• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOKASI PENELITIAN

4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.2. Pengorganisasian Gantangan dalam Pesta Hajatan

5.2.1. Seremonial Hajatan

Untuk membuktikan bahwa sebuah pergelaran pesta hajatan di pedesaan ini merupakan sebuah kompleksitas sosial dan “kesibukan massal” adalah dengan mangamati sejak seseorang atau suatu keluarga merencanakan hajatan, melaksanakan, hingga memanfaatkan hasil hajatannya. Betapa sebuah pesta hajatan – sekecil dan sesederhana apapun – tetap melibatkan dan mempengaruhi banyak orang. Bahkan, secara langsung maupun tidak langsung, lingkungan alam (musim) dan lingkungan sosial saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh adanya hajatan ini. Berikut beberapa detail tahapan yang dijalankan oleh seseorang atau keluarga yang akan mengadakan hajatan

Ketika seseorang atau rumah tangga terbesit niat untuk hajatan, biasanya mereka akan melakukan beberapa tindakan, antara lain :

a. Berunding dengan keluarga. Berunding dengan orang tua atau keluarga besar biasanya dilakukan untuk memberi kabar sekaligus meminta persetujuan dan menagih “komitmen” keluarga untuk turut membantu secara material maupun tenaga.

b. Mencari “hari baik”. Jika sudah mendapat persetujuan, mereka akan mendatangi “orang pintar” seperti kokolot16, dukun atau kyai untuk meminta hari baik (tanggal pelaksanaan hajatan). Termasuk juga ke

tukang nyarang hujan (menangkal hujan/pawang hujan). Tarif pawang

hujan Rp. 200.000,- biasanya H-10.

c. Mengumpulkan modal. Jika hari baik atau tanggal sudah diperoleh, maka bapak hajat akan mengumpulkan modal, baik dari dompet

sendiri, keluarga, maupun meminta “panjer17” dari Bandar. Biasanya,

Bandar akan melihat status ekonomi bapak hajat, jika dianggap mampu mengembalikan, maka ia bisa memberi modal hingga Rp. 5.000.000,-, jika dianggap kurang mampu/tidak meyakinkan, biasanya maksimal hanya diberi panjer Rp. 3.500.000,-

d. Membentuk panitia. Bapak hajat akan membentuk pemangku hajat/panitia hajat dengan cara mengumpulkan keluarga dan beberapa tetangga dekat untuk melakukan musyawarah dan pembagian tugas. Misalkan siapa yang menjadi juru tulis. Panitia hajat ini paling sedikit 15 orang.

e. Menyewa perlengkapan. Bapak hajat dibantu panitia yang telah dipercaya akan mempersiapkan berbagai perlengkapan hajat, seperti sewa tenda, sewa panggung, sewa kursi, sewa sound system, sewa

16

Kokolot = orang yang dituakan, sesepuh

17

Panjer = modal awal yang dipinjam bapak hajat dari orang tertentu (Bandar), biasanya orang kaya. Bandar itu kemudian akan meminjami sejumlah uang tertentu dengan jaminan beras hasil hajatannya tidak akan dijual kepada orang lain, melainkan hanya kepada Bandar yang meminjami modal tersebut. Harga jual beras hajat itu pun disepakati bersama ketika transaksi peminjaman panjer ini berlangsung.

hiburan, dan sewa berbagai kebutuha lain yang disesuaika dengan modal dan kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi, sekalipun tidak memiliki modal cukup, semua perlengkapan tersebut biasanya juga melayani pinjaman dengan sistem “dibayar setelah hajat”.

Tabel 10. Jenis dan Tarif Sewa Hiburan Untuk Hajatan di Subang Utara No Hiburan Tarif Murah Tarif Mahal Jumlah

Orang

Asal Grup

1 Wayang

Kulit

Rp. 5.000.000,- Rp. 7.000.000,- Indramayu

Meskipun di daerah Sunda, namun wayang kulit disini tetap berbahasa Jawa. Mengingat warga Pantura banyak keturunan Pantura Jawa (Indramayu, Cirebon, Tegal, dll)

2 Sandiwara Rp. 9.000.000,- Rp. 12.000.000,- Indramayu 3 Organ Tunggal Rp. 3.500.000,- Rp. 14.000.000,- Lokal = 5 orang Luar Kota = 30 orang Lokal dan Luar Blanakan 4 Karedok (Karaoke Dodok/Tanpa Panggung) Rp. 1.500.000,- 2 orang penyanyi Lokal 5 Odog-Odong (Pengantin Singa) Rp. 5.500.000,- Rp. 9.000.000,- 8 Singa – 20 Singa Lokal

Setiap saudara atau tetangga yang anaknya ingin ikut membayar Rp. 300.000/gotongan kepada bapak hajat. Pertunjukan berlangsung selama 4 jam, dengan berkeliling di jalan raya, missal 500 m ke barat dan 500 meter ke timur, plus atraksi.

