunikasi publik,

3. Direktorat Pengolahan dan Penyediaan Informasi : Melaksanakan kebijakan, melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan dan penyediaan informasi. 4. Direktorat Pengelolaan Media Publik : Melaksanakan

kebijakan, melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang media publik.

5. Direktorat Kemitraan Komunikasi : Melaksanakan kebijakan, melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kemitraan komunikasi dan hubungan masyarakat pemerintah.

61

(21)

6. Direktorat Layanan Informasi Internasional : Melaksanakan kebijakan, melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan informasi internasional”.62

Ibu Nuzulina juga menguraikan hal serupa tentang Unit Kerja Kominfo yang juga terkait dengan pelayanan informasi publik namun hanya menekankan pada satu unit kerja yaitu PIH seperti yang diungkapkannya :

“...yang jelas ya selain PIH, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik karena disitu ada misalnya Direktorat Media Publik disitu juga ada sebenarnya peran humas tapi kan koordinasi dalam arti yang menjalankan koordinasi keluar karena disitu juga ada Direktorat Kemitraan komunikasi”. 63

Pada prinsipnya proses pelayanan informasi publik melalui PPID dikelola oleh beberapa unit lain yaitu :

”nantikan terbagi lagi PPID itu terbagi ada yang khusus bidang

pelayanan, bidang pelayanan memang masih melekat dibawah PIH karena ada satu bidang di PIH, kalau yang arsip istilahnya arsip dan dokumentasi melekatnya di Biro Umum. Kemudian untuk pengelolaan informasinya misalnya keterkaitan dengan materi atau dengan media online atau media yang dari Satker Kominfo itu melekat di Pusat Data Sarana dan Informatika itu yang pengelolaan informasi. kemudian bidang penyelesaian sengketa atau masalah hukum ada di Biro Hukum”.64

Bapak James juga menjelaskan perbedaan ruang lingkup PPID, PIH dan Ditjen IKP bahwa :

62

Hasil wawancara melalui email dengan Bpk. James

63

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

64

(22)

“prinsipnya PPID itu selalu mengelola informasi yang terkait lembaganya, IKP melihat pelayanan informasi publik atau PIP itu dalam konteks makro meskipun didalamnya ada layanan informasi juga. Di PIH ada namanya pelayanan publik yang memang itu terkait dengan lintas Kemkominfo. Bedanya PIH adalah pelayanan informasi khusus Kementerian Kominfo itu PIH, sedangkan IKP itu dalam konteks pelayanan informasi makro”. 65

Pada intinya Bapak Gatot menekankan pada bentuk kerjasama yang dilakukan Humas dengan unit kerja lain sangatlah baik berikut petikannya:

“...nggak perlu kerjasama, kami kewajibannya PIH adalah memback up seluruh Ditjen yang ada. Misalnya IKP mau mengadakan jumpa pers, adakan acara apa kami yang memback up, mengundang wartawan itu juga kami. Itu tidak perlu diwujudkan dalam nota kerjasama memang otomatis”.66

Bapak Gatot juga menegaskan keberadaan Humas dalam pelayanan informasi publik bahwa :

“...tetap penting karena kalau ada masalah atau persoalan harus cepat-cepat melakukan recovery, kayak kemarin contohnya ingat pemberitaan blackberry itu kan sudah menjadi heboh. Tadinya tugas kami yang membantu jumpa pers bagian Aptel tapi jadi pengklarifikasi juga. Jadi kalau ada masalah yang terjadi harus segera ditangani. Jadi yang diserang itu bukan menterinya tapi saya, karena saya yang pasang badan”.67

Terkait dengan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang-Undang Pelayanan Publik yang menjadi dasar berdirinya PPID Kemkominfo, Bapak Gatot menjelaskan kedudukan peran Humas dalam undang-undang tersebut, inilah petikannya :

65

Hasil wawancara dengan Bpk. James

66

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

67

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot S. Dewabroto, Kepala PIH, pada tanggal 22 Februari 2011, bertempat di Ruang Tata Usaha PIH, pukul 13.00 WIB.

