• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Dalam Pemberian Kredit di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Kota Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Dalam Pemberian Kredit di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Kota Salatiga"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

33 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Dalam Pemberian Kredit di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Kota Salatiga

Sebelum penandatanganan perjanjian kredit, pihak bank berada pada posisi yang lebih kuat dari calon peminjam karena calon peminjam membutuhkan bantuan kredit dari bank tersebut. Dengan posisi bank yang lebih kuat tersebut, bank membuat suatu perjanjian kredit dalam bentuk formulir yang dibakukan, berisi klausula-klausula yang ditetapkan oleh bank secara sepihak. Namun kemudian bank akan berada dalam posisi yang lemah saat pelaksanaan perjanjian kredit bank, karena ada kemungkinan suatu sebab pengembalian atau pelunasan kreditnyamengalami kemacetan.

Perjanjian kredit di Bank ini dibuat dalam bentuk perjanjian kredit notariil dan perjanjian kredit di bawah tangan. Perjanjian kredit notariil ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak yaitu kreditur dan debitur dihadapan Notaris dan pejabat pembuat akta tanah. Perjanjian notariil di sini merupakan akta yang bersifat otentik. Sedangkan Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada nasabah atau calon debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard (standard form) yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap.

Pada kasus ini disebutkan bahwa debitur datang ke Bank BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Salatiga untuk mengajukan fasilitas pembiayaan berupa kredit, pengajuan kredit dilakukan secara bertahap, yaitu:

(2)

34 a. Tahap Permohonan Kredit

Calon debitur mengajukan permohonan KUR secara tertulis kepada pihak PT. BNI (Persero) Kantor Cabang Salatiga. Calon debitur KUR datang ke PT. BNI (Persero) Kantor Cabang Salatiga, kemudian ketika calon debitur datang, diterima dan dilayani oleh Customer Service, calon debitur mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan kredit yang sudah disediakan oleh pihak bank, kemudian ditandatangani oleh debitur. Customer Service memberikan informasi tentang kredit yang akan diajukan oleh debitur tersebtu. Hal tersebut adalah salah satu cara untuk mempromosikan kredit bank kepada calon debitur yang bertujuan oleh bank agar dapat diinformasikan secara cuma-cuma dari calon debitur kepada nasabah atau calon nasabah yang lainnya. Calon debitur diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal pengajuan permohonan kredit oleh pihak bank. Syarat-syarat yang perlu disertakan adalah bukti identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku suami dan istri, fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi surat nikah, fotokopi jaminan dan Surat Keterangan Usaha.

b. Tahap Verifikasi Data

Customer Service mencocokkan berkas calon debitur apakah sudah lengkap atau belum yang meliputi: Kartu Tanda Penduduk (KTP) Suami-Istri, Kartu Keluarga (KK), Surat Keterangan Usaha (SKU). Setelah itu pada tahap selanjutnya melihat hasil track record calon debitur pada sistem BI yakni dengan menggunakan data SID (Sistem Informasi Nasabah), hal ini dilakukan untuk persyaratan utama program KUR pada calon debitur.

(3)

35 Setelah memeriksa kelengkapan berkas, CS melakukan BI checking (Sistem Informasi Debitur atau SID) yang diinput melalui komputer, kemudian setelah SID keluar maka CS membuat Surat Keterangan Permohonan Pinjaman (SKPP), dan pada map yang berisikan berkas nasabah diberi nomer pangkal yang sudah ada pada bank. Nomer pangkal ditulis pada register 35 CA.

Setelah Kepala Cabang memeriksa kembali berkas yang diajukan nasabah, kemudian Kepala Cabang memberikan disposisi dan menyerahkan kepada AO untuk ditindak lanjuti. AO melakukan penilaian awal (prescreening), setelah melakukan pre-screening, akan dilakukan kunjungan lapangan (survey) di lokasi tempat usaha nasabah, dengan membawa berkas-berkas yang diajukan sebelumnya.

Pada saat pelaksanaan survey, AO beserta timnya melakukan analisis dan evaluasi terhadap keadaan nasabah, termasuk dengan keadaan usaha nasabah, dilakukan dengan survey langsung ke objek yang dijaminkan dalam hal ini adalah rumah kost, untuk menilai kelayakan objek jaminan serta melihat dan mengumpulkan informasi mengenai berapa harga aset tersebut apabila sewaktu-waktu kredit menjadi bermasalah sehingga memaksa bank untuk melakukan lelang.

Selanjutnya akan dilakukan juga survey langsung ke tempat usaha nasabah, di sini juga dilakukan penilaian terhadap keadaan usaha nasabah, apakah usaha tersebut berjalan dengan lancar, sesuai dengan yang dikatakan oleh nasabah atau tidak, omset yang dihasilkan dari kegiatan usaha tersebut, melihat perijinan tempat dan kegiatan usaha tersebut, yang kemudian dapat dilihat apakah usaha tersebut dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.

