• Tidak ada hasil yang ditemukan

PINJAMAN JANGKA PENDEK

Jumlah bruto Rp 1.728.346.039 Rp 1.728.346.039 Akumulasi amortisasi

Saldo awal tahun 540.108.137 453.690.835

Amortisasi selama tahun berjalan 86.417.302 86.417.302

Saldo akhir tahun 626.525.439 540.108.137

Nilai Buku Rp 1.101.820.600 Rp 1.188.237.902

11. PINJAMAN JANGKA PENDEK

Akun ini merupakan saldo pinjaman dari fasilitas pinjaman revolving, pinjaman modal kerja, cerukan dan fasilitas pinjaman secara bersama (club-deal loan facility) yang diperoleh Perusahaan, PWD dan ENG dari:

2001 2000

Badan Penyehatan Perbankan Nasional

- eks pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

(AS$ 35.406.562 dan Rp 20.000.000.000) Rp 388.228.241.065 Rp 359.725.958.648 Standard Chartered Bank

Cerukan

(AS$ 17.781.660 pada tahun 2001

dan AS$ 13.011.429 pada tahun 2000) 184.929.261.296 124.844.660.775 Kreditur Club-deal

Buxton Developments Limited

(AS$ 5.250.000) 54.600.000.000

-Cross Asset Group Limited (AS$ 5.250.000) 54.600.000.000 -Asset World Resources Limited

(AS$ 3.500.000) 36.400.000.000

-Medilink Resources Limited (AS$ 1.750.000) 18.200.000.000 -Costpro Investments Limited (AS$ 1.750.000) 18.200.000.000 -PT Bank DBS Indonesia

Pinjaman revolving (AS$ 5.000.000) 52.000.000.000 47.975.000.000 The Hongkong and Shanghai Banking

Corporation Ltd. Pinjaman revolving

(AS$ 611.800 pada tahun 2001 dan

AS$ 2.000.000 pada tahun 2000) 6.362.720.000 19.190.000.000

Cerukan (AS$ 102.893) 1.070.087.824

-PT Bank Mizuho Indonesia - eks -PT IBJ Indonesia Bank

Pinjaman revolving (AS$ 700.000) 7.280.000.000 6.716.500.000 Jumlah Rp 821.870.310.185 Rp 558.452.119.423

a. Badan Penyehatan Perbankan Nasional - eks pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Pada tanggal 30 November 1993 dan 15 Mei 1997, PWD memperoleh fasilitas usance letters of credit dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Jakarta (“BNI”) untuk mengimpor bahan baku dengan jumlah maksimum masing-masing sebesar AS$ 9.500.000 dan AS$ 7.000.000. BNI telah mengkonversi saldo hutang usance letters of credit dari kedua fasilitas tersebut yang belum dibayar pada tanggal jatuh tempo (berkisar antara bulan Maret 1998 sampai bulan Oktober 1998) dari mata uang Dolar AS menjadi mata uang Rupiah, dengan jumlah keseluruhan menjadi sebesar Rp 164.202.979.691 sebagai dokumen impor “Yadit”. Pada tanggal 3 Juli 1998, PWD dan BNI setuju untuk menempatkan dokumen letters of credit impor untuk pembelian bahan baku sebesar Rp 19.864.965.060 dalam perjanjian kredit dengan jumlah maksimum sebesar Rp 20.000.000.000 dan jangka waktu kredit sampai tanggal 3 Oktober 1998, yang diperpanjang sampai tanggal 3 April 2000 berdasarkan persetujuan perubahan perjanjian kredit tanggal 28 Desember 1999. Pada tanggal 30 Desember 1999, PWD dan BNI juga setuju untuk menempatkan dokumen letters of credit impor untuk pembelian bahan baku sebesar Rp 144.338.014.631 dan tunggakan bunga dari bulan Mei 1998 sampai tanggal 30 Desember 1999 sebesar Rp 48.438.506.604 dalam perjanjian kredit dan mengkonversi jumlah tersebut ke dalam mata uang Dolar AS menjadi sebesar AS$ 27.441.498, sama dengan fasilitas maksimum yang diberikan, dengan jangka waktu kredit dari tanggal 30 Desember 1999 sampai tanggal 29 Desember 2000.