(23)

“ Tugas pokok dan fungsi Kominfo dalam bidang komunikasi tetap juga tidak mengalami perubahan salah anggapan seandainya Kementerian Kominfo dituntut untuk harus berfungsi sebagai juru bicara pemerintah atau pun PR-nya pemerintah, sejauh ini tidak ada dasar hukum bahwa Kominfo harus berfungsi sebagai juru bicara pemerintah tidak ada mandat seperti itu yang disebutkan di dalam Peraturan Presiden. Terbentuknya undang-undang bukanlah ranah kami. Itu yang menginisiatif kalau nggak salah adalah Kantor Menpan (Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara), beda kalau kami biasanya assessment untuk ITE, Telekomunikasi, Penyiaran tetapi kalau Undang-Undang Pelayanan Publik bukan domainnya kalau nggak salah domainnya Menpan”.68

Pandangan yang sedikit berbeda mengenai Undang-Undang KIP yang diuraikan oleh Bapak James bahwa :

“...dalam kaitan itu maka Pak Gatot itu melaksanakan murni mengenai PPID, mengenai Undang-Undang KIP. Dia murni dilaksankan oleh Humas, tetapi IKP nggak melayani yang itu tapi dalam pelayanan informasi yang makro. Ada juga Komisi Informasi Pusat itu adalah independent bukan kementerian. Dalam undang-undang tersebut ada Komisi Infomasi Daerah yang diamanatkan dalam Undang-Undang 14 itu, sampai sekarang yang kami masukan baru Komisi Informasi Jawa Timur dan Jawa Tengah”.69

Ibu Nuzulina juga sependapat dengan Bapak James sebagaimana yang diungkapakannya:

“jadi keterkaitan Kementerian Kominfo itu adalah penyelenggara negara dapat dikatakan sebagai salah satu Badan Publik. Kalau Komisi Informasi Pusat bagi pemerintah dengan adanya Undang-Undang 14 implementasinya memang dilakukan oleh Komisi Informasi. Dulu seketika rancangan atau ide awalnya itu memang dari Kominfo tapi ketika sudah dibentuk Komisi Informasi Pusat saat itu dengan Keppres yang harus menjalankan itu semua sebenarnya Badan Publik”.70

68

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

69

Hasil wawancara dengan Bpk. James

70

(24)

Siaran Pers yang dibuat oleh Bapak Gatot pada 30 Maret lalu menjawab kesimpangsiuran ini, berikut kutipannya :

”sesungguhnya tidak memiliki atau tidak memperoleh perlakukan

khusus dalam kewajibannya melaksanakan UU KIP. Adalah benar, bahwasanya dalam pembahasan UU tersebut sewaktu masih berupa RUU di DPR, maka mitra utama dari unsur pemerintah adalah Kementerian Kominfo selain sudah barang tentu Sekretariat Negara dan Kementerian Hukum dan HAM serta sejumlah instansi lainnya”.71

Dalam siaran pers sebelum undang-undang KIP diberlakukan Bapak Gatot juga telah menyatakan dengan lugas bahwa :

”Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 kemudian disusul dengan adanya Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tertanggal 31 Januari 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia serta selanjutnya adanya Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2005 tertanggal 7 Pebruari 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia. Dari ketiga Peraturan Presiden tersebut memang benar, bahwa Departemen Kominfo bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika, namun demikian sejauh ini tidak ada dasar hukum bahwa Departemen Kominfo harus berfungsi sebagai juru bicara pemerintah”.72

Kementerian Kominfo merupakan salah satu Badan Publik yang melakukan pelayanan publik sesuai ketentuan Undang-Undang KIP dengan bantuan kerjasama Unit Kerja lain sesuai dengan bidangnya masing-masing.

71

Siaran Pers No. 29/PIH/KOMINFO/3/2011, tanggal 30 Maret 2011

72

(25)

c. Kegiatan Humas

Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam organisasi. Kegiatan humas adalah kegiatan yang terencana, artinya setiap kegiatan yang dilakukan oleh Humas telah melalui tahap- tahap terorganisir sesuai target sasarannya.

Seperti diungkapkan secara lugas oleh Bapak Gatot terkait kegiatan yang dilakukan Humas Kemkominfo dalam konteks pelayanan informasi publik sebagaimana disebutkan :

“...kita sosialisasi, datangi misalnya dari Kementerian atau lembaga lain kita datangi. Kemudian yang kedua melalui media pers melalui TV, radio, lalu kemudian juga kita tambahkan interaksi dengan rekan-rekan di LSM. Kami yang menanyakan LSM-LSM tapi kalau kepada masyarakat umum jarang. Kita lebih banyak datangi lembaga Kementerian, LSM, kemudian dengan radio, TV atau dengan wartawan. Kalau misalnya masyarakat umum mau tanya tentang PPID mereka jarang”.73

Ketika penulis menanyakan keikutsertaan Humas dalam sosialisasi, Bapak Gatot menjawab “ikut sosialisasi iya, PIH ikut IKP juga ikut.

Hampir setiap minggu selalu pindah dari satu tempat ke tempat yang lain”.74

Bapak Gatot juga menambahkan bahwa :

“kita itu memback up semua misalnya ada yang trouble kita jelaskan kepada masyarakat, kalau misalnya ada sorotan kualitas pelayanan publik di Kominfo itu buruk kita coba jelaskan. Jadi fungsinya itu lebih hanya kepada komunikasi dengan publiknya”.75

73

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

74

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot S. Dewabroto, Kepala PIH, pada tanggal 22 Februari 2011, bertempat di Ruang Tata Usaha PIH, pukul 13.00 WIB.

