• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN

A. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Perjanjian pemborongan bersifat konsensuil, artinya perjanjian pemborongan lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak, yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong mengenai suatu karya dan harga borongan/kontrak. Dengan adanya kata sepakat tersebut, perjanjian pemborongan mengikat kedua belah pihak artinya para pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lainnya.

Dengan adanya perjanjian pemborongan selalu ada pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah:

1. Pemberi Tugas (Bouwheer)

Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi pemerintah ataupun swasta. Sipemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat-syarat. Dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh instansi pemerintah, direksi lazim ditunjuk dari instansi yang berwenang, biasanya dari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjajian kerja.46

46

Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty Yogyakarta, 1982, hal 62

Hubungan hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong diatur sebagai berikut:47

a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.

b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak.

c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Pemborongan/ Kontrak.

Adapun hubungan antara pemberi tugas dengan perencana jika pemberi tugas adalah pemerintah dan perencana juga dari pemerintah maka terdapat hubungan kedinasan. Jika pemberi tugas dari pemerintah dan atau swasta, perencana adalah pihak swasta yang bertindak sebagai penasihat pemberi tugas, maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal.

Sedangkan apabila pemberi tugas dari pemerintah atau swasta dengan perencana dari phak swasta yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas

(sebagai direksi) maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).

2. Pemborong (kontraktor)

Pemborong adalah perseorangan atau badan hukum, swasta maupun pemerintah yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan sesuai dengan bestek.48

Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, pemborong dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain yang merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus.

a. Bentuk badan usaha pemborong b. Kualifikasi usaha jasa pemborong

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan pengawasan pekerjaan

berdasarkan kriteria resiko dan/atau kriteria penggunaan teknologi dan/atau kriteri besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan).49

Kualifikasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Kontruksi menurut Pasal 11 Paragraf 2 Peraturan LPJK Nomor 11a Tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi, adalah sebagai berikut:

1) Badan Usaha yang berbadan hukum yang bersifat umum tanpa pengalaman atau baru berdiri dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih dari Rp. 1 miliar tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 5 dan maksimum 4 (empat) sub bidang pekerjaan atau bagian sub bidang pekerjaan.

2) Badan Usaha kualifikasi Gred 5 baru sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas setelah 6 (enam) bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah subbidang atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan perolehan pekerjaan dari subbidang atau bagian subbidang pekerjaan yang dimilikinya, dengan melampirkan bukti perolehan pekerjaan tersebut, batas jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan untuk kualifikasi Gred 5.

3) Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman atau baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta

49

Lihat Pasal 10 Paragraf 1 Peraturan LPJK Nomor 11a Tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi

memiliki modal disetor sama atau lebih besar dari Rp. 1 miliar yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 5 satu subbidang pekerjaan atau satu subbidang pekerjaan.

4) Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 miliar dan yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 2 dengan maksimum 4 (empat) subbidang atau bagian subbidang pekerjaan.

5) Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang tercantum didalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 2, dengan maksimum diberi satu subbidang atau satu bagian subbidang pekerjaan.

6) Badan Usaha asing dapat langsung diberikan kualifikasi Gred 7 Penetapan atas tingkat/kedalam kompetensi dan potensi kemampuan usaha jasa pelaksana konstruksi didasarkan pada penilaian manajemen atas pengalaman, sumber daya manusia, kekayaan bersih dan peralatan.

c. Syarat untuk menjadi pemborong

Syarat untuk menjadi pemborong adalah terdaftar sebagai anggota pada Asosiasi Perusahaan yang telah dinyatakan lulus menjadi kelompok

unsur lembaga tingkat nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 154/KPTS/M/2011 tentang Penetapan Asosiasi Perusahaan Dan Profesi Yang Memenuhi Persyaratan Serta Perguruan Tinggi/Pakar Dan Pemerintah Yang Memenuhi Kriteria Untuk Menjadi Kelompok Unsur Lembaga Tingkat Nasional.