Pada tanggal 6 Mei 1997 dan 9 Juli 1997, ENG memperoleh fasilitas usance letters of credit dari BNI untuk mengimpor mesin dan peralatan pabrik serta bahan baku dengan jumlah maksimum masing-masing sebesar AS$ 4.635.000 dan AS$ 5.000.000. BNI telah mengkonversi saldo hutang usance letters of credit dari kedua fasilitas tersebut yang belum dibayar pada tanggal jatuh tempo (berkisar antara bulan Maret 1998 sampai bulan Juni 1998) dari mata uang Dolar AS menjadi mata uang Rupiah, dengan jumlah keseluruhan menjadi sebesar Rp 36.939.338.011 sebagai dokumen impor “Yadit”. Pada tanggal 27 Desember 1999, ENG dan BNI setuju untuk menempatkan dokumen letters of credit import untuk pembelian bahan baku, mesin dan peralatan pabrik sebesar Rp 36.939.338.011 dan tunggakan bunga dari bulan Agustus 1998 sampai tanggal 28 Desember 1999 sebesar Rp 18.417.851.324 dalam perjanjian kredit dan mengkonversi jumlah tersebut ke dalam mata uang Dolar AS menjadi sebesar AS$ 7.965.064, sama dengan fasilitas maksimum yang diberikan, dengan jangka waktu kredit dari tanggal 28 Desember 1999 sampai tanggal 27 Desember 2000.

Pada bulan Maret 2000, BNI telah mengalihkan seluruh pinjaman bank jangka pendek PWD dan ENG yang diperoleh dari BNI kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (“BPPN”). Dengan demikian, seluruh proses restrukturisasi pinjaman yang sedang berjalan diatur selanjutnya dengan BPPN. Tingkat suku bunga yang digunakan oleh PWD dan ENG untuk menghitung beban bunga selama proses restrukturisasi dengan BPPN (sejak bulan Maret 2000) adalah sebesar 10% dan 18% per tahun masing-masing untuk pinjaman dalam mata uang Dolar AS dan mata uang Rupiah. Tingkat suku bunga yang digunakan didasarkan pada Keputusan Komite Kebijakan Sektor Keuangan No. Kep.02/K.KKSK/12/2000 tanggal 12 Desember 2000 mengenai “Kebijakan Penyehatan Perbankan dan Restrukturisasi Utang Perusahaan Berdasarkan Hasil Rapat Komite Kebijakan Sektor Keuangan tanggal 12 Desember 2000”, dimana perhitungan kembali bunga dihitung dengan menggunakan tingkat suku bunga sebesar 10% dan 18% per tahun, masing-masing untuk pinjaman dalam mata uang Dolar AS dan mata uang Rupiah, sejak tanggal menunggak sampai tanggal penandatanganan Memorandum of Understanding atau Perjanjian Kredit. Pada tanggal 29 April 2002, proses restrukturisasi pinjaman PWD dan ENG dengan BPPN masih berlangsung.

b. Standard Chartered Bank

Pada bulan Juni 1995, PWD memperoleh fasilitas “revocable credit” dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 300.000 dari Standard Chartered Bank (“SCB”), Surabaya. Fasilitas tersebut telah mengalami beberapa kali perpanjangan dan perubahan. Pada tanggal 9 April 1998, fasilitas pinjaman PWD diperpanjang dan diubah menjadi kombinasi fasilitas impor, “bills discounting”, pinjaman “equivalent risk”, fasilitas “treasury” dan cerukan dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 20.000.000. Saldo cerukan pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 masing-masing sebesar AS$ 17.781.660 dan AS$ 13.011.429 (lihat Catatan 12 untuk saldo hutang usance letters of credit). Fasilitas tersebut telah berakhir pada tanggal 8 April 1999.

Pada tanggal 29 April 2002, fasilitas di atas belum diperpanjang kembali oleh PWD dengan SCB. c. Kreditur Club-deal

Pada tanggal 24 April 2001, Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman secara bersama (club-deal loan facility) sebesar AS$ 17,5 juta dari lima (5) kreditur (Kreditur “Club-(club-deal” yang terdiri dari Asset World Resources Limited, Cross Asset Group Limited, Buxton Developments Limited, Medilink Resources Limited dan Costpro Investments Limited), yang didirikan di British Virgin Islands. Fasilitas pinjaman tersebut terdiri dari lima (5) Perjanjian Fasilitas yang terpisah, dimana Asset World Resources Limited bertindak sebagai agen penanggung jawab (security agent). Dana dari fasilitas tersebut sebesar AS$ 12,5 juta akan digunakan untuk membiayai penyelesaian Pabrik PA III PWD di Gresik, Jawa Timur dan sisanya sebesar AS$ 5 juta akan digunakan untuk membiayai pengembangan usaha EBCI, khususnya untuk memodernisasi peralatan produksi yang digunakan untuk menghasilkan bahan Kimia Khusus (Specialty Chemicals). Penyaluran jumlah fasilitas kepada PWD dan EBCI tersebut dilakukan berdasarkan Perjanjian Pinjaman Antar Perusahaan secara terpisah pada tanggal yang sama dengan tanggal Perjanjian Fasilitas.