(4)

36 Analisa juga bertujuan untuk meneliti calon debitur dan fasilitas pinjaman kredit yang diajukan dan untuk menetapkan kadar resiko. Bank akan mengetahui kadar resiko dari menaksir peluang kegagalan oleh calon debitur pada tingkat kepercayaan tertentu selama berjalannya fasilitas, dan dengan menaksir jumlah kerugian yang akan dialami kreditur jika kegagalan terjadi, dengan kata lain analisa kredit dilakukan untuk menghitung kelayakan kredit suatu usaha.

Setelah dilakukan pre-screening, survey, dan melakukan analisis serta mengevaluasi keadaan nasabah maka mantri membuat laporan secara tertulis dalam Laporan Kunjungan Nasabah (LKN), di dalam LKN juga sudah disertakan rekomendasi kredit yang dapat direalisasi oleh BNI. LKN dibuat 1 lembar dan setelah itu dimasukkan ke dalam berkas nasabah yang bersangkutan.

Setelah mantri membuat LKN dan dimasukkan ke dalam berkas, selanjutnya berkas direkomendasikan kepada CS untuk di verivikasi. CS menerima berkas tersebut dan melakukan verifikasi, verifikasi yang dimaksudkan adalah memeriksa data nasabah yang sudah dimasukkan oleh mantri pada sistem yang sudah ditentukan oleh pihak BNI, setelah berkas di verifikasi oleh CS maka berkas nasabah akan diserahkan kepada Kepala Cabang untuk putusan kredit.

c. Tahap Pemberian Putusan Kredit

Pada tahap ini, calon debitur akan memperoleh keputusan kredit yang berisi persetujuan akan adanya pemberian kredit sesuai permohonan yang diajukannya, dimana setelah Kepala Cabang menerima berkas tersebut dan kemudian diberikan putusan diterima atau ditolak kredit yang diajukan, apabila dari laporan survey mantri terdapat masalah, maka akan segera diputus.

(5)

37 Setelah berkas tersebut diputus oleh Kepala Cabang maka berkas tersebut akan diserahkan kembali kepada CS. Apabila Kepala Cabang memutuskan menolak kredit tersebut maka CS akan menghubungi pihak nasabah dan memberitahukan kredit yang diajukan tidak diterima. Apabila Kepala Cabang menyetujui kredit yang diajukan tersebut maka berkas diserahkan ke CS untuk segera ditindak lanjuti.

Pihak BNI akan memberitahukan kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian putusan dilakukan 3-5 hari setelah pendaftaran permohonan kredit. Tergantung kelangkapan persyaratannya.

Apabila surat persetujuan pemberian kredit sudah diberikan maka nasabah debitur akan mendapatkan SPPK (Surat Persetujuan Putusan Kredit) yang berisi :

1. Data debitur 2. Nama kreditur

3. Jenis fasilitas kredit yg disetujui (bunga, jangka waktu, besar angsuran)

4. Syarat2 persetujuan 5. Jaminan

6. Syarat2 ketentuan umum bank dan produk 7. Ketentuan pelunasan fasilitas sblm jatuh tempo 8. Denda keterlambatan

9. Asuransi 10. Biaya - biaya

11. Pengesahan pejabat bank (ttd) 12. Persetujuan debitur (ttd)

(6)

38 Surat ini akan ditandatangani oleh kreditur dan calon debitur yang mengajukan permohonan pinjaman kredit.

d. Tahap Pencairan Akad Kredit

Setelah semua persyaratan terpenuhi dan telah disetujui kemudian pemberian kredit tersebut diikat oleh perjanjian kredit. Setelah Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKPP) diputus, costumer services mencatatnya pada register dan segera mempersiapkan pencairan. Customer service memberitahukan pada calon debitur bahwa permohonan kredit telah mendapat persetujuan atau putusan dan kepastian tanggal pencairannya, kemudian menyiapkan SPPK dan mengisi kuitansi pencairan kredit.

Sebelum penandatanganan berkas pencairan kredit. Customer service harus memastikan bahwa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pencairan kredit telah ditandatangani oleh debitur sebagai bukti persetujuan debitur. Setelah kedua belah pihak setuju dan semua persyaratan telah terpenuhi dalam pemberian kredit, maka debitur dapat mengambil dana pinjaman yang telah dimohonkan kepada bagian teller BNI Kantor Cabang Salatiga.