Adapun Asosiasi Perusahaan yang memenuhi persyaratan menjadi anggota Kelompok Unsur tingkat Nasional menurut Kepmen PU No. 154/KPTS/M/2011, adalah:

1) Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI);

2) Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (GAPENSI)

3) Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPEKSINDO)

4) Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia (ASPEKINDO); 5) Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (AKAINDO);

6) Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanik Indonesia (AKLI);

7) Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional Indonesia (GAPEKNAS); 8) Gabungan Pengusaha Kontraktor Air Indonesia (GAPKAINDO); 9) Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI);

10) Gabungan Perusahaan Rancang Bangun Indonesia (GAPENRI); 11) Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO);

Menurut Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), keanggotaan dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:50

1) Anggota Biasa (Regular Member)

Yang dapat diterima menjadi Anggota Biasa adalah:

a) Perusahaan Kontraktor yang berbadan Hukum Indonesia. b) Telah disyahkan oleh pihak yang berwenang.

c) Mempunyai Izin Usaha

d) Merampungkan pajak (atau surat fiskal) selambat-lambatnya 2 tahun sebelum penerimaan anggota.

e) Volume pekerjaan setiap tahun (rata-rata) tiga tahun terakhir sebesar Rp. 1.000, -juta (seribu juta rupiah) untuk salah satu jenis pekerjaan dibawah ini :

- Bangunan Gedung - Bangunan Jalan

- Bendungan dan Bangunan Irigasi - Pekerjaan Pondasi - Bangunan Pelabuhan - Pekerjaan Tanah - Instalasi Listrik - Instalasi Air 50

Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI),Persyaratan Menjadi Anggota Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), diakses dari website http://www.aki.or.id/?idmembership, pada tanggal 30 Januari 2012

- Instalasi Komunikasi - Instalasi Mesin-mesin - Instalasi AC

- Instalasi Elevator / Escalator - Instalasi Pipa

- Pengeboran Air

- Pengeboran Pertambangan - Pertamanan

Atau Rp. 2.000,- juta (dua ribu juta rupiah) untuk jumlah beberapa jenis/barang pekerjaan tersebut yang dicapai tanpa kerjasama teknis/keuangan (joint operation) dengan perusahaan lainnya.

f) Mempunyai peralatan dengan total nilai Rp. 100 juta. 2) Anggota Peserta (Associate Member)

Yang dapat diterima menjadi Anggota Peserta adalah :

a) Perusahaan Kontraktor Asing yang terdaftar pada Pemerintah Indonesia atau

b) Perusahaan bukan kontraktor yang bidang usahanya mempunyai kaitan erat dengan usaha kontraktor dan nilai usahanya per tahun melebihi Rp. 1.000,- juta (seribu juta rupiah) atau

c) Perusahaan Kontraktor Indonesia yang hampir memenuhi persyaratan menjadi Anggota Biasa.

3) Anggota Kehormatan

Yang dapat diangkat menjadi Anggota Kehormatan adalah:

a) Perorangan yang telah berjasa untuk AKI dan atau berjasa di lapangan teknik pembangunan. Pengangkatan tersebut dilakukan oleh Rapat Anggota atas usul Pengurus.

b) Mantan Ketua Umum AKI yang memenuhi masa jabatan penuh dan baik, diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan sebutan Ketua Kehormatan, pengangkatan tersebut dilakukan oleh Rapat Anggota

c) Anggota Pendiri AKI dimana perusahaan yang diwakilinya dalam pendirian AKI, tetap menjadi Anggota Biasa sedikit- dikitnya setahun tidak terputus, serta pernah menjabat sebagai Anggota Pengurus. Pengangkatan tersebut dilakukan oleh Rapat Anggota atas usul Pengurus.

Syarat-syarat penerimaan dan pengangkatan Anggota AKI adalah sebagai berikut:51

1) Permintaan untuk menjadi Anggota AKI (semua jenis keanggotaan kecuali Anggota Kehormatan) harus diajukan kepada Pengurus secara tertulis.

2) Permintaan tersebut harus didukung oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Anggota Biasa.

3) Calon Anggota yang telah memenuhi persyaratan, penerimaan keanggotaannya diputuskan oleh Rapat Pengurus.

4) Anggota Kehormatan diangkat oleh Rapat Anggota atas usul Pengurus.

Prosedur menjadi anggota AKI adalah sebagai berikut:52

1) Pengambilan formulir pendaftaran Anggota AKI oleh pemohon di Sekretariat (biaya ganti copy sebesar Rp. 25.000,-).

2) Pengisian formulir dan melengkapinya oleh pemohon.

3) Menyerahkan berkas formulir ke Sekretaris AKI oleh pemohon. 4) Pemeriksaan kelengkapan berkas dan penilaian awal oleh Sekretariat

AKI.

5) Penilaian dan rekomendasi oleh Komisi III.

6) Keputusan Pengurus dalam Rapat Pengurus (diselenggarakan satu bulan satu kali).

