BAB I : PENDAHULUAN
E. Tinjauan Pustaka
5. Pihak-pihak yang terkait
Orang yang mewakafkan hartanya dalam istilah Islam disebut Wakif. Sedangkan pengertian Wakif menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 1 angka 2 adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
16
. Direktorat Pemberdayaan Wakaf., Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam., Departemen Agama RI., Fiqih Wakaf, Jakarta, 2006 hal. 14.
Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009
Untuk mewakafkan tanah yang dimiliki tidak semua orang dapat melakukannya atau dapat dianggap sah wakaf yang telah diberikan itu karena untuk menjadi seorang Wakif harus memenuhi syarat-syarat berikut17
1. Wakif harus orang yang merdeka, karena wakaf yang dilakukan seorang budak (hamba sahaya) tidak sah. Budak dianggap tidak memiliki hak milik, dirinya dan apa yang dimilikinya adalah kepunyaan tuannya.
:
2. Wakif harus berakal sehat, karena tidak sah wakaf yang diberikan oleh orang gila, lemah mental (idiot), berubah akal karena faktor usia, sakit atau kecekalaan. Hukumnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.
3. Wakaf harus sudah dewasa, karena cukup umur atau baligh dipandang sebagai indikasi sempurnanya akal seseorang. Oleh sebab itu, tidak sah wakaf yang diberikan oleh anak yang belum dewasa.
4. Tidak berada dibawah pengampuan (boros/lalai) karena orang yang berada di bawah pengampuan dipandang tidak cakap untuk melakukan kebaikan sehingga wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah.
Dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa Wakif meliputi : 1. Perseorangan 2. Organisasi 3. Badan hukum 17 . Ibid, hal. 22.
Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 8 ayat (1), syarat seorang Wakif perseorangan adalah:
1. Dewasa 2. Berakal Sehat
3. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum 4. Pemilik sah harta benda wakaf
Wakif badan hukum/organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf miliknya sesuai dengan Anggaran Dasar badan hukum/organisasi tersebut.
b. Nazhir
Nazhir adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan tersebut.
Pengertian Nazhir dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 1 angka d adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Sebagaimana Wakif, untuk menjadi seorang Nazhir juga mempunyai syarat-syarat yaitu :
1. Warga Negara Republik Indonesia 2. Beragama Islam
3. Sudah dewasa 4. Amanah
5. Mampu secara jasmani dan rohani
Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009
Sedangkan untuk Nazhir yang berbentuk badan hukum syaratnya yaitu : 1. Pengurus badan hukum yang bersangkutan harus memenuhi syarat Nazhir
perseorangan.
2. Badan hukum Indonesia yang dibentuk harus memenuhi peraturan perundang- undangan yang berlaku
3. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
Semua persyaratan yang disebutkan di atas tercakup dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. Adanya persyaratan diatas dimaksudkan agar pengurus baik yang terdiri dari perorangan maupun badan hukum dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Nazhir mempunyai tugas sebagaimana ditentukan dalam pasal 11 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 yaitu :
1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya
3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia
Tugas-tugas yang dibebankan kepada Nazhir itu termasuk cukup berat sehingga selain kewajiban Nazhir juga berhak memperoleh imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda Wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).
Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Nazhir memperoleh pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.
c. PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf)
Dalam pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat PPAIW adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat Akta Ikrar Wakaf.
Sebagaimana diketahui bahwa mewakafkan tanah milik merupakan suatu perbuatan hukum yang harus dilakukan melalui sebuah ikrar atau pernyataan. Untuk itu diperlukan seorang pejabat khusus yang secara resmi ditunjuk yang dapat bertindak sebagai PPAIW ialah Kepala KUA (Kantor Urusan Agama) kecamatan, kecuali tidak ada maka Kepala Kanwil Departemen Agama menunjuk Kepala KUA kecamatan lain yang terdekat. Pengangkatan dan pemberhentan PPAIW oleh Menteri Agama.
Tugas kewajiban PPAIW antara lain : 1. Meneliti kehendak Wakif
2. Meneliti dan mengesahkan Nazhir atau anggota Nazhir 3. Meneliti saksi ikrar wakaf
4. Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf 5. Membuat Akta Ikrar Wakaf
Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009
6. Menyampaikan akta tersebut dan salinannya sebagai bagian dari permohonan pendaftaran tanah
7. Menyelenggarakan daftar akta ikrar dan wakaf 8. Menyimpan dan memelihara akta dan daftarnya., dan
9. Mengurus pendaftaran perwakafan yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan setempat.
d. Badan Wakaf Indonesia
Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia dibentuk Badan Wakaf Nasional. Menurut pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2007 adalah lembaga independen utuk mengembangkan perwakafan di Indonesia. Badan Wakaf Indonesia berkedudukan di Jakarta dan dapat membentuk perwakilan di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kebutuhan.
Badan Wakaf Indonesia mempunyai tugas dan wewenang :
1. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.
2. Melakukan pengelolaan dan pengemangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional
3. Memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf
4. Memberhentikan dan mengganti Nazhir
5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.
Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009
Anggota Badan Wakaf Indonesia berjumlah sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang dan sebanyak-banyaknya 30 (tiga puluh) orang dengan persyaratan:
1. WNI
2. Beragama Islam 3. Dewasa
4. Amanah
5. Mampu secara jasmani dan rohani
6. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
7. Memiliki pengetahuan, kemampuan, dan/atau pengalaman di bidang perwakafan dan/atau ekonomi, khususnya ekonomi syariah.
8. Mempunyai komitmen yang tinggi untuk mengembangkan perwakafan nasional, serta persyaratan lain yang ditetapkan Badan Wakaf Indonesia.