Customer service menghubungi nasabah untuk memberitahukan apabila kredit yang diajukan diterima, dan pihak bank juga memberitahu nasabah agar datang ke bank dengan membawa materai rangkap 3, Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli suami dan istri, buku tabungan (apabila nasabah sebelumnya sudah mempunyai buku tabungan atau rekening aktif pada BNI), jaminan asli, buku nikah suami dan istri, Kartu Keluarga (KK). Nasabah yang datang ke bank dengan membawa persyaratan yang sudah diberitahukan kemudian menemui customer service membuat Surat Perjanjian Hutang (SPH), Surat Kuasa Debet Rekening, Surat pernyataan kredit, kwitansi untuk realisasi rangkap 3 (untuk arsip, nasabah, teler)

(7)

39 kemudian customer service memasukkan data jaminan pada buku register, dan setelah CS selesai membuat Surat Perjanjian Hutang (SPH), Surat Kuasa Debet Rekening, Surat Pernyataan, dan kwitansi untuk realisasi kredit, maka nasabah menandatangani semua berkas tersebut dan kemudian dikembalikan ke customer service.

Customer service membawa kwitansi yang digunakan teller untuk divalidasi dan sebagai arsip yang disimpan untuk teller. Teller memvalidasi kwitansi tersebut dan setelah memvalidasi, teller memanggil nasabah yang bersangkutan untuk menerima uang dan buku tabungan. Nasabah secera otomatis memiliki rekening kredit yang tersimpan di dalam database BNI. Setelah nasabah menerima uang dan buku tabungan, maka nasabah dapat kembali ke rumah.

Dalam kegiatan pemberian kredit, PT. BNI (Persero) Tbk sangat memegang teguh prinsip kehati-hatian (prudent principle). Terlepas dari itu pedoman yang dipakai PT. BNI (Persero) Tbk adalah pedoman 5C. Pedoman 5C sendiri terdiri dari:

a. Character (Watak)

Watak seorang calon debitur dinilai oleh bank untuk mengetahui sifat-sifatnya dalam hubungannya dengan masalah tanggung jawabnya. Penilaian watak dapat diperoleh dari data-data yang disampaikan dalam permohonan kredit. Di situ dapat diketahui apakah data-data yang disampaikan terdapat hal yang tidak benar, misalnya data fiktif atau karangan, atau mungkin data palsu. Hal ini akan berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit nantinya.

b. Capacity (Kemampuan)

Bank harus melakukan penelitian akan kemampuan calon debitur dalam mengelola proyek atau usaha yang akan dibiyai dengan kredit. Bank harus meneliti latar belakang pendidikan dan pengalaman calon debitur di bidang

(8)

40 usahanya tersebut. Kemudian juga terkait kemampuannya dalam mengelola usahanya selama ini.

c. Capital (Modal)

Penilaian terhadap modal dilakukan dengan menganalisis dari laporan keuangan yang disampaikan oleh calon debitur, biasanya calon debitur diminta oleh bank untuk menyampaikan laporan keuangan minimal dua tahun terakhir. Laporan akan diperbandingkan untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam mengelola keuangan dan permodalan perusahaan. Analisis ini juga untuk mengetahui tingkat kemampuan calon debitur dalam menyediakan modal terhadap proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank.

a. Collateral (Jaminan)

Penilaian ini didasarkan terhadap barang-barang yang akan dijaminkan oleh calon debitur pada bank. Penilaiannya dengan menaksir nilai barang tersebut apakah dapat menutup kredit yang akan diberikan bank seandainya debitur tidak dapat melunasi utangnya di kemudian hari.

a. Condition of Economy

Pada prinsip ini dinilai situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil resiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui.

Bank Indonesia juga menerbitkan ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh bank sebagai upaya untuk meminimalisasi risiko akibat kredit dan berkenaan dengan penerapan prinsip kehati-hatian bank. Ketentuan ini juga diikuti oleh PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Salatiga. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain penentuan Batas Umum Pemberian Kredit (BMPK), rasio kredit terhadap simpanan

(9)

41 (Loan to Deposit Ratio/LDR), Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), alokasi jumlah kredit untuk golongan usaha tertentu, dan batas minimum perolehan bank.

B. Penyebab Terjadinya Kredit Macet di PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Salatiga

Dalam perjanjian kredit di PT. BNI (Persero) Tbk prestasi wajib dipenuhi oleh debitur adalah mengembalikan pinjaman dan membayar bunga sesuai dengan yang telah diperjanjikan, serta mentaati segala kewajiban yang telah ditetapkan oleh kreditur. Apabila salah satu kewajiban tidak terpenuhi atau dilaksanakan maka debitur dikatakan wanprestasi.

