• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERTIFIKASI PERSETUJUAN DESAIN BUNGKUSAN UNTUK KEGIATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

II. POKOK BAHASAN

2.1. Dasar Pelaksanaan Sertifikasi

Bungkusan

Dunia internasional, melalui IAEA, memberikan panduan pelaksanaan kegiatan pengangkutan zat radioaktif melalui dokumen

Regulation for the Safe Transport of Radioactive Material (IAEA TS-R-1). Salah satu bab dalam dokumen tersebut mengatur ketentuan mengenai sertifikasi persetujuan desain bungkusan (approval of package designs) untuk bungkusan zat radioaktif. Bungkusan yang harus mendapatkan persetujuan desain bungkusan dari Badan Pengawas, meliputi[2]:

a. bungkusan tipe B(U) dan B(M); b. bungkusan tipe C;

c. semua bungkusan yang berisi bahan fisil; d. bungkusan yang berisi 0,1 kg atau lebih

Uranium Heksa Florida (UF6).

Persetujuan desain bungkusan diajukan oleh pabrikan pembuat bungkusan kepada Badan Pengawas sebelum pelaksanaan produksi bungkusan dilakukan. Persetujuan desain bungkusan diberikan untuk setiap tipe, jenis, atau model bungkusan tertentu. Contoh beberapa tipe bungkusan dapat dilihat pada Gambar 1.

a. Bungkusan Tipe A b. Bungkusan Tipe B c. Bungkusan Industri Gambar 1. Beberapa jenis bungkusan yang dipergunakan dalam pengangkutan zat radioaktif[3]

Kegiatan pengangkutan zat radioaktif tidak hanya terbatas di wilayah dalam negeri saja. Globalisasi perekonomian dunia telah mendorong terjadinya pengangkutan antar negara yang melewati batasan-batasan teritorial suatu negara beserta sistem hukumnya masing-masing. Dalam hal pengangkutan zat radioaktif, sistem regulasi di sebagian besar negara-negara di dunia telah menerapkan peraturan yang mengacu kepada rekomendasi IAEA[2]. Dengan demikian terdapat harmonisasi sistem hukum yang akan menguntungkan hubungan antar negera, termasuk untuk aspek persetujuan desain bungkusan zat radioaktif.

2.2. Dasar Hukum Pengangkutan

Secara hukum, kegiatan pengangkutan zat radioaktif di Indonesia diatur dengan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2002 tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif. Peraturan ini merupakan amanat pelaksanaan pasal 16 Undang-undang No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran[4]. Khusus mengenai bungkusan zat radioaktif diatur tersendiri dalam bab mengenai pembungkusan (pasal 14 s.d. 20).

Terkait dengan sertifikasi bungkusan, yang telah diatur adalah persyaratan sertifikat lolos uji terhadap produk bungkusan, bukan untuk desain yang akan diproduksi. Sebagaimana rekomendasi IAEA perlu dirumuskan payung hukum untuk pelaksanaan sertifikasi desain bungkusan. Dengan demikian nantinya pengaturan mengenai bungkusan akan lebih

komprehensif dan mampu terap di lapangan, serta harmonis dengan dunia internasional.

Adanya dasar hukum yang jelas tentang sertifikasi desain bungkusan, selain mewujudkan adanya kepastian landasan hukum, akan mempermudah para pelaku pengangkutan di lapangan dalam hal pengangkutan lintas negara. Di samping itu, payung hukum tersebut nantinya juga diharapkan dapat mendorong tumbuhnya sektor industri dalam negeri dalam kegiatan produksi bungkusan, beserta semua infrastruktur penunjang, seperti laboratorium uji yang terakreditasi, badan akreditasi, dan standar-standar terkait.

III. PEMBAHASAN

3.1. Alur Proses Sertifikasi Bungkusan Sertifikasi persetujuan desain bungkusan diajukan oleh pihak calon produsen atau pabrikan bungkusan kepada Badan Pengawas. Alur proses sertifikasi desain bungkusan, mulai dari pembuatan desain dan manual mutu, pembuatan contoh produk, pengujian contoh produk, pengajuan permohonan sertifikasi, evaluasi permohonan, hingga penerbitan sertifikat dapat dilihat pada Gambar 2.

Tahapan pembuatan desain dan rencana manual mutu dibuat oleh calon produsen atau pabrikan bungkusan untuk tipe, jenis, model, atau seri bungkusan tertentu. Selanjutnya dibuat prototip atau contoh produk bungkusan untuk diuji di laboratorium yang terakreditasi hingga mendapatkan sertifikat lolos uji.

Prototip atau contoh produk bungkusan tersebut juga dilengkapi dengan rencana manual mutu produk. Berdasarkan dokumen rencana manual mutu, sertifikat produk, dan sertifikat lolos uji, pengajuan sertifikasi persetujuan desain bungkusan disampaikan kepada Badan Pengawas.

