• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) a.Pengertian PKSA

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Rumah Singgah

4. PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) a.Pengertian PKSA

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan khususnya dalam hal ini adalah kesejahteraan untuk anak. Untuk itu mulai tahun 2009 pemerintah mencoba membuat program yang ditujukan untuk kesejahteraan anak yang diberi nama PKSA dan di uji cobakan untuk menangani anak jalanan di lima kota besar di Indonesia yaitu, Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta (Kemensos, 2010 : 7).

Tahun 2009 PKSA di uji cobakan untuk penanganan anak jalanan kemudian pada tahun 2010 PKSA mengalami perluasan jangkauan target

30

sasaran. Berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, diperlukan penyempurnaan program bantuan sosial berbasis keluarga khususnya bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi anak dan balita terlantar (AB), anak dengan kecacatan (ADK), anak berhadapan dengan hukum (ABH) dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus (AMPK) yang dilayani, dilindungi dan direhabilitasi di dalam dan di luar panti sosial. Hal tersebut ditegaskan kembali pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas Nasional, meliputi semua permasalahan anak.

Pengertian program PKSA menurut keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah :

Sebagai upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, penguatan orang tua/keluarga, dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.

Menurut pengertian di atas jadi program PKSA adalah program kesejahteraan yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat berupa sumsidi uang kepada anak sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan Kementerian Sosial untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut.

31

Kementerian Sosial juga menjelaskan komponen PKSA bagi anak jalanan yang dimuat dalam pedoman PKSA 2011 meliputi : 1) Pemenuhan kebutuhan identitas anak yaitu: pembuatan akte kelahiran anak, 2) Pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: makanan, pakaian, sarana tempat tinggal, 3) Pemenuhan kebutuhan emosional yaitu: kasih sayang dari orangtua dan keluarga, rasa aman, peningkatan rasa percaya diri, kemampuan mengenali dan pemecahan masalah, 4) Pemenuhan kebutuhan sosial yaitu: berteman, berinteraksi dengan orang lain yang ada di lingkungannya, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan kehidupannya.

Urain di atas dapat disimpulkan bahwa PKSA berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak meliputi, sebagai berikut :

1. Kebutuhan Identitas 2. Kebutuhan Fisik 3. Kebutuhan Emosional 4. Kebutuhan Sosial b. Tujuan PKSA

PKSA diharapkan akan menjadi salah satu program yang dapat mengentaskan masalah-masalah sosial anak sekaligus dapat memberikan pencegahan terhadap masalah yang akan terjadi pada anak. PKSA dibuat dan dilaksanakan dengan berbagai macam tujuan yang diharapkan. (Kementerian Sosial 2010 : 8) menjelaskan tujuan dari diadakanya PKSA adalah :

32

Terbangunya sistem pelayanan kesejahteraan sosial yang dapat menjamin pemenuhan hak-hak dasar dan perlindungan bagi anak yang membutuhkan upaya perlindungan, melalui penguatan kemampuan keluarga dalam memenuhi hak anak, mendorong keterlibatan masyarakat, dan pengembangan kemampuan lembaga-lembaga pelayanan, sehingga anak dapat menikmati kehidupan yang memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensinya.

Jadi tujuan dari program PKSA adalah memberikan hak-hak dasar kepada anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka masing-masing, menjadikan mereka belajar bertanggung jawab serta kemandirian kepada mereka.

c. Sasaran dari PKSA

Pemerintah telah menetapkan siapa saja yang berhak menerima dana bantuan dari program PKSA ini. Jadi tidak semua permasalahan anak di tangani dan berhak menerima dana dari program PKSA ini. Pemerintah melalui Kementerian Sosial mempunyai kriteria yang berhak menerima dana bantuan PKSA. Mulai dari balita terlantar, anak dengan kecacatan, anak yang memerlukan perlindungan khusus serta anak yang bekerja dijalan atau anak jalanan.

Anak jalanan yang dimaksud adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempat-tempat umum seperti area jalan umum, terminal, pasar, stasiun, taman kota (Kementerian Sosial, 2010 : 9-10).

d. Bentuk kegiatan PKSA

PKSA merupakan upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak berbasis keluarga yang berdasarkan proses sosial.