Hasil Wawancara dengan Bp. Dodi selaku Account Officer di PT. BNI (Persero) Cabang Salatiga bahwa terjadinya kredit macet pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Salatiga ini disebabkan oleh 2 unsur yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal :

1. Faktor internal

Faktor internal terjadinya kredit macet dapat timbul dari perbankan itu sendiri. Penyebab kredit macet yang disebabkan oleh pihak bank adalah karena kesalahan analisa, kekurangtelitian pihak bank dalam melakukan analisis kredit. Artinya pihak yang melakukan analisis kurang teliti dan kurang tepat, sehingga apa yang terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Misalnya Kredit Usaha Rakyat diberikan kepada calon debitur yang tidak memiliki usaha yang feasible, yang dikatakan feasible adalah apabila usaha calon debitur tersebut layak dan menghasilkan keuntungan. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pihak Bank BNI kurang teliti serta kurang mendalam dalam mengumpulkan informasi tentang Tuan F sebagai debitur yang mengalami kredit macet.

(10)

42 Faktor eksternal terjadinya kredit macet di Bank BNI (Persero), Tbk kantor cabang Salatiga disebabkan karena Tuan F atau dalam penelitian ini disebut debitur. Kredit macet yang disebabkan dari nasabah terbagi dalam dua hal yaitu karena unsur kesengajaan dan unsur ketidaksengajaan.

a. Unsur kesengajaan:

1) Tuan F sengaja untuk tidak melakukan pembayaran kepada bank sehingga kredit yang diberikannya menjadi macet.

2) Adanya itikad tidak baik dari nasabah. Itikad tidak baik dari nasabah dapat menghambat proses kredit terutama saat pengembalian menjadi terhambat karena adanya niat tidak baik dari nasabah. Tuan F sengaja dengan segala daya upaya mendapatkan kredit, tetapi setelah kredit diterima nasabah dengan sengaja melakukan penyimpangan tujuan kredit itu sendiri seperti untuk kepentingan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kemungkinan Tuan F sejak awal tidak berniat mengembalikan kredit, walaupun dengan risiko apapun. Dapat dilihat dalam pemalsuan akta kepemilikan rumah kost yang menjadi barang jaminan, serta akta kepemilikan dan perijinan usaha pabrik keju yang dimanipulasi atau dipalsukan dimana tertulis kepemilikan atas nama Tuan F akan tetapi kenyataannya diketahui bahwa itu bukan milik Tuan F.

3) Selanjutnya ditambah Tuan F atau debitur tidak diketahui keberadaannya lagi (melarikan diri).

4) Tuan F melakukan manipulasi data seperti menyertakan ijin-ijin usaha palsu untuk pengajuan kredit dan rekening palsu atau pemalsuan mutasi rekening.

b. Unsur ketidaksengajaan, dalam hal ini pihak dari kreditur yaitu PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Kota Salatiga dalam hal analisa dan pengumpulan informasi tentang debitur yaitu Tuan F dirasa sangat kurang

(11)

43 teliti dan tidak mendalam, sehingga hal yang sangat tidak diinginkan yaitu kredit bermasalah terjadi.

Bp. Dodi menyatakan “nasabah yang memperoleh kredit dari bank memiliki watak yang berbeda-beda. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Tidak selamanya berjalan lancar sehingga menimbulkan wanprestasi/ingkar janji.”1

Pasal 4 Surat keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 kredit tesebut dapat dikatakan dan digolongkan sebagai salah satu jenis kredit bermasalah, yaitu kredit yang Diragukan (doubtful). Suatu kredit digolongkan sebagai kredit yang diragukan (doubtful) apabila memenuhi kriteria :

1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau 3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau 4. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

5. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikat jaminan.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia tersebut PT. Bank BNI (Persero), Tbk menyimpulkan bahwa kredit ini jelas telah mengalami tunggakan angsuran melebihi 180 hari sehingga dapat digolongkan sebagai kredit bermasalah, yang mana menyebabkan pihak bank mengalami kesulitan dalam memperoleh kembali pelunasan kredit yang telah diberikan.

Oleh karena itu bank harus melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan pengembalian dan pelunasan kredit yang telah diberikan tersebut. Seringkali terjadi

1

Wawancara dengan Bp. Dodi, tanggal 10 Juli 2019 di Kantor Cabang Utama Bank Negara Indonesia Kota Salatiga.

(12)

44 dalam praktik, walaupun dalam awal perjanjian kredit sudah diperjanjikan batas waktu pengembalian kreditnya, akan tetapi pada umumnya dengan berbagai alasan nasabah tidak menepati janjinya untuk membayar utang sehingga melebihi batas waktunya.