3.2.Sertifikat Produk

Sertifikat produk merupakan sertifikat yang melekat untuk setiap produk bungkusan. Sertifikat ini dikeluarkan oleh calon produsen

atau pabrikan bungkusan sebagai bagian dari kendali mutu produk secara internal. Berdasarkan desain dan rencana manual mutu, calon produsen atau pabrikan membuat prototip atau contoh produk bungkusan yang dilengkapi dengan sertifikat produk. Beberapa informasi yang harus termuat di dalam sertifikat produk bungkusan, diantaranya identitas bungkusan (tipe, jenis, nomor seri), gambaran umum bungkusan (desain, ukuran, bahan), dan pemenuhan terhadap standar produk yang digunakan.

3.3.Sertifikat Lolos Uji

Sertifikat lolos uji terhadap prototip atau contoh produk bungkusan dikeluarkan oleh laboratorium uji yang terakreditasi. Sertifikat ini menerangkan jenis-jenis uji bungkusan yang dilakukan, kriteria lolos uji, dan hasil uji. Uji terhadap bungkusan yang umum dilakukan, meliputi uji jatuh (free drop test), uji semprot air (water spray test), uji tumpuk (stacking test), uji tembus (penetration test), uji termal (thermal test), uji rendam (water immersion test), uji kebocoran (leakage test), serta uji ketahanan kejut (impact test)[2,5,6]. Sertifikat lolos uji harus memuat informasi yang terkait dengan identitas bungkusan (tipe, jenis, nomor seri), gambaran umum bungkusan (desain, ukuran, bahan), jenis dan hasil uji bungkusan yang menyatakan prototip atau contoh produk bungkusan telah memenuhi kriteria lolos uji.

3.4.Dokumen Manual Mutu

Dokumen manual mutu harus memuat informasi umum, spesifikasi isi zat radioaktif, spesifikasi pembungkus, laporan hasil pengujian, dan laporan analisis keselamatan bungkusan[6,7]. Lebih detail dari masing-masing butir persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

a. informasi umum, meliputi antara lain:

 nama dan alamat pemohon sertifikat persetujuan desain bungkusan;

 nama atau identifikasi bungkusan;

 nama dan alamat desainer bungkusan;

 nama dan alamat pabrikan bungkusan;

 moda angkutan yang digunakan untuk mengangkut bungkusan;

 skedul produksi bungkusan ke depan dan penggunaan bungkusan pertama kali; dan

 gambaran umum bungkusan (desain sederhana, dimensi eksternal, pembuatan, massa).

b. spesifikasi isi zat radioaktif, meliputi antara lain:

 radionuklida;

 sifat fisik dan kimia;

 aktivitas atau aktivitas jenis maksimum;

 pengkayaan maksimum, khusus untuk bahan fisil;

 bobot maksimum;

 sifat bahaya lain;

 pembangkitan panas;

untuk bahan bakar nuklir baru:

 tipe bahan bakar;

 karakteristik geometri;

untuk bahan bakar nuklir bekas:

burn up maksimum;

 pengkayaan awal;

 waktu pendinginan minimum;

 sejarah iradiasi netron;

 status bahan bakar (rusak, bekas); dan

 kemungkinan komponen ikutan yang lain (batang kendali, bahan teraktivasi).

c. spesifikasi pembungkus, meliputi antara lain:

 deskripsi umum;

 dimensi umum;

 massa pembungkus dan total bungkusan;

 spesifikasi material;

 karakteristik sistem pengungkung;

 perlengkapan penahan radiasi;

 sistem pengendalian kritikalitas, untuk bahan fisil;

 perlengkapan pemindah panas atau pendingin;

 perlengkapan penanganan (handling equipment);

 penandaan bungkusan;

 gambar teknik; dan

 standar nasional atau internasional yang diacu dalam desain dan pembuatan.

d. laporan hasil pengujian, meliputi antara lain:

 gambaran fasilitas uji;

 prosedur pengujian;

 hasil pengujian;

 gambar teknik sampel yang diuji;

 untuk zat radioaktif dummy atau disimulasikan, material tersebut harus dijelaskan secara rinci;

 disarankan menyertakan foto atau video proses pengujian; dan

 jika diperlukan pemodelan awal, harus dijelaskan metode dan pemodelannya.

e. laporan analisis keselamatan bungkusan, meliputi antara lain:

 klasifikasi tipe bungkusan;

 evaluasi struktur bungkusan;

 evaluasi termal;

 evaluasi pengungkung;

 evaluasi kritikalitas;

 penggunaan bungkusan;

 keberterimaan pengujian dan program perawatan.

