• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilihan Rasional, Pertukaran Sosial dan Jaringan Pertukaran 1 Pilihan Rasional

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Pilihan Rasional, Pertukaran Sosial dan Jaringan Pertukaran 1 Pilihan Rasional

Seperti kita tahu, banyak dari para peletak dasar teori sosiologi klasik menempatkan evolusi masyarakat sebagai titik tolak bangunan teoritisnya, misalnya Comte yang melihat evolusi masyarakat dari sisi tahap-tahap perkembangan intelektual, Sorokin melihatnya dari mentalitas budaya, Marx dari konflik kelas, Durkheim dengan konsep solidaritas sosial, dan Weber dengan perkembangan rasionalitasnya (Johnson, 1986:207). Dalam konteks tersebut, Teori Pilihan Rasional merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori tentang perkembangan rasionalitas manusia. Teori ini adalah salah satu cabang sosiologi yang paling banyak dipengaruhi oleh ilmu ekonomi. Meskipun demikian, teori pilihan rasional dalam sosiologi berbeda dengan yang diterapkan dalam ilmu ekonomi.

Sosiologi dalam teori pilihan rasional ini mengasumsikan bahwa aktor bertindak secara rasional dalam arti yang luas. Tidak seperti teori-teori sosiologi lainnya yang menganggap bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab yang

ada di belakangnya, teori pilihan rasional menganggap aktor sebagai pembuat keputusan yang memiliki kesadaran penuh dan secara signifikan dipengaruhi oleh nilai biaya dan manfaat dari berbagai tindakan alternatif lainnya (Hedstrom & Steren, 2007:2). Sebagian besar teori pilihan rasional tidak hanya menjelaskan tindakan individu tunggal, tetapi juga berfokus pada penjelasan makro tentang kemunculan sebuah norma, pola-pola kelembagaan dan beragam bentuk tindakan kolektif. Oleh karenanya, teori ini berfokus pada berbagai tindakan dan interaksi yang membentuk institusi sosial tersebut (Hechter & Kanazawa, 1997:2009).

Contoh :

Gambar 5. Relasi Mikro-Makro Coleman (1986) dalam Hedtsrom & Stern (2007:9, Coleman (2010:11)

Dalam teori pilihan rasional, kita harus lebih menekankan perhatian pada hubungan antara makro-mikro. Kita harus berfokus pada bagaimana jaringan, norma-norma sosial, proses sosialisasi, dan

lain sebagainya mempengaruhi orientasi tindakan individu

A D

B C

Makro :

Mikro :

Dokt rin religius prot est an

Nilai-nilai ekonomi Perilaku

(kepercayaan, preferensi, dan lain sebagainya) (A  B). Kemudian, bagaimana orientasi tindakan tersebut mempengaruhi individu dalam bertindak (B  C). Dari tindakan-tindakan individu itulah kemudian kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial makro-mikro tersebut (CD). Berbeda dengan ilmu ekonomi yang cenderung matematis, pendekatan dalam sosiologi bersifat induktif dan empiris.

Selain itu, sebagaimana pemahaman Weber tentang tindakan rasional, menurutnya tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai

manifestasi dari rasionalitas. Emosi-emosi tertentu seperti

kemarahan, penderitaan, cinta, ketakutan dan lain sebagainya seringkali diungkapkan individu dalam bentuk perilaku yang sepintas lalu terlihat tidak rasional. Tetapi orang pasti dapat mengerti (verstehen) perilaku itu kalau dia tahu emosi mendasar yang sedang

diungkapkannya. Dengan demikian, tindakan rasional itu

berhubungan dengan pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan/diwujudkan (Johnson, 1980:220).

Namun demikian, rasionalitas itu sendiri secara metodologi

dapat didekati melalui dua pendekatan, yaitu : pendekatan

individualistik dan komunitarian. Pendekatan individualistik berakar dari pemikiran ekonom neoklasik dan filsafat pilihan rasional yang dikemukakan oleh Hobbes, Hume dan Kant (Di Caccio, 2005:44). Dalam pendekatan ini, individu dianggap sebagai makhluk yang bebas dan independen dalam mengambil suatu keputusan. Sebagai agen yang rasional, individu mengambil keputusan atau tindakan hanya berdasarkan pada pertimbangan konsekuensi dan kegunaan dari pilihan mereka (the consequences-utilities-of their acts). Pendekatan ini sama sekali tidak mempertimbangkan aspek diluar

individu itu sendiri, seperti sistem nilai, kebudayaan, solidaritas dan sebagainya.