75

(26)

Bapak James juga membicaraka tentang kegiatan Kemkominfo kepada publik bahwa :

“... Jadi salah satu bagaimana bentuk peran Kominfo kepada masyarakat dalam pelayanan informasi publik yang dilakukan Kominfo adalah kita memberdayakan masyarakat supaya mereka bisa terpenuhi kebutuhan informasinya”.76

Diperjelas dengan bahasan yang diuraikan oleh Bapak Teguh sebagaimana uraiannya adalah :

”Sosialisasi UU KIP diakui memang belum menyeluruh sampai ke daerah. Dan ini tidak menjadi kewajiban siapa-siapa. KIP, Kemkominfo dan Badan Publik semua berkepentingan untuk melakukan sosialisasi, supaya sengketa yang nantinya muncul hanya menyangkut masalah substansi saja bukan karena masalah kesalahpahaman. Kalau selama ini kami banyak melakukan sosialisasi kepada Badan Publik, itu agar badan publik lebih siap. Namun tetap masih ada waktu untuk mempersiapkan diri”.77

Menurut Bapak Gatot Humas Kemkominfo dalam sosialisasi seputar pelayanan informasi publik dilakukan disekitar kementerian atau lembaga negara lain dan rekan-rekan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melalui media cetak dan elektronik.

Begitu pula dengan kegiatan Ditjen IKP dalam pelayanan informasi publik yang dibicarakan oleh Bapak James dalam penjelasannya sebagai berikut :

“menyebarkan informasi publik ke masyarakat baik melalui kelembagaan ataupun secara langsung kepada masyarakat. Melakukan melalui media tradisional yang berpotensi untuk meningkatkan minat masyarakat secara umum. Contohnya talk show, interaktif lewat radio”.78

76

Hasil wawancara dengan Bpk. James

77

Hasil wawancara dengan Bpk. Teguh, Kasubbid Opini Publik melalui email

78

(27)

Ada lagi kegiatan yang dilakukan oleh Ditjen IKP yaitu :

“...kita juga mengadakan program desa informasi untuk daerah-daerah terpencil. Jadi Desa Informasi itu adalah mewujudkan masyarakat yang berwawasan luas seperti mewujudkan visi kita menuju masyarakat informasi”.79

Penulis juga diberikan kesempatan bertanya kepada Bapak Suharli selaku Kasubdit Kemitraan Media dan Dunia Usaha. Beliau menjelaskan pula tentang kegiatan yang dilakukan oleh Ditjen IKP.

“cara atau bentuk bagaimana informasi disampaikan, informasi yang disampaikan oleh kementerian sektoral kepada publik atau masyarakat, jadi masyarakat yang mengetahui tentang contohnya berita UKM maka Kominfo atau IKP melakukan diseminasi informasi kedaerah tersebut”.80

Saat penulis bertanya tentang arti diseminasi informasi, Bapak James menjelaskan bahwa :

“peran pelayanan informasi publik sebenarnya itu sudah mulai dari proses pengumpulan, pengolahan, kemudian baru pelaksanaan diseminasi informasi, atau dengan kata lain diseminasi dikatakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi itu sebenarnya proses agenda setting”.81

Ibu Nuzulina yang selama ini menjadi sering supervisor dalam PPID juga melakukan beberapa kegiatan yang dilakukan atas nama PPID, berikut penjelasannya :

79

Hasil wawancara dengan Bpk. James

80

Hasil wawancara dengan Bapak Suharli,Kasubdit Kemitraan Media dan Dunia Usaha Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, pada 6 April 2011, bertempat di Ruang Kerja Direktur Kemitraan Komunikasi, pukul 14.30 WIB

81

(28)

“sebenarnya kita juga sudah berbagai promosi sudah, misalnya promosi tidak hanya dilakukan di lingkungan internal saja, tapi misalnya di pameran. Kemudian ada juga pelayanan internet gratis, kita juga sudah pernah menginformasikan ke berbagai sekolah, kemudian juga ke anak-anak PKL disini bisa juga menginformasikan kepada teman-temannya”.82

Tidak jauh berbeda dengan hasil uraian Bapak Gatot dalam siaran pers-nya yang memuat dengan lengkap dan detail seputar pelayanan informasi publik di Kemkominfo khususnya kegiatan Kemkominfo dalam mengimplementasikannya, sebagaimana uraiannya :

