• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING TERBALIK Bila B sama penting dengan A = 1

LEMBAR KUESIONER RESPONDEN ANGGOTA UPK IKHTIAR

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING TERBALIK Bila B sama penting dengan A = 1

Bila B sedikit lebih penting dibandingkan A = 1/3 Bila B lebih penting dibandingkan A = 1/5 Bila B sangat lebih penting dibandingkan A = 1/7 Bila B mutlak lebih penting dibandingkan A = 1/9

Bila B sama penting hingga sedikit lebih penting dibandingkan A = 1/2 Bila B sedikit lebih penting hingga lebih penting dibandingkan A = 1/4 Bila B lebih penting hingga sangat lebih penting dibandingkan A = 1/6 Bila B sangat lebih penting hingga mutlak lebih penting dibandingkan A = 1/8

Contoh :

Jika Jumlah Tabungan (A) Lebih Penting / Lebih Perlu dibanding Pembayaran Pinjaman (B)

1. Jumlah Tabungan (A) dibandingkan dengan Pembayaran Pinjaman (B)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jika Pembayaran Pinjaman (B) Lebih Penting / Lebih Perlu dibanding Jumlah Tabungan (A)

2. Jumlah Tabungan (A) dibandingkan dengan Pembayaran Pinjaman (B)

77

Lanjutan Lampiran 1.

BAGIAN I Keterangan :

Terdapat beberapa Faktor-Faktor Kunci Yang Mempengaruhi Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah seperti yang tercantum di bawah ini :

1. Jumlah Tabungan, merupakan jumlah uang yang disimpan (ditabung) oleh anggota mejelis setiap minggu di Baitul Mal dalam program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor.

2. Pembayaran Pinjaman, berkaitan dengan uang yang dibayarkan oleh anggota majelis setiap minggu ketika meminjam uang dari baitul mal dalam bentuk angsuran.

3. Kesejateraan Rumah Tangga, berkaitan dengan urusan hidup keluarga petani yang terlepas dari segala kesulitan pemenuhan kebutuhan seperti belanja, pendidikan dan kesehatan.

4. Pengelolaan Usaha Tani, berkaitan dengan proses atau cara usaha pertannian dengan menggunakan tenaga dan pikiran yang efisien untuk mencapai tujuan hasil yang baik.

Insturksi 1

Untuk dapat melihat Efektifitas Pembiayaan Sistem Syariah, maka bandingkan uraian faktor-faktor kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Jumlah Tabungan dibandingkan dengan Pembayaran Pinjaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2. Jumlah Tabungan dibandingkan dengan Kesejahteraan Rumah Tangga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 3. Jumlah Tabungan dibandingkan dengan Pengelolaan Usaha Tani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Pembayaran Pinjaman dibandingkan dengan Kesejahteraan Rumah Tangga 1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Pembayaran Pinjaman dibandingkan dengan Pengelolaan Usaha Tani 1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Kesejahteraan Rumah Tangga dibandingkan dengan Pengelolaan Usaha Tani 1 2 3 4 5 6 7 8 9

78

Lanjutan Lampiran 1.

BAGIAN II Keterangan :

Terdapat beberapa aktor-aktor kunci yang mempengaruhi efektivitas pembiayaan seperti yang tercantum di bawah ini :

1. Petani Sayur, merupakan orang yang melakukan kegiatan atau usaha pertanian di ladang, sawah dan kebun yang bertujuan untuk memperoleh hasil tani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Tenaga Pendamping Lapangan (TPL), merupakan orang yang berfungsi untuk melakukan penyiapan wilayah untuk penumbuhan kelompok baru, dan melakukan pengelolaan komunitas serta melakukan pendampingan terhadap anggota.

3. Fasilitator Wilayah (FS), merupakn orang yang berfungsi untuk melakukan pendampingan atas aktivitas kelompok dan majelis khususnya kegiatan rutin pelayanan simpan pinjam

4. Manajer Operasional (MO), merupakan orang yang mengelola kegiatan UPK Ikhtiar agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana.

