• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pivot Point

Dalam dokumen Belajar Forex Sd-smp (Halaman 47-51)

Fibonacci Dan Moving Averages

Kelas 9 Pivot Point

1. Pengertian Pivot Poin Dalam Forex

Trader profesional dan para pengguna pasar memanfaatkan pivot poin untuk mengidentifikasi level support dan resistance yang potensial. Simpelnya, pivot poin serta level support dan resistance adalah area di mana arah pergerakkan harga dapat berubah kapan pun.

Alasan mengapa banyak trader memilih untuk menggunakan pivot poin adalah sifat dasar indikator ini, yang cenderung objektif dalam mengamati pergerakan grafik. Berbeda dengan beberapa indikator sebelumnya, yang sama sekali tidak melibatkan kehati-hatian.

Secara umum, pivot poin sebenarnya serupa dengan level Fibonacci. Perbedaannya adalah dalam Fibonacci masih terdapat pandangan subjektif, terutama pada saat indikator ini mencomot pergerakan Swing Highs dan Swing Lows. Sementara pivot poin dapat menggunakan metode yang sama untuk menghitung pergerakan tersebut.

Banyak trader yang terus mengawasi pergerakan dua level ini dengan lekat. Kita mesti melakukan hal yang sama. Pivot poin sangat bermanfaat khususnya bagi trader jangka pendek yang mengincar profit dari pergerakan kecil harga. Layaknya level support dan resitance, kita dapat memilih untuk trade pada saat terjadi bounce atau saat terjadi break pada kedua level tersebut. Trader range-bound menggunakan pivot points untuk mengenali titik-titik reversal. Trader tipe ini menilai pivot points sebagai area di mana mereka bisa menempatkan order buy atau sell.

Sementara trader breakout memanfaatkan pivot poin untuk mengenali level kunci yang perlu dijebol (broken) agar dapat mengenali gerakan yang diklasifikasikan sebagai breakout nyata.

Berikut ini adalah contoh dari pivot poin yang terjadi pada grafik EUR/USD dengan time frame 1-jam:

Seperti yang bisa kita lihat, level support dan resistance horizontal ditempatkan pada grafik kita. Perhatikan bagaimana pivot poin memudahkan kita untuk membaca grafik!

Berikut penjelasan singkat akronim yang tertera pada grafik: PP : Pivot Poin

S : Support R : Resistance

Untuk sementara, inilah yang perlu kita ingat. Jangan terlalu memusingkan "S1 sudah pasti support" atau "R1 sudah pasti resistance". Kita akan mempelajarinya nanti.

2. Cara Menghitung Pivot Poin

Pivot poin serta level support dan resistance dihitung dengan menggunakan open, high, low, close dari sesi trading terakhir. Oleh karena forex adalah pasar yang buka 24-jam, kebanyakan trader menggunakan waktu tutup sesi New York yaitu pukul 3:00 GMT+7 sebagai penutupan sesi trading pada hari sebelumnya.

Berikut adalah penghitungan pivot poin: Pivot poin (PP) = (High + Low + Close) / 3

Kemudian kita akan menghitung level support dan resistance dari pivot poin dengan rumus:

1. Level support dan resistance pertama:

Resistance pertama (R1) = (2 x PP) – Low

Support pertama (S1) = (2 x PP) – High

2. Level support dan resistance kedua:

Resistance kedua = PP + (High - Low)

Support kedua = PP - (High - Low)

3. Level support dan resistance ketiga:

Resistance ketiga = High + 2(PP - Low)

Support ketiga = Low - 2(High - PP)

Ingat, beberapa software grafik cenderung fokus pada level intermediate atau mid-point. Pada dasarnya, kedua level tersebut adalah mini level antara pivot poin utama serta level support dan resistance.

Bagi para pembenci aljabar jangan khawatir, karena kita tak perlu melakukan penghitungan ini sendiri. Sebagian software akan secara otomatis melakukannya. Pastikan bahwa kita telah memasang konfigurasi pada setting sehingga software dapat menggunakan harga dan waktu closing dengan tepat.

Untuk menghitung pivot poin, kita dapat menggunakankalkulator pivot poin.

Kalkulator pivot poin sangat membantu, terutama jika kita ingin melakukan beberapa tes untuk melihat bagaimana kondisi pivot poin sebelumnya. Sekali lagi, salah satu keunggulan indikator ini adalah sifat objektifnya, sehingga kita dapat dengan mudah menguji bagaimana harga bereaksi terhadap indikator ini.