C. Upaya Penyelesaian Kredit Macet di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Bila pihak bank sudah menyadari bahwa kredit mengalami macet, pihak bank akan mencari jalan keluar yang lebih praktis, efisien dan efektif dalam hal terjadinya kredit bermasalah dengan beberapa tindakan awal yaitu:

1. PT. BNI (Persero) Tbk akan melakukan pembinaan kredit bermasalah supaya dalam pengelolaan kredit bermasalah dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan asumsi dan tujuan dari pemberian kredit tersebut.

2. Penyelamatan kredit bermasalah adalah upaya yang dilakukan oleh bank dalam pengelolaan kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek di dalam usahanya, hal ini dilakukan untuk menimallisir kerugian bank, menyelamatkan kembali kredit yang ada agar menjadi lancar, serta usaha-usaha lainnya yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas usaha-usaha debitur. 3. Penyelesaian kredit bermasalah, yaitu upaya yang dilakukan bank untuk

menyelesaikan kredit bermasalah yang dianggap tidak mempunyai prospek, upaya ini juga dilakukan apabila usaha pembinaan dan penyelamatan tidak mendapatkan hasil positif.

Penyelesaian kredit dianggap jalan akhir untuk menyelesaikan kredit bermasalah di PT. BNI (Persero) Tbk, tindakan penyelesaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan Penyelesaian secara langsung dan penyelesaian secara tidak langsung.

(13)

45 Penyelesaian kredit bermasalah secara langsung ini dilakukan langsung oleh PT. BNI (Persero) Tbk. Penyelesaian langsung tersebut dapat berupa dengan cara melakukan penagihan secara terus menerus. Penagihan secara terus menerus di sini dilakukan terhadap kredit yang sudah termasuk dalam kategori Dalam Perhatian Khusus dan Kurang Lancar. Dan penagihan dilakukan langsung oleh Account Offier beserta timnya, beberapa upaya ini dilakukan dengan pembicaraan secara kekeluargaan.

Penyelesaian kredit secara langsung yang dilakukan sebagai upaya penyelematan kredit bermasalah di PT. BNI (Persero) Tbk cabang Kota Salatiga salah satunya adalah restrukturisasi kredit, cara ini ditempuh sebagai upaya sebelum mencapai ke eksekusi jaminan, restrukturisasi kredit ini sendiri terdiri dari Rescheduling, Reconditioning, dan Restructuring.

Restrukturisasi kredit di PT. BNI (Persero) Tbk cabang Salatiga dilakukan bila kredit bermasalah masih masuk dalam kategori kol 1 dan kol 2 atau sebelum kredit dikategorikan ke dalam kredit macet atau masuk ke dalam kategori kol 3, misalnya debitur mengalami terlambat atau mundur dalam pembayaran angsuran. Pihak bank akan melihat penyebab permasalahan debitur mengalami telat dalam pembayaran angsuran tersebut dikarenakan debitur mengalami penurunan dalam usahanya, dan bank akan menilai prospek usaha debitur kedepannya apakah masih baik dan bisa memberikan penghasilan bagi debitur untuk melakukan pembayaran angsuran kreditnya. Jika dinilai prospek usaha debitur masih baik PT. BNI (Persero) Tbk akan menawarkan upaya penyelematan kredit bermasalah berupa restrukturisasi kredit.

PT. BNI (Persero) Tbk cabang Salatiga memberikan beberapa restrukturisasi, yaitu

a. Restructuring

Restructuring atau restrukturisasi kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk didasarkan pada POJK No. 11/Pojk.03/2015 yang mana adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami

(14)

46 kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Upaya persyaratan kembali yang ditawarkan oleh PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Salatiga terdiri dari:

1. Penurunan Suku Bunga Kredit

Penurunan suku bunga kredit merupakan salah satu bentuk restrukturisasi yang tujuannya meringankan debitur, besar bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran akan menjadi lebih kecil dibanding yang ditetapkan sebelumnya, misalnya bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit per tahun adalah 10% diturunkan menjadi 7,5%. Dengan penurunan ini diharapkan pendapatan dan hasil usaha debitur dapat dialokasikan untuk membayar angsuran kredit.

2. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit

Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memberikan kemudahan bagi debitur untuk mengembalikan hutang, misalnya debitur harus melunasi hutang pada bulan November 2019 diperpanjang menjadi November 2021, dengan ini memberikan kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usahanya. Secara tidak langsung perpanjangan jangka waktu kredit juga akan memperkecil besar angsuran yang harus dibayarkan debitur.

3. Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit

Untuk penyelematan kredit macet atau kredit bermasalah, restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan memperingan beban.

4. Penangguhan Denda

Denda kredit tidak akan ditagihkan ketika debitur mengalami kesulitan, namun denda akan kembali ditagihkan saat debitur sudah mulai lancar dalam pembayaran angsuran kredit yang dimana akan ditambahkan ke dalam pokok hutang atau ditagihkan secara terpisah tergantung pada kesepakatan awal.

