• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLTU/PLTGU 2

Dalam dokumen DAYA DUKUNG SISTEM.pdf (Halaman 42-53)

GAS BUMI

1.4. Operasi dan Pemeliharaan Sistem Pembangkit Listrik

1.4.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1. PLTU 1

1.4.1.4. PLTU/PLTGU 2

Cara pengoperasian unit PLTU dan PLTGU dilakukan dengan menggunakan Buku Petunjuk Operasi (SOP) dengan pola pembebanan yang diatur oleh Unit Pengatur Beban. Pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit pada dasarnya mengikuti petunjuk yang disusun oleh pabrikan. Khusus mengenai pemeliharan dilakukan berdasarkan pada keadaan, penggantian parts yang rusak/kurang berfungsi dan ada yang berdasarkan pada jadwal (maintenance rutin maupun periodik). Untuk parts peralatan boiler dilakukan juga predictive maintenance setelah dilakukan kajian BRLA (boiler remaining life assessment). Secara ringkas salah satu hasil dari BRLA PLTU unit 1 adalah pembebanan unit tidak tidak melebihi 70% sebelum dilakukan penggantian beberapa tube.

Data operasi pembangkit (temperatur, tekanan dan lain sebagainya) secara rutin setiap jam dilakukan pencatatan dalam logsheet yang didokumentasikan. Namun demikian tidak semua data operasi tercatat karena kerusakan alat ukur, misalnya untuk flowmeter uap masuk turbin, tekanan uap ekstraksi, level air, pH air pengisi, pemakaian air pengisi, flow meter uap ke luar dari boiler.

32 Pusat Tekonologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) - BPPT

Namun demikian ada beberapa hal yang sedikit berbeda dalam hal pemeliharaan unit pembangkit, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Skedul pergantian pelumas mesin dalam manual yang ada dilakukan secara periodik namun dalam kenyataannya pelaksanaan pemeliharaan pergantian pelumas dilakukan dengan cara analisa di laboratorium.

b. Skedul maintenance rutin yang dianjurkan dalam manual bila dipandang perlu pada pelaksanaannya dilakukan lebih awal karena umur operasi unit pembangkit yang relatif tua dan dilakukan di turbin dan generator.

Pelaksanaan pergantian sparepart dilaksanakan (di luar kerusakan) disesuaikan dengan skedul pemeliharaan jam operasi. Berdasarkan pada pengalaman pemeliharaan komponen yang sering diganti yaitu bearing, sedangkan untuk yang lainnya tetap mengacu kepada manual book atau bila ada kerusakan sebelum masa pergantian.

Pengecekan sistem pendingin dilaksanakan berdasarkan pada monitoring rutin per jam. Bila nilai tekanan vacum sudah rendah atau lebih dari yang disyaratkan, maka dilakukan tube cleaning. Pemeliharaan pompa air pendingin (cooling water pump) bila unit shut down.

Kondisi aliran udara dilakukan dengan pengecekan fan dan chimney berdasarkan pada data monitoring yang akan disesuaikan dengan RPL dan RKL. Aliran air dan uap diukur setiap 4 jam sekali dengan memperhatikan kondisi kadar PH, conductivity, phosphate dan alkanility. Adapun yang berkaitan dengan getaran dan bunyi-bunyi mesin, monitoring dilakukan oleh operator secara manual dan on line. Selain getaran dan bunyi juga diperhatikan jalannya sistem pendingin, pompa-pompa, meter-meter pada panel penghubung serta katup-katup.

Usaha-usaha yang dilakukan agar operasi unit berjalan dengan efisiensi tinggi adalah:

a. Pembersihan compressor secara berkala. b. Pengaturan pola operasi.

c. perbaikan kualitas air, maintenance rutin kebocoran, pembersihan tube kondensor, mengganti labirin-labirin turbin, mengatur temperatur gas buang dan menanggulangi kebocoran uap.