”Memang karena salah satu kewajibannya adalah melakukan sosialisasi, maka keinginan sejumlah badan publik untuk mengacu pada pola yang digunakan oleh Kementerian Kominfo direspon positif oleh Kementerian Kominfo, baik dalam bentuk pemberian konsultasi di badan publik yang bersangkutan maupun saat didatangi oleh badan-badan publik lainnya. Secara kebetulan PPID Kementerian Kominfo dalam pelaksanaannya dilengkapi dengan konter pelayanan, maka pada umumnya sosialisasi on the spot tersebut berlangsung di sekitar lokasi konter PPID itu berada”.83

Lama sudah diungkap Bapak Gatot pula dalam siaran pers-nya yang terdahulu, memang hal ini terus menjadi pembicaraan, berikut kutipannya :

”Pada umumnya format kegiatan sosialisasi dalam bentuk forum tatap muka yang disertai dengan diskusi dan tanya jawab, kemudian dialog interaktif di satu lembaga penyiaran lokal (RRI, TVRI atau TV swasta lokal) dengan menghadirkan narasumber dari pusat dan daerah setempat”.84

82

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

83

Siaran Pers No. 29/PIH/KOMINFO/3/2011, tanggal 30 Maret 2011.

(29)

Selain kegiatan yang dilakukan dikalangan eksternal, Humas Kemkominfo juga melakukan kegiatan yang bersifat internal seperti diadakannya pelatihan untuk meningkatkan pelayanan informasi publik di Kemkominfo. Seperti yang dituturkan Bapak Gatot yaitu :

“...pelatihan sih sudah, sudah awal-awal sih dulu mungkin hampir 10 (sepuluh) kali tapi awal-awal sekarang udah nggak. Lebih banyak kita pelatihan itu untuk lembaga lain, kita yang memberikan pelatihan. Itu hanya untuk bagian Humas dan perwakilan dari bagian lain”.85

Ketika peneliti menanyakan tentang pelatihan pelayanan informasi publik untuk tingkat Eselon I dan II apakah pernah dilakukan? Bapak Gatot menjawab dengan tegas dan singkat “untuk Eselon I dan II nggak

perlu udah terlalu pinter mereka”. 86

Pandangan yang serupa terhadap pelatihan untuk eselon tingkat atas sama seperti yang dikatakan Bapak Teguh bahwa :

”Sosialisasi pada level decision maker memang masih kurang, padahal pimpinan di badan publiklah yang menentukan informasi-informasi yang mana akan di informasi-informasikan. Setelah itu baru menetapkan payung hukum yang melindungi informasi tersebut misalnya sengan permen, perda dan lain lain. Detil informasi tidak masuk dalam undang-undang ini, namun dalam tingkat KIPD lah yang menentukan”.87

Bapak James menjelaskan juga tentang pelatihan yang pernah dilakukan untuk peningkatan pelayanan informasi publik, sebagaimana yang diungkapkannya :

85

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

86

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

87

(30)

“pelatihan pernah dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan informasi publik termasuk untuk eselon 1 dan 2. Pelatihan tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan layanan informasi publik”.88

Menurut Ibu Nuzulina mengatakan lebih bijak bahwa PPID memiliki pelatihan tersendiri yang dinamakan in house training, berikut rinciannya “pelatihan sih sudah tapi dalam arti kita juga namanya in

house training jadi ketika petugas itu menjaga kita langsung praktek. Misalnya ada suatu kendala kita langsung evaluasi”.89

1. Tujuan Kegiatan

Dari berbagai kegiatan yang dilakukan Humas Kemkominfo memiliki tujuan tertentu sesuai dengan kegiatan yang sudah dilaksanakannya. Tujuan utama pelayanan publik adalah menciptakan

good governance seperti yang dikatakan oleh Ibu Nuzulina yaitu :

“...mewujudkan apa hak dari publik untuk mendapatkan pelayanan dari penyelenggara negara. Dengan adanya pemerintahan yang baik good governance atau juga clean governance itu pelayanan publik harus dilakukan”. 90

Bapak Gatot mengungkapkan tujuan lain dari pelayanan informasi publik adalah :

“kita bisa melakukan tugas pokok dibidang komunikasi dan informatika itu untuk mendorong atau memfasilitasi lembaga-lembaga pemerintah untuk supaya mereka terbuka dalam pelayanan informasi”.91

88

Hasil wawancara dengan Bpk. James

89

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

90

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

91

(31)

Inti yang sama juga diuraikan Bapak James agar masyarakat merasa diberdayakan dengan adanya pelayanan informasi publik, seperti uraian beliau yaitu :

“sekarang itu kan media banyak ada koran, TV, radio, internet, ada macam-macam SMS, oleh karena itu bagaimana agar masyarakat supaya bisa memilih dan memilah informasi yang diterima oleh mereka dan mereka harus kita berdayakan, kita melakukan kemitraan juga kepada media supaya diseminasi informasi itu bisa lebih efektif sesuai sasarannya”.92