33

proses sosial yan dimaksud sekaligus menjadi bentuk kegiatan PKSA terhadap anak yang menerima bantuan meliputi :

1) Asesmen masalah dan kebutuhan anak, termasuk orangtua/keluarga dan lingkungan sosial.

2) Pendampingan sosial oleh peksos,TKSA atau relawan sosial sampai anak memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan tanggung jawab orang tua serta semakin berperanya lembaga kesejahteraan sosial.

3) Melakukan verifikasi/pemantaun terhadap keberlanjutan pemenuhan kebutuhan hak-hak anak dalam system perlindungan keluarga. B. Penelitian Yang Relevan

Dari sekian banyak penelitian yang relevan tentang anak jalanan, berikut ini ada beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat permasalahan anak jalanan dan pendampingan anak jalanan :

1. Hasil penelitian Muhamad Arif Rizka yang berjudul (2010) “Pola Pendampingan Anak Jalanan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumah Impian Yogyakarta”. Menjelaskan bahwa : (1) pola pendampingan di LSM Rumah Impian dengan cara partisipatif yaitu turun langsung ke jalan, pendampingan menjalin relasi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan melalui komunikasi yang intensif, melaksanakan pendampingan belajar, serta mengadakan tindak lanjut dari semua kegiatan pendampingan tersebut. Pendampingan dari 44 anak jalanan oleh LSM rumah impian sudah 6 diantaranya kembali ke sekolah dan 13

34

anak jalanan kembali ke orang tua dan hidup mandiri tapi 25 anak lainya yang masih tetap menjadi anak jalanan. (2) faktor pendukung, yaitu : respon yang baik dari anak jalanan dan orang tua anak jalanan terhadap pendamping anak jalanan, antusias anak jalanan mengikuti proses pendampingan yang dilakukan LSM Rumah Impian, serta dari pendamping yang mau meluangkan waktu luang mereka setelah mereka kerja dan beraktifitas. (3) Faktor penghambat : fasilitas pendampingan yang masih terbatas, pendampingan yang kurang kondusif karena tempat Rumah Impian yang di pinggir jalan dan bising, serta sebagian anak jalanan yang malas mengikuti pendampingan dan mengajak atau mempengarui anak jalanan yang lain.

2. Hasil penelitian dari M. Lucky Lukman Dolly yang berjudul (2012) “

Kehidupan Anak Jalan Di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta “.

Dalam penelitian ini menjelaskan beberapa pokok permasalahan yang diteliti diantaranya: tentang gaya hidup anak jalanan, faktor yang mempengarui gaya hidup anak jalanan dan interaksi dalam pendidikan anak jalanan. Dalam penelitian ini memberikan sumbangan referensi untuk peneliti karena membahas salah satunya interaksi dalam pendidikan anak jalanan yang didalamnya ada kegiatan pendampingan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Penelitian ini dalam pelaksanaan pendampingan, pendamping memberikan pengajaran atau mendampingi belajar kepada anak jalanan. Metode pengajaran yang digunakan dalam pendampingan ini antara lain pendampingan secara

35

personal, kelo mpok, dan program penyadaran. Serta dalam penelitian ini sedikit membahas tentang program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak).

3. Hasil penelitian dari Widiasih Pujiastuti yang berjudul (1999) “Peranan Rumah Singgah Terhadap Pelayanan Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta. Dalam penelitian ini menjelaskan pokok permasalahan yang diteliti tentang bagaimana peranan Rumah Singgah terhadap pelayanan sosial anak mulai dari kebutuhan fisik, rohani dan jasmani mereka. Pelayanan sosial dilakukan mulai dari proses penjangkauan anak jalanan dan pendmpingan anak jalanan yang dilakukan oleh pekerja sosial. Dalam proses penjangkauan dan pendampingan menemukan beberapa hambatan yaitu anak jalanan mencurigai dan menolak berhubungan dengan para pekerja sosial karena mereka dianggap orang asing yang dapat mengganggu keberadaan si anak, adapun ancaman dari orang-orang sekitar mereka agar tidak berhubungan dengan para pekerja sosial, anak jalanan yang tidak mau dibina oleh pekerja sosial. Sekitar 28 anak jalanan berhasil ditangani dengan rincian 11 orang sudah beralih kerja, 8 orang kembali ke orang tua atau lembaga pengganti, 8 orang kembali ke sekolah, 1 orang transmigrasi dan sekitar 37 anak masih menjadi anak jalanan.