1.4.1.5. PLTU 4

Pada umumnya, cara pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit mengikuti petunjuk yang disusun oleh pabrik. Khusus mengenai pemeliharan, ada pemeliharaan berdasarkan pada keadaan dan ada yang berdasarkan pada jadual. Pemeliharaan berdasarkan jadual seperti:

a. Harian (preventive) b. Mingguan (predictive) c. 2 Bulanan d. 8 Bulanan e. Simple inspection (1,5 th) f. Major inspection (5 th)

Berdasarkan pada pengalaman, ternyata pemeliharaan yang sering dilakukan adalah pemeliharaan berdasarkan pada keadaan karena seringnya pembangkit mengalami gangguan sejak mulai dioperasikan sampai sekarang.

Berdasarkan pada data yang diperoleh pada saat dilakukan audit diketahui bahwa setiap bulan pada tahun 2010 terjadi gangguan yang menyebabkan pembangkit shutdown kecuali pada bulan September 2010. Shut down tersebut dilakukan secara bergantian antara PLTU unit-1 dan PLTU unit-2. PLTU unit-1 mengalami gangguan tiba-tiba rata-rata 0,75 kali/bulan dan PLTU unit-2 mengalami gangguan tiba-tiba rata-rata 1,5 kali/bulan. Gangguan tersebut umumnya berupa Coal blocking mengharuskan unit shutdown untuk pengosongan silo dan plugging di seluruh coal feeder, bahkan trip karena MFT (all fuel lost, furnace pressure high). Gangguan lain yang terjadi adalah gangguan pada sistem kontrol (DEHC sistem) dan unit 2 yang berulang kali menyebabkan trip

Dukungan suku cadang untuk keperluan pemeliharaan yang dibicarakan di atas sebagian tercermin pada persediaan suku cadang di gudang. Adapun suku cadang yang tersedia di gudang dikelompokkan menjadi :

a. Bekas pakai b. Sisa proyek

c. Material belum dimanfaatkan.

Adapun sifat suku cadang tersebut ada yang tergolong Original Equipment and Material (OEM) dari proyek dan non OEM terutama untuk motor bantu (auxiliary).

34 Pusat Tekonologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) - BPPT

Kendala besar yang dihadapi adalah persoalan boiler dan penanganan batubara yang sering mengalami gangguan. Begitu seringnya terjadi gangguan menyebabkan yang sering dilakukan adalah perbaikan dan atau mengatasi persoalan, bukan pemeliharaan rutin. Berdasarkan pada pengalaman tersebut perlu dilakukan kajian tentang sistem control dan sistem proteksi yang digunakan.

Untuk pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit PLTU dan PLTGU sudah mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku di PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan 4. Pemeliharaan mesin-mesin pembangkit dilaksanakan secara rutin sesuai dengan schedule ataupun dilaksanakan sesuai kebutuhan, seperti penggantian oli pelumas mesin dengan menggunakan oli pelumas jenis shell t-46.

Untuk menjaga agar mesin-mesin pembangkit dapat beroperasi dengan efisiensi tinggi, dilakukan dengan cara pengaturan udara, meminimalkan bocoran-bocoran uap dan udara. Sedangkan komponen peralatan yang sudah aus atau rusak dilakukan penggantian dengan sparepart serep yang ada di workshop, dan apabila sebagian sparepart tidak tersedia maka harus dilakukan order. Ketidak-tersediaan

sparepart yang sering mengalami gangguan ini memerlukan perhatian khusus,

karena untuk mendapatkan sparepart tersebut harus indent dimana proses pemesanannya memerlukan waktu 3 – 6 bulan.

Untuk menjamin kualitas serta memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis, maka di dalam proses pengadaan suku cadang (barang/material) harus tetap mengacu pada peraturan yang berlaku. Prosedur pengadaan suku cadang harus sesuai dengan Instruksi Kerja yaitu mengecek material melalui stock code pada

katalog. Bila tidak ada pada stock code, maka dimintakan purchase request sesuai

dengan suku cadang yang diperlukan. Semua suku cadang harus ada sertifikatnya, baik dari pabrikan (COM) maupun dari vendornya (COO). Apabila tidak ada sertifikat, barang tidak bisa diterima. Proses penyimpanan suku cadang harus sesuai dengan kondisi ruangan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis peralatan. Kondisi ruangan penyimpanan suku cadang selalu diinspeksi 2 kali dalam seminggu.