Ditambahkan pula pendapat yang senada oleh Bapak Gungun :

“supaya masyarakat, hak masyarakat untuk mendapatkan informasi akan terpenuhi. Kewajiban pemerintah adalah menyampaikan informasi ke masyarakat karena itu kan rigth to know”.93

Sedangkan tujuan dilakukannya kegiatan pemberdayaan masyarakat menurut Bapak Gungun adalah

“....bentuknya itu seperti bimbingan teknik kepada masyarakat supaya masyarakat itu melek informasi, melek pengetahuannya dengan berbagai informasi yang diterimanya, bisa memilah mana yang diperlukan”.94

2. Hambatan Kegiatan

Serangkaian kegiatan baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan tujuan dan sasarannya masing-masing sudah dilakukan Humas Kemkominfo, namun tak dipungkiri akan hadirnya kendala atau hambatan. Hambatan yang ada bisa ditimbulkan dari pihak internal maupun eksternal,

92

Hasil wawancara dengan Bpk. James

93

Hasil wawancara dengan Bpk. Gungun

94

(32)

begitu pula yang dirincikan oleh Bapak Gatot terkait kendala Humas dalam pelayanan informasi publik yaitu :

“lajunya sebuah layanan itu kan butuh proses tapi saya lihat disini cukup bagus cuma mungkin karena juga SDM (jadi kadang-kadang saya butuh ibarat mobil tuh lari dengan kecepatan tinggi), kemudian yang kedua adalah masalah kayak intelektual individu kadang menjadi kendala kayak memerintahkan sesuatu yang kurang nyambung, yang kami rasakan juga mereka nggak tau kompetensi”.95

Ketika ditanya bagaimana tindakan Humas dalam menghadapi kendala tersebut, Bapak Gatot menjawab :

“...tapi kadang-kadang hal yang tertentu memang terlihat lemah, misalnya untuk bidang PPID kan sudah berjalan baik kemudian yang bersifat umum saya lepas dengan ketuanya masing-masing. Saya akan mengalah dan tidak akan menyalahkan, saya juga masih banyak kekurangan, itulah uniknya pegawai negeri. Satu sisi tidak semudah itu meng-arrange mereka”.96

Dalam hasil wawancara dengan Bapak Gungun tercantum kendala yang juga dihadapi dalam pelayanan informasi publik, berikut kutipannya:

“tingkat keterampilan dan dan kemampuan SDM yang menangani pelayanan informasi publik perlu ditambah, diperluas, dan dikembangkan sehingga nantinya memiliki kemampuan yang handal untuk melaksanakan pelayanan publik”.97

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Teguh bahwa :

“Karena mentality kita yg biasa kerja di menit akhir sehingga mengerjakan selalu buru-buru (last minute mentality), padahal UU ini sudah ada 2 tahun. Pembinaan SDM harus lebih diutamakan terutama bidang TIK untuk mendukung pelaksanaan UU ini”.98

95

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

96

Hasil wawancara Bpk. Gatot

97

Hasil wawancara melalui email dengan Bpk. Gungun

98

(33)

Secara teknis juga terjadi dalam pelaksanaan pelayanan informasi publik, seperti halnya yang dihadapi oleh PPID. Ibu Nuzulina menjelaskan dengan cukup detail sesuai mekanisme yang ada yaitu :

“misalnya ini terkait dengan fasilitasnya, misalnya jaringan sedang trouble atau semacam itu, untuk membentuk supaya petugas itu profesional memang ada pembekalan-pembekalan terus. Mereka sebenarnya bisa menambah wawasan dari membaca, ketika ada pemohon informasi yang minta informasi kemudian ada yang mengkritik harunya memang menjawab sesuai mekanisme”.99

Salah satu pemohon informasi Subhi Ahmad juga mengungkap kekurangan yang dirasakan selama permintaan informasi berlangsung, berikut ungkapannya ”Saat kita meminta sebuah informasi birokrasinya

terlalu panjang, sebaiknya di permudah dan dipercepat”.

Hambatan yang ditimbulkan dari eksternal dapat juga seperti adanya kekurang puasan terhadap layanan informasi publik atau sengketa informasi yang tercantum juga dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang-Undang Pelayanan Publik. Penulis menanyakan hal serupa apakah pernah terjadi di pelayanan informasi publik Kemkominfo dan bagaimana mengatasinya?