Tidak disebutkan bahwa PT. BNI (Persero) Tbk akan memberikan restrukturisasi kredit berupa pengurangan tunggakan pokok kredit, hal ini

(15)

47 dikarenakan PT. BNI (Persero) Tbk menilai bahwa pengurangan tunggakan pokok kredit akan lebih beresiko merugikan bank.

Dengan kata lain restructuring ini adalah bank bisa mengubah struktur kredit, yang diharapkan dengan cara ini pokok kredit bisa dikembalikan atau lunas.

b. Reconditioning

Dalam melakukan penyelematan kredit bermasalah PT. BNI (Persero) Tbk juga akan melakukan penataan kembali (reconditioning) kredit, dengan kata lain PT. BNI (Persero) Tbk cabang Salatiga akan mengupayakan untuk mengubah kondisi kredit dengan lebih meringankan beban angsuran, sebelumnya PT. BNI (Persero) Tbk akan mengumpulkan data atau laporan keuangan debitur yang kemudian pihak bank akan menganalisa dan mencari informasi mengenai penyebab terjadinya tunggakan pembayaran yang didasarkan pada laporan keuangan yang berkaitan dengan usaha debitur.

Dalam proses ini ada kriteria yang ditetapkan oleh PT. BNI (Persero) Tbk cabang Salatiga, yaitu:

- Debitur mengalami kesulitan pembayaran angsuran pokok atau bunga kredit

- Debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu memenuhi kewajibannya.

- Debitur bersikap kooperatif dan memiliki itikad baik untuk melunasi kreditnya.

Langkah dan cara ini sangat memerlukan negosiasi dan solusi yang ditawarkan oleh pihak bank.

(16)

48 Reschedulings atau penjadwalan kembali di PT. BNI (Persero) Tbk dilakukan dengan memberikan perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu pembayaran.

Terdapat beberapa tahapan penjadwalan kembali kredit di PT. BNI (Persero) Tbk, yang pertama adalah visit report dimana pihak bank akan melakukan kunjungan langsung ke tempat tinggal debitur. Kedua adalah wawancara dari pihak bank kepada debitur, salah satunya bank akan bertanya kepada debitur terkait kenapa kredit bisa bermasalah.

Kemudian adalah pengumpulan data keuangan debitur, survey ulang, dan analisa ulang kredit. Dalam tahapan ini PT. BNI (Persero) Tbk akan melihat dan menilai apakah debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu membayar kewajiban setelah rescheduling ini dilakukan. Dalam proses ini kemudian dilakukan perundingan kembali antara PT. BNI (Persero) Tbk dan debitur untuk memperingan syarat-syarat pengembalian kredit menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang, dengan harapan debitur memiliki kemampuan kembali untuk melakukan penyelesaian kredit, yang terakhir adalah persetujuan dari debitur, dimana proses ini akan mengakibatkan pembaharuan perjanjian kredit secara bawah tangan.

Melihat proses restrukturisasi kredit sebagai upaya menyelematkan kredit bermasalah yang dilakukan PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Salatiga ini sudah berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku dan prosedur yang telah ditetapkan yaitu POJK Nomor 42/POJK.03/2017 Tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum dan PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, dengan cara ini PT. BNI (Persero) Tbk debitur dan pihak bank akan sama-sama diuntungkan, yaitu debitur akan diperingan bebannya dan PT. BNI (Persero) Tbk akan memperoleh pengembaliannya kreditnya.

(17)

49 Penyelesaian tersebut merupakan langkah alternatif sebelum dilakukan penyelesaian melalui lembaga yang bersifat yudisial. Kredit yang telah macet harus diselesaikan dengan cara menyita agunan kredit bersangkutan untuk membayar pinjaman debitur. Jadi penyelesaian kredit macet terkait dengan jaminan kredit yang diberikan oleh debitur kepada bank, yaitu apabila debitur tidak dapat melunasi hutang kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka pihak bank dapat menyita dan melelang barang yang dijaminkan oleh debitur untuk melunasi hutang kreditnya.

2. Penyelesaian Secara Tidak Langsung

Cara lain untuk mengupayakan penyelesaian atas kredit macet adalah dengan penyelesaian secara tidak langsung. Penyelesaian secara tidak langsung adalah penyelesaian melalui jalur hukum seperti melalui Panitia Urusan Piutang Negara, melalui badan peradilan, atau melalui Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Hal ini dapat ditempuh apabila misalnya dalam proses penyelesaian kredit macet terjadi konflik. Karena yang terjadi di lapangan tidak sedikit pihak bank menemui debitur kredit bermasalah yang sangat tidak korperatif.

