• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sementara itu, jika kita menggunakan metode atau indikator lainnya, faktor yang mesti diperhatikan adalah risiko menggunakan trading breakout

Dalam dokumen Belajar Forex Sd-smp (Halaman 51-55)

Pertama-tama, kita tidak akan pernah tahu apakah pergerakan harga akan berlanjut atau tidak. Bisa saja kita

berpikir harga akan terus naik, tapi yang tertangkap adalah puncak (top) atau bagian bawah (bottom) dari

pergerakan harga, yang artinya kita telah tertipu.

Kedua, kita tidak pernah bisa yakin jika yang terjadi adalah breakout yang sebenarnya, atau pergerakan liar

yang terjadi akibat rilis berita penting. Lonjakan pada gerakan volatil adalah peristiwa umum yang selalu

terjadi setiap kali berita dirilis, jadi pastikan untuk terus memperhatikan berita dan waspada pada apa yang

akan terjadi pada hari atau minggu ini menurutkalender forex.

Terakhir, tak jauh berbeda dengan trading range, adalah keputusan yang bijak untuk melompat pada level

kunci support dan resistance yang lain. Kita mungkin berpikir R1 tertembus, tapi gagal menyadari bahwa level

resistance yang kuat baru saja melewati R1. Harga bisa saja bergerak menembus dan melewati R1, menguji

level resistance kemudian anjlok.

5. Menggunakan Pivot Poin Untuk Memperkirakan Sentimen Pasar

Ada satu cara lain untuk menggunakan pivot poin dalam strategi trading kita, yakni dengan menaksir sentimen pasar.

Tujuan dari pelajaran ini adalah agar kita paham dan bisa membaca kecenderungan para trader pada saat itu, apakah mereka cenderung memasang order buy atau sell. Kita bisa menggunakan pivot poin seperti garis pada lapangan sepak bola. Bergantung pada sisi mana bola, yang dalam kasus Forex berarti harga, berada, kita bisa mengetahui siapa yang saat ini memiliki kekuasaan. Apakah buyer atau seller?

Jika harga bergerak ke atas dan menembus level pivot poin, ini adalah isyarat bila harga mengalami bullish dan kita harus segera memasang order buy atas mata uang. Bayangkan saja kita sedang kelaparan dan ada tawaran makan soto. Langsung sikat saja, cuy! Berikut adalah grafik yang menjadi contoh apa yang terjadi jika harga tetap berada di atas level pivot poin.

Pada contoh di atas kita melihat pair EUR/USD sempat terpecah dan dibuka kembali di atas level pivot poin. Harga kemudian bergerak naik dan terus melambung ke atas hingga menembus level resistance.

Sekarang bayangkan jika harga justru anjlok dan menembus level pivot poin ke bawah, maka kau harus segera menjual pair seperti batu bara panas yang bisa melubangi kantung uang kita. Keberadaan harga di bawah level pivot poin akan memberi sinyal sentimen bearish dan seller memiliki kekuasaan atas sesi trading pada saat itu.

Nah, mari kita lihat grafik GBP/USD berikut.

Pada grafik di atas kita bisa melihat harga sedang menguji ketahanan level pivot poin, yang bertahan sebagai level resistance. Hal berikutnya yang kita tahu harga melanjutkan penurunan dan terus merosot. Jika kita mampu membaca petunjuk sebelumnya, bahwa harga akan terus berada di bawah level pivot poin dan menjual pair tersebut, tak pelak kita akan meraup keuntungan yang besar. Bagaimana tidak, GBP/USD anjlok 300 pips.

Tentu saja, kita tidak bisa selalu mendapatkan keuntungan sebab terkadang apa yang terjadi di lapangan forex tidak sama seperti seperti dalam contoh kasus. Kadang ketika kita mengira trader sedang berada di posisi bearish atas pair, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Pair malah berbalik dan membumbung ke atas!

Pada contoh berikutnya jika kita melihat harga anjlok, menembus level pivot poin, dan terjual, maka kita akan menjadi pecundang besar yang menyedihkan. Pada sesi perdagangan Eropa EUR/USD berbalik dan melonjak lebih tinggi sebelum kemudian menembus pivot poin. Bukan hanya itu, pair tersebut akhirnya bertahan di atas level pivot poin, menunjukkan bagaimana buyer membubarkan diri.

Sekarang kita tahu bahwa ternyata trader adalah sekumpulan manusia labil.

Pandangan seorang trader atas sebuah mata uang bisa berubah-ubah dari hari ke hari, bahkan dari sesi ke sesi. Inilah sebabnya kita tidak bisa begitu saja pasang order buy ketika harga berada di atas pivot poin atau menjual saat harga ada di bawah.

Akan tetapi bila kita menggunakan indikator pivot poin untuk sistem trading sederhana seperti demikian, ada baiknya jika kita mengombinasikannya dengan indikator lainnya agar dapat membaca sentimen pasar secara keseluruhan.

Oke...mari lanjut ke pelajaran selanjutnya:Metode Lain Perhitungan Pivot Poin. Metode Lain Perhitungan Pivot Poin

Meski disarankan untuk menggunakan metode standar perhitungan pivot poin, tetapi kita wajib tahu bahwa ada beberapa cara lainnya untuk menghitung pivot poin. Pada pelajaran kali ini kita akan membicarakan tentang metode-metode tersebut sekaligus formula perhitungannya.