Fasilitas pinjaman ini dikenakan suku bunga sebesar 3% di atas SIBOR per tahun. Seluruh saldo pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 24 April 2002, dan dapat diperpanjang kembali untuk dua belas (12) bulan kemudian dengan persetujuan tertulis dari para kreditur.

Fasilitas pinjaman tersebut dijamin oleh saham PWD dan saham EBCI yang dimiliki Perusahaan, saham ENG yang dimiliki EBCI dan IMG, saham AG yang dimiliki Perusahaan, Hadiran Sridjaja, Jasin Sridjaja dan Hadisan Sridjaja, saham PT Eterindo Anugerah Prakarsa yang dimiliki Hadiran Sridjaja, Hadisan Sridjaja dan Sudiharto Sridjaja, kuasa hukum yang tidak dapat dibatalkan atas hak suara antara para kreditur dan Perusahaan, EBCI, IMG, Hadiran Sridjaja, Hadisan Sridjaja, Jasin Sridjaja dan Sudiharto Sridjaja, pengakuan hutang antara para kreditur dan Perusahaan, kuasa hukum untuk melakukan perubahan atas pengakuan hutang antara para kreditur dan Perusahaan, jaminan pribadi dari Hadiran Sridjaja, Hadisan Sridjaja, Jasin Sridjaja, Sudiharto Sridjaja dan Ny. Mulyana Srijaya Tjan, jaminan perusahaan dari PT Eterindo Intiutama (“EIU”) dan perjanjian pembagian jaminan antara para kreditur dan Perusahaan.

Setelah perjanjian tersebut dilaksanakan, Perusahaan setuju antara lain, untuk segera menginformasikannya kepada BAPEPAM dan masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta memperoleh persetujuan dari kreditur PWD, EBCI, ENG, AG, EIU dan pemegang obligasi mayoritas IMG. Perusahaan telah menginformasikan perjanjian tersebut

kepada BAPEPAM, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Akan tetapi pada tanggal 29 April 2002, Perusahaan belum memperoleh persetujuan dari seluruh kreditur tersebut. Berdasarkan Perjanjian Fasilitas tersebut, hal ini merupakan suatu pelanggaran perjanjian (event of default) yang akan memberikan hak kepada para kreditur untuk menyatakan seluruh jumlah saldo hutang tersebut jatuh tempo dan dilunasi dengan segera, mengeksekusi dokumen jaminan atau mengkonversi jumlah fasilitas pinjaman menjadi saham baru Perusahaan.

Pada tanggal 24 April 2002, Perusahaan telah memperpanjang fasilitas pinjaman secara bersama yang akan jatuh tempo pada tanggal 24 April 2003.

Pada tanggal 6 Maret 2002, Perusahaan, PWD, EBCI dan Kreditur Club-deal mengadakan Perjanjian Tambahan atas lima (5) Perjanjian Fasilitas yang terpisah untuk perubahan pembayaran bunga. Berdasarkan Perjanjian Tambahan ini, Kreditur Club-deal menyetujui PWD dan EBCI untuk melakukan pembayaran bunga langsung kepada mereka. Perjanjian Tambahan ini merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari Perjanjian Fasilitas dan Perjanjian Pinjaman Antar Perusahaan. Bunga yang jatuh tempo tersebut telah dibayar PWD dan EBCI pada bulan Maret 2002.

Berdasarkan surat tanggal 6 Maret 2002, Kreditur Club-deal meminta Perusahan untuk membayar kembali bagian pinjaman yang tidak digunakan sebesar AS$ 2.250.000. Kreditur Club-deal juga meminta agar pembayaran di atas dan pembayaran-pembayaran selanjutnya ditujukan kepada Evesham Profits Limited (“EPL”) yang ditunjuk sebagai Agen Penerima (“Receiving Agent”) oleh Kreditur Club-deal. Surat ini merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari Perjanjian Fasilitas. Pada tanggal 29 April 2002, Perusahaan belum membayar kembali pinjaman yang tidak digunakan kepada EPL.

d. PT Bank DBS Indonesia

Pada tanggal 14 Oktober 1997, PWD memperoleh fasilitas pinjaman revolving jangka pendek, yang diperpanjang setiap tahun, dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 5.000.000 dari PT Bank DBS Indonesia (“DBS”), Jakarta. Fasilitas tersebut telah berakhir pada tanggal 20 November 2000.