Penggunaan suku cadang di Sektor Pembangkitan 4 dilakukan sebagai berikut a. Critical part menggunakan OEM (Original Equipment Manufacture)

c. Suku cadang Non OEM yang didapat dari dalam negeri diproduksi oleh Fajar Benra Indopack (Flexible Joint). Suku cadang Non OEM yang dimanfaatkan tersebut memenuhi performansi dan cukup handal.

Dalam melakukan pemeliharaan mesin pembangkit, di PT PLN (Persero) menggunakan kebijakan inhouse dan outsourcing.

Berdasarkan pada pengamatan selama beroperasinya pembangkit PLTU dan PLTGU, kontinuitas suplai bahan bakar selalu tercukupi dan tidak pernah terjadi keterlambatan. Ketersediaan suku cadang tidak semuanya tersedia di gudang (minimum stock), sehingga harus dilakukan pengadaan secara emergency. Sedangkan untuk kebutuhan air pendingin dalam kondisi normal, karena kebutuhan air pendingin dengan mudah diambil dari air laut.

Peralatan kontrol yang sudah mengalami perubahan dari originalnya adalah PLTU Unit 1 dan PLTU Unit 2 karena sudah di up-grade dari sistem analog ke sistem digital, dan perubahan ini tidak menimbulkan masalah pengoperasian. Komponen utama pembangkit yang sering mengalami gangguan yang menyebabkan terhentinya operasi pembangkit adalah bearing pompa dan bearing motor. Gangguan peralatan tersebut mencapai 10 – 15 kali per tahun.

Penanganan yang dilakukan untuk mengejar perubahan beban adalah sebagai berikut :

a. Untuk Open Cycle (GT 1.1, GT 1.2, GT 2.1, dan GT 2.2) dengan kecepatan pembangkit 10 MW/menit.

b. Untuk Combined Cycle dengan kecepatan pembangkit 8 MW/menit. 1.4.2. Pembangkit Listrik Tenaga gas Uap (PLTGU)

1.4.2.1. PLTGU 1

Cara pengoperasian unit PLTU dan PLTG dilakukan dengan menggunakan Buku Petunjuk Operasi dengan pola pembebanan yang diatur oleh Unit Pengatur Beban.

Pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit pada dasarnya mengikuti petunjuk yang disusun oleh pabrikan. Khusus mengenai pemeliharan dilakukan berdasarkan pada keadaan, seperti penggantian parts yang rusak/kurang berfungsi dan ada yang berdasarkan pada jadwal (maintenance rutin maupun periodik).

36 Pusat Tekonologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) - BPPT

Untuk parts peralatan boiler dilakukan juga predictive maintenance setelah dilakukan kajian BRLA (boiler remaining life assessment). Secara ringkas salah satu hasil dari BRLA PLTU unit 1 adalah pembebanan unit tidak tidak melebihi 70% sebelum dilakukan penggantian beberapa tube.

Data operasi pembangkit (temperatur, tekanan dan lain sebagainya) secara rutin setiap jam dilakukan pencatatan dalam logsheet yang didokumentasikan. Namun demikian tidak semua data operasi tercatat karena kerusakan alat ukur, misalnya untuk flowmeter uap masuk turbin, tekanan uap ekstraksi III, level air, pH air pengisi, pemakaian air pengisi, flow meter uap keluar dari boiler.

Namun demikian ada beberapa hal yang sedikit berbeda dalam hal pemeliharaan unit pembangkit, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Skedul pergantian pelumas mesin dalam manual yang ada dilakukan secara periodik namun dalam kenyataannya pelaksanaan pemeliharaan pergantian pelumas dilakukan dengan cara penambahan minyak pelumas.

b. Skedul maintenance rutin yang dianjurkan dalam manual bila dipandang perlu pada pelaksanaannya dilakukan lebih awal karena umur operasi unit pembangkit yang relatif sudah tua.

Pelaksanaan pergantian sparepart ( di luar kerusakan ) disesuaikan dengan skedul pemeliharaan jam operasi. Berdasarkan pada pengalaman pemeliharaan, komponen yang sering diganti yaitu bearing dan flue gas van., sedangkan untuk yang lainnya tetap mengacu kepada manual book atau bila ada kerusakan sebelum masa pergantian.

