• Tidak ada hasil yang ditemukan

Y2 (Eksternalisasi) 0,52 0,30 Y3 (Kombinasi) 0,63 0,64 Y4 (Internalisasi) 0,42 0,27 4.5.5 Beban Kanonikal

Penelusuran lebih lanjut pada beban kanonik menunjukkan bahwa aset pengetahuan yang paling berpengaruh terhadap proses penciptaan pengetahuan adalah aset pengetahuan eksperiensial (X1), aset pengetahuan sistemik (X3), dan

aset pengetahuan rutin (X4) dapat dilihat pada Tabel 8. Peubah aset pengetahuan

eksperiensial (X1) memiliki nilai terbesar, yaitu 0,70. Artinya peubah aset

pengetahuan eksperiensial merupakan faktor paling berpengaruh terhadap proses penciptaan pengetahuan di P2E LIPI. Hal ini dapat dijelaskan bahwa melalui

56    0,61 0,58 0,52 0,51 0,27 0,42 0,52 0,64 0,30 -0,32 0,49 0,66

kebersamaan, pengalaman bersama dalam organisasi, dan pengalaman bekerja sama diantara pegawai dapat memfasilitasi proses penciptaan pengetahuan.

Pada proses penciptaan pengetahuan, hanya ada satu peubah yang memiliki beban kanonik cukup besar (di atas 0,5), yaitu proses kombinasi (Y3)

dengan nilai sebesar 0,64. Artinya proses kombinasi merupakan proses utama atau paling dominan dalam terbentuknya proses penciptaan pengetahuan di P2E LIPI. 4.5.6 Muatan Kanonik

Hasil korelasi kanonikal mengidentifikasi bahwa masing-masing tipe aset pengetahuan memberikan interelasi yang berbeda, hal ini digambarkan oleh muatan kanoniknya. Muatan kanonik menyatakan korelasi variabel terhadap variat dimana variabel bergabung dalam setiap fungsi kanonikal. Hasil perhitungan muatan kanonik digambarkan dengan diagram jalur yang ditampilkan pada Gambar 10.

   

 

   

Gambar 10. Diagram Jalur Analisis Korelasi Kanonikal

4.5.7 Korelasi Antara Aset Pengetahuan (X) dengan Proses Penciptaan Pengetahuan (Y)

Pembentukan model kontribusi aset pengetahuan yang dimiliki P2E LIPI terhadap proses penciptaan pengetahuan sesuai dengan model yang dikemukakan Nonaka atau dikenal dengan model SECI dapat didasarkan dari hasil muatan silang kanonikal (canonical cross-loading). Muatan silang kanonikal menyatakan korelasi variabel dalam suatu variat terhadap variat kanonik lainnya.

Eksperiensial Konseptual Sistemik Rutin Sosialisasi Eksternalisasi Kombinasi Internalisasi 1 2 1 2 -0,49 0,17 0,69 0,70 0,63 -1,03

Untuk peubah dependen dan independen yang memiliki korelasi paling erat adalah proses sosialisasi (Y1) dengan aset pengetahuan konseptual (X2). Proses

eksternalisasi (Y2) memiliki korelasi lebih besar dengan aset pengetahuan

eksperiensial (X1). Proses kombinasi (Y3) memiliki hubungan paling erat dengan

aset pengetahuan eksperiensial (X1). Proses internalisasi (Y4) memiliki hubungan

paling erat dengan aset pengetahuan konseptual (X2). Hasil selengkapnya

ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Model Kontribusi Aset Pengetahuan terhadap Proses PenciptaanPengetahuan pada P2E LIPI

Penelitian ini membuktikan bahwa peubah aset pengetahuan yang terdiri dari aset pengetahuan eksperiensial, aset pengetahuan konseptual, aset pengetahuan sistemik, dan aset pengetahuan rutin berkontribusi penting terhadap proses penciptaan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori Nonaka et al (2000) yang mengemukakan bahwa aset pengetahuan merupakan elemen kunci yang memfasilitasi proses penciptaan pengetahuan. Namun demikian, setelah dilakukan analisis ternyata aset pengetahuan sistemik dan aset pengetahuan rutin tidak memberikan kontribusi yang nyata di P2E LIPI. Dalam pelaksanaannya hal ini dikarenakan P2E LIPI belum menyusun pengetahuan yang dimiliki secara tersistemasi untuk menghasilkan modal intelektual, sehingga belum memiliki royalti atau paten terkait inovasi yang dihasilkan. Selain itu, P2E LIPI juga belum menyusun mekanisme kegiatan organisasi yang bersifat rutin (standar operational procedure) sehingga berdampak kepada para pegawai yang sangat tergantung kepada atasan ketika akan melakukan tugasnya.

Eksperiensial Konseptual Sistemik Kombinasi Eksternalisasi Sosialisasi Internalisasi Rutin

58   

4.6 Implikasi Manajerial

Pada gambaran umum telah dipaparkan bahwa visi P2E LIPI adalah menjadi centre of excellence dan think tank dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Untuk mewujudkan visi tersebut dibutuhkan perilaku inovatif untuk mampu memecahkan masalah-masalah terkait dengan ekonomi Indonesia. Perilaku inovatif dapat terbentuk apabila terjadi proses penciptaan pengetahuan (konversi pengetahuan) pada P2E LIPI. Proses penciptaan pengetahuan dapat terjadi apabila difasilitasi oleh aset-aset pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi kanonikal diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dari keempat tipe aset pengetahuan, yaitu aset pengetahuan eksperiensial, aset pengetahuan konseptual, aset pengetahuan sistemik, dan aset pengetahuan rutin terhadap proses penciptaan pengetahuan di P2E LIPI. Namun demikian, dari empat variabel yang ada, hanya dua yang berhubungan nyata terhadap proses penciptaan pengetahuan di P2E LIPI, yaitu aset pengetahuan eksperiensial dan aset pengetahuan konseptual. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu penyesuaian-penyesuaian yang dapat dilakukan oleh P2E LIPI dalam meningkatkan peran aset pengetahuan dalam proses penciptaan pengetahuan, antara lain sebagai berikut:

1. Kepala-kepala bidang di P2E LIPI harus meningkatkan aset pengetahuan eksperiensial. Untuk meningkatkan peran aset pengetahuan eksperiensial harus dilakukan diskusi rutin untuk seluruh pegawai membahas isu-isu ekonomi yang sedang berkembang dan berbagi pengetahuan mengenai hasil dari kegiatan penelitian yang telah selesai dilakukan.

2. Kepala-kepala bidang di P2E LIPI harus meningkatkan aset pengetahuan konseptual. Untuk meningkatkan peran aset pengetahuan konseptual harus dibangun suasana dialogis untuk menciptakan suatu lingkungan dimana setiap individu dapat berpartisipasi dalam percakapan sehingga perlu adanya peraturan-peraturan untuk etika percakapan, intervensi percakapan, simbol- simbol dan memperkenalkan bahasa yang inovatif untuk menjelaskan konsep-konsep dan ide-ide.

3. Kepala-kepala bidang di P2E LIPI harus memperhatikan aset pengetahuan sistemik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa aset pengetahuan sistemik

tidak berperan nyata terhadap proses penciptaan pengetahuan. Namun demikian, ketika variabel ini ditingkatkan, maka akan memberikan peran yang lebih besar terhadap pengetahuan organisasi P2E LIPI. Berdasarkan teori Nonaka dan Takeuchi (1995), aset pengetahuan sistemik merupakan pengetahuan eksplisit yang tersistemasi dan terkemas, seperti teknologi yang dirumuskan eksplisit, spesifikasi produk, manual atau informasi terdokumentasi tentang pelanggan dan pemasok. Termasuk juga proteksi hak intelektual secara legal, seperti lisensi atau paten. Ketika aset pengetahuan sistemik dapat menciptakan kepedulian organisasi terhadap infrastruktur dan proteksi hak intelektual, maka hal tersebut akan menjadi nilai tambah bagi P2E LIPI.

4. Kepala-kepala bidang di P2E LIPI harus memperhatikan aset pengetahuan rutin. Dari hasil penelitian diketahui bahwa aset pengetahuan rutin tidak berperan nyata terhadap proses penciptaan pengetahuan. Namun demikian, ketika variabel ini ditingkatkan, maka akan memberikan peran yang lebih besar terhadap pengetahuan organisasi P2E LIPI. Berdasarkan teori Nonaka dan Takeuchi (1995), aset pengetahuan rutin adalah pengetahuan tacit yang sudah rutin menyatu dan menjadi aturan dalam kegiatan atau praktik organisasi. Peningkatan peran aset pengetahuan rutin dapat dilakukan dengan cara membuat mekanisme (standar operational procedure) yang efektif tentang praktik rutin organisasi sehingga individu dalam organisasi mengetahui dengan pasti budaya organisasi.

ANALISIS ASET PENGETAHUAN DALAM MEMFASILITASI

Dokumen terkait