Bapak Gatot menjelaskan tentang perihal tersebut dengan singkat, inilah petikannya :

“alhamdulillah sengketa sih belum tapi mediasi menjelang sengketa pernah. Mudah-mudahan sih jangan ada sengketa, kalau ada sengketa berarti saya harus ke kantor Komisi Informasi Pusat”.100

99

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

100

(34)

Dalam prakteknya di PPID Ibu Nuzulina juga menghadapi hal sama seperti yang diungkapkan Bapak Gatot, berikut penjelasannya :

“...mereka merasa bahwa informasi yang pernah diberikan masih belum sesuai. Mereka boleh saja mengajukan keberatan, kita akan proses sampai dimana, apa yang menjadi keinginannya”. 101

Dalam penjelasannya ditambahkan pula bahwa :

“kalau ada pemohon yang minta informasi yang PPID belum sediakan, ya kita meminta kepada Satker tersebut bahwa ada permintaan, masalah waktunya kapan selesai ya kita perhitungkan, kan dalam Undang-Undang ada batasnya maksimal 10 hari masa kerja, tapi itu juga diakomodir ketika kita berkirim surat ada pemohon informasi seperti ini kemudian baru ditindak lanjuti”. 102

Pendapat serupa juga diuraikan oleh Bapak James yang menjelaskan bahwa:

“sesuai dengan UU KIP Bab VIII Pasal 38, apabila terjadi perselisihan mengenai informasi yang diminta oleh pemohon informasi, maka Komisi Informasi harus mengupayakan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui mediasi atau ajudikasi nonlitigasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima permohonan penyelesaian sengketa informasi publik. Atau jika sangat terpaksa harus diselesaikan di Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Negeri atau bahkan Mahkamah Agung”.103

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Humas Kemkominfo didukung oleh Unit Kerja lain sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam menciptakan good governance dengan ketentuan dalam Undang-Undang KIP dan Pelayanan Publik.

101

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

102

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

103

(35)

2. Pesan Humas dalam Pelayanan Informasi Publik

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna, yang disampaikan oleh komunikator. Pesan juga dapat berfungsi sebagai informasi yang kita butuhkan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan oleh Humas dapat dilihat dari bagaimana pengemasan pesan itu sendiri menyampaikannya, program-program yang ada di perusahaan tentunya akan dipublikasikan.

a. Jenis Informasi

Dalam penelitian ini pesan dimaksudkan sebagai informasi yang diberikan oleh Humas Kemkominfo kepada publik. Bapak Gatot memberikan gambaran ruang lingkup informasi yang diberikan oleh Humas Kemkominfo melalui PPID, berikut petikannya :

“...kami memberikan pelayanan publik tentang masalah perizinan frekuensi, telekomunikasi, kemudian masalah kami bagaimana harus melakukan monitoring terhadap kualitas jaringan, itu adalah ruang lingkup pelayanan yang kami lakukan atau kemudian tentang perizinan, tentang penyiaran dan sebagainya”.104

Contoh konkrit pun diungkapkan oleh Bapak Gatot seputar pelayanan informasi publik yang ia berikan belakangan ini, berikut ceritanya :

“contohnya kalau tahun ini ada agak sedikit heboh karena pelayanan publik yang terkait dengan masalah monitoring internet di Kominfo itu sedang bermasalah. Itu karena anggarannya kan belum turun, namanya juga awal tahun sementara yang dikeluhkan DPR dan masyarakat kalau masalah monitoring itu belum jalan gimana dalam menghadapi situs-situs porno, meghadapi teroris kemudian menghadapi serangan hacker dan sebagainya. Dan kami

104

(36)

jelaskan tidak ada maksud untuk menghentikan pelayanan publik monitoring internet tapi semata-mata ada indikator. Jadi fungsi humas itu menjelaskan tidak boleh menimbulkan kebohongan karena hanya menjelaskan agar publik aware tentang apa yang terjadi”.105

Bapak James juga menambahkan informasi atau isu pokok yang dapat diberikan Humas Kemkominfo yaitu :

“isu yang terkait dengan pelayanan informasi publik adalah isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat dan dibutuhkan dalam rangka pemenuhan hak tahu masyarakat antara lain bidang polhukam, ekuin, dan kesra”.106

Ungkapan senada juga dilontarkan Ibu Nuzulina bahwa :

“....pelayanan informasi publik itu termasuk informasi yang ada di PPID ini berkaitan dengan informasi publik. Itu ada kategorinya, ada jenisnya, misalnya informasi yang berkala seperti laporan bulanan, laporan realisasi semacam itu”.107

Sedangkan pertanyaan peneliti tentang bagaimana memonitoring informasi yang sudah diberikan agar tidak disalahgunakan, pertanyaan ini terjawab sudah dengan adanya pernyataan Bapak Gatot sebagaimana yang diungkapkannya :

”Untuk memonitor agar informasi tidak disalahgunakan itu

sangatlah sulit. Maka untuk mengantisipasinya dapat dimulai dengan tidak mem-publish data pribadi. Sedangkankelemahan atau kekurangan dalam UU No.14/2008 itu jangan disiasati, misalkan adasengketa bisa mengacu pada pasal-pasal yang sudah ada dalam UU atau bisa mengacupada UU lain yang masih terkait dengan sengketa tersebut. Jadi harus selalu ada dasarhukumnya yang jelas”.108