6 Qosidahan 10 sak semen Lokal

Para penyanyi dan penabuh rebana tidak dibayar dan semen tersebut akan disumbangkan/digunakan untuk pembangunan masjid dusun tegaltangkil

7 Film (Layar

Tancap)

Rp. 2.500.000,- Sukamandi,

Cilamaya Saat ini boleh dibilang sudah

punah.

8 Tarling Rp. 6.000.000,- 40-50 orang Indramayu

9 Jaipong Rp. 3.500.000,- Rp. 5.000.000,- Lokal dan

f. Mengurus Perijinan. Jika berencana mengadakan hiburan besar seperti diatas, Bapak hajat akan mengajukan perijinan “rame-rame” kepada aparat dan instansi terkait sejak 2 minggu sebelum hari H. Proses ini biasanya dibantu dan dilakukan oleh Satgas Desa. Berikut

ini adalah alur perijinan rame-rame yang biasa dilakukan di

Kabupaten Subang :

Gambar 18. Proses dan mekanisme perijinan “rame-rame” di Kab. Subang

Biaya perijinan diatas menurut Peraturan Desa seharusnya adalah Rp. 500.000,-/hajatan. Pada kenyataannya, kebanyakan membayar kurang dari itu. Menurut penuturan Satgas18, rata-rata pembagian biaya Perijinan adalah sebagai berikut :

 Satgas dan anak buah : 3 orang @Rp. 20.000,-

 Ketua RT : Rp. 30.000,-

 Kepala Dusun : Rp. 30.000,-

 Kepala Desa : Rp. 30.000,-

 Kapolsek : Rp. 85.000,-

 Danramil : Rp. 80.000,-

g. Memilih hiburan. Jenis hiburan yang akan diundang akan sangat dipertimbangkan oleh Bapak Hajat. Sebab, hiburan ini tidak hanya berfungsi untuk memeriahkan acara saja, melainkan juga sebagai “magnet” untuk mengundang lebih banyak orang datang. Semakin

18

Hasil w aw ancara t anggal 25/ 04/ 2012

Kapolsek Danram il Bapak Hajat

Sat gas Desa

Kepala Desa Kepala Dusun

banyak orang datang, harapannya semakin besar pula hasil telitian yang diperoleh. Selain itu, mewah tidaknya hiburan juga aka dibaca masyarakat sebagai perlambang status sosial ekonomi seseorang di tengah masyarakat. Jika sudah dipaggil “pak haji” maka semacam ada tuntutan bahwa kepantasan seorang haji (orang kaya) adalah menyelenggarakan hiburan yang mewah dan meriah. Jika sebaliknya yang terjadi maka akan dianggap turun status sosialnya oleh masyarakat sekitar.

Gambar 19. Hiburan Sisingaan untuk hajat khitanan (kiri) dan Jaipong untuk Perkawinan (kanan)

h. Mencetak undangan. Biasanya, undangan telitian untuk satu kampung hanya menggunakan sabun colek, permen atau vetcin. Namun demikian, banyak juga bapak hajat yang mencetak undangan resmi untuk kenalan-kenalan mereka di luar kampung atau untuk orang-orang yang dianggap penting. Order pencetakan biasanya ditangani oleh tetangga atau kenalan bapak hajat yang sudah dikenal sebagai tukang cetak undangan.

Gambar 20. Contoh undangan narik Gantangan

i. Membagi undangan. Tugas ini biasanya dilakukan oleh wakil bapak hajat dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah sambil membagikan undangan sejak H-7. Bentuk-bentuk undangan ini mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan ekonomi (harga-harga barang). Dahulu, pada tahun 1970-1987an, undangan telitian awalnya adalah Rokok (misal, Gudang Garam Filter Rp.500//batang artinya penerima undangan harus membayar telitian minimal Rp. 5.000, Djinggo Rp. 250/atang artinya penerima undangan harus membayar telitian minimal Rp. 2.500. Pada tahun-tahun 1990- an sampai krisis moneter, harga rokok terus naik. Akhirnya, undangan menggunakan rokok hilang setelah krisis moneter (1998) akibat dari

(penyedap rasa), permen atau sabun colek. Misalnya, vetcin 1 sashet = ½ gantang beras.

Gambar 21. Warga yang bertugas atau ditunjuk oleh bapak hajat untuk membagikan undangan Gantangan

j. Melekan semalam suntuk. H-1, biasanya akan ada acara melekan (bergadang semalam suntuk). Bersaman dengan acara melekan itu biasanya bapak hajat juga menyiapkan sesajen untuk mesin lampu penerangan/diesel, dengan harapan agar malam itu dan besok ketika hari H tidak ada masalah dengan lampu penerangan (tidak ada halangan).