7) Bila diterima, membayar uang pangkal dan uang iuran minimal 6 bulan, yaitu dengan rincian:

a) Uang Pangkal Untuk :

- PT Biasa sebesar Rp. 5.000.000,- - PT PMA sebesar US$ 2.000

- Perwakilan Kontraktor Asing sebesar US$ 3.000

b) Uang Iuran Anggota Biasa sebesar Rp. 750.000,- per bulan, Anggota Peserta sebesar Rp. 500.000,- per bulan

3. Perencana (arsitek)

Arsitek adalah seseorang yang ahli dalam membuat rancangan bangunan dan yang memimpin konstruksinya.53 Pihak arsitek memegang peranan penting dalam suatu pembangunan proyek. Keterlibatan pihak arsitek dapat dipilah-pilah ke dalam tugasnya pada masa pra kontrak dan pasca kontrak.54

Apabila pihak yang memborongkan adalah pemerintah, sedangkan pihak Perencana juga dari pemerintah (DPU), maka terjadi hubungan kedinasan. Tetapi jika pihak yang memborongkan dari pemerintah atau swasta yaitu Konsultan Perencana, maka hubungannya diatur dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal atau perjanjian pemberian kuasa tergantung tugas yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.

Adapun tugas Perencana adalah sebagai berikut:55 a. Sebagai penasihat

Dalam hal ini tugas dari Perencana adalah membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanaan dari pihak yang memborongkan. Hubungan antara pihak yang memborongkan pekerjaan dengan Perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian

53

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, cet. 4, Jakarta, 1995, hal. 57 54

Munir Fuady,Op. Cit.,hal. 20 55F.X. Djumialdji,Op. Cit.,hal. 11.

melakukan jasa-jasa tunggal. Dalam prakteknya, perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan istilah perjanjian perencana atau perjanjian pekerjaan perencana.

b. Sebagai wakil

Dalam hal ini pihak Perencana bertindak sebagai pengawas, yang tugasnya antara lain mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pihak yang memborongkan pekerjaan dengan perencana sebagai wakilnya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).

Sebagai seorang wakil atau pemegang kuasa, Perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu, hal ini tercantum dalam Pasal 1814 KUH Perdata. Perencana juga dapat menunjuk orang lain untuk mengawasi jalannya pelaksanaaan pekerjaan, dan hal ini dikatakan sebagai adanya substitusi. Mengenai hal substitusi ini dalam Pasal 1803 KUH Perdata menentukan sebagai berikut:

“Si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk oleh nya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya:

1) Jika ia tidak diberikan hak untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya.

2) Jika hak itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan seorang tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seorang yang tak cakap atau tak mampu

4. Pengawas (Direksi)

Pengawas atau Direksi bertugas untuk mengawasi jalannya pelaksanaan dari pekerjaan pemborongan. Dalam hal ini Pengawas atau

Direksi dapat memberikan petunjuk-petunjuk, memborongkan pekerjaan, memeriksa bahan-bahan yang ada, waktu pembangunan berlangsung dan akhirnya membuat penilaian dari pekerjaan. Di samping itu, pada waktu pelelangan pekerjaan dilangsungkan, Pengawas atau Direksi bertugas sebagai panitia pelelangan. Ada pun tugas dari panitia pelelangan adalah:56

a. Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan

b. Memberikan penjelasan mengenai Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) untuk pemborongan-pemborongan/ pembelian dan membuat berita acara penjelasan.

c. Melaksanakan pembukuan surat penawaran dan membuat berita acara pembukuan surat penawaran.

d. Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.

Hubungan antara Direksi dengan pihak yang memborongkan pekerjaan dituangkan dengan perjanjian pemberian kuasa seperti yang diatur pada Pasal 1792-1819 KUH Perdata.

Fungsi mewakili yang terbanyak dari direksi adalah pada fase pelaksana pekerjaan dimana direksi bertindak sebagai pengawas terhadp pekerjaan pemborong. Jadi kewenangan mewakili dari direksi ini ada selama tidak ditentukan sebaliknya oleh pemberi tugas secara tertulis dalam

perjanjian yang bersangkutan bahwa dalam hal-hal tertentu hanya pemberi tugas yang berwenang menangani.57

Jika keempat unsur tersebut berada dalam satu tangan maka hal itu disebut swakelola/eigenbeheer.58 Dalam Pasal 26 ayat (1) jo ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, memberikan pengertian swakelola, yaitu pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dikerjakan dan diawasi sendiri yang dapat dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi pemerintah lain dan atau kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Salah satu contoh pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola adalah penyelenggaraan diklat, kursus, seminar, lokakarya, penyuluhan atau pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa yang bersangkutan.

B. Prosedur Mengikuti Tender/Lelang Pekerjaan Pemborongan Milik

Dokumen terkait