Berlawanan dengan pendekatan individualistik adalah pendekatan komunitarian, yaitu pendekatan yang percaya bahwa pilihan rasional atau perilaku individu itu sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan yang melekat dalam diri individu yang dipelajarinya secara pasif dalam komunitas tradisional. Seperti dikemukakan oleh Becker (1996) dalam Di Caccio, 2005:49

individual’s preferences are also inffluenced by the decisions of the people whom the individual is related to”.

Maka dari itu, implikasi dari pandangan komunitarian ini adalah kita harus memberikan interpretasi yang holistik terhadap struktur sosial yang mendasarinya. Selain itu, otomatis kebebasan individual (individual’s freedom) dalam memilih menjadi masalah nomor dua. Disinilah tarik menarik antara kebebasan (freedom) dan solidaritas (solidarity) itu menjadi menarik, mana sebenarnya yang lebih dominan mempengaruhi pilihan rasional individu?

2.3.2. Pertukaran Sosial

Jika teori pilihan rasional dapat menjelaskan mengapa orang melakukan suatu tindakan/perilaku? maka kita dapat menggunakan teori pertukaran sosial dengan tujuan untuk memprediksi (predict) dan menjelaskan (explain) suatu perilaku. Teori pertukaran ini merupakan hasil mutasi atau varian dari model pilihan rasional dan behaviorisme. Ia adalah kombinasi antara asumsi dasar behaviorisme (operant psychology) dan teori kegunaan (utility maximization) dalam ilmu ekonomi (Zafirovski, 2005:31). Selain dari ekonomi dan

psikologi, teori pertukaran juga berhutang pada Simmel - yang disebut Homans sebagai “the ancestor of small-group research” – yang telah memberikan basis teori tentang perilaku sosial dasar (elementary social behaviour) (Homans, 1958:597). Beberapa definisi dan penjelasan tentang pertukaran sosial ini antara lain (Cook, 1977:62-82):

 Hubungan pertukaran (exchange relations) (contoh Ax:By)

dibangun dari beragam transaksi intensif yang menghasilkan transfer sumberdaya (x, y, …) antara dua aktor atau lebih (A,B,

…) untuk mendapatkan manfaat bersama (mutual benefit)

 Dalam berbagai hubungan pertukaran Ax:By maka kekuasaan

(power) A terhadap B (Pab) adalah kemampuan dari A untuk menurunkan rasio x/y

 Ketergantungan A terhadap B (Dab) adalah fungsi dari (1)

penilaian A terhadap sumberdaya yang diterimanya dari B dan (2) ada tidaknya alternatif lain untuk melakukan hubungan pertukaran

 Hubungan pertukaran Ax:By dikatakan seimbang jika Dab=Dba,

tidak seimbang jika Dab-Dba

Selain itu, teori pertukaran ini memiliki beberapa asumsi dasar dan proposisi kunci, antara lain :

 Perilaku sosial adalah bentuk dari pertukaran, baik material

maupun non-material seperti simbol penerimaan dan gengsi (G.C.Homans, 1958:597)

 Manusia memberikan sesuatu dengan harapan akan mendapatkan

 Seseorang yang memberi banyak kepada orang lain sebenarnya sedang berharap mendapatkan lebih banyak dari mereka dan seseorang yang menerima banyak dari orang lain akan berada dalam tekanan untuk memberi/mengembalikan lebih banyak pula. This process of influence tends to work out at equilibrium to a balance in the exchange (G.C. Homans:1958:606)

 Setiap hubungan sosial berbasis pada pertimbangan biaya dan

manfaat. Orang akan tetap mempertahankan hubungan jika manfaat (material dan non-material) yang diperolehnya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya (G.C. Homans)

 Frekuensi dalam interaksi sosial (intensitas) akan mempengaruhi struktur dan keseimbangan dalam pertukaran sosial (Peter M. Blau)

b + j

b + j

A B