Kenyataan yang terjadi di lapangan proses restrukturisasi tidak sedikit menemui hambatan, mulai dari dikarenakan hal yang tidak terduga seperti bencana alam yang mengakibatkan usaha debitur berhenti total, debitur meninggal dunia, atau debitur jatuh sakit sehingga debitur tidak bisa melanjutkan usaha miliknya dan juga hambatan yang diakibatkan karena debitur tidak memiliki itikad baik untuk melunasi kreditnya.

Untuk mengantisipasinya PT. BNI (Persero) Tbk melakukan upaya dengan melakukan eksekusi benda jaminan. Eksekusi Benda Jaminan ditempuh apabila

penyelesaian kredit bermasalah dengan restrukturisasi tidak berhasil maka PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Salatiga akan melakukan upaya penyelesaian kredit macet dengan melakukan eksekusi langsung terhadap hak

(18)

50 tanggungan (lelang hak tanggungan) yang didasarkan pada Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dan Undang-Undang-Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia apabila jaminan yang diberikan merupakan jaminan fidusia atau benda bergerak.

Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan mengatur eksekusi hak tanggungan yang dimana debitur cidera janji atau wanprestasi, eksekusi hak tanggungan dilakukan dengan cara:

1. Melakukan penjualan obyek hak tanggungan dengan cara pelelangan umum, obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam perundang-undangan.

2. Melaksanakan titel eksekutorial yang terdapat pada sertifikat hak tanggungan.

Dalam melakukan eksekusi terhadap objek hak tanggungan PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Salatiga mengajukan permohonan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk dilakukan lelang.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. BNI (Persero) Tbk untuk dapat melakukan lelang adalah:

1. Salinan fotocopy perjanjian kredit.

2. Salinan atau fotocopy sertifikat hak tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan.

3. Salinan atau fotocopy sertifikat hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan.

4. Salinan atau fotocopy bahwa debitur telah diperingatkan akan kelalaiannya membayar utang.

5. Surat pernyataan dari pempinan bank selaku kreditur yang bertanggung jawab apabila terjadi gugatan dari debitur.

(19)

51 6. Yang terakhir dan paling penting adalah KPKNL diberi kuasa oleh kreditur atau bank untuk melakukan pelelangan obyek hak tanggungan debitur macet.

Persyaratan tadi sangat diperlukan KPKNL untuk kelancaran pelaksanaan tugas KPKNL. Adapun cara untuk mengajukan lelang adalah:

1. Penjual atau pemohon lelang mengajukan permohonan lelang secara tertulis kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) yang dilengkapi dengan syarat-syarat sebagaimana ditentukan;

2. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menetapkan hari dan tanggal pelaksanaan lelang setelah dilakukan kelengkapan analisa dokumen;

3. Pemohon melaksanakan pengumuman lelang, baik melalui surat kabar maupun media elektronik sesuai dengan ketentuan;

4. Peserta lelang menyetor uang jaminan kepada rekening Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang;

5. Setoran bea lelang dan uang miskin ke kas negara serta setoran hasil bersih penjualan lelang kepada pemohon lelang atau ke kas negara jika yang di lelang barang inventaris negara;

6. Pemberian petikan risalah lelang dan dokumen pendukung lainnya kepada pemenang lelang dan salinan risalah lelang kepada pemohon lelang.

Sedangkan pada jaminan fidusia, terkait kewenangan dalam melakukan eksekusi benda jaminan PT. BNI (Persero) Tbk berpegang pada pasal 15 UU Jaminan Fidusia dimana PT. BNI (Persero) Tbk mempunyai kekuatan ekstekutorial untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan tersebut jika dalam kenyataannya debitur dinyatakan cedera janji atau wanprestasi.

(20)

52 Sedangkan dalam proses eksekusi jaminan fidusia PT. BNI (Persero) Tbk akan melakukan penjualan benda jaminan secara bawah tangan melalui kesepakatan dengan debitur. PT. BNI (Persero) Tbk mengambil upaya yang cukup baik karena melihat hal ini selain kredit dapat terlunasi, dengan cara ini juga akan diperoleh harga tertinggi atas penjualan tersebut yang dimana ini akan menguntungkan para pihak.

PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Salatiga bekerja sama dengan badan peradilan negeri seperti Kejari Salatiga untuk memberikan bantuan hukum dalam menyelesaikan kredit bermasalah. Dalam kerjasama ini PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Salatiga meneken MoU dengan Kejaksaan Negeri Kota Salatiga. Penandatanganan nota kesepahaman tersebut didasarkan pada Pasal 30 ayat (2) Undang-undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang bunyinya “ Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah”.