3. Menentukan Range Trading Dengan Pivot Poin

Meski memiliki istilah lain tak perlu pusing saat menggunakan pivot poin, sebab penggunaan indikator ini tak jauh berbeda seperti saat kita memanfaatkan level support dan resistance. Layaknya level support dan resistance umumnya, harga akan secara berulang menguji kedua level tersebut.

Semakin sering pair mata uang menyentuh level pivot kemudian berbalik, maka semakin kuat level tersebut. Sejatinya, "pivoting" bisa kita pahami secara sederhana sebagai "mencapai level support atau resistance dan kemudian berbalik".

Jika level pivot bertahan di satu titik, hal tersebut bisa menjadi kesempatan trading yang baik bagi kita. Misalnya, pada saat harga bergerak mendekati level resistance teratas, kita bisa pasang "sell" dan menempatkan order "stop" tepat di atas resistance. Bila harga bergerak mendekati level support, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya; memasang "buy" dan tempatkan order "stop" tepat di bawah level support.

Gampang, kan? Cara kerja indikator ini tidak jauh berbeda dengan sistem kerja level support dan resistance yang biasanya. Agar lebih mudah memahami cara kerja indikator ini, mari kita perhatikan grafik GBP/USD dengan time frame 15-menit di bawah ini:

Kita bisa lihat bahwa harga sedang bergerak di sekitar support level S1. Jika yakin bahwa harga akan bertahan lama di sana, maka yang mesti kita lakukan adalah pasang order "buy" di pasar kemudian tempatkan order "stop-loss" di bawah level support berikutnya. Tapi bagi trader dengan aliran konservatif, kita bisa memasang order "stop" yang cukup luas. Jika harga bergerak melewati level support S2, kemungkinan besar harga tidak akan bergerak kembali ke atas. Hal ini karena level support S1 dan S2 akan berubah menjadi level resistance. Untuk trader dengan darah agresif, jika kita yakin bahwa level support pada S1 akan bertahan, maka kita bisa memasang order "stop" tepat di bawah level support S1.

Untuk bisa mendapatkan keuntungan, kita bisa memasang target pada PP atau R1, yang juga dapat berperan sebagai level resistance. Nah, sekarang mari kita lihat apa yang terjadi jika kita memasang order "buy" pada pasar.

Dan... voila! S1 tampaknya memenuhi takdirnya sebagai level support! Jika sedari awal kita telah mengincar PP sebagai titik untuk mengambil profit, maka dapat dipastikan bahwa harga akan segera menyambar TP kita. Hyahooo!

Tapi tentu saja, tidak semua pergerakan harga bisa sesederhana itu. Kita tidak bisa bergantung pada level pivot poin. Kita harus memperhatikan, apakah pivot poin sejajar dengan level support dan resistance sebelumnya.

Supaya mendapatkan konfirmasi yang lebih jelas, kita bisa menggunakan pivot poin dengan bantuan analisis candlestick atau indikator lainnya. Misalnya, jika kita melihat doji terbentuk di atas S1, atau indikator stochastic mengisyaratkan kondisi oversold di pasar, maka kemungkinan besar S1 akan bertahan sebagai support pergerakan harga.

Selain itu, pada sebagian besar kesempatan, secara umum trading terjadi di antara level support dan resistance pertama. Harga terkadang akan bergerak di sekitar level kedua. Dan sesekali dia akan menguji level ketiga.

Kita juga harus sepenuhnya paham bahwa terkadang harga akan menembus semua level seperti bagaimana tendangan CR7 menembus gawang lawan di pertandingan sepakbola.

Kalau hal itu terjadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa kita mesti mempertahankan trade kita saat ini dan untuk beberapa saat menjadi pecundang, yang hanya bisa melihat akun kita terus menyusut? Atau kita harus mengambil kesempatan dan mencuri beberapa pip dari pasar?

4. Memainkan Break Dengan Pivot Poin

Layaknya sistem level support dan resistance, level pivot poin tidak akan bertahan lama.

Pivot poin memang dapat digunakan untuk range trading, tapi tidak selamanya. Ada waktunya di mana level pivot poin gagal untuk bertahan dan pada saat inilah kita harus siap sedia dengan beberapa peralatan trading, yang akan mampu mengatasi masalah pada situasi semacam ini.

