• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN

B. Prosedur Mengikuti Tender/Lelang Pekerjaan Pemborongan

Dalam proses pemborongan pekerjaan terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan. Kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan fase yang mendahului terjadinya perjanjian

(precontractuale fase). Fase sebelum kontrak atau lazim disebut prosedur

pelelangan, dapat terjadi jika pemborongan pekerjaan tersebut dilakukan melalui

57Ibid., hal. 53 58Ibid.,hal. 24

pelelangan, dimulai sejak adanya pemberitahuan atau pengumuman sampai dengan pelulusan dari pelelangan sebagai berikut:59

1. Pemberitahuan atau pengumuman secara umum atau secara terbatas tentang adanya pelelangan pekerjaan, disertai dengan penjelasan mengenai pekerjaan dan persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Pengumuman tentang adanya pelelangan umum atau terbatas memuat petunjuk-petunjuk dimana bestek harus diambil, dimana penjelasan tentang pekerjaan akan disampaikan, yang memungkinkan adanya penambahan ataupun perubahan terhadap bestek yang telah disusun, dimana tempat lokasi proyek atau pekerjaan, dimana tempat pendaftaran dan batas waktu pendaftaran, dimana dan kapan saat pelelangan akan diadakan.60 Bestek adalah uraian tentang pekerjaan yang disertai gambar-gambar dan syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pekerjaan pemborongan tersebut.61

Pemborong yang berminat untuk melaksanakan pekerjaan tersebut setelah memenuhi persyaratan yang diwajibkan dapat mendaftarkan secara tertulis, yaitu dengan cara melakukan penawaran secara tertulis dengan mengingat batas waktu yang telah disebutkan dalam pengumuman, untuk kemudian ikut dalam pelelangan.

2. Syarat peserta lelang

59

Sri Soedewi Masjchun Sofwan,Op.Cit.,hal. 8 60Ibid.,

hal. 9. 61Ibid.,hal. 10

Peserta lelang harus terdaftar sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku, tergantung dari status yang dimiliki, apakah merupakan badan usaha atau badan hukum. Perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, maka tidak dapat ditunjuk menjadi penyedia.

Persyaratan peserta perseorangan pada prinsipnya sama dengan persyaratan penyedia yang berbentuk perusahaan. Mengingat badan usaha tidak hanya termasuk perusahaan tetapi juga perseorangan.

Menurut Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan barang/jasa pemerintah, dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha;

b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa;

c. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

d. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

e. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

f. dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

g. memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;

h. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi;

i. khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP), yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan

b. untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) dari jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

j. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa;

k. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.

l. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak;

m. tidak masuk dalam Daftar Hitam;

n. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan

o. menandatangani Pakta Integritas.

Pada prinsipnya pendaftaran tidak harus dilakukan oleh direktur. Panitia dapat menolak direktur perusahaan lain yang mendaftarkan penyedia lain perusahaannya pada paket pekerjaan yang sama. Mengingat 1 (satu) orang yang sama dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan pengambilan dokumen. Sedangkan menghadiri aanwijzing dan pembukaan penawaran tidak wajib dilakukan oleh Penyedia. Penyedia yang memberikan kuasa untuk mengikuti pemilihan kepada Direktur Penyedia lain yang mengikuti pelelangan pada paket yang sama, dapat dijadikan indikasi awal adanya persekongkolan. Namun Panitia Pengadaan hanya dapat menggugurkan Penyedia yang sudah terbukti melakukan persekongkolan tender untuk memenangkan satu Penyedia dengan cara yang melawan hukum.