Pihak PT. BNI (Persero) Tbk meminta bantuan Kejari dalam penagihan, yang nantinya juga akan diterbitkan Surat Kuasa Khusus (SKK). Pihak Kejari dan PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Salatiga akan mengkaji secara bersama-sama permasalahan yang dihadapi, dalam kasus ini adalah kredit bermasalah khususnya kredit macet. Setelah menerima SKK ini Kejaksaan baru akan bisa mewakili pihak dari PT. BNI (Persero) Tbk.

Pada awalnya Kejari akan mengundang debitur yang bermasalah dalam pembayaran kreditnya untuk dilakukan negosiasi terkait upaya penyelematan kredit tersebut, apabila negosiasi tidak berhasil, maka langkah hukum akan ditempuh seperti proyustisia atau melalui gugatan perdata. Tindakan ini sudah berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku, karena di dalam permasalahan ini ada unsur keuangan negara.

(21)

53 Dan sebelum dilakukan eksekusi penjualan benda jaminan tadi dlam upaya penyelesaian sengketa pihak PT. BNI (Persero) Tbk juga akan mengajukan gugatan ke pengadilan terlebih dahulu. Terhadap permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan sengketa kredit adalah termasuk gugatan perdata, sehingga berlaku dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata. PT. BNI (Persero) Tbk akan mengajukan gugatan wanprestasi terhadap debitur atau nasabah yang kreditnya macet ke Pengadilan Negeri Kota Salatiga. Karena sudah ditentukan dalam klausul perjanjian kredit yang disepakati oleh kreditur dan debitur di awal bahwa jika ada sengketa kredit maka penyelesaiannya juga akan dilakukan di Pengadilan.

Dalam prosesnya pertama-tama PT. BNI (Persero) Tbk melalui Kuasa Hukum mengajukan Gugatan/Permohonan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri pada Pengadilan Negeri Salatiga di bagian Perdata, dengan melengkapi dan/atau menyertakan syarat yaitu:

1. Surat Permohonan/Gugatan

2. Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Kuasa Hukum)

3. Bukti-bukti yang menguatkan untuk mengajukan Gugatan atau Permohonan, seperti KTP, KK, Surat Kuasa, Akte dll

Setelah melengkapi syarat tersebut, PT. BNI (Persero) Tbk sebagai penggugat membayar panjar biaya gugatan ke Pengadilan Negeri dengan menyetorkan uang panjar perkara melalui bank yang ditunjuk oleh Pengadilan. Kemudian PT. BNI (Persero) Tbk akan memberikan bukti pembayaran serta menyimpan salinannya untuk arsip. Selanjutnya Pengadilan akan memberikan tanda bukti penerimaan Surat Gugatan/Permohonan kepada pihak PT. BNI (Persero) Tbk. Pihak PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Salatiga akan mendapat panggilan sidang

(22)

54 dari Pengadilan Negeri Salatiga, dan yang kemudian akan dihadiri sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Di dalam sidang akan dibacakan surat gugatan yang menggugat debitur atau nasabah, pembuktian, dan pembacaan Putusan dimana putusan ini berisi apakah gugatan dikabulkan, gugatan ditolak, atau gugatan tidak diterima.

Untuk dapat dinyatakan debitur telah wanprestasi, maka harus melalui Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Jika dalam amar Putusan Pengadilan menyatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi, maka dengan adanya Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap tersebut PT. BNI (Persero) Tbk barulah dapat melakukan eksekusi yang berupa menjual secara lelang jaminan milik debitur.

Dengan beberapa upaya penyelesaian tadi sebagian besar kredit macet yang terjadi di PT. BNI (Persero) Tbk dapat tertutupi meskipun tidak sepenuhnya hutang kredit yang timbul dapat dikembalikan. Karena pada kenyataan di lapangan bank akan mengalami kerugian apabila kredit bermasalah terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penggabungan turbin overshot dengan turbin savonius tipe L mampu mengkonversi energi air dan angin secara bersamaan sehingga menghasilkan output tegangan yang

Perubahan lingkungan tersebut memberikan pengaruh terhadap masyarakat contohnya pada sebelumnya disekitar wilayah Desa Ciomas, semula merupakan perkebunan dan sawah namun

Analisis pendapatan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani responden padi sawah di Desa Dolago Kecamatan Parigi selatan Kabupaten

Melaksanakan komunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dalam pembelajaran berkreasi desain dan produk kria kulit, dengan bahasa khas dalam interaksi

Teknik pembakaran untuk pembangkitan kalor umumnya dilakukan di dalam tungku bakar dan ada bermacam-macam jenisnya tergantung dari jenis bahan bakar yang meliputi

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA. Provinsi : Papua Barat Tahun

Bagi para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara online melalui aplikasi LPSE kepada