Pelaksanaan Hajatan

a. Menyiapkan sesajen. Sesajen tidak hanya dibuat sebelum hari H, tetapi juga ketika hari H. Sesajen untuk kelancaran seluruh acara

tersebut diletakkan diatas Goah/Padaringan (tempat menyimpan beras).

Isi sesajen antara lain : rujak kelapa, kopi hitam/pait, kopi manis, cauk, rokok upet/tambang, rokok srutu/cerutu, daun hanjuang, bubur merah/beureum, bubur putih/bodas, sisir, cermin, kembang 7 rupa, parupuyan, kemenyan, beras, uang koin, menyak kolonyet/putri duyung, boeh/kain kafan, nyiru/tampah, telur ayam mentah, minuman orson/limun, dan kendi.

Gambar 22. Sesajen lengkap di Pendaringan (ruang penyimpanan)

b. Jamuan makan/Prasmanan. Ketika pelaksanaan hajatan, salah satu panitia hajatan yang paling sibuk adalah “Peperen piring”, yaitu panitia yang bertugas mengambil piring-piring yang telah selesai digunakan oleh tamu hidangan. Konsep jamuan makan yang diterapkan biasanya di pedesaan adalah prasmanan, sehingga para pengambil piring ini harus sigap agar tamu yang datang belakang tidak kehabisan piring untuk makan. Selain peperen piring, yang juga terlihat sibuk adalah tukang angkut/jemput karung beras. Mereka adalah panitia yang bertugas membawakan karung beras dari sepeda motor tamu undangan untuk ditimbang dan dicatat di meja telitian.

c. Mencatat Gantangan/Telitian. Mereka yang harus selalu siap sedia dalam hajatan di Subang adalah Juru tulis, yaitu panitia pencatat telitian. Juru tulis laki-laki bersiap-siap di meja penerima amplop dan juru tulis perempuan bersiap-siap di meja beras. Tugas mereka adalah membuka mencatat nama tamu penyimpan, jumlah simpanannya, dan asal desa/dusunnya ke dalam buku catatan telitian.

Gambar 23. Catatan Juru Tulis Gantangan

d. Menyiapkan pulangan. Memberikan berkat ke dalam karung beras yang baru saja dibawa oleh para penyimpan/tamu undangan.

Gambar 24. Pulangan berupa kerupuk atau pisang dimasukkan kembali oleh bapak hajat ke dalam wadah beras tamu undangan

e. Mengelola parkir. Biasanya dilakukan oleh karang taruna. Selain parkir, bersama dengan satgas mereka mengatur pedagang kaki lima di sepanjang jalan masuk lokasi hajatan.

f. Dokumentasi menggunakan audio visual (Video shooting) yang disewa dari usaha video shooting yang ada disekitar desa maupun dari kota. g. Sesajen untuk penerangan. Sesajen ini dimaksudkan agar tidak

mengalami gangguan penerangan/listri sepanjang acara dilangsungkan. Biasanya berupa ayam hurip yang diikat ke diesel dan bekakak (ayam panggang).

h. Beberes Hutang tahap I. Artinya, begitu hajatan selesai (sekitar jam 21.00 s.d. 24.00) maka tuan rumah akan segera membayar hutang- hutang yang harus segera dilunasi, seperti membayar grup hiburan, membayar tukang masak, atau membayar bandar yang memberikan modal. Sehingga dengan cekatan bapak hajat dibantu juru tulis dan keluarga akan langsung menghitung hasil narik telitian malam itu juga. i. Menjaga keamanan. Seperti, mengatur hiburan agar berjalan tertib dan

meredam keributan yang disebabkan oleh tamu yang mabuk minuman keras. Untuk masalah keamanan ini biasanya diserahkan kepada hansip atau satgas desa.

Pasca Hajatan

a. Menghitung dan menjual beras hajat. Beras hajat bisanya dijual kepada bandar (tempat meminjam panjer sebelumnya) atau kepada yang mau membeli dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Biasanya bapak hajat tidak menjual semua tetapi menyisihkan 1-5 karung untuk cadangan telitian berikutnya.

Gambar 25. Beras Hasil Gantangan

b. Beberes Hutang tahap II. Artinya, hutang-hutang yang tidak terlalu mendesak juga akan segera dilunasi oleh bapak hajat dengan menggunakan uang dan hasil penjualan beras hajat.

c. Memanfaatkan hasil/sesa. Setelah seluruh hutang dan modal pinjaman dilunasi, sisanya akan digunakan untuk keperluan bapak hajat, semisal modal usaha, membeli motor, gadai empang, dan sebagainya.