Namun demikian, indikasi persekongkolan harus dibuktikan melalui proses pembuktian yang benar.62

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pasal 19 ayat (1) huruf n, dinyatakan bahwa Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman. Untuk memastikan Penyedia memenuhi persyaratan yang dimaksud, sekretariat panitia/ULP dapat memeriksa dokumen perijinan terkait dan melakukan klarifikasi terhadap kesesuaian alamat penyedia tersebut. Dalam hal Penyedia memiliki alamat yang tidak sesuai dengan yang tertera didalam dokumen perijinan, maka ULP terlebih dahulu melakukan klarifikasi dengan pihak terkait. Hasil klarifikasi tersebut dapat mengugurkan

3. Penyaringan pemborong.

Menurut teori, penyaringan pemborong terdiri atas:63

a. Kualifikasi yaitu penyaringan pemborong menurut kemampuannya dalam jangka waktu panjang, misalnya selama lima tahun.

b. Prakualifikasi yaitu penyaringan pemborong menurut kemampuannya dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari lima tahun.

62

Fadli Arif,: Persyaratan Peserta Lelang, diakses dari website Konsultasi Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah LKPP, http://www.konsultasi.lkpp.go.id/index.php? mod=browseP&pid=174#q_18, pada tanggal 30 Januari 2012

c. Klasifikasi yaitu penyaringan pemborong menurut spesialisasinya, seperti pemborong spesialisasi bidang kelistrikan, bidang perkapalan dan sebagainya.

Di Indonesia penyaringan pemborong termasuk ke dalam Prakualifikasi, sebab jangka waktunya kurang dari lima tahun yakni hanya dalam jangka waktu tiga tahun. Sebelum ditentukan pemborong mana yang dipilih untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah, terlebih dahulu haruslah dilakukan prakualifikasi terhadap calon-calon pemborong yang ada. Perbuatan prakualifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar perusahaan, baik yang berbentuk badan hukum, maupun yang tidak berbentuk badan hukum di mana mereka mempunyai usaha pokok berupa pelaksanaan pekerjaan pemborongan, konsultasi, dan pengadaan barang/jasa lainnya.64

Prakualifikasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:65 a. Registrasi, yaitu pencatatan dan pendaftaran data, yang meliputi:

- data administrasi - data keuangan - data personalia - data peralatan

64

Munir Fuady,Op. Cit.,hal. 173. 65Ibid.,hal. 49.

- data perlengkapan

- data pengalaman melakukan pekerjaan

b. Klasifikasi, adalah penggolongan perusahaan bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaan.

c. Kualifikasi, adalah penilaian serta penggolongan perusahaan menurut tingkat kemampuan dasarnya pada masing-masing bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaannya.

Penentuan kualifikasi perusahaan pemborong dilakukan dengan memperhatikan:66

a. Kemampuan keuangan; b. Kemampuan personalia; c. Kemampuan peralatan; d. Kemampuan perusahaan.

Terhadap badan usaha yang telah melalui proses kualifikasi dan telah lulus kualifikasi untuk melakukan pekerjaan jasa pemborongan, konsultasi atau pengadaan barang/jasa tersebut disebut “Rekanan”. Para rekanan tersebut selanjutnya ditempatkan dalam suatu daftar yang disebut Daftar Rekanan Mampu (DRM).67

66Ibid., hal. 14

DRM ini untuk bidang pemborongan akan berguna sebagai acuan persyaratan bagi peserta pelelangan terbatas yang bernilai di atas Rp. 5 juta dan acuan persyaratan bagi peserta pelelangan umum.68

Bagi para pemborong yang lulus prakualifikasi diberikan suatu sertifikat yang disebut Tanda Daftar Rekanan (TDR), yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pelelangan dan penunjukan langsung.

4. Pemenuhan jaminan yang diwajibkan dalam pemborongan pekerjaan.

Di dalam perjanjian pemborongan dikenal adanya 4 (empat) macam jaminan, yaitu:69

a. Bank Garansi/Garansi Bank/Jaminan Bank

Bank garansi merupakan salah satu bentuk dari perjanjian penanggungan (borgtocht). Pengertian borgtocht terdapat di dalam pasal 1820 KUHPerdata, yaitu suatu perjanjian dimana seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang, apabila orang ini tidak memenuhinya.70

Dalam Bank Garansi yang bertindak sebagai penanggung adalah Bank apabila si debitur wanprestasi. Sifat Bank Garansi adalah suatu perjanjian tambahan (accessoir), yaitu adanya tergantung pada perjanjian pokok. Dengan demikian Bank Garansi akan berakhir apabila perjanjian pokoknya berakhir.