Pengecekan sistem pendingin dilaksanakan berdasarkan pada manual book. Bila nilai tekanan vacum sudah rendah atau lebih dari yang disyaratkan maka dilakukan tube cleaning. Pemeliharaan pompa air pendingin (cooling water pump) bila unit shut down.

Usaha-usaha yang dilakukan agar operasi unit berjalan dengan efisiensi tinggi dilakukan dengan cara:

a. pemeliharaan pembangkit disusun agar pelaksanaan dapat dilakukan secara terjadwal dan terencana.

b. perbaikan kualitas air, maintenance rutin kebocoran, pembersihan tube kondensor, mengganti labirin-labirin turbin, mengatur temperatur gas buang dan menanggulangi kebocoran uap.

Suku cadang sebagian besar merupakan barang COM (certified of manufacture) dan ditandai dengan nomor parts sehingga umumnya sesuai dengan yang diharapkan unit.

Beberapa sparepart yang menggunakan COM adalah : a. holding down bolt

b. accessory for firsh trill

c. spring for combustor chamber d. thermocouple

e. dan lain-lain

Beberapa material yang tidak menggunakan COM diantaranya adalah: a. Sealing ring

b. Filter patroon c. Molikut

d. Dan lain-lain

Di dalam melakukan pemeliharaan, masih menggunakan kebijakan inhouse dan outsourcing, karena kedua kebijakan tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian.

Kontinuitas pengadaan bahan bakar gas dan HSD belum pernah mengalami kendala yang berarti, unit belum pernah shutdown karena kekurangan bahan bakar.

Demikian juga tentang ketersediaan suku cadang selama ini tidak masalah. Kebutuhan air untuk boiler dan cooling tower (pendingin), serta kebutuhan air penunjang lainnya juga tidak mengalami kendala.

1.4.2.2. PLTGU 2

Cara pengoperasian unit PLTU dan PLTGU dilakukan dengan menggunakan Buku Petunjuk Operasi (SOP) dengan pola pembebanan yang diatur oleh Unit Pengatur Beban. Pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit pada dasarnya mengikuti petunjuk yang disusun oleh pabrikan. Khusus mengenai pemeliharan dilakukan berdasarkan pada keadaan, seperti penggantian parts yang rusak/kurang berfungsi

38 Pusat Tekonologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) - BPPT

dan ada yang berdasarkan jadwal (maintenance rutin maupun periodik). Untuk parts peralatan boiler dilakukan juga predictive maintenance setelah dilakukan kajian BRLA (boiler remaining life assessment). Secara ringkas salah satu hasil dari BRLA PLTU unit 1 adalah pembebanan unit tidak tidak melebihi 70% sebelum dilakukan penggantian beberapa tube.

Data operasi pembangkit (temperatur, tekanan dan lain sebagainya) secara rutin setiap jam dilakukan pencatatan dalam logsheet yang didokumentasikan. Namun demikian tidak semua data operasi tercatat karena kerusakan alat ukur, misalnya untuk flowmeter uap masuk turbin, tekanan uap ekstraksi, level air, pH air pengisi, pemakaian air pengisi, flow meter uap keluar dari boiler.

Namun demikian ada beberapa hal yang sedikit berbeda dalam hal pemeliharaan unit pembangkit, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Skedul pergantian pelumas mesin dalam manual yang ada dilakukan secara periodik namun dalam kenyataannya pelaksanaan pemeliharaan pergantian pelumas dilakukan dengan cara analisa di laboratorium.

b. Skedul maintenance rutin yang dianjurkan dalam manual bila dipandang perlu pada pelaksanaannya dilakukan lebih awal karena umur operasi unit pembangkit yang relatif tua dan dilakukan di turbin dan generator.

Pelaksanaan pergantian sparepart (diluar kerusakan) disesuaikan dengan skedul pemeliharaan jam operasi. Berdasarkan pada pengalaman, pemeliharaan komponen yang sering diganti yaitu bearing, sedangkan untuk yang lainnya tetap mengacu kepada manual book atau bila ada kerusakan sebelum masa pergantian.