Pivot Poin Woodie Formula: R2 = PP + High - Low R1 = (2 X PP) - Low PP = (H + L + 2C) / 4 S1 = (2 X PP) - High S2 = PP - High + Low C: Closing Price H: High L: Low

Pada formula di atas kita bisa memerhatikan perhitungan pivot poin sangatlah berbeda dari metode standar. Selain itu, agar perhitungan sesuai dengan level support dan resistance, kita mesti menggunakan perbedaan antara level tinggi dengan level rendah pada sehari sebelumnya, atau yang dikenal sebagai range.

Berikut adalah contoh perhitungan pivot poin Woodie yang diaplikasikan pada pair EUR/USD. Pivot poin Woodie, level support, dan level resistance adalah garis yang solid, sedangkan garis berbentuk titik-titik mewakili level yang dihitung dari metode standar.

Karena memiliki formula yang berbeda level yang didapatkan dari perhitungan Woodie berbeda dari level yang diperoleh dari metode standar.

Beberapa trader memilih untuk menggunakan formula Woodie karena lebih terfokus dan mempertimbangkan harga penutupan (closing price) dari periode sebelumnya. Sementara beberapa trader lainnya memilih formula standar karena banyak trader yang menggunakannya, yang membuat formula ini cukup menjanjikan.

Pada beberapa peristiwa, karena resistance dapat berubah menjadi support (begitu pula sebaliknya), jika memilih untuk menggunakan formula Woodie, kita mesti memerhatikan kedua level tersebut. Hal ini dikarenakan keduanya dapat menjadi area incaran trader.

Pivot Poin Camarilla Formula: R4 = C + ((H-L) x 1.5000) R3 = C + ((H-L) x 1.2500) R2 = C + ((H-L) x 1.1666) R1 = C + ((H-L) x 1.0833) PP = (H + L + C) / 3 S1 = C - ((H-L) x 1.0833) S2 = C - ((H-L) x 1.1666) S3 C - ((H-L) x 1.2500) S4 = C - ((H-L) x 1.5000) C: Closing Price H: High L: Low

Formula Camarilla serupa dengan formula Woodie. Dia juga meggunakan harga penutupan dan range pada hari sebelumnya untuk menghitung level support dan resistance. Satu-satunya perbedaan adalah kita harus menghitung delapan level utama (empat level support dan empat level resistance). Selain itu, setiap level tersebut harus dikalikan dengan m ultiplier-nya (kelipatannya).

Konsep utama dari pivot poin Camarilla adalah perhitungan ini berdasarkan gagasan bahwa harga memiliki kecenderungan natural untuk kembali ke rata-rata, atau dalam hal ini, harga penutupan di hari sebelumnya. Pernah mendengar hal ini?

Gagasan utama dari formula Camarilla adalah kita harus membeli atau menjual saat harga mencapai level support atau resistance ketiga. Akan tetapi juka harga melesat dan menembus level S4 atau R4, ini berarti tren intraday kuat dan saatnya untuk melompat ke dalam kereta formula Camarilla!

Perhatikan bagaimana perhitungan memberikan level-level yang berbeda (garis solid) dibanding level metode standar (garis berbentuk titik).

Seperti yang terlihat pada grafik di atas, penekanan diberikan pada harga penutupan sebagai kebalikan dari pivot poin. Karena fakta ini, ada kemungkinan level resistance berada di bawah pivot poin atau level support berada di atasnya.

Perhatikan bagaimana semua level support dan resistance berada di atas pivot poin Camarillo.

Pivot Poin Fibonacci Formula: R3 = PP + ((High - Low) x 1.000) R2 = PP + ((High - Low) x .618) R1 = PP + ((High - Low) x .382) PP = (H + L + C) / 3 S1 = PP - ((High - Low) x .382) S2 = PP - ((High - Low) x .618) S3 = PP - ((High - Low) x 1.000) C: Closing Price H: High L: Low

Level pivot poin Fibonacci ditentukan dengan menghitung pivot poin seperti pada metode standar. Berikutnya kalikan range pada hari sebelumnya dengan level Fibonacci yang sesuai. Kebanyakan trader menggunakan retracement 38.2%, 61.8%, dan 100%. Terakhir, tambah atau kurangi yang didapatkan terhadap pivot poin dan...hoopla! Kita sudah mendapatkan level pivot poin

Fibonacci.

Perhatikan grafik di bawah untuk melihat bagaimana level tersebut dihitung dengan metode Fibonacci (garis solid) berbeda dengan level yang dihitung dengan metode standard (garis dalam bentuk titik).

Logika dibelakang perhitungan ini adalah banyak trader yang menggunakan rasio Fibonacci. Orang-orang menggunakan level retracement, moving average, dan lain-lain. Maka timbul gagasan untuk menggunakannya pada pivot poin.

Bukankah level Fibonacci dan pivot poin digunakan untuk menemukan support dan resistance. Dengan begitu banyak trader yang mencari level-level tersebut, Fibonacci dan pivot poin dapat menjadi indikator andalan kita.

Metode Terbaik Seperti semua variasi indikator lainnya yang telah kita pelajari sejauh ini, tidak ada metode yang terbaik. Semuanya tergantung pada bagaimana kita mengombinasikan pengetahuan pivot poin dengan tool lainnya di dalam kotak trading tool kita.

Perlu kita ketahui kebanyakan software yang melakukan perhitungan otomatis secara normal menggunakan metode standar dalam menghitung level pivot poin. Tapi dengan mengetahui bagaimana menghitung semua level tersebut sendiri, kita bisa mencoba masing-masing metode dan melihat mana yang sesuai dengan kta. Yuk, cetak poin dengan pivot!

Dalam dokumen Belajar Forex Sd-smp (Halaman 51-55)

Dokumen terkait