68

Ibid.,hal. 17. 69

F.X. Djumialdji, Hukum Bangunan, Op.Cit.,hal. 128 70F.X. Djumialdji,Perjanjian Pemborongan,Op. Cit., hal. 30

Macam-macam bank Garansi dalam Perjanjian Pemborongan: 1) Jaminan Penawaran/Jaminan Pelelangan/Bid Bond/Tender Bond

2) Jaminan Pelaksanaan/Performance Bond

3) Jaminan Uang Muka/Pre Payment Bond/Advance Payment Bond

b. Surety Bond

Surety Bond adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi kerugian yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila yang dijamin cidera janji (wanprestasi). Dengan demikian Surety Bond merupakan perjanjian tambahan dan bersifat accesoire terhadap perjanjian pokok, sama dengan sifat Garansi Bank.71

Di dalam sistem jaminan ini terdapat 3 (tiga) pihak yaitu:72

1) Obligee yaitu pihak yang berhak atas prestasi serta merupakan pihak yang dilindungi dengan jaminan Surety Bondterhadap suatu kerugian adalah instansi Pemberi Pekerjaan/ Pemilik Proyek/ Yang Memborongkan.

2) Prinsipal yaitu pihak yang berwajib memberikan prestasi serta merupakan pihak yang dijamin dengan jaminan Surety Bond, adalah Pemborong.

71

F.X. Djumialdji, Hukum Bangunan,Op.Cit., hal. 141 72F.X. Djumialdji,Perjanjian Pemborongan,Op.Cit., hal. 40

3) Surety Company yaitu pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk

Surety Bond adalah PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Keputusan

Menteri Keuangan No. 76/ KMK. 013/ 1992).

Macam-macamSurety Bonddalam Perjanjian Pemborongan: - Jaminan Penawaran/Bid Bond/ Tender Bond

- Jaminan Pelaksanaan/Performance Bond

- Jaminan Pembayaran Uang Muka/Advance Payment Bond

- Jaminan Pemeliharaan/Maintenance Bond

c. Jaminan Pemeliharaan/Maintenance Bond

Apabila pemborong telah menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian pemborongan, maka pemborong menyerahkan pekerjaannya dan pemborong menerima pembayarannya. Namun bagi pihak pemborong masih ada kewajiban-kewajiban untuk memelihara hasil pekerjaannya selama jangka waktu tertentu, yang dinamakan masa pemeliharaan.

Jaminan pemeliharan merupakan sejumlah uang tertentu yakni sebesar 5% (lima persen) dari harga borongan yang digunakan untuk menjamin kerusakankerusakan pada pekerjaan tersebut selama jangka waktu tertentu. Apabila masa pemeliharaan sudah selesai, maka uang jaminan pemeliharaan tersebut dapat diambil oleh pemborong.73

d. Jaminan Pembangunan/BouwGaransi

Dalam perjanjian pemborongan, pihak yang memborongkan/ pemberi tugas dapat mensyaratkan adanya pemborong peserta yang akan melanjutkan pekerjaan jika pemborong utama tidak menyelesaikan pekerjaannnya, misalnya karena pemborong utama meninggal dunia.74

Jaminan pembangunan dapat menguntungkan pihak yang memborongkan maupun pihak pemborong. Karena bagi pihak yang memborongkan tidak mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan bagi pihak pemborong tidak perlu membayar ganti rugi jika tidak dapat melanjutkan pekerjaannya.

Di dalam praktek, jaminan pembangunan ini jarang digunakan. Jaminan pembangunan ini merupakan jaminan yang baik karena dengan adanya jaminan ini dapat menghilangkan kemungkinan terbengkalainya suatu pekerjaan, yakni dengan adanya pihak yang akan meneruskan pekerjaannya, yaitu pemborong peserta sehingga pekerjaan akan selesai tepat pada waktunya.