Pengecekan sistem pendingin dilaksanakan berdasarkan pada monitoring rutin per jam. Bila nilai tekanan vacum sudah rendah atau lebih dari yang disyaratkan maka dilakukan tube cleaning. Pemeliharaan pompa air pendingin (cooling water pump) bila unit shut down.

Kondisi aliran udara dilakukan dengan pengecekan fan dan chimney berdasarkan data monitoring yang akan disesuaikan dengan RPL dan RKL. Aliran air dan uap diukur setiap 4 jam sekali dengan memperhatikan kondisi kadar PH,

conductivity, phosphate dan alkanility. Adapun yang berkaitan dengan getaran dan

bunyi-bunyi mesin monitoring dilakukan oleh operator secara manual dan on line. Selain getaran dan bunyi juga diperhatikan jalannya sistem pendingin, pompa-pompa, meter-meter pada panel penghubung serta katup-katupnya.

Usaha-usaha yang dilakukan agar operasi unit berjalan dengan efisiensi tinggi dilakukan dengan cara:

a. Pembersihan compressor secara berkala. b. Pengaturan pola operasi.

c. perbaikan kualitas air, maintenance rutin kebocoran, pembersihan tube kondensor, mengganti labirin-labirin turbin, mengatur temperatur gas buang dan menanggulangi kebocoran uap.

1.4.2.3. PLTGU 3

Pada umumnya cara pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit mengikuti petunjuk yang disusun oleh pabrik. Khusus mengenai pemeliharan, ada pemeliharaan berdasarkan pada keadaan dan ada yang berdasarkan pada jadual. Pemeliharaan berdasarkan pada jadual seperti:

a. Harian (preventive) b. Mingguan (predictive) c. 2 Bulanan d. 8 Bulanan e. Simple inspection (1,5 th) f. Major inspection (5 th)

PLTGU 3 yang sebagian besar pembangkitnya berusian antara 20 sampai dengan 30 tahun, walaupun ada yang umur pengoperasiannya belum sampai 10 tahun yaitu PLTGU Blok 2. Agar pembangkit-pembangkit tersebut mempunyai performansi yang baik, PLTGU 3 mengembangkan suatu manajemen pemeliharaan yang disebut ―Manajemen Outage‖. Manajemen tersebut adalah proses sinergi dan berkesinambungan dari kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan rencana tindak lanjut program pemeliharaan ‖ Planed Outage ‖ yang mencakup :

a. Penentuan lingkup pekerjaan b. Penjadwalan

c. Pembuatan Work Package

d. Penetapan kebutuhan sumber daya (SDM, material, dan tools) e. Penetapan kesiapan sarana

f. Penetapan standar kualitas dan sasaran hasil pekerjaan g. Penetapan Anggaran dan Biaya

40 Pusat Tekonologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) - BPPT

h. Penentuan metode / standar prosedur komunikasi i. Pelaksanaan Overhaul (OH)

j. Pelaporan Hasil Overhaul (OH) Manajemen outage bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kesiapan, keandalan dan efisiensi Unit Pembangkit b. Meningkatan Overall Equipment Effectiveness (OEE).

Keberhasilan Overhaul harus dapat meningkatkan performansi mesin, menurunkan biaya operasi, mengefisienkan sumber daya, menurunkan durasi Overhaul dan meningkatkan EAF Unit Pembangkit

Dukungan suku cadang untuk keperluan pemeliharaan yang dibicarakan di atas sebagian tercermin pada persediaan suku cadang di gudang. Adapun suku cadang yang tersedia di gudang dikelompokkan menjadi :

a. Bekas pakai b. Sisa proyek

c. Material belum dimanfaatkan.

Dengan penerapan manajemen outage, perencanaan perawatan dan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik, dan perbaikan yang tidak direncanakan akibat gangguan dapat dilakukan dengan menggunakan waktu yang relative singkat. Perencanaan pengadaan suku cadang dapat dilakukan berdasarkan pada pengelompokan berdasarkan lamanya waktu pengadaan seperti pada table-tabel berikut ini.