Seperti yang telah ditunjukkan pada pelajaran sebelumnyaMenentukan Range Trading Dengan Pivot Poin, ada dua cara utama untuk trade breakout: cara agresif atau cara aman.

Kedua cara tersebut akan bekerja dengan baik, sesuai dengan karakterisktik kita sebagai trader. Hanya saja kita mesti ingat, jika memilih cara aman, yang artinya kita menunggu harga menguji level support atau resistance, ada kemungkinan kita akan melewatkan pergerakan awal.

Mari perhatikan grafik EUR/USD dengan time-frame 15-menit berikut, untuk mengamati trade breakout menggunakan pivot poin.

Pada grafik tersebut kita bisa melihat EUR/USD menciptakan reli yang kuat. Pair tersebut dibuka dengan sebuah celah di atas pivot poin. Harga menciptakan pergerakan ke atas yang kuat, sebelum kemudian berhenti sejenak di level R1. Tak lama, resistance tertembus dan pair mata uang tersebut melompat sejauh 50 pips!

Jika tergolong trader agresif yang kita lakukan adalah menangkap pergerakan awal dan merayakan kemenangan, layaknya anggota tim U19 yang berhasil menjebol pertahanan lawan. Jebret!

Sebaliknya, jika cenderung memiliki karakteristik trader yang mencari aman dan menunggu retest dari pergerakan harga atas level resistance, kita akan menjadi seorang trader awam yang menyedihkan. Sebab harga tidak melakukan retest setelah menembus level R1. Dan hal serupa terjadi pada level R2! Hiks... hiks...

Perhatikan bagaimana bulls EUR/USD juga berusaha bergerak menuju level R3.

Meski menggiurkan, tapi jika menggunakan metode agresif, kita akan terjebak. Hal ini karena harga gagal mempertahankan pergerakannya dan menembus level R3. Jika order "stop" kita terlalu rapat, maka trading kita akan diberhentikan pada saat itu juga. Namun apa yang terjadi tak lama kemudian akan mengejutkan kita, ternyata harga berhasil tembus level R3. Perhatikan bagaimana retest juga terjadi pada garis resistance yang tertembus. Amati bagaimana pair ini lalu berbalik, begerak menembus dan melewati R3. Pada saat itu juga tercipta kesempatan untuk trading dengan short-position ketika terjadi retest pada level resistance-yang-berubah-menjadi-support dan kembali-berubah-menjadi-resistance. Bingung? Oke, kita bisa membaca penjelasan itu kembali, kok. Hehehe...

Nah, ingat, pada saat level support tertembus, biasanya level tersebut akan berubah menjadi level resistance.

Konsep "role reversal" atau pergantian peran ini juga terjadi pada level resistance yang tertembus dan menjadi level support. Ini adalah saat di mana kita bersikap bijak dan mengambil keputusan bermain aman.

Menempatkan Order Stop dan Target dengan Breakout

Salah satu kesulitan menggunakan teknik trading breakout adalah menentukan posisi untuk menempatkan order "stop". Tidak seperti trading range di mana kita mencari break atas pivot poin pada level support dan resistance, yang kita cari adalah pergerakan harga yang kuat dan cepat.

Begitu sebuah level tertembus, secara teori, kemungkinan besar level tersebut menjadi support-yang-berubah-jadi-resistance. Jika mengambil long-position dan harga menembus R1, kita bisa menempatkan stop tepat di bawah R1.

Sekarang mari kembali pada grafik EUR/USD untuk melihat di mana kita bisa menempatkan order stop dan meraup keuntungan.

Pada contoh kali ini, begitu melihat harga menembus level R1, kita harus menempatkan stop tepat di bawah

R1. Jika yakin harga akan terus bergerak ke atas, kita terus berada di posisi kita dan menggerakkan stop secara

manual untuk melihat apakah ada kemungkinan pergerakkan harga terus berlanjut. Kita mesti terus mengamati

grafik dengan teliti dan terus menempatkan stop sesuai dengan pergerakan harga. Kita akan mempelajari hal

ini lebih lanjut pada pelajaran berikutnya.

Sementara itu, jika kita menggunakan metode atau indikator lainnya, faktor yang mesti diperhatikan adalah

Dalam dokumen Belajar Forex Sd-smp (Halaman 47-51)

Dokumen terkait