5. Pelelangan dan pelulusan.

Dalam hal pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya, dilakukan dengan metode pelelangan umum dan pelelangan sederhana sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 35 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

Di dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 terdapat 5 (lima) metode dalam hal pemilihan penyedia pemborongan/jasa lainnya yaitu:

a. Pelelangan Umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

b. Pelelangan Terbatas adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

c. Pemilihan Langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan langsung dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.

d. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

e. Pengadaan Langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa dengan penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara

melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Ukuran untuk menentukan pelulusan adalah penawaran yang paling menguntungkan bagi Negara dan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai calon pemenang, dengan memperlihatkan keadaan umum dan keadaan pasar, baik untuk jangkan pendek atau jangka menengah. Dalam praktek pelaksanaan pelelangan, penentuan pelulusan pelelangan didasarkan atas penawaran yang terendah yang dapat dipertanggungjawabkan(the lowest responsible bid).75 6. Penandatanganan kontrak

Penandatanganan kontrak sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah penyedia jasa konsultansi ditunjuk, hal tersebut disamping untuk menghemat waktu, juga untuk menghindari sehubungan adanya perubahan- perubahan yang terjadi dimasyarakat yang dapat mempengaruhi kesepakatan- kesepakatan pada waktu klarifikasi dan negosiasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum kontrak pekerjaan jasa konsultansi dilakukan, antara lain :

a. Para pihak (bila perlu dengan bantuan ahli hukum) meneliti dengan cermat mengenai kebenaran konsep kontrak baik dari segi bahasa, isi/substansinya maupun redaksi, angka-angka dan hurufnya;

b. Dalam dokumen kontrak tidak memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Telah ada ketentuan yang mengatur hal-hal yang diluar dugaan (force majeur);

d. Meneliti dengan cermat lampiran-lampiran yang menjadi bagian dokumen kontrak;

Penandatanganan kontrak dilakukan oleh para pihak, yaitu pihak pengguna dan penyedia jasa konsultasi. Penandatangan kontrak pekerjaan jasa konsultansi adalah sebagai berikut:

a. Dari pihak pengguna adalah pejabat yang berwenang untuk menandatangani kontrak. Untuk pengadaan jasa konsultansi instansi pemerintah pejabat yang berwenang tersebut adalah: Kepala kantor, atau kepala satuan kerja, atau pemimpin proyek, atau pemimpin bagian proyek atau pejabat yang disamakan atau ditunjuk sebagai pemilik pekerjaan; b. Dari pihak penyedia adalah pejabat/orang yang ditunjuk mewakili

penyedia untuk menandatangani kontrak;

c. Dokumen kontrak asli yang ditandatangani oleh para pihak sebanyak 2 (dua) dokumen yang masing-masing disimpan oleh pihak pengguna dan pihak penyedia jasa konsultansi;

d. Dokumen kontrak ditandatangani di atas materai secukupnya atau di kertas bersegel;

e. Para pihak yang memerlukan dokumen kontrak untuk keperluan lain dibuatkan salinannya.

f. Dalam menyusun kontrak, pengguna dan penyedia jasa pemborongan mengacu kepada dan berdasarkan naskah draft kontrak yang ada dalam dokumen penawaran dan dokumen lainnya seperti: dokumen berita acara hasil pembukaan dokumen usulan, berita acara evaluasi, berita acara klarifikasi dan negosiasi, berita acara penetapan calon penyedia jasa pemborongan, dan keputusan penunjukan penyedia jasa pemborongan dari pihak pengguna, dan sebagainya.

Dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Bagian Kesebelas Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, disebutkan bahwa kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut :

a. para pihak yang menandatangani kontrak meliputi nama, jabatan, dan alamat;

b. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan

c. hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian; d. nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran; e. persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terperinci;

f. tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian/penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya;

g. jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelaikan;

h. ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya;

i. ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak; j. ketentuan mengenai keadaan memaksa;

k. ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan;

l. ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;

m. ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan; n. ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

Menurut ketentuan dalam Pasal 86 ayat 3 Keppres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, penandatanganan kontrak dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya surat keputusan penunjukan penyedia jasa konsultansi dan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak kepada pengguna jasa.

C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Dokumen terkait