Kendala yang dihadapi adalah persoalan ketersediaan bahan bakar gas yang tidak mencapai 50% dari kebutuhan, sehingga selisih kebutuhan diisi dengan bahan bakar minyak.

Selain itu adanya persoalan sampah yang dihadapi setiap akhir musim hujan yang berpengaruh tidak langsung pada performansi pembangkit.

1.4.2.4. PLTGU 4

Cara pengoperasian unit PLTU dan PLTGU dilakukan dengan menggunakan Buku Petunjuk Operasi (SOP) dengan pola pembebanan yang diatur oleh Unit Pengatur Beban. Pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit pada dasarnya mengikuti petunjuk yang disusun oleh pabrikan. Khusus mengenai pemeliharan dilakukan

berdasarkan pada keadaan, seperti penggantian parts yang rusak/kurang berfungsi dan ada yang berdasarkan pada jadwal (maintenance rutin maupun periodik). Untuk parts peralatan boiler dilakukan juga predictive maintenance setelah dilakukan kajian BRLA (boiler remaining life assessment). Secara ringkas salah satu hasil dari BRLA PLTU unit 1 adalah pembebanan unit tidak tidak melebihi 70% sebelum dilakukan penggantian beberapa tube.

Data operasi pembangkit (temperatur, tekanan dan lain sebagainya) secara rutin setiap jam dilakukan pencatatan dalam logsheet yang didokumentasikan. Namun demikian tidak semua data operasi tercatat karena kerusakan alat ukur, misalnya untuk flowmeter uap masuk turbin, tekanan uap ekstraksi, level air, pH air pengisi, pemakaian air pengisi, flow meter uap keluar dari boiler.

Namun demikian ada beberapa hal yang sedikit berbeda dalam hal pemeliharaan unit pembangkit, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Skedul pergantian pelumas mesin dalam manual yang ada dilakukan secara periodik namun dalam kenyataannya pelaksanaan pemeliharaan pergantian pelumas dilakukan dengan cara analisa di laboratorium.

b. Skedul maintenance rutin yang dianjurkan dalam manual bila dipandang perlu pada pelaksanaannya dilakukan lebih awal karena umur operasi unit pembangkit yang relatif tua dan dilakukan di turbin dan generator.

Pelaksanaan pergantian sparepart, (diluar kerusakan) disesuaikan dengan skedul pemeliharaan jam operasi. Berdasarkan pengalaman pemeliharaan komponen yang sering diganti yaitu bearing, sedangkan untuk yang lainnya tetap mengacu kepada manual book atau bila ada kerusakan sebelum masa pergantian.

Pengecekan sistem pendingin dilaksanakan berdasarkan pada monitoring rutin per jam. Bila nilai tekanan vacum sudah rendah atau lebih dari yang disyaratkan maka dilakukan tube cleaning. Pemeliharaan pompa air pendingin (cooling water pump) bila unit shut down.

Kondisi aliran udara dilakukan dengan pengecekan fan dan chimney berdasarkan pada data monitoring yang akan disesuaikan dengan RPL dan RKL. Aliran air dan uap diukur setiap 4 jam sekali dengan memperhatikan kondisi kadar PH, conductivity, phosphate dan alkanility. Adapun yang berkaitan dengan getaran dan bunyi-bunyi mesin, monitoring dilakukan oleh operator secara manual dan on

42 Pusat Tekonologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) - BPPT

line. Selain getaran dan bunyi juga diperhatikan jalannya sistem pendingin, pompa-pompa, meter-meter pada panel penghubung serta katup-katupnya.

Usaha-usaha yang dilakukan agar operasi unit berjalan dengan efisiensi tinggi dilakukan dengan cara:

a. Pembersihan compressor secara berkala. b. Pengaturan pola operasi.

c. perbaikan kualitas air, maintenance rutin kebocoran, pembersihan tube kondensor, mengganti labirin-labirin turbin, mengatur temperatur gas buang dan menanggulangi kebocoran uap.

Dalam dokumen DAYA DUKUNG SISTEM.pdf (Halaman 42-53)

Dokumen terkait