Insturksi 2

Untuk dapat melihat Faktor Peningkatan Jumlah Tabungan Anggota, maka bandingkan uraian aktor-aktor kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Petani Sayur dibandingkan dengan Tenaga Pendamping Lapangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2. Petani Sayur dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 3. Petani Sayur Dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Tenaga Pendamping Lapangan dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. Tenagag Pendamping Wilayah dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 6. Fasilitator Wilayah dibandingkan dengan manajer operasional

79

Lanjutan Lampiran 1. Insturksi 3

Untuk dapat melihat Faktor Peningkatan Pembayaran Pembiayaan maka bandingkan uraian aktor-aktor kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Petani Sayur dibandingkan dengan Tenaga Pendamping Lapangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2. Petani Sayur dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 3. Petani Sayur Dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Tenaga Pendamping Lapangan dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. Tenagag Pendamping Wilayah dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 6. Fasilitator Wilayah dibandingkan dengan manajer operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Insturksi 4

Untuk dapat melihat Faktor Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani maka bandingkan uraian aktor-aktor kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Petani Sayur dibandingkan dengan Tenaga Pendamping Lapangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2. Petani Sayur dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 3. Petani Sayur Dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Tenaga Pendamping Lapangan dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. Tenagag Pendamping Wilayah dibandingkan dengan Manajer Operasional

80

Lanjutan Lampiran 1.

6. Fasilitator Wilayah dibandingkan dengan manajer operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Insturksi 5

Untuk dapat melihat Faktor Pemberdayaan Pengelolaan Agribisnis maka bandingkan uraian aktor-aktor kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Petani Sayur dibandingkan dengan Tenaga Pendamping Lapangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2. Petani Sayur dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 3. Petani Sayur Dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Tenaga Pendamping Lapangan dibandingkan dengan Fasilitator Wilayah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. Tenagag Pendamping Wilayah dibandingkan dengan Manajer Operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 6. Fasilitator Wilayah dibandingkan dengan manajer operasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BAGIAN III Keterangan :

Terdapat beberapa tujuan-tujuan kunci yang mempengaruhi efektivitas pembiayaan sistem syariah seperti yang tercantum di bawah ini :

1. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari Anggota, berkaitan dengan sesuatu yang sangat diperlukan oleh keluarga petani dalam membeli bahan pokok untuk dikonsumsi setiap hari.

2. Mendorong Anggota Membayar Angsuran, berkaitan dengan usaha anggota majelis untuk menyisihkan uangnya dalam membayar pinjaman dengan cara mencicil sedikit demi sedikit.

3. Membantu Tingkat Pendapatan Petani, berkaitan dengan hasil usaha yang diperoleh petani dari panen sayur mayur yang dijual di pasar.

4. Memberikan Pinjaman Modal, berkaitan dengan proses atau cara memberi uang yang dipakai sebagai pokok untuk bertani, berdagang dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani lainnya.

81

Lanjutan Lampiran 1. Insturksi 6

Untuk dapat melihat Aktor Petani Sayuran, maka bandingkan uraian tujuan-tujuan kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas. 1. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Mendorong untuk

Membayar Angsuran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Mendorong Membayar Angsuran dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Mendorong Membayar Angsuran dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membantu Tingkat Pendapatan Petani dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Insturksi 7

Untuk dapat melihat Aktor Tenaga Pendamping Lapangan, maka bandingkan uraian tujuan-tujuan kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Mendorong untuk Membayar Angsuran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

82

Lanjutan Lampiran 1.