105

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

106

Hasil wawancara dengan Bpk. James

107

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

108

(37)

Dalam siaran pers yang lalu Bapak Gatot sebelumnya sudah menjelaskan jenis informasi yang biasa diminta oleh pemohon informasi yaitu :

”Sejauh ini klualifikasi pemohon yang mengajukan pertanyaan ke

PPID Kementerian Kominfo sangat beragam: mulai dari LSM, badan publik lainnya, perorangan, kelompok masyarakat dan internal pegawai Kementerian Kominfo; Sedangkan kualifikasi informasi yang ingin diperoleh pemohon informasi publik juga sangat beragam: mulai dari DIPA, RKKL, LHKPN, data aset barang milik negara, pengadaan barang dan jasa, seleksi CPNS, informasi yang dikecualikan, perizinan telekomunikasi hingga kesepakatan BRTI dan RIM mengenai masalah BlackBerry”.109

Terkait dengan jenis informasi yang dapat disampaikan sesuai Undang-Undang, Bagaimana jika suatu Badan Publik tidak bersedia menyediakan informasi yang diminta misalnya permasalahan informasi tentang Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) masih sangat riskan untuk disebarkan, namun tidak seperti yang dibicarakan oleh Bapak Gatot bahwa ”kalau ada yang minta anggaran kita ya kita kasih, tapi

harus sesuai dengan aturan yang ada”.110

Serupa dengan yang diungkapkan Bapak James mengenai pelayanan informasi tentang APBN atau APBD yaitu :

“menurut UU No. 14 Tahun 2008 mengenai UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP), APBD bukan merupakan bagian dari informasi yang dikecualikan sehingga harus disediakan informasinya jika ada pemohon yang meminta informasi mengenai APBD”.111

109

Siaran Pers No. 33/PIH/KOMINFO/3/2011, 29 April 2011

110

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot

111

(38)

Terdapat alasan mengapa ada informasi-informasi yang dikecualikan, inilah yang dijelaskan Bapak Teguh dalam wawancaranya :

”Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Bila konsekuensi yang timbul akibat suatu informasi diberikan kepada masyarakat dan setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar dapripada membuka informasi tersebut”.112

Hal ini juga diuraikan dalam siaran pers yang dimuat Bapak Gatot dalam website Kemkominfo yang menceritakan salah satu pemohon informasi yang meminta informasi tentang DIPA, berikut uraiannya :

”Khusus mengenai permintaan mengenai DIPA, PPID Kementerian Kominfo sejak semula commit untuk memberikan pada setiap pemohon yang meminta, sebagaimana pernah diminta di antaranya oleh LSM Fitra (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran), Permintaan tersebut langsung diproses oleh staff PPID Kementerian Kominfo dan langsung diberikan kepada seorang staff perwakilan LSM FITRA dengan tanda bukti penyerahan informasi publik”.113

Dalam ketentuan keterbukaan informasi publik memang terdapat jenis-jenis informasi yang wajib diberikan dan yang dikecualikan. Penjelasan ini juga tertera dalam siaran pers Kemkominfo pada 17 April 2010 lalu, berikut penjelasannya :

”Namun demikian tanpa mengurangi esensi dan manfaat dari UU KIP tersebut, maka Pasal 6 menyebutkan, bahwa (1) badan publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; (2) badan publik berhak menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (3) informasi publik yang tidak dapat diberikan oleh badan publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. informasi yang dapat

112

Hasil wawancara dengan Bpk. Teguh melalui email

113

(39)

membahayakan negara; b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat; c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau e. informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan”.114

Meskipun sudah 2 (tahun) diberikan waktu untuk menyiapkan pelayanan publik namun masih banyak Badan Publik yang belum mengimplementasikannya, Ibu Nuzulina membantu peneliti menjelaskan tentang ranah permasalah ini berikut penjelasannya :

“....dari Undang disebutkan pemberlakuan Undang-Undang itu kan sudah tunjang waktunya 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang KIP itu ditetapkan. Kemudiaan ada pelaksanaan dari Undang-Undang 14 itu yang ditambah Undang-Undang Pelayanan Publik menyebutkan memang diwajibkan untuk membentuk mekanisme pengelolaan informasi dan dokumentasi. Cuma memang pengenaan sanksinya tidak tegas, memang diwajibkan tapi tidak tegas walaupun mereka baru mau mulai mengadakan. Kemudian di daerah secara bertahap, kemudian didukung dengan sarana dan pra sarana dan juga pengumpulan informasi yang dikuasai oleh instansi atau Badan Publik”.115