3.5. Tata Cara Pengajuan dan Penerbitan Sertifikasi Desain Bungkusan

Pihak calon produsen atau pabrikan bungkusan mengajukan permohonan sertifikasi persetujuan desain bungkusan kepada Badan Pengawas dengan menyertakan persyaratan sertifikat produk bungkusan, sertifikat lolos uji dari laboratorium yang terakreditasi, dan dokumen manual mutu. Selanjutnya dalam masa hari kerja tertentu, Badan Pengawas melakukan evaluasi dan penilaian. Jika hasil penilaian menunjukkan semua persyaratan yang diajukan memenuhi syarat, maka Badan Pengawas menerbitkan sertifikat persetujuan desain bungkusan. Dalam hal hasil penilaian menyatakan persyaratan yang diajukan belum memenuhi syarat, maka pihak calon produsen atau pabrikan bungkusan diberikan kesempatan untuk memperbaiki persyaratan hingga semua syarat terpenuhi.

3.6.Validasi Sertifikat Desain Bungkusan Apabila suatu bungkusan bersertifikat persetujuan desain yang berasal dari negara lain akan dipergunakan di dalam wilayah hukum sebuah negara, maka bungkusan tersebut hanya bisa digunakan setelah mendapatkan validasi sertifikat dari Badan Pengawas negara yang bersangkutan[2]. Persyaratan pengajuan validasi sertifikat bungkusan, paling kurang meliputi:

1. Informasi umum, terdiri:

a. nama dan alamat pemohon validasi; b. nama atau identifikasi bungkusan; c. negara asal sertifikat bungkusan; d. mode angkutan yang dipersetujui;

dan

e. skedul penggunaan pertama di dalam negeri.

2. Sertifikat atau salinan sertifikat bungkusan dari Badan Pengawas negera asal;

3. Deskripsi bungkusan, terdiri: a. gambar teknik;

b. dimensi, massa, komponen dasar, dan spesifikasi bahan;

c. isi zat radioaktif;

d. spesifikasi sifat fisik dan kimia; e. aktivitas atau aktivitas jenis total

maksimum;

f. risiko radioaktivitas;

4. Kesesuaian bungkusan terhadap ketentuan peraturan pengangkutan. Laporan Analisis Keselamatan bungkusan dari negara asal harus disertakan,

jika tidak memungkinkan, maka informasi sebagai berikut harus disampaikan:

a. kesimpulan umum program pengujian dan hasil detailnya;

b. penggunaan bungkusan; c. program perawatan bungkusan;

d. untuk tipe B(M), pelarangan atau pengaturan khusus atau pengendalian penggunaan yang dikenakan.

Mekanisme validasi bungkusan dilakukan dengan mengevaluasi sertifikat atau salinan sertifikat beserta dengan dokumen pendukung lainnya. Setelah hasil evaluasi menyatakan bahwa bungkusan layak untuk digunakan, maka Badan Pengawas memberikan pengesahan validasi bungkusan pada sertifikat dari negara asal atau menerbitkan sertifikat validasi bungkusan secara terpisah. Di samping pengesahan atau penerbitan sertifikat validasi, Badan Pengawas yang bersangkutan juga dapat menempelkan label bukti validasi yang tersegel pada permukaan luar bungkusan.

IV. KESIMPULAN

Dari kajian terhadap muatan pengaturan sertifikasi persetujuan desain bungkusan untuk kegiatan pengangkutan zat radioaktif, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. persetujuan desain bungkusan perlu diatur agar tercapai harmonisasi dengan sistem yang secara umum diterapkan di dunia internasional dengan mengacu rekomendasi publikasi IAEA ? TS-R-1;

2. bungkusan yang memerlukan sertifikat persetujuan desain, meliputi bungkusan Tipe B(U), Tipe B(M), Tipe C, semua bungkusan berisi bahan fisil, dan semua bungkusan yang berisi UF6 lebih dari 0,1 kg;

3. sertifikat persetujuan desain bungkusan dikeluarkan oleh Badan Pengawas sebelum bungkusan dengan tipe, model, jenis, atau seri tertentu diproduksi;

4. persyaratan pengajuan sertifikasi persetujuan desain terdiri atas sertifikat produk dari calon pembuat atau pabrikan bungkusan terkait, sertifikat lolos uji dari laboratorium yang terakreditasi, dan dokumen manual mutu;

5. untuk bungkusan yang berasal dari luar negeri, sertifikat persetujuan desain dari negara asal harus mendapatkan validasi dari Badan Pengawas, sebelum bungkusan digunakan di dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2002 tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif;

2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulation for the Safe Transport of Radioactive Material, TSR-1, IAEA, Vienna, 2009;

3. Anonim, Packaging for transportation of radioactive materials, www.croftltd.com 4. Undang-undang No.10 Tahun 1997

tentang Ketenaganukliran;

5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Advisory Material for the IAEA Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material, TS-G-1.1, Vienna, 2008;

6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Compliance Assurance for the Safe Transport of Radioactive Material, TS-G-1.5, Vienna, 2009;

7. CSN, Documentation to request authorization for the transport of radioactive material: package approvals and authorization for shipments, Safety Guide 6.4, Madrid, 2006.

TANYA JAWAB