Pada tanggal 29 April 2002, fasilitas di atas belum diperpanjang kembali oleh PWD dengan DBS. e. The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited

Pada tanggal 27 Oktober 1995, PWD memperoleh fasilitas cerukan dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 500.000 dari The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (“HSBC”), Surabaya. Fasilitas tersebut telah mengalami beberapa kali perpanjangan dan perubahan. Pada tanggal 7 September 1998, fasilitas pinjaman PWD diperpanjang dan diubah menjadi fasilitas pinjaman revolving dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 2.000.000, yang kemudian diperpanjang oleh HSBC Jakarta pada tanggal 7 Juli 2000 dan 19 Desember 2000 dengan jumlah maksimum yang sama. Fasilitas tersebut telah berakhir pada tanggal 31 Oktober 2001 (lihat Catatan 12).

Pada tahun 2001, HSBC Surabaya secara langsung mengkompensasi saldo pinjaman revolving PWD sebesar AS$ 1.388.200 dengan deposito berjangka yang dijaminkan milik EBCI yang ditempatkan di HSBC Jakarta, yang mengakibatkan saldo pinjaman revolving menjadi sebesar AS$ 611.800. Pada tanggal 29 April 2002, tidak ada perpanjangan untuk fasilitas pinjaman revolving yang diperoleh PWD.

f. PT Bank Mizuho Indonesia - eks PT IBJ Indonesia Bank

Pada tanggal 23 Desember 1996, PWD memperoleh fasilitas pinjaman revolving jangka pendek, yang diperpanjang setiap tahun, dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 2.000.000 dari PT Bank Mizuho Indonesia - eks PT IBJ Indonesia Bank (“Mizuho”), Jakarta. Fasilitas tersebut telah berakhir pada tanggal 23 Desember 1998.

Pada tanggal 29 April 2002, fasilitas di atas belum diperpanjang kembali oleh PWD dengan Mizuho.

Tingkat suku bunga tahunan untuk pinjaman dalam mata uang Dolar AS berkisar antara 4,88% sampai dengan 17,61% pada tahun 2001 dan antara 7,10% sampai dengan 17,56% pada tahun 2000, sedangkan untuk pinjaman dalam mata uang Rupiah, tingkat suku bunga tahunan sebesar 18,00% pada tahun 2001 dan berkisar antara 18,00% sampai dengan 23,50% pada tahun 2000. Fasilitas pinjaman tersebut (kecuali fasilitas pinjaman secara bersama) pada umumnya dijamin oleh piutang, persediaan, aktiva bergerak dan tidak bergerak, hak atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan pabrik dan hasil klaim asuransi. Fasilitas pinjaman dari beberapa bank tertentu juga dijamin oleh “letter of undertaking” dari PWD untuk membuka kredit dokumen dengan jumlah minimum tertentu, jaminan perusahaan dari Perusahaan, EIU, ENG, EBCI dan IMG, serta jaminan pribadi dari Sudiharto Sridjaja, Jasin Sridjaja, Hadiran Sridjaja dan Hadisan Sridjaja.

Perjanjian pinjaman pada umumnya memuat beberapa pembatasan tertentu yang mewajibkan Perusahaan, PWD dan ENG, antara lain, untuk memperoleh persetujuan tertulis dari para pemberi pinjaman sebelum melakukan penggabungan usaha, konsolidasi, memperoleh dan memberi pinjaman, menjual aktiva, melakukan investasi, membayar dividen, menjadi penjamin atau memberi jaminan, mengubah anggaran dasar, mengubah sifat usaha secara material, mengubah susunan pemegang saham, komisaris dan direksi, melunasi hutang kepada para pemegang saham, serta memberi jaminan perusahaan.

Pada umumnya, Perjanjian Pinjaman tersebut juga mewajibkan Perusahaan dan/atau PWD untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan. PWD juga diwajibkan untuk memelihara kekayaan bersih setara atau lebih besar dari Rp 50 miliar dan pemilikan Perusahaan sekurang-kurangnya 51% dari modal ditempatkan PWD.

Perusahaan, PWD dan ENG telah melanggar beberapa pembatasan tertentu dalam perjanjian pinjaman, antara lain, tidak memenuhi persyaratan rasio keuangan serta tidak dapat membayar pokok pinjaman dan bunga yang telah jatuh tempo kepada para kreditur. Pada tanggal 31 Desember 2001, kekayaan bersih PWD juga kurang dari Rp 50 miliar. Pada tanggal 29 April 2002, tidak ada pembebasan secara formal untuk melaksanakan haknya (pada saat pelanggaran perjanjian pinjaman) telah diperoleh dari para kreditur.

Dokumen terkait