Ini diperkuat juga dengan argumen Bapak James yang mengungkap sanksi yang seharusnya didapat Badan Publik jika belum melaksanakan pelayanan publik bahwa :

“sesuai dengan UU KIP Bab XI Pasal 52, yaitu : Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan atau tidak menerbitkan informasi publik berupa informasi publik secara berkala, informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta, informasi publik yang wajib tersedia setiap saat, dan atau informasi publik yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai dengan Undang-Undang ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

114

Siaran Pers No. 29/PIH/KOMINFO/3/2011, 30 Maret 2011

115

(40)

tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Sanksi tersebut sudah berlaku saat UU KIP telah diterbitkan”.116

3. Media Humas dalam Pelayanan Informasi Publik

Media adalah saluran atau sarana komunikasi yang sering digunakan oleh praktisi Humas untuk menyampaikan pesan kepada publiknya. Media komunikasi yang penting digunakan humas adalah dalam kemitraannya dengan media pers (cetak atau elektronik). Hal ini juga dilakukan dengan baik oleh Bapak Gatot selaku Humas Kemkominfo dalam menggunakan dan menjalin hubungan baik dengan media. Humas menceritakan betapa pentingnya media pagi perjalanannya, berikut petikannya “pada prinsipnya sangat kooperatif, saya buka waktu untuk

mesia kapanpun media datang. Karena nggak dipungkiri juga bagian dari hidup saya itu bisa diangkat oleh media....”.117

a. Jenis Media

Adapun media yang biasanya digunakan oleh Humas Kemkominfo dalam memberikan pelayanan informasi kepada publik melalui “kami

membuat yang rutin itu kayak siaran pers, melakukan percetakan-percetakan informasi, leaflet, brosur masih banyak lagi”.118

116

Hasil wawancara melalui email Bpk Gungun

117

Hasil wawancara dengan Bpk. Gatot S. Dewabroto, Kepala PIH, pada tanggal 22 Februari 2011, bertempat di Ruang Tata Usaha PIH, pukul 13.00 WIB.

118

(41)

Ditambahkan oleh Ibu Nuzulina tentang penggunaan media dalam pelayanan informasi publik, inilah penjelasannya :

“pelayanan informasi yang dikuasai itu ada yang berupa media konvensional atau tercetak berupa buku-buku atau cetakan-cetakan leaflet, booklet, dan sebagainya kemudian ada juga panel foto semacam itu. Kemudian ada juga pelayanan yang dilakukan secara elektronik dengan media digital bisa di plasma ditampilkan informasi itu kemudian juga ada informasi yang ditaruh di touchscreen atau TV kios informasi, di web, di web itu kan ada layanan informasi publik”.119

Keterangan yang diberikan Ibu Nuzulina tentang media yang digunakan Humas dalam pelayanan informasi publik cukup memberikan gambaran yang lugas, seperti berikut petikannya “...pelayanan informasi

yang dikuasai itu ada yang berupa media konvensional atau tercetak dan secara elektronik”.120

Secara digital Kemkominfo juga menyediakan pelayanan informasi publik melalui media baru atau melalui website. Pelayanan jenis ini juga dijelaskan oleh Ibu Nuzulina yang terjun langsung dalam pelaksanaan pelayanan informasi publik Kemkominfo, inilah penjelasannya :

“disinikan juga ada pelayanan informasi publik lewat online, nanti bisa ambil disini PPID juga ada. Pusat Data yang sebagai pengelolaan ini mereka yang istilahnya yang berwenang atau yang mempunyai tugas dan fungsi didalam pengelolaan jaringan, sarana informatikanya. Intinya dari masing-masing Satker mereka itu kan mengumpulkan dan mengentry di masing-masing web mereka”.121

119

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

120

Hasil wawancara dengan Ibu Nuzulina

121

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Kulit

Berdasarkan hasil evaluasi mutu teknik produksi ikan gurami diperoleh hasil bahwa, mutu teknik produksi ikan gurami segmen pembesaran yang dilakukan oleh para

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi,

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mencoba memberikan gaya mengajar melalui media Audiovisual dan gaya mengajar

1) Tuan F sengaja untuk tidak melakukan pembayaran kepada bank sehingga kredit yang diberikannya menjadi macet. Itikad tidak baik dari nasabah dapat menghambat proses

bagaimana inovasi yang diterapkan untuk mengembangkan pendidikan diniyah formal atau menambah referensi untuk pelaksanaan pengembangan pendidikan diniyah formal

Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Setyarini di RSUD DR Moewardi Surakarta tahun 2009 yang menunjukan bahwa responden dengan usia

Uraikan materi yang menurut Anda esensial tetapi tidak dijelaskan dalam bagian ini D. Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam