BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Umum Tentang Kepailitan
4. Pihak yang Dapat Memohonkan Pailit
Ridwan Khairandy dan Siti Anisah mengatakan bahwa:
Undang-undang Kepailitan seharusnya dibuat untuk memberikan perlindungan yang seimbang kepada para kreditor, apabila kreditor tidak mampu membayar utang-utangnya yang teiah jatuh tempo dan dapat ditagih.
sehingga para kreditornya dapat mengakses harta kekayaan debitor yang dinyatakan pailit.41
Pihak yang memohon pailit atau yang disebut dengan pemohon pailit adalah pihak yang mengambil inisiatif untuk mengajukan permohonan pailit ke pengadilan.
Berdasarkan Pasal 2 UU KPKPU, permohonan kepailitan dapat diajukan oleh:
41Ridwan Ktiairandy dan Siti Anisah, 2002, "Perlindungan yang Seimbang dalam Undang-Undang Kepailitan: Telaah Teoritis Terhadap Para Pihak Yang Berhak Mengajukan Permohonan Pernyataan Oalit”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 17 Januari. hlm. 32
1. Debitor itu sendiri (Voluntary Petition) 2. Kreditor
3. Kejaksanaan untuk kepentingan umum 4. Bank Indonesia
5. Badan Pengawas Pasar Modal 6. Menteri Keuangan
1) Debitor (Voluntary Petition)
Kepailitan bermula pada saat debitor tidak mampu memenuhi jadwal pembayaran utangnya, yaitu “ketika proyeksi arus kas perusahaan menunjukkan bahwa dalam waktu dekat kewajiban-kewajiban pembayaran tidak akan dipenuhi”.42 Ketika keadaan perusahaan demikian, maka harus diputuskan apakah perusahaan tersebut akan dimohonkan untuk dinyatakan pailit, atau tetap dipertahankan hidup melalui restrukturisasi.
Apabila suatu permohonan pernyataan pailit diajukan oleh seorang debitor, berarti secara sukarela seorang debitor mengakui bahwa ia telah mengalami kesulitan pembayaran utang-utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat dibayarkan.
Aria Suyudi mengatakan bahwa “biasanya debitor mengambil tindakan memailitkan diri sendiri ini dengan alasan bahwa dirinya ataupun kegiatan-kegialan usahanya sudah tidak lagi mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban internal ataupun eksternalnya”.43
Dalam hal voluntary petition ini, “ada keharusan bagi debitor untuk membuklikan keadaan berhenti atau tidak mampu membayar dengan audit pejabat publik yang berwenang”.44
42Ibid, hlm. 33
43Aria Suyudi, dkk, Op. Cit, hlm. 78
44Ibid
Menurut Aria Suyudi bahwa:
Secara legal formal hal ini bermasalah karena syarat tersebut tidak ada dalam syarat pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU KPKPU. Selain itu juga kewajiban melakukan audit ini akan memberatkan debitor yang akan mengajukan permohonan pailit bagi dirinya sendiri karena untuk melakukan suatu audit memerlukan biaya yang relatif besar.45
Namun dapai dipahami adanya kekhawatiran bahwa debitor dengan itikad buruk dapat saja mengajukan permohonart pailit untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikannya, sehingga langkah berikutnya yang harus dilakukan seperti verifikasi uang, publikasi, dan tahap-tahap lainnya yang melindungi kepentingan-kepentingan kreditor menjadi suatu hal penting untuk dicermati. Akan tetapi hal tersebut tidak mengakibatkan suatu voluntary petition dipersulit dengan menambahkan persyaratan baru untuk dapat dinyatakan pailit. Karena “permohonan pailit yang diajukan oleh debitor secara sukarela harus terlebih dahulu dipandang sebagai inisiatif dengan itikad baik”.46
2) Kreditor
Syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah minimal terdapat dua kreditor dan tidak membayai sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. “Keharusan sedikitnya dua kreditor dalam undang-undang ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1132 KUHPer, yang menetapkar. bahwa pembagian kekayaan debitor di antara kreditornya harus dilaksanakan secara paripassupro rataparte”.47
Tanpa adanya lebih dari satu kreditor, rasio kepailitan sebenarnya tidak ada, sebab tidak perlu diadakan pembagian hasil perolehan aset debitor di antara para
45Ibid, hlm. 80
46Iibid
47Ridwan Khairandy dan Siti Anisah, Op Cit, hlm. 38
kreditornya. Dengan demikian syarat memiliki lebih dari seorang kreditor sesuai dengan prinsip concursus creditorium.
Secara umum kreditor terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Kreditor Preferen (istimewa atau privilege) a. kreditor Preferen karena undang-undang b. kreditor Seperatis (secured creditor) 2. Kreditor Konkuren (unsecured creditor)
Prinsip umum yang dipergunakan dalam UU KPKPU adalah prinsip paritas credtiorum, yaitu bahwa “semua kreditor konkuren mempunyai hak yang sama atas pembayaran dan hasil kekayaan debitor akan dibagi secara proposional sesuai besarnya tagihan mereka”.48Prinsip umum ini dinyatakan dalam Pusal 1131 dan 1132 KUHPer. Namun prinsip ini memiliki pengecualian yang terlihat dalam kalimat Pasal 1132 yaitu:
“ ...kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.
Alasan-alasan sah yang harus dilakukan dalam hal ini mencakup kreditor yang memegang hak jaminan (secured creditor), dan kreditor yang mempunyai hak preferensi berdasarkan undang-undang (preferred creditor). Oleh karena itu dapat dilihat bahwa selain kreditor konkuren yang kepadanya berlaku prinsip par it as creditorium ini, terdapat jenis kreditor yang didahulukan yaitu kreditor separatis (secured creditor) dan kreditor preferen (preferred creditor).
48Jerry Hoff, Undang-undang Kepailitan di Indonesia” dalam Aria Suyudi. Op Cit, hlm. 81
3) Kejaksaan untuk kepentingan umum
Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk kepentingan umum, dalam hal persyaratan permohonan pailit telah terpenuhi dan tidak ada pihak yang mengajukan permohonan pailit.
Kepentingan umum mengandung arti kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas, misalnya:
a. debitor melarikan diri;
b. debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan;
c. debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;
d. debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas;
e. debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau
f. dalam hal lainnya menurut kejaksanaan merupakan kepentingan umum.49
Dalam prakteknya “belum pemah jaksa mengajukan permohonan pailit untuk kepentingan umum”.50 Menurut Ridwan Khairandy dan Siti Anisah, hal ini menunjukkan dua hal, yaitu:
1. selama ini tidak ada debitor, baik perorangan atau perusahaan yang perlu dimohonkan pailit demi kepentingan umum,
2. pihak Kejaksaan tidak memahami pengerlian kepentingan umum yang timbul berkaitan dengan akiivitas perorangan atau perusahaan dalam menjalankan perusahaannya.51
4) Bank Indonesia
Pengajuan permohonan pernyataan pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia dan semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi
49Lihat Penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU KPKPU
50Ridwan Khairandy dan Siti Anisah, Op Cit, hlm 35
51Ibid, hlm. 35-36
keuangan dan kondisi perbankan secara keseluruhan. Kewenangan Bank Indonesia untuk mengajukan permohonan kepailitan ini tidak menghapus kewenangan Bank Indonesia yang berhubungan dengan ketentuan mengenai pencabutan izin usaha bank, pembubaran badan hukum, dan likuidasi bank sesuai peraturan penmdang-undangan.
5) Badan Pengawas Pasar Modal
Apabila debitor pailit adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal, sesuai dengan ketentuan Pasai 2 ayat (4) UU KPKPU.
Badan Pengawas Pasar Modal adalah satu-satunya yang dapat mengajukan permohonan pailit jika debitornya adalah perusahan efek. Hal ini disebabkan lembaga ini melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam efek di bawah Pengawasan Badan Pengawas Pasar Modal.
Badan Pengawas Pasar Modal juga mempunyai kewenangan daiani hal pengajuan permohonan pernyataan pailit untuk instasi-instansi yang berada di bawah Pengawasannya, seperti halnya kewenangan Bank Indonesia terhadap bank.
6) Menteri Keuangan
Berdasarkan ketentuan Pasai 2 ayat (5) UU KPKPU bahwa “Dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan”.
Ketentuan ini diperlukan untuk membangun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi. perusahaan reasuransi, dana pension, atau Badan Usaha Milik Negara sebagai lembaga yang mengeiola dana masyarakat yang memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan dan kehidupan perekonomian.
Dari uraian tentang siapa yang dapat mengajukan permohonan kepailitan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa UU KPKPU tidak mempersoalkan kebangsaan seorang kreditor. “Seorang kreditor asing, sebagaimana kreditor Indonesia, dapat mengajukan suatu permohonan kepailitan. Dan hanya seorang penasihat hukum yang memiliki tzin praktik saja yang boleh mengajukan permohonan kepailitan ke pengadilan”.52