4. Mendorong Anggota untuk Membayar Angsuran dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Mendorong Anggota untuk Membayar Angsuran dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membantu Tinglat Pendapatan Petani dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Insturksi 8

Untuk dapat melihat Aktor Fasilitator Wilayah, maka bandingkan uraian tujuan-tujuan kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas. 1. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Mendorong untuk

Membayar Angsuran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Mendorong Membayar Angsuran dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Mendorong Membayar Angsuran dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membantu Tinglat Pendapatan Petani dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

83

Lanjutan Lampiran 1. Insturksi 9

Untuk dapat melihat Aktor Manajer Operasional, maka bandingkan uraian tujuan-tujuan kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Mendorong untuk Membayar Angsuran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Mendorong Membayar Angsuran dibandingkan dengan Membantu Tingkat Pendapatan Petani

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Mendorong Membayar Angsuran dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membantu Tinglat Pendapatan Petani dibandingkan dengan Memberikan Pinjaman Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BAGIAN IV Keterangan :

Terdapat beberapa tujuan-tujuan kunci yang mempengaruhi efektivitas pembiayaan sistem syariah seperti yang tercantum di bawah ini :

1. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota, berkaitan dengan suatu wadah sebagai tempat pertukaran pikiran antara anggota majelis UPK Ikhtiar dengan TPL maupun FW untuk mendapatkan masukan berupa saran dan nasehat yang sebaik-baiknya.

2. Membangun Kekuatan kelompok, merupakan bagunan keeratan yang memiliki keunggulan dalam suatu pengetahuan yang diterapkan pada anggota anggota majelis UPK Ihktiar.

84

Lanjutan Lampiran 1.

3. Membina Kesadaran Kritis Anggota, meruapakan proses keinsafan dari keadaan tidak tahu menjadi tahu dengan meningkatkan daya analisis anggota dalam menghadapi berbagai persoalan dan masalah.

4. Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis, berkaitan dengan cara proses atau cara melatih anggota majelis untuk bisa mengelola usaha pertaniannya agar dapat efisien dan efektif sesuai dengan tujuan dan harapannya.

Insturksi 10

Untuk dapat melihat Tujuan Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari Anggota, maka bandingkan uraian skenario-skenario kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membangun Kekuatan kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membina Kesadarn Kritis Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Insturksi 11

Untuk dapat melihat Tujuan Mendorong Anggota Membayar Angsuran, maka bandingkan uraian skenario-skenario kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membangun Kekuatan kelompok

85

Lanjutan Lampiran 1.

2. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membina Kesadarn Kritis Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Insturksi 12

Untuk dapat melihat Tujuan Membantu Tingkat Pendapatan Petani, maka bandingkan uraian skenario-skenario kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

1. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membangun Kekuatan kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

86

Lanjutan Lampiran 1.

5. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6. Membina Kesadarn Kritis Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Insturksi 13

Untuk dapat melihat Tujuan Memberikan Modal Pembiayaan, maka bandingkan uraian skenario-skenario kunci dengan menggunakan nilai skala banding yang tercantum di atas.

7. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membangun Kekuatan kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8 9

8. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

9. Membentuk Majelis Konsultasi Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Membina Kesadaran Kritis Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9

11. Membagun Kekuatan Kelompok dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

1 2 3 4 5 6 7 8 9

12. Membina Kesadarn Kritis Anggota dibandingkan dengan Memberikan Pelatihan Manajemen Agribisnis

87

Lampiran 2. Profil Responden

N o Nama Lengka p Umur (tahun ) Alamat Pendidika n Jenis Kelamin Agam a Pekerjaa n 1 Taufiq

Ilmawan 26 Puri Kencana Alam Nanggaw

er Bogor

Strata-1

IPB Laki-laki Islam TPL UPK Ikhtiar 2. Aziz M. Abduh 31 Komplek IPB Alam Sinar Sari Bogor Strata-1 IPB

Laki-laki Islam FW UPK Ikhtiar 3. Mulyadi

h Hasan 36 Komplek Taman Yasmin Jalan Pinang No. 26 Bogor Strata-1

IPB Laki-laki Islam Kepala UPK Ikhtiar

4. Latif

Efendy 35 Jalan Cempeda k Taman Pagelaran Bogor

SMA Laki-laki Islam MO UPK Ikhtiar 5. Hifni Permadi 36 Jalan Taman Sari Taman Cimangg u Bogor

Strata-1 Laki-laki Islam TPL UPK Ikhtiar 6. Kusnadi 35 Desa Ciaruteun Ilir Rt. 01/04 Bogor Tidak

Tamat SD Laki-laki Islam Petani Pedagang & Sayuran 7. Surini 40 Desa Ciaruteun Ilir Rt. 01/02 Bogor Tidak

Tamat SD Perempuan Islam Istri Petani& Pedagang sayur 8. Mat

Soleh 42 Desa Ciaruteun Ilir Rt. 01/02 Bogor

Tidak

Tamat SD Laki-laki Islam Petani Pedagang & Sayur

88 Ciaruteun Ilir Rt. 01/04 Bogor Tamat SD Pedagang Sayur 10

. Suatma 40 Desa Ciaruteun Ilir Rt. 02/02 Bogor

SMP Laki-laki Islam Pedagang Sayur

89

Lampiran 3. Kerangka Kerja AHP.

Kerangka kerja AHP terdiri dari delapan langkah utama (Saaty, 1993). Adapun penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut :

a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyususn hirarki. Tidak dapat prosedur yang pasti untuk menidentifikasi komponen-komponen sistem seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hirarki. Komponen sistem dapat diidentifikasi untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

b. Membuat struktur hirarki dan sudut pandang manajemen secara menyeluh. Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap suatu sistem. Penyususnan model hirarki ini terdiri dari beberapa tingkat, yang memiliki seperangkat variabel. Tingkat puncak hanya terdiri dari satu variabel atau disebut dengan fokus.

c. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada dibawahnya. Pembandingan berpasangan, pertama dilakukan pada variabel level kedua (F1, F2, F3, Fn) terhadap fokus G yang ada di puncak hirarki, begitu pula seterusnya sampai hirarki tamhkat akhir.

d. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil yang diperoleh pada langkah 3. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap variabel pada kolom ke-i dengan setiap variabel pada baris ke-j yang berhubungan dengan fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dilakukan dengan pertanyaan “seberapa kuat variabel baris i didominasi oleh fokus G, dibandingkan kolom ke-j?”. Untuk mengisi nilai-nilai dalam matriks banding berpasangan tersebut digunakan angka-angka tertentu sebagai skala banding, seperti tertera pada

90

Lanjutan Lampiran 3.

tabel 3. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

Tabel 3. Skala Banding Berpasangan.

Nilai Definisi Penjelasan

1 Kedua variabel sama pentingnya Dua variabel

menyumbangnya sama besar pada sifat itu

3 Variabel yang satu sedikit lebih

penting ketimbang yang lainnya pertimbangan sedikit Pengalaman dan menyokong satu variabel atas

yang lainnya. 5 Variabel yang satu lebih penting

dari variabel lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu variabel atas

yang lainnya. 7 Satu variabel sangat lebih penting

dari variabel lainnya disokong dan dominannya Satu variabel dengan kuat telah terlihat dalam praktek 9 Satu variabel mutlak lebih

penting dari variabel lainnya Bukti yang menyokong variabel yang satu atas variabel lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua pertimabangan. Nilai–nilai

kebalikan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan Untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan dengan i.

Sumber : Saaty (1993)

e. Mamasukkan nilai–nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Pengisian matriks banding berpasangan hanya dilakukan pada bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Sedangkan bagian di bawah diagonal diisi dengan nilai-nilai kebalikan dari bagian di atas garis diagonal, contohnya adalah bila variabel F11 memiliki nilai 8, maka nilai variabel F21 adalah 1/8 .

f. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Ada dua macam matriks pembanding dalam AHP yaitu

91

)

(

1 m m k ij ij

a

g

= = Lanjutan Lampiran 3.

Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. Variabelnya disimbolakn dengan aij , artinya variabel matriks baris ke-i dengan kolom ke-j.

Tabel 1. Matriks Pendapat Individu (MPI)

G A1 A2 A3 ... An A1 a11 a12 a31 ... a1n A2 a21 a22 a32 ... a2n A3 a31 a23 a33 ... a3n . . . . . . . . . . . . an an1 an2 an3 ... ann Sumber : Saaty (1993)

MPG adalah susunan matriks baru yang berasal dari rata-rata geometrik pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 %. Disimbolkan dengan gij .

Tabel 2. Matriks Pendapat Individu (MPI)

G G1 G2 G3 ... Gn g1 g11 g12 g31 ... g1n g2 g21 g22 g32 ... g2n g3 g31 g23 g33 ... g3n . . . . . . . . . . . . gn gn1 gn2 gn3 ... gnn Sumber : Saaty (1993)

Rumus matematika untuk rata-rata geometrik adalah :

Keterangan :

gij = Elemen MPG baris ke-i kolom ke-j

(aij)k = Elemen Baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k m = Jumlah MPI yang memenuhi persyaratan

= Perkalian dari elemen k=1 sampai k=m

= Akar pangkat m

92

Lanjutan Lampiran 3.

g. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor prioritas. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua-duanya dapat digunakan untuk MPI maupun MPG.

1. Pengolahan Horizontal, yaitu terdiri dari penentuan vektor prioritas uji konsistensi , dan revisi pendapat bila diperlukan. Tahapan perhitungan dalam pengolahan horizontal adalah :

i. Penentuan Vektor Prioritas ii. Uji Konsistensi

2. Pengolahan Vertikal, yaitu merupakan tahap lanjutan MPI dan MPG diolah secara horisontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu prioritas pengaruh setiap elemen pada level tertentu dalam suatu hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritas setiap elemn pada level terakhir dalam suatu hirarki terhadap sasarannya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam pengolahan horizontal sebelumnya disebut dengan prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota elemen-elemen level di atasnya. Apabila Xij merupakan nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada level ke-i dari suatu hirarki keputusan terhadap fokusnya, maka diformulasikan

Xij = ∑

{y

ij(i-1)

z

t(i-1)

}

Untuk i = 1,2,...,p

j = 1,2,...,r

t = 1,2,...,s

y

ij = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada level ke-i berkenaan dengan elemen ke-t pada level diatasnya (i-1) yang menjadi sifat pembanding (sama dengan prioritas lokal elemen ke-j pada level ke-i)

z

t = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada level ke i-1 terhadap sasaran utama (fokus), didapat dari hasil pengolahan vertikal. p = Jumlah level keputusan dalam hirarki

93

Lanjutan Lampiran 3.

r = Jumlah elemen pada level ke-i s = Jumlah elemen pada level ke i-1

h. Mengevaluasi konsistensi untuk semua hirarki. Pengevaluasian dimulai dari penjumlahan hasil penelitian hasil perkalian setiap indeks konsistensi (CI) dengan prioritas kriteria yang bersangkutan. Kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Selain itu, indeks inkonsistensi acak juga dinilai berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan yang hasilnya dijumlahkan. Hasil dari pengevaluasian ini dikatakan baik apabila nailai rasio inkonsistensi lebih kecil atau sama dengan 10 %. Jika nilainya di atas 10 %, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuesioner.

94

Lampiran 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Ciaruteun Ilir pada Tiap RW.

Jumlah Penduduk

No RW Laki-laki Perempuan Total

1 01 458 446 904 2 02 385 371 756 3 03 762 711 1473 4 04 443 443 886 5 05 451 486 937 6 06 446 450 896 7 07 445 473 918 8 08 462 441 903 9 09 457 416 873 10 10 361 352 713 Total 4670 